• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEAMANAN PANGAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN PEKAJANGAN KECAMATAN KEDUNGWUNI TERHADAP PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEAMANAN PANGAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN PEKAJANGAN KECAMATAN KEDUNGWUNI TERHADAP PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1162

KEAMANAN PANGAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN

PEKAJANGAN KECAMATAN KEDUNGWUNI TERHADAP PERSEPSI

ORANG TUA DAN GURU

Wulan Agustin Ningrum1), Urmatul Waznah2)

1,2Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekajangan Pekalongan

email: wulan1414@yahoo.co.id

Abstrak

Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis.

Keywords: keamanan pangan, kedungwuni, persepsi

1. PENDAHULUAN

Kebutuhan

dasar

manusia

yang

terpenting dalam menjaga kesehatan

tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan dan

peningkatan derajat kesehatan serta

kecerdasan masyarakat adalah pangan.

Oleh karena itu, pangan yang

dikonsumsi harus berkualitas dan dapat

memenuhi kebutuhan manusia baik dari

segi jumlah, jenis, maupun mutu,

sehingga

tidak

akan

menimbulkan

penyakit bagi yang mengkonsumsinya.

Pangan aman dikonsumsi apabila pangan

tersebut bebas (di bawah toleransi

maksimum yang dipersyaratkan) dari

cemaran biologis, kimia, dan benda asing

yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan manusia.

Pangan jajanan merupakan bagian yang

tidak

terpisahkan

dari

kehidupan

manusia. Selain harga yang murah dan

jenisnya yang beragam, pangan jajanan

juga menyumbangkan kontribusi yang

cukup penting akan kebutuhan gizi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap

orang, terutama anak-anak sekolah sangat

menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu,

para

pedagang

berupaya

untuk

memberikan penampilan yang menarik

dan rasa yang disenangi anak–anak

dengan menambahkan bahan–bahan

tertentu

tanpa

memperdulikan

keamanannya (Fardiaz, 1993).

Di sisi lain, pangan jajanan dapat

menimbulkan berbagai efek yang

negatif terhadap kesehatan apabila proses

(2)

1163

produksinya atau penyajiannya tidak

memperhatikan persyaratan keamanan

pangan. Sebagian besar pangan jajanan

dibuat di lingkungan keluarga sebagai

industri rumah tangga, dimana perhatian

terhadap praktek sanitasi dan higienitas

masih sangat minimal khususnya dalam

menangani, mengolah dan menyajikan

pangan jajanan.

Menurut Rahayu (2014), kasus keracunan

pangan yang paling sering dilaporkan

dari tahun 2004-2014 di Indonesia adalah

keracunan akibat pangan jajanan dan

keracunan

akibat

pangan

olahan.

Pengujian

yang

dilakukan

Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

tahun 2014 terhadap pangan jajanan

diketahui bahwa pada 13.536 sampel

menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel

memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%)

sampel tidak memenuhi syarat. Pangan

yang tidak memenuhi syarat disebabkan

karena menggunakan pemanis buatan

bukan untuk makanan diet (31%),

menggunakan benzoat melebihi batas

(7,93%),

menggunakan

formalin

(8,88%), menggunakan boraks (8,05%),

menggunakan pewarna bukan untuk

makanan (12,67%), cemaran mikroba

(19,10%) dan TMS lainnya (12,13%)

(Badan POM, 2007).

Berita media massa seringkali memuat

terjadinya kasus keracunan pangan

serta penggunaan bahan kimia

berbahaya yang membahayakan

kesehatan.

Sebagian

masyarakat

Indonesia seperti kurang menyadari

pentingnya

permasalahan

keamanan

pangan yang dihadapinya. Terjadinya

kasus

keracunan

pangan

dianggap

sebagai hal yang lumrah bila tidak

memakan korban jiwa. Demikian juga

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

yang tidak memberi efek akut masih

banyak

terjadi.

Ironisnya

kasus

keracunan pangan tersebut sering kita

jumpai terhadap anak sekolah.

Pangan jajanan (street food) untuk anak

sekolah umumnya dan anak sekolah

dasar pada khususnya perlu mendapat

perhatian lebih dari semua pihak, baik

dari orang tua maupun pihak sekolah.

Siswa sekolah dasar merupakan objek

yang sangat rentan terhadap penyakit

yang ditimbulkan oleh pangan jajanan.

