• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

334

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,

Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika

dan Pembelajarannya”.

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN

RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA

1)Teguh Wibowo, 2)Riawan Yudi Purwoko, 3) Wiwit Hermansyah

1) Pendidikan Matematika Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo email: teguhwibowoump@yahoo.com

2) Pendidikan Matematika Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo email: riawanyudi@umpwr.ac.id

3) Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo email: hermansyah.wiwit@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat

kognitif siswa berdasarkan taksonomi revisi Bloom pada pemecahan masalah matematika operasi

bentuk aljabar di SMP Negeri 2 Purworejo. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VII SMP Negeri 2 Purworejo. Subjek berjumlah 2 siswa dengan kemampuan rendah. Teknik

pengambilan subjek menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Instrumen yang

digunakan adalah soal tes matematika, dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Pemeriksaan keabsahan data

menggunakan triangulasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman melalui

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat kognitif siswa dengan kemampuan rendah berada pada tingkat C3/menerapkan

(apply).

Kata kunci:

Tingkat kognitif, Taksonomi revisi Bloom

1. PENDAHULUAN

Sesuai

dengan

Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 3 tujuan

pendidikan

nasional

adalah

mengembangkan potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan

nasional

tersebut

untuk

menjadikan

pendidikan yang bermutu maka didalam

pembelajaran mencakup 3 hal yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor. Namun pada pelaksanaannya

ranah kognitif merupakan aspek utama

yang dikembangkan dalam pembelajaran,

sedangkan aspek afektif dan psikomotor

sebagai aspek pendukung aspek kognitif.

Ranah kognitif dapat menggambarkan

sejauh mana proses pembelajaran yang

dilakukan di kelas dapat meningkatkan

intelektual siswa. Setiap siswa memiliki

ranah kognitif yang telah berkembang

sejak

lahir.

Syah

(2015:

60)

mengungkapkan bahwa kualitas hasil

proses perkembangan manusia itu banyak

terpulang pada apa dan bagaimana ia

belajar.

Oleh

karena

itu

belajar

mempunyai peranan penting dalam proses

perkembangan siswa terutama ranah

kognitif yang berpusat pada otak.

Pencapaian kemampuan kognitif siswa

dalam proses pembelajaran dapat dilihat

dari cara siswa memecahkan suatu

permasalah yang diberikan dalam bentuk

tes. Makagiansar, dkk (dalam Sulistyorini,

2013: 22) menerjemahkan bahwa dengan

pengadaan suatu tes akan mampu

didapatkan berbagai informasi yang

sekiranya

dibutuhkan

dalam

proses

pembelajaran.

Seperti

halnya

hasil

pencapaian kognitif siswa yang dapat

terlihat dari hasil tes, dengan melihat hasil

tes yang diberikan kepada siswa seorang

guru mampu melihat kemampuan kognitif

seorang siswa dengan cara memberikan

soal tes yang telah diklasifikasikan tingkat

kognitifnya.

(2)

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar

UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

335

Ranah kognitif siswa dalam dapat

dikelompokan

ke

dalam

beberapa

kategori, dimulai dari kategori yang paling

sederhana sampai yang paling komplek.

Salah satunya yaitu pengelompokkan yang

dilakukan oleh Bloom. Namun pada

perjalannya taksonomi Bloom mengalami

revisi, disesuaikan dengan tujuan-tujuan

pendidikan.

Revisi

dilakukan

oleh

Kratwohl & Anderson (dalam Palupi &

Gunawan,

2012: 98-99), taksonomi

menjadi:

mengingat

(remember),

memahami (understand), menerapkan

(apply),

menganalisis

(analyze),

mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan

(create). Sehingga penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan tingkat kognitif

siswa SMP berdasarkan taksonomi revisi

Bloom

pada

pemecahan

masalah

matematika.

2. KAJIAN LITERATUR

a. Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata

cognition yang padanannya knowing,

berarti

mengetahui.

Dalam

perkembangannya,

istilah

kogntif

menjadi menjadi populer sebagai salah

satu domain atau wilayah atau ranah

psikologis manusia yang meliputi setiap

perilaku mental yang berhubungan

dengan pemahaman, pertimbangan,

pengolahan

informasi,

pemecahan

masalah, kesengajaan, dan kejiwaan

(Syah, 2015: 22). Menurut Bloom

(dalam Sudijono, 2015: 49) segala

upaya yang menyangkut aktifitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif.

