• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan suatu komponen yang penting dan sangat menyatu dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu Negara dapat tercapai melalui kesadaran masyarakat membayar pajak. Penerimaan pajak yang semakin besar dan penggunaannya yang dikelola oleh Negara secara benar, dapat meningkatkan taraf hidup dan kemajuan perkembangan bangsa.

Negara berkembang seperti Indonesia saat ini sedang melakukan perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang membangun, peran perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia sangatlah penting. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya anggaran belanja Negara di sektor pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum beberapa tahun ini. Beberapa contohnya dapat kita lihat dari berbagai pembangunan infrastruktur berupa pembangunan gedung, pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

Dengan kondisi seperti ini, banyak kontraktor-kontraktor yang mulai menawarkan jasa konstruksinya kepada pemerintah maupun pihak swasta. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan tender dari berbagai pihak yang membutuhkan Jasa Konstruksi, sekaligus menawarkan

(2)

berbagai pemikiran bentuk terbaru dari Jasa Konstruksi. Pajak yang dihasilkan oleh Jasa Konstruksi sangat berperan untuk meningkatkan pemasukan pajak Negara.

Sektor konstruksi merupakan landasan pertumbuhan ekonomi suatu Negara, berperan dalam menyediakan sarana fisik, sebagai penunjang kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, mendorong pertumbuhan sektor lain, menyumbangkan product domestic brutto, berperan dalam penghematan devisa dan meningkatkan penerimaan devisa.1

Sektor Jasa Konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung tercapainya pembangunan nasional. Menurut data BPS, kontribusi sektor jasa konstruksi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2010, sektor konstruksi mencapai sekitar 10,25 persen dari Produk Domestik Bruto atau sekitar Rp. 660,89 Triliun, dan

menempati peringkat kelima jika dibandingkan dengan sektor lainnya.2

Berdasarkan data dari Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi Kementrian Keuangan diketahui bahwa belanja Pemerintah di sektor infrastruktur dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan.3

1

http://www1.pu.go.id/pusdata/news_cont/detail/23 diakses pada tanggal 20 Mei 2013. 2

http://www.dpr.go.id/id/berita/komisi5/2013/mar/11/5339/ruu-jasa-konstruksi-dukung-percepatan-pembangunan-nasional diakses pada tanggal 20 Mei 2013.

3 Hendra Susanto dan Hediana Makmur,2013,Auditing Proyek Proyek Konstruksi,Yogyakarta,andi

(3)

Seiring perkembangan usaha Jasa Konstruksi yang semakin pesat, Pemerintah memberikan pengaturan tersendiri khusus untuk penerimaan Pajak Penghasilan Atas Jasa Konstruksi.

Berdasarkan ketentuan Lembaga Pengemban Jasa Konstruksi Nomor 11 (a) dan 12 (a) Tahun 2008 yang dimaksud dengan usaha Jasa Konstruksi dibedakan menjadi empat jenis jasa konstruksi, yaitu; 1) Jasa Perencana Konstruksi; 2) Jasa Pengawas Konstruksi; 3) Jasa Pelaksana Konstruksi; dan 4) Jasa Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan yang

dilakukan secara Terintegrasi.4

Seperti yang telah diketahui, peraturan yang mengatur tentang pajak penghasilan Jasa Konstruksi telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan peraturan tersebut tentunya berdampak pada usaha Jasa Konstruksi dalam hal penyetoran dan pemotongan Pajak Penghasilannya. Perubahan peraturan pemungutan pajak diawali sejak tax reform tahun 1984 sampai tahun 1996, pajak penghasilan jasa konstruksi dikenai tarif umum. Pada tanggal 1 Januari 1996 hingga 31 Desember 1999, peraturan untuk pemungutan Pajak Penghasilan kembali diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1996 dan dikenakan tarif tertentu yang bersifat final. Kemudian pada tahun 2000 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001 dimana dalam peraturan tersebut Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi kembali dikenakan tarif final dan hanya diberlakukan

4

Joseph Purwono,perpajakan jasa konstruksi dan implementasinya, gavamedia,Yogyakarta, 2012,hlm 1.