Anak sekolah merupakan konsumen

makanan jajanan yang cukup besar

jumlahnya. Mereka mempunyai sifat

yang berubah-ubah terhadap makanan,

selalu ingin mencoba makanan yang

baru dikenal, dan secara umum nafsu

makan mereka tidak mengalami masalah

(Komalasari, 1991). Makanan ringan,

sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya

menjadi makanan jajanan sehari-hari di

sekolah.

Kebiasaan jajan pada anak sangat erat

hubungannya dengan kehidupan ekonomi

dan kebiasaan makan yang terdapat di

lingkungan keluarga. Untuk itu perlu

peran orang tua, terutama ibu rumah

tangga sebagai penjaga gerbang (gate

keeper) yang bertanggung jawab dalam

pemilihan dan persiapan hidangan bagi

seluruh keluarga (Engel et al., 1994).

Selain itu, peran guru tidak dapat

dihilangkan dimana guru sebagai panutan

bagi siswa sekolah diharapkan dapat

berperan dalam pengawas

terhadap

peredaran pangan jajanan, khususnya

yang terdapat di sekolah.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan

Pekajangan Kecamatan Kedungwuni

Kabupaten Pekalongan terhadap dua belas Sekolah Dasar (SD). Dari setiap SD dipilih dua kategori sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Muhammadiyah. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juni 2015 sampai Oktober 2015.

Cara Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang dianggap mewakili seluruh populasi.

(3)

1164

Populasi adalah jumlah seluruh unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara multistage random sampling, yaitu pengelompokan unit-unit

analisa ke dalam gugus–gugus yang

merupakan satuan-satuan pengambilan

sampel. Pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama ditetapkan dua kategori yakni SD Negri dan

SD Muhammadiyah, selanjutnya dari

kategori tersebut diambil beberapa sekolah dasar yang akan dijadikan sebagai sampel. Multistage random sampling merupakan probability sampling, sehingga hasilnya

dapat dievaluasi secara objektif

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Penentuan sampel SD dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan memilih

sejumlah SD dari 54 SD yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwuni tahun 2014.

Orang tua yang digunakan sebagai sampel adalah ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu berperan sebagai penentu dan pembuat keputusan dalam keluarga, khususnya yang menyangkut anak (Engel et al., 1994). Sedangkan Guru bertanggung jawab mengawasi anak selama berada di lingkungan sekolah. Jumlah Orang tua dan Guru yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002).

Cara Pengumpulan Data

Data yang dihimpun meliputi identitas responden (usia, pekerjaan, pengeluaran keluarga, pendidikan, dan jenis kelamin), pengetahuan tentang keamanan pangan jajanan, sumber informasi, persepsi tentang keamanan pangan jajanan, dan kebiasaan anak. Hal ini diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner kepada ibu rumah tangga dan guru. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan 2 cara yaitu melakukan wawancara langsung dengan responden dan melakukan kerja sama dengan pihak

sekolah. Wawancara langsung dengan

responden baik orang tua maupun guru dilakukan dilingkungan sekolah sehingga responden mengetahui kondisi jajanan anak sekolah yang ada di kantin dan di sekitar sekolah. Sedangkan kerja sama dengan pihak sekolah dilakukan karena pada saat pengambilan data sedang dilakukan ulangan umum, yang tidak memungkinkan peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan responden orang tua maupun guru. Selain itu, ada pula data pendukung berupa keadaan umum sekolah diperoleh dari pengamatan langsung serta wawancara dengan pihak sekolah yang bersangkutan.

Penyusunan Dan Pengujian Kuisioner

Pengujian kuisioner dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini masing- masing dilakukan terhadap 30 responden. Jumlah responden tidak ada patokan yang pasti dan

sangat tergantung pada homogenitas

responden. Untuk pengujian kuisioner

umumnya digunakan 30-50 kuisioner dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada penelitian ini, ke tiga puluh responden dipilih berdasarkan

kedekatannya dengan karakteristik

responden yang akan diuji dan dipilih dari beberapa sekolah yang berada di wilayah

Kelurahan Pekajangan Kecamatan

Kedungwuni.

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang

hubungan variabel penelitian sangat

tergantung pada kualitas data yang dipakai

dalam pengujian tersebut. Pengujian

hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data

yang tidak reliabel dan tidak

menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment pada selang 5%, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil sekali.

(4)

1165

Teknik pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengukuran ulang (test-retest). Dalam teknik ini, responden yang sama menjawab pertanyaan yang sama. Jarak waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah selama 2 minggu.