Jadi ranah kognitif berpusat pada otak

dan berfungsi sebagai pengendali bagi

ranah kejiwaan yang lain yaitu ranah

afektif dan ranah psikomotor.

Ranah

kognitif

memegang

peranan penting sebagai pengontrol

perasaan dan perbuatan manusia. Oleh

karena itu, pendidikan dan pengajaran

perlu diupayakan sedemikian rupa agar

ranah kognitif para siswa dapat

berfungsi

secara

positif

dan

bertanggungjawab dalam artian tidak

menimbulkan nafsu serakah yang tidak

hanya merugikan diri sendiri tetapi juga

orang lain.

Syah (2016: 116) menjelaskan

tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan

seorang

siswa

dapat

berpikir.

Selanjutnya, tanpa berpikir bagaimana

seorang siswa dapat menangkap materi

pelajaran yang diberikan, bagaimana

siswa dapat memecahkan persoalan

baik dalam pembelajaran maupun

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat

disimpulkan bahwa kognitif adalah

ranah psikologis manusia berpusat pada

otak dan meliputi setiap perilaku mental

yang berhubungan dengan pemahaman,

pertimbangan, pengolahan informasi,

pemecahan masalah, dan kesengajaan.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut hasil riset para ahli

psikologi kognitif, aktifitas ranah

kognitif manusia pada prinsipnya sudah

berlangsung sejak masih bayi, yakni

rentang usia antara 0-2 tahun (Syah,

2016: 117). Hal ini berarti bahwa

seorang bayi manusia sudah mempunyai

kemampuan

untuk

menyimpan

informasi-informasi yang berasal dari

pengelihatan,

pendengaran,

dan

informasi yang didapat dari indera yang

lain. Seorang pakar terkemuka, Jean

Piaget (dalam Syah, 2016: 117)

mengelompokan

perkembangan

kognitif anak kedalam empat tahapan

yaitu sensori-motor (sensory-motor)

usia 0-2 tahun, pra-operasional

(pre-operational) usia 2-7 tahun,

konkret-operasional (concret operational) usia

7-11 tahun, formal-operasional (formal-

oprational) usia 11-15 tahun.

c. Tingkat Kognitif

Seiring dengan bertambahnya

usia seseorang siswa maka berkembang

pula

ranah

kognitifnya.

Berkembangnya ranah kognitif sangat

bergantung pada proses belajar siswa.

Tanpa adanya proses belajar mustahil

seorang siswa mampu berpikir secara

kompleks dan baik. Syah (2015: 60)

mengungkapkan bahwa kualitas hasil

proses perkembangan manusia itu

banyak terpulang pada apa dan

bagaimana ia belajar. Oleh karena itu

belajar mempunyai peranan penting

(3)

336

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,

Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika

dan Pembelajarannya”.

dalam proses perkembangan siswa

terutama ranah kognitif yang berpusat

pada otak. Di dalam otak manusia

terdapat

memori

yang

dapat

menyimpan berbagai macam informasi.

Menurut Bruno (dalam Syah, 2015: 72)

memori adalah proses mental yang

meliputi pengkodean, penyimpanan,

dan pemanggilan kembali informasi,

dan pengetahuan yang semuanya

terpusat dalam otak. Jadi ketika seorang

siswa belajar informasi yang tersimpan

di

dalam

otak

melalui

proses

pengkodean dan penyimpanan serta

dapat dipanggil kembali ketika siswa

membutuhkan informasi tersebut untuk

menyelesaikan

soal

atau

sekedar

menjawab pertanyaan.

Ranah kognitif siswa dalam dapat

dikelompokan ke dalam beberapa

kategori, dimulai dari kategori yang

paling sederhana sampai yang paling

komplek.