(4)

untuk kualifikasi usaha kecil yaitu usaha yang nilai pengadaannya sampai dengan Rp.1.000.000.000,-. Saat ini peraturan mengenai jasa konstruksi kembali diubah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008. Pajak Penghasilan yang dikenakan adalah PPh bersifat final yang aturan pemotongannya berdasarkan kualifikasi usaha baik kecil, menengah atau besar, dan yang tidak memiliki kualifikasi usaha atau yang memiliki kualifikasi usaha.

Pada kurun waktu antara tahun 2007 hingga 2011 terjadi perubahan Peraturan Pemerintah mengenai pemungutan Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi. Perubahan tersebut antara Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 yang kemudian diubah lagi kedalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009.

Perubahan yang terjadi menimbulkan beberapa masalah. Masalah pertama adalah pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 yang dinyatakan berlaku surut mulai 1 Januari 2008, sedangkan peraturan tersebut baru diterbitkan pada tanggal 20 Juli 2008. Permasalahan ini sedikit terbantu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan PMK 187/PMK.03/2008 pada tanggal 20 November 2008. Di dalam pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan PMK 187/PMK.03/2008, dijelaskan terhadap kontrak yang ditandatangani sebelum tanggal 1 Januari 2008 diatur untuk pembayaran kontrak sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, pengenaan Pajak Penghasilan

(5)

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi. Untuk pembayaran kontrak setelah tanggal 31 Desember 2008 pengenaan Pajak Penghasilan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi.

Masalah yang timbul selanjutnya adalah permasalahan perubahan tarif dan pengkualifikasian Usaha Jasa Konstruksi. Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 terdapat 2 (dua) macam tarif, yaitu 2% dan 4%. Kualifikasi usaha yang diatur adalah Usaha Jasa Konstruksi yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp.1.000.000.000,-. Dalam Peraturan Nomor 51 Tahun 2008 terdapat beberapa macam tarif yang disesuaikan berdasarkan kualifikasi usahanya. Pengenaan tarifnya meliputi kualifikasi usaha kecil, kualifikasi usaha menengah atau besar dan yang tidak memiliki kualifikasi usaha atau yang memiliki kualifikasi usaha. Tarif yang tidak berubah hanya pada kualifikasi usaha kecil.

(6)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari paparan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan berbagai rumusan masalah dalam penelitian penulisan hukum ini, yaitu :

“PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TERHADAP

PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN FINAL ATAS JASA KONSTRUKSI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL DALAM KURUN WAKTU 2007 – 2011 DITINJAU DARI ASAS EFISIENSI DAN ASAS KEADILAN”.

Permasalahan ini mengandung berbagai permasalahan, yaitu permasalahan hukum empiris dan hukum normatif. Dengan demikian masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Permasalahan Hukum Empiris :

Bagaimana analisa perubahan Peraturan Pemerintah tentang

pemungutan Pajak Penghasilan Final atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi terhadap Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Bantul?

2. Permasalahan Hukum Normatif

Bagaimanakah dampak perubahan Peraturan Pemerintah tentang pengenaan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi didasarkan pada asas efisiensi dan asas keadilan?

(7)

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penyusunan penulisan hukum ini terdapat berbagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui penerapan Pajak Penghasilan terhadap Usaha Jasa Konstruksi;

2. Untuk mengetahui dampak permasalahan yang timbul dari perubahan Peraturan Pemerintah atas Pajak Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;

3. Untuk mengetahui penerapan Peraturan Pemerintah atas Pajak Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi ditinjau dari asas efisiensi dan asas keadilan.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Untuk mengetahui keaslian dari penulisan hukum ini, penulis telah melakukan penelusuran serta penelitian pada berbagai referensi baik melalui media cetak maupun elektronik. Dari penelusuran yang telah dilakukan penulis, terdapat penelitian berupa tugas akhir yang berjudul “ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN JASA KONSTRUKSI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TAHUN 2007 – 2010 ”. Penelitian tersebut dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Ekonomi dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang bernama Vina Andriyani pada tahun 2011.