Analisis Data

Kuisioner yang didapat dari responden pertama - tama dipilih dengan melihat jawaban yang ada. Kuisioner dinyatakan valid apabila responden menjawab semua pertanyaan secara benar, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Identitas responden dijawab semua; 2) Untuk jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tentang persepsi dijawab sesuai perintah; 3) Setiap pertanyaan tertutup jawabannya hanya satu;

4) Setiap pertanyaan semi terbuka

jawabannya hanya satu, apabila dijawab lebih dari satu maka dianggap menjawab “lainnya”; 5) Setiap pertanyaan terbuka diisi sesuai pertanyaan.

Persepsi terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah diukur dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aspek keamanan pangan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik.

Pertama-tama data ditampilkan dalam

bentuk tabel kontingensi yang berupa persentase dari kelompok jawaban yang sama dari semua responden pada suatu pertanyaan. Untuk pertanyan yang bersifat terbuka dan semi terbuka, pengolahan data hanya sampai disini. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat tertutup analisis

dilanjutkan ke program SPSS, yaitu

Crosstabulation (tabulasi silang). Keluaran dari Crosstabulation berupa nilai chi-square

3.HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian

Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian berjumlah 12 sekolah yang

berada di Kelurahan Pekajangan di

Kecamatan Kedungwuni. Dari hasil

pengambilan data menunjukan bahwa

responden yang mengisi kuisioner secara lengkap adalah sebanyak 232 orang responden ibu rumah tangga dan 160 orang responden guru. Sekolah yang

diteliti umumnya memiliki koperasi/kantin sekolah selain pedagang yang berjualan di sekitar sekolah.

Validitas Kuisioner

Uji validitas kuisioner dilakukan terhadap 30 responden ibu yang mewakili orang tua dan 30 responden guru. Uji tersebut dilakukan terhadap pertanyaan yang bersifat tertutup, dimana terdapat 14 pertanyaan untuk orang tua dan 15 pertanyaan untuk

guru. Nilai korelasi (r) dihitung

menggunakan metode one shot (pengukuran hanya sekali) (Prastito, 2004). Tabel 1 Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua

No. Pertanyaan Nilai r hitung Keterangan 1 0,578 Valid 2 0,376 Valid 3 0,375 Valid 4 0,478 Valid 5 0,433 Valid 8 0,700 Valid 9 0,495 Valid 12 0,743 Valid 14 0,693 Valid 16 0,634 Valid 17 0,383 Valid 19 0,379 Valid 22 0,550 Valid 23 0,651 Valid Keterangan:

¾ Jumlah responden = 30 orang ¾ Nilai r tabel = 0,361

¾ Nilai α = 0,05

Hasil uji validitas parameter persepsi orang tua menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid, karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2. Hal ini berarti bahwa pertanyaan pada kuisioner yang digunakan dapat diterima oleh orang tua. Tabel 2. Hasil uji validitas kuisioner responden guru

(5)

1166 No. Perta nyaan Nilai r hitung Keterangan 1 0,780 Valid 2 0,138 Tidak Valid 3 0,780 Valid 4 0,469 Valid 6 0,362 Valid 8 0,504 Valid 9 0,382 Valid 10 0,448 Valid 12 0,591 Valid 14 0,483 Valid 15 0,480 Valid 16 0,661 Valid 17 0,400 Valid 18 0,422 Valid 21 0,780 Valid *Keterangan:

¾ Jumlah responden = 30 orang ¾ Nilai r tabel = 0,361

¾ Nilai α = 0,05

Hasil uji validitas parameter persepsi guru terhadap keamanan jajanan anak sekolah menunjukkan ada pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 2, dimana nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel.

Pertanyaan yang tidak valid artinya

pertanyaan tersebut tidak mengukur aspek yang sama dengan pertanyaan lain, atau menimbulkan penafsiran yang salah bagi responden (Singarimbun dan Effendy, 1995). Pertanyaan nomor 2 yang tidak valid berbunyi “Apakah sekolah memiliki Kantin?”. Namun berdasarkan uji validitas secara subjektif pertanyaan tersebut telah lulus dari uji validitas dan pertanyaan tersebut mudah dimengerti atau tidak menimbulkan bias. Pertanyaan tersebut berupa pertanyaan realita (nyata) yang tidak memerlukan pengetahuan guru sehingga tidak perlu diganti atau dihilangkan. Hal ini berarti bahwa kuisioner responden guru diterima untuk selanjutkan digunakan dalam penyebaran kuisioner.