Salah

satunya

yaitu

pengelompokkan yang dilakukan oleh

Bloom. Bloom (dalam Palupi &

Gunawan, 2012: 98) membagi ranah

kognitif siswa ke dalam 6 kategori,

yaitu

pengetahuan

(knowledge),

Pemahaman

(comprehension),

penerapan

(application),

analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan

evaluasi (evaluation). Pengelompokan

ini sering dikenal dengan taksonomi

Bloom,

sesuai

dengan

nama

penciptanya. Namun pada perjalannya

taksonomi

ini

mengalami

revisi,

disesuaikan

dengan

tujuan-tujuan

pendidikan. Revisi dilakukan oleh

Kratwohl & Anderson (dalam Palupi &

Gunawan, 2012: 98-99), taksonomi

menjadi:

mengingat

(remember),

memahami (understand), menerapkan

(apply),

menganalisis

(analyze),

mengevaluasi

(evaluate),

dan

menciptakan (create). Oleh karena itu

peneliti

mengasumsikan

tingkat

kognitif kedalam 6 tingkatan yaitu

mengingat (remember), memahami

(understand),

menerapkan

(apply),

menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate), dan menciptakan (create).

d. Taksonomi Revisi Bloom

Taksonomi

ialah

pengelompokkan benda menurut ciri

tertentu. Taksonomi dalam dunia

pendidikan, digunakan untuk klasifikasi

tujuan

instruksional;

ada

yang

menamakan

tujuan

pembelajaran,

tujuan penampilan, atau sasaran belajar,

yang digolongkan dalam 3 klasifikasi

umum atau ranah (domain), yaitu: (1)

ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan

belajar

yang

berorientasi

pada

kemampuan berpikir; (2) ranah afektif

berhubungan dengan perasaan, emosi,

sistem nilai, dan sikap hati); dan (3)

ranah psikomotor (berorientasi pada

keterampilan motorik atau penggunaan

otot kerangka). Tingkatan-tingkatan

taksonomi

Bloom

ranah

kognitif

merupakan salah satu kerangka dasar

untuk pengkategorian tujuan-tujuan

pendidikan,

penyusunan

tes,

dan

kurikulum diseluruh dunia.

Kerangka pikir ini memudahkan

guru

memahami,

menata,

dan

mengimplementasikan

tujuan-tujuan

pendidikan. Berdasarkan hal tersebut

taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang

penting dan mempunyai pengaruh yang

luas dalam waktu yang lama. Namun

pada tahun 2001 terbit sebuah buku A

Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing: A Revision of Bloom’s

Taxonomy of Educatioanl Objectives

yang disusun oleh Lorin W. Anderson

dan David R. Krathwohl. Skema

perubahan dari kerangka pikir asli ke

revisi seperti pada Gambar 1 di bawah

ini.

Gambar 1. Perubahan Kerangka Pikir

Asli ke Revisi (Palupi & Gunawan,

2012: 108)

Berdasarkan gambar di atas dapat

diketahui perubahan taksonomi dari

kata benda (dalam taksonomi Bloom)

(4)

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar

UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

337

menjadi kata kerja (dalam taksonomi

revisi Bloom). Perubahan ini dibuat

agar sesuai dengan tujuan-tujuan

pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan

mengidentifikasikan bahwa siswa akan

dapat melakukan sesuatu (kata kerja)

dengan sesuatu (kata benda). Kategori

pengetahuan

(knowledge)

dalam

Bloom berubah menjadi mengingat

(Remember),

kategori Pemahaman

(comprehension)

dalam

Bloom

berubah

menjadi

memahami

(understand),

kategori

penerapan

(application) dalam Bloom berubah

menjadi menerapkan (apply) dan

kategori analisis (analysis) menjadi

menganalisis

(analyze).

Kategori

sintesis (synthesis) menjadi mencipta

(create). Mencipta melibatkan proses

menyusun elemen-elemen menjadi

sebuah kesatuan yang koheren dan

fungsional

yang

akhirnya

dapat

menghasilkan sebuah produk baru yang

belum

pernah

ada

sebelumnya.

Kategori evaluasi (evaluation) menjadi

mengevaluasi

(evaluate)

dalam

kategori ini hanya terjadi perubahan

kata benda menjadi kata kerja.

Perubahan

pengetahuan

dalam

taksonomi Bloom menjadi dimensi

tersendiri yaitu dimensi pengetahuan

dalam

taksonomi

revisi.

Karena

diasumsikan bahwa setiap

kategori-kategori

dalam

taksonomi

membutuhkan pengetahuan sebagai

apa yang harus dipelajari oleh siswa.

Konsep-konsep

pembelajaran

yang berkembang terfokus pada

proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif

dalam pembelajaran yang bermakna.