(8)

Penelitian ini lebih memfokuskan dalam pembahasan analisa tentang perubahan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan Jasa Konstruksi terhadap penerimaan pajak. Pembahasannya berupa faktor penurunan maupun peningkatan dari pemasukan hasil pengenaan pajak penghasilan jasa konstruksi dalam kurun waktu dari tahun 2007 hingga tahun 2010.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis yang berjudul “PERUBAHAN PERATURAN

PEMERINTAH TERHADAP PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN FINAL ATAS JASA KONSTRUKSI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL DALAM KURUN WAKTU 2007 – 2011 DITINJAU DARI ASAS EFISIENSI DAN ASAS KEADILAN”.

Perbedaan ini terletak pada pokok pembahasannya dan rumusan masalahnya.

Penulis membahas tentang akibat dari perubahan peraturan Pajak Penghasilan Usaha Jasa Konstruksi sehubungan dengan adanya perubahan peraturan dalam kurun waktu tertentu di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul dan ditinjau dari asas efisiensi. Rumusan masalah yang penulis rumuskan adalah dampak yang ditimbulkan akibat dari perubahan Peraturan Pemerintah tentang pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi terhadap Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Bantul dan ditinjau dari asas efisiensi dan asas keadilannya. Sedangkan Pembahasan dan rumusan masalah yang

(9)

dilakukan oleh Vina Andriyani dalam Tugas Akhirnya adalah mengenai faktor peningkatan atau penurunan penerimaan pajak sehubungan dengan adanya beberapa kali perubahan peraturan pemerintah mengenai Pajak Penghasilan Jasa Konstruksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Rumusan masalah yang dijabarkan oleh Vina Andriyani adalah: 1) Bagaimanakah penerimaan pajak atas Jasa Konstruksi sehubungan dengan adanya beberapa kali perubahan peraturan pemerintah?; 2) Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari penerimaan pajak tersebut?; 3) Bagaimana penerimaan pajak yang dihasilkan atas Jasa Konstruksi dibandingkan dengan total penerimaan pajak di Kantor KPP

Pratama Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010?.5

Oleh karena dari segi judul sudah terdapat perbedaan dan pokok pembahasannya belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, dengan demikian penelitian ini adalah asli.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan berguna bagi pembangunan, yaitu berupa :

1. Skripsi ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam hal hukum perpajakan Jasa Konstruksi berikut implementasi pengenaan

5 Vina Andriyani, “analisis perubahan peraturan perpajakan jasa konstruksi terhadap penerimaan pajak penghasilan jasa konstruksi di kantor pelayanan pajak pratama surakarta tahun 2007 – 2010”, Surakarta : Sarjana Fakultas Ekonomi UNS, 2011, hlm. 8.

(10)

Pajak Penghasilannya setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah yang baru.

2. Hasil dari penelitian skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam kaitannya dengan pengimplementasian pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Jasa Konstruksi.

3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pemerintah dalam menerapkan asas efisiensi dalam proses pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Jasa Konstruksi.

Referensi

Dokumen terkait

sosial bagi perkembangan biopsikososial spiritual remaja tuna rungu wicara di upt. pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lanjut usia

PEMBELAJARAN BERMOD EL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS D AN PENGUASAAN KONSEP SISWA PAD A MATERI HID ROKARBON Universitas Pendidikan Indonesia |

mendegradasi pentosa menjadi asam laktat dan asam asetat (Lyhs et al. Aplikasi BAL sebagai probiotik perairan tawar menjadi salah satu cara yang efektif dalam pemecahan

[r]

Faktor yang menyebabkan masih rendahnya tingkat keterampilan menyimpulkan yaitu siswa masih sulit untuk mengerti atau memahami pelajaran IPA dan guru kurang dalam

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Tegal Sari Accomadation di Ubud, Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol 7

[r]

Sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 150 ayat (3) huruf e, penyusunan RPJMD perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah untuk