Reliabilitas Kuisioner

Berdasarkan pengujian reliabilitas persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajan anak sekolah masing-masing diperoleh nilai r hitung

sebesar 0,981 dan 0,975. Nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2 adalah

0,361. Hasil uji reliabilitas terhadap

kuisioner orang tua dan kuisioner guru menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel. Hal ini berarti bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian telah reliabel atau dapat dipercaya.

Profil Responden

Data sebaran orang tua berdasarkan

kelompok usia terdapat pada Tabel 3.

Usia

N

% N

< 25 tahun

21

9,05

25 – 35 tahun

78

33,62

36 – 46 tahun

124

53,45

> 46 tahun

9

3,88

Total

232

100,00

Berdasarkan pekerjaan, lebih dari setengah responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan atau ibu rumah tangga penuh (63,79%). Tabel 4. Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan. Pekerjaan N % N Ibu RT tanpa pekerjaan sambilan 148 63,79 Ibu RT dengan pekerjaan sambilan 64 27,59 Ibu RT dengan pekerjaan penuh di luar rumah 20 8,62 Total 232 100,00

Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua dinilai cukup mampu mengakses informasi yang diperlukan untuk

kelangsungan dan kesejahteraan

keluarganya. Selain itu, responden juga dinilai cukup mampu memahami instruksi yang diberikan peneliti lewat kuisioner

selama pengambilan data, sehingga

menunjang pencapaian tujuan penelitian (Mardiyanti, 2005). Tabel 5. Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan.

Pendidikan

N

% N

Sekolah Dasar (SD

atau sederajat)

30

12,93

Sekolah lanjutan

(SLTP, SLTA atau

sederajat)

182

78,45

Perguruan tinggi

(Diploma, S-1, S-2,

atau S-3)

20

8,62

Total

232

100,00

(6)

1167

Guru diartikan sebagai orang yang

pekerjaannya mengajar dan mendidik orang lain (Syah, 2000). Selain itu, guru juga dapat berperan sebagai (a) informator, yaitu sumber penyampaian informasi berupa ilmu pengetahuan, (b) organisator, yaitu menjaga dan mengatur keserasian kegiatan belajar mengajar, (c) katalisator, yaitu mengatur kegiatan belajar mengajar kearah tujuan, (d) inisiator, yaitu mengambil inisiatif pertama sehingga menimbulkan semangat baru untuk melaksanakan semua kegiatan belajar mengajar ke tujuan interaksional, (e) moderator, yaitu sebagai pengantar belajar bagi siswa (Wahab, 1993).

Gambar 1. Tabulasi antara umur dan jenis kelamin guru.

Tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara pandang, cara berpikir, bahkan

persepsinya terhadap suatu masalah.

Responden yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi (Sumarwan, 2003).

Gambar 2. Sebaran tingkat pendidikan guru.

Persepsi Orang Tua

Anak yang melakukan sarapan pagi memiliki stamina yang fit selama mengikuti kegiatan di sekolah. Sedangkan anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun.

Gambar 2. Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan dengan rutinitas sarapan anak.

diketahui bahwa sebagian besar orang tua

memberikan uang saku kepada anak

(98,70%) dan hanya 1,30% orang tua yang tidak memberikan uang saku untuk anak. Besarnya uang saku yang diberikan orang tua kepada anak yaitu kurang dari Rp 1.000,00 (3,88%), Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 (79,74%) dan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 (15,08%).

Gambar 3. Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak.

Pola makan yang dianjurkan kepada anak seharusnya mengandung karbohidrat berkisar 50-60 persen dari total kalori yang dikonsumsi. "Sementara asupan lemak tidak lebih dari 30 persen dari total kalori, dan protein 20-25 persen.

Gambar 4. Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah.

Pangan jajanan yang baik menurut orang tua adalah pangan yang ditempatkan di tempat

(7)

1168

yang layak. Sebanyak 96,89% orang tua menyatakan bahwa penyajian pangan yang baik adalah ditempatkan pada wadah yang tertutup/etalase yang tertutup. Sisanya yaitu 3,11% orang tua menyatakan pangan jajanan

yang baik yaitu ditempatkan dalam

bungkusan plastik.

Persepsi Guru

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa guru yang memonitor langsung keamanan jajanan di kantin sekolah adalah sebanyak 64,38% dan yang selalu mengingatkan anak didik untuk sarapan dahulu sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 86,87%. Sedangkan guru yang selalu mengajarkan murid untuk tidak mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan sebanyak 68,75%. diketahui bahwa guru yang disekolahnya memiliki kantin berpendapat bahwa sebagian besar pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah aman untuk dikonsumsi (86,99%) dan ada pula guru yang menyatakan bahwa hanya sebagian pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah

aman untuk dikonsumsi (13,01%).