Pembelajaran

diasumsikan

sebagai

pelaku yang aktif dalam aktifitas

belajar, mereka memilih informasi yang

akan

mereka

pelajari,

dan

mengonstruksi

makna

berdasarkan

informasi. Ini merupakan perubahan

dari

pandangan

pasif

tentang

pembelajaran kepandangan kognitif

dan konstruktif yang menekankan apa

yang siswa ketahui (pengetahuan) dan

bagaimana mereka berpikir (proses

kognitif) tentang apa yang mereka

ketahui

ketika

aktif

dalam

pembelajaran. Urutan sintesis dan

evaluasi ditukar. Taksonomi revisi

mengubah urutan dua kategori proses

kognitif

dengan

menempatkan

mencipta sebagai kategori yang paling

kompleks. Sehingga taksonomi Bloom

ranah kognitif yang telah direvisi

Anderson & Krathwohl (dalam Palupi

& Gunawan, 2012: 105) yakni:

mengingat (remember), memahami

(understand),

menerapkan

(apply),

menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate), dan menciptakan (create).

3. METODE PENELITIAN

Jenis

penelitian

ini

adalah

fenomenologi.

Secara

sederhana,

fenomenologi lebih memfokuskan diri pada

konsep suatu fenomena tertentu dan bentuk

dari studinya adalah untuk melihat dan

memahami arti dari suatu pengalaman

individual yang berkaitan dengan suatu

fenomena tertentu (Ghony & Almanshur,

2016: 58). Penelitian ini dilakukan pada

bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Maret

2018 di SMP Negeri 2 Purworejo tahun

pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian

adalah 2 siswa kelas VII yang dipilih

berdasarkan tingkat kemampuan siswa

yaitu siswa dengan kemampuan rendah.

Pengambilan

subjek

penelitian

ini

menggunakan purposive sampling dan

bersifat snowball sampling.

Instrumen yang digunakan terdiri dari

instrumen

utama

dan

instrumen

pendukung.

Instrumen

utama

adalah

peneliti itu sendiri, sedangkan instrumen

pendukungnya yaitu soal tes matematika,

dan

pedoman

wawancara.

Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan

pemberian tes, wawancara, dokumentasi,

dan

catatan

lapangan.

Pemeriksaan

keabsahan data menggunakan triangulasi.

Sedangkan teknik analisis data yang

digunakan mengacu pada model Miles and

Huberman (Sugiyono, 2011: 246) yaitu: (1)

Data Reduction (reduksi data), (2) Data

Display (penyajian data), (3) Conclusion

Drawing/Verification

(penarikan

kesimpulan).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data dimulai dari hasil

Hasil analisis data dimulai dari membagi

(5)

338

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,

Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika

dan Pembelajarannya”.

siswa kedalam tiga kelompok kemampuan

sebagai berikut.

Tabel 1.

Patokan Penentuan kemampuan Tinggi,

Sedang, Rendah

Kriteria

Katego

ri

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥ (𝑀𝑒𝑎𝑛 + 𝑆𝐷)

Tinggi

(𝑀𝑒𝑎𝑛 − 𝑆𝐷) ≤ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖

< (𝑀𝑒𝑎𝑛

+ 𝑆𝐷)

Sedang

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 < (𝑀𝑒𝑎𝑛 − 𝑆𝐷)

Rendah

Pada tahap pelaksanaan, peneliti

mengelompokkan siswa ke dalam tiga

kelompok yaitu siswa dengan kempuan

tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan nilai

penilaian tengah semester (PTS). Dari hasil

tersebut,

dipilih

2

subjek

dengan

kemampuan rendah. Tes yang dilakukan

berupa tes soal matematika yang telah di

klasifikasikan tingkat kognitifnya. Adapun

hasil analisis data tes, hasil wawancara,

catatan

lapangan,

dan

dokumentasi

disajikan ke dalam tiga jenis sesuai dengan

masing-masing tingkat kognitif dari subjek

penelitian.

Siswa dengan kemampuan rendah,

berdasarkan analisis data tes, hasil

wawancara,

catatan

lapangan,

dan

dokumentasi dapat disajikan pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2.

Subjek dengan Kemampuan Rendah

Pertama: AAM (S

r1

)

N

o

Tingkat

kognitif

Indikator

Pemenuh

an

Indikator

1

.

Mengingat

(Remember

)

Siswa

mampu

mengingat kembali

konsep unsur-unsur

bentuk aljabar yang

telah diajarkan.

2

.

Memahami

(Understan

d)

Siswa

mampu

mengidentifikasi

persamaan

antara

konsep

operasi

bentuk aljabar dari

permasalahan yang

diberikan.

3

.

Menerapka

n (Apply)

Siswa

mampu

menyelesaikan

masalah

yang

diberikan

dan

mampu menetapkan

dengan

pasti

prosedur yang akan

digunakan

untuk

menyelesaikan

permasalahan

berdasarkan hal-hal

yang telah diketahui.

4

.

Menganalis

is (analyze)

Siswa

mampu

mengidentifikasi

unsur yang penting

dan relevan dengan

permasalahan,

kemudian

melanjutkan

dengan

membangun

hubungan

yang

sesuai

dari

informasi

yang

telah diberikan.

-

Kesimpulan

Menera

pkan

(Apply)

Tabel 3.

Subjek dengan Kemampuan Rendah

Kedua: KLB (S

r2

)

N

o

Tingkat

kognitif

Indikator

Pemenuh

an

Indikator

1

.

Mengingat

(Remember

)

Siswa

mampu

mengingat kembali

konsep unsur-unsur

bentuk aljabar yang

telah diajarkan.

2

.

Memahami

(Understan

d)

Siswa

mampu

mengidentifikasi

persamaan

antara

konsep

operasi

bentuk aljabar dari

permasalahan yang

diberikan.

3

.

Menerapka

n (Apply)

Siswa

mampu

menyelesaikan

masalah

yang

diberikan

dan

mampu menetapkan

(6)

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar

UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

339

dengan

pasti

prosedur yang akan

digunakan

untuk

menyelesaikan

permasalahan

berdasarkan hal-hal

yang telah diketahui.

4

.

Menganalis

is (analyze)

Siswa

mampu

mengidentifikasi

unsur yang penting

dan relevan dengan

permasalahan,

kemudian

melanjutkan

dengan

membangun

hubungan

yang

sesuai

dari

informasi

yang

telah diberikan.

-

Kesimpulan

Menera

pkan

(Apply)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat

bahwa kedua siswa dengan kemampuan

rendah mampu memenuhi tiga indikator

tingkat kognitif. Maka dapat disimpulkan

bahwa siswa dengan kemampuan rendah

memiliki tingkat kognitif menerapkan

(apply). Pada soal nomor satu merupakan

soal dengan tingkat kognitif mengingat

(remember). Mengingat adalah mengambil

pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

jangka panjang (Anderson & Krathwohl,

2017: 99). Pada soal nomor satu S

r1

mampu

menjawab soal dengan benar. Sedangankan

S

r2

tidak mampu menjawab dengan benar

soal nomor satu secara sempurna dimana

S

r2

tidak mampu menjawab dengan benar

soal nomor satu pada poin b yaitu pada

lembar jawab dan wawancara S

r2

menjawab

5, 4, 7, 23 ini artinya jawaban tersebut masih

kurang tepat, untuk koefisien 𝑥

4

𝑦 = 5 sudah

betul, kofisien 𝑦

2

= 4 kurang tepat harusnya

(−4), untuk koefisien 𝑥 = 7 sudah betul dan

terakhir koefisien dan

𝑥

2

𝑦 = 23 adalah

salah seharusnya 1. Berdasarkan jawaban S

r2

secara keseluruhan pada nomor satu peneliti

menilai subjek tersebut telah mampu

menjawab soal nomor satu dengan benar

sebesar 80%. Menurut Harso & Rosyidi

(2013) penarikan kesimpulan diperoleh dari

indikator proses berpikir yang dominan.

Artinya, subjek disimpulkan mempunyai

proses berpikir tertentu jika minimal

memenuhi 75% indikator proses berpikir

tersebut. Dalam hal ini tingkat kognitif siswa

dianggap

mencapai

tingkat

kognitif

memahami/ C1 apabila memenuhi minimal

75% indikator pada soal nomor satu.

Berdasarkan hal tersebut kedua subjek

tersebut telah memenuhi indikator pada soal

nomor satu sehingga kedua subjek S

r1

dan S

r2

telah mencapai tingkat kognitif mengingat

(remember)/C1. Soal nomor dua merupakan

soal dengan tingkat kognitif memahami

(understand)/

C2,

Siswa

dikatakan

memahami

bila

mereka

dapat

mengkonstruksi makna dari pesan-pesan

pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan

ataupun grafis, yang disampaikan melalui

pengajaran, buku, ataupun layar komputer

(Anderson & Krathwohl, 2017: 105). Pada

soal nomor dua ini S

r1

dan S

r2

mampu

mengidentifikasi persamaan ide atau kejadian

(membandingkan)

antara

permasalahan

sehari-hari dengan konsep aljabar dengan

baik sehingga kedua subjek S

r1

dan S

r2

telah

mencapai

tingkat

kognitif

memahami

(understand)/C2. Pada soal nomor tiga S

r1

dan S

r2

mampu menerapkan konsep bentuk

aljabar

untuk

menyelesaikan

soal

berdasarkan hal-hal yang diketahui pada soal.