Sedangkan untuk pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah, lebih dari 50% guru menyatakan hanya sebagian pangan jajanan yang aman untuk dikonsumsi (69,38%). Sisanya guru menyatakan bahwa pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah aman untuk dikonsumsi (22,50%) dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah tidak aman untuk dikonsumsi (8,12%). Hasil tersebut mengungkapkan bahwa perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan pedagang yang berjualan disekitar sekolah untuk dapat meningkatkan keamanan pangan jajanan yang beredar di sekolah. Persepsi guru tentang kebersihan pangan jajanan berbeda-beda. Jika ditinjau dari masing-masing tempat berjualan, menurut guru pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah bersih (78,08%) sedangkan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah kurang bersih (85,00%).

Perbandingan Antara Persepsi Orang Tua Dan Guru

Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

pengkonsumsian pangan jajanan yang dijual di sekolah. Dilihat dari hasil penelitian, menurut orang tua anak yang mengalami gangguan kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan (65,76%). Sedangkan menurut guru sebagian besar anak didik tidak pernah mengalami gangguan kesehatan (89,11%).

Dari 232 responden orang tua, sebanyak 85,78% menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan sebanyak 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya. Responden guru semuanya mengetahui

jenis-jenis bahan kimia berbahaya

(100,00%) dan 99,38% mengetahui

pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya. Jenis bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan menurut orang tua antara lain formalin, boraks, penyedap rasa, serta zat pewarna tekstil. Sebagian besar orang tua menyebutkan semua jenis bahan kimia berbahaya tersebut (82,91%).

Anak yang mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan berbeda-beda yaitu ada yang selalu mempraktekkan sebelum menyentuh pangan, kadang-kadang saja mempraktekkannya dan ada pula yang tidak mempraktekkannya sama sekali. Menurut orang tua anak yang selalu mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan sebanyak 55,56% sedangkan menurut guru anak yang selalu mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan sebanyak

45,95%.

Sebagian besar orang tua mendapatkan informasi tersebut dari media elektronik seperti: TV atau radio (52,58%).

Sedangkan guru sebagian besar

mendapatkan informasi tentang keamanan pangan dari media cetak seperti: koran atau majalah (40,00%).

tingkat persepsi orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) berada pada kategori sedang. Sedang disini maksudnya adalah orang tua

(8)

1169

maupun guru memiliki sikap dan perilaku yang cukup bagus terhadap keamanan pangan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai elemen seperti usia, pendidikan dan

pengetahuan, dimana ketiganya saling

mempengaruhi satu sama lain Adanya pengetahuan yang ditunjang dengan usia dan pendidikan akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap positif, kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang akan diwujudkan dalam suatu tindakan

(Noor, 1999). Tabel 5. Klasifikasi tingkat

persepsi responden terhadap keamanan pangan

Resp on

Orang tua Guru

N % N N % N Bagus 33 14,22 12 7,50 Sedan g 167 71,98 121 75,63 Buruk 32 13,79 27 16,87 Total 232 100,00 160 100,00

Korelasi Antar Parameter Terhadap Persepsi Keamanan Pangan

analisis uji Chi- square baik berdasarkan

probabilitas maupun dengan

membandingkan antara x2 hitung dan x2 tabel mengungkapkan bahwa nilai R square menggambarkan bahwa hubungan yang ada adalah lemah, dimana nilai yang diperoleh rata-rata mendekati 0, artinya terdapat hubungan antara profil responden seperti usia dengan kebiasaan anak sarapan sebelum berangkat sekolah dan kebiasaan orang tua memonitor pangan jajanan anak, profil pekerjaan dengan tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh

penanganan pangan jajanan yang tidak higienis, profil pengeluaran dengan tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienis, serta profil pendidikan dengan jumlah uang saku anak dan tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienis.

korelasi antara umur dengan persepsi guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan di kantin sekolah dan di sekitar sekolah serta pengaruh yang ditimbulkan

oleh bahan kimia berbahaya. Selain itu, diketahui pula bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin guru dengan aktivitas guru dalam memonitor keamanan jajanan di sekitar sekolah dan gangguan kesehatan anak setelah jajan di sekitar sekolah. Namun setelah dilakukan regresi hasil R square yang diperoleh sama dengan hasil R square orang tua yaitu mendekati 0.