Namun S

r1

dan S

r2

tidak mampu mengerjakan

soal nomor empat dengan benar. Sehingga S

r1

dan S

r2

hanya mampu mencapai tingkat

kognitif mengaplikasikan (apply)/C3.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan

uraian

pada

bab

sebelumnya, maka penelitian mengenai

analisis tingkat kognitif siswa berdasarkan

taksonomi revisi Bloom pada pemecahan

masalah matematika di SMP Negeri 2

Purworejo diperoleh simpulan sebagai

berikut: subjek dengan kemampuan rendah

telah mencapai tingkat kognitif yang ketiga

yaitu menerapkan (apply).

6. REFERENSI

Anderson, L.W & Krathwohl, D. R. 2017.

Kerangka

Landasan

Untuk

Pembelajaran,

Pengajaran,

dan

Asesmen.

Yogyakarta:

Pustaka

(7)

340

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,

Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika

dan Pembelajarannya”.

Ghony, M. D & Almanshur, F. 2016.

Metodologi

penelitian

kualitatif.

Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Harso, Y. Y & Rosyidi, A. H. 2013.Tipe

Berpikir Siswa SMP N 6 Surabaya

dalam

Memecahkan

Masalah

Berbentuk Cerita Persamaan Linear

Satu Variabel. MATHEdunesa. ISSN:

2301-9085 Volume 2 No. 1 dapat

diaksesmelalui

http://

jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.ph

p/mathedunesa/article/.Diakses pada

tanggal 3 Januari 2018.

Palupi. A. R & Gunawan. I. 2012.

Taksonomi Bloom Revisi Ranah

Kognitif: Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran,

Pengajaran

dan

Penilaian. Premiere Educandum.

E-ISSN: 2528-5173 Volume 2 No. 02

dapat

diakses

melalui

ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/index.p

hp/PE/article/view/50.Diakses

pada

tanggal 23 Desember 2016.

Syah, M. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta:

Rajawali Pers.

. 2016. Telaah singkat perkembangan

peserta didik. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudijono, A. 2015. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.

Sugiyono.

2011.

Metode

Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistyorini, A. K. 2013. Analisis

Pencapaian

Kompetensi

kognitif

tingkatan aplikasi (C3) dan Analisis

(C4) Dalam pembelajaran |Fisika Pada

Siswa Kelas XI SMA Program

RSBI.Jurnal pendidikan Fisika.ISSN:

2338-0691 Volume 1 No. 1 dapat

diakses

melalui

https://

digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/3016

7. Diakses pada 17 Juli 2017.

Gambar

Gambar 1. Perubahan Kerangka Pikir  Asli ke Revisi (Palupi &amp; Gunawan,

Referensi

Dokumen terkait

Anemia : kadar hemoglobin atau eritrosit kurang atau lebih rendah dari nilai normal (WHO (1968, 1972) menetapkan kriteria untuk diagnosis anemi yaitu sebagai

Profil akses dan kontrol (peluang dan penguasaan) terhadap sumber daya mencakup informasi mengenai siapa yang mempunyai peluang dan penguasaan terhadap sumber daya fisik

Bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 29 Sawangan Kota Depok perlu menetapkan pembagian tugas mengajar guru, wali

penanggulangan terhadap bahaya kebakaran 3 dalam kawasan Kota Surakarta, serta merupakan salah satu ancaman terhadap rasa aman, yang dapat.. menimbulkan kerugian fisik maupun

memberi saran dan masukan kepada Sekretaris Daerah dibidang Kesejahteraan Rakyat dan Humas meliputi pendidikan, kesehatan, sosial, tenaga kerja dan transmigrasi, organisasi,

Gontar Alamsyah Siregar, SpPD(KGEH) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.. Delfi

Metode penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto, subjek penelitian ini adalah 42 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan 2012.. Instrumen penelitian

Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013/ 2014).. Universitas Pendidikan Indonesia |