4.SIMPULAN

Orang tua dan guru dalam penelitian ini memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak

sekolah. Hal ini ditunjang dengan

pengetahuan, sikap dan perilaku kedua

responden terhadap hal-hal yang

menyangkup keamanan pangan jajanan. Namun dari hasil penelitian, diketahui jumlah anak sekolah yang mengalami gangguan kesehatan menurut orang tua masih lebih besar (65,76%) dibandingkan dengan anak sekolah yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Gejala yang banyak dirasakan oleh anak sekolah menurut orang tua dan guru sebagian besar adalah diare. Sebagian besar anak sekolah

hanya kadang-kadang saja melakukan

sarapan pagi di rumah (47,84%) sehingga lebih banyak yang jajan di sekolah (80,35%). Pangan jajanan disekolah yang dikonsumsi anak menurut orang tua

mengandung bahan kimia berbahaya

(94,97%) dan mengandung kuman atau tidak higienis (65,52%). Sedangkan menurut guru pangan jajanan disekitar sekolah sebagian besar aman untuk dikonsumsi (69,38%) dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah kurang bersih (85,00%).

Sumber informasi tentang keamanan pangan umumnya diperoleh orang tua dari media elektronik seperti TV dan Radio (53,02%) sedangkan guru umumnya berasal dari media cetak seperti: koran dan majalah (40,00%). Kedua media tersebut merupakan

alat komunikasi yang efisien dalam

menyampaikan informasi kepada

masyarakat.

Daftar pustaka

Anonim. 2005a. Pilihan Pekerjaan Untuk

Ibu. http://www.ibudananak.com

(9)

1170

Badan POM RI. 2002. Panduan Pengolahan Pangan yang Baik Bagi Industri Rumah tangga: Amankan Dan Bebaskan Produk

Dari Bahan Berbahaya. Direktorat

Surveilan dan Penyuluhan Keamanan

Pangan Deputi Bidang Pengawasan

keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta.

Fardiaz, S. 1993. Keamanan Pangan Jilid I. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Harper, L. J, B. J Deaton, dan J. A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian.

Manalu, H. 2004. Persepsi Bidan Desa Terhadap Peran, Tugas dan Fungsinya di Kabupaten Tanggerang Tahun 2004. http://dinkesjatim.go.id/keg- ukbm.html. [3 Januari 2007].

Martoadmodjo, M. Khumaidi, dan Husaini. 1973. Pengetahuan Gizi untuk Membina

Keluarga Sehat. Persagi Cabang

Kedungwuni. Kedungwuni

Merril, C. J & L. R. Lowenstein, 1971.

Media, Massage and Man: New

Perspective In Communication. David Mckey Co. New York.

Pang, T., Z.A. Bhutta, B.B Finlay, dan M. Altwegg. 1995. Typhoid fever and other salmonellosis: a continuing challenge.” Trend Microbial., 3(7):253-255. di dalam Cary et al. Microbial Foodborne Disease Mechanisms of Pathogenesis and Toxin Synthesis. Technomic Publishing Company, Inc. Pennsylvania.

Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan RancanganPercobaan Dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius (Anggota

IKAPI). Yogyakarta.

Rahayu, W.P., P.B. Hartini, Y. Kuswanti, Y. Syella, dan Y.F. Dewi. 2002.

Robbins, S. P. 2002. Prinsip-Prinsip dan Perilaku Organisasi. Ed ke-5. Halida, Sandika D, (penerjemah); Mahanani N (editor). Jakarta: Erlangga. Terjemahan

dari: Essential of Organization Behaviour (5th ed).

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Sebaran tingkat pendidikan guru.

Referensi

Dokumen terkait

DAPATAN KAJIAN DAN PERBINCANGAN Pendahuluan Analisis Berdasarkan Soal selidik Data Demografi Sampel Kajian Bahagian A Latar belakang Responden Bahagian B Analisis Item Tahap

Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan kebijakan teknis operasional, mengkoordinasikan, melaksanakan kerja sama dan mengendalikan pelaksanaan urusan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada

Media pembelajaran interaktif sangat berperan penting di dalam pendidikan karena dengan media pembelajaran interaktif yang tepat materi dan sesuai dengan tujuan

Setelah jamaah haji datang di rumah masing-masing, tidak sedikit masyarakat Islam yang datang dan meminta berkah kepada orang yang telah melaksanakan ibadah haji. Karena itu,

Jadi hipotesis nihil ( Ho ) dalam penelitian ini adalah : “Tidak Ada Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP (SAIM) Sekolah Alam

DANIEL 8:9 Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai.. Pdt Gerry

Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik