• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT THT PADA MANUSIA DENGAN METODE FORWARD CHAINING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT THT PADA MANUSIA DENGAN METODE FORWARD CHAINING"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

CHAINING

INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT TO DIAGNOSE THT

DISEASE ON HUMAN USING FORWARD CHAINING METHOD

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer

Disusun Oleh:

Nama

: Achmad Rofi’uddin Annur

NIM

: A11.2010.05470

Program Studi

: Teknik Informatika – S1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)

ii

NIM : A11.2010.05470

Program Studi : Teknik Informatika

Fakultas : Ilmu Komputer

Judul Tugas Akhir : Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT

pada Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining

Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, 29 Oktober 2015

Menyetujui : Pembimbing

Slamet Sudaryanto N., ST, M.Kom NPP. 0686.11.2009.361

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Komputer

Dr. Abdul Syukur, M.M

(3)

iii

NIM : A11.2010.05470

Program Studi : Teknik Informatika

Fakultas : Ilmu Komputer

Judul Tugas Akhir : Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Sidang tugas akhir tanggal 29 Oktober 2015. Menurut pandangan kami, tugas akhir

ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk penganugrahan gelar Sarjana Komputer (S.Kom.)

Semarang, 29 Oktober 2015

Dewan Penguji:

Aripin, M.Kom Noor Ageng Setiyanto, M.Kom

Anggota 1 Anggota 2

Ifan Rizqa, M.Kom Umi Rosyidah, S.Kom, M.T

NPP. 0686.11.2001.267 NPP.0686.11.2009.372

Ketua Penguji

Desi Purwanti Kusumaningrum, M.Kom NPP.0686.11.2009.360

(4)

iv Nama : Achmad Rofi’uddin Annur

NIM : A11.2010.05470

Menyatakan karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining

Merupakan karya asli saya (kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-masing telah saya jelasakan sumbernya dan perangkat pendukung seperti webcam dll). Apabila di kemudian hari, karya saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, yang disertai dengan bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar saya beserta hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang, Pada tanggal : 29 Oktober 2015

Yang menyatakan

(5)

v saya:

Nama : Achmad Rofi’uddin Annur NIM : A11.2010.05470

Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang, Pada tanggal : 29 Oktober 2015

Yang menyatakan

(6)

vi

judul “PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT THT PADA MANUSIA DENGAN METODE FORWARD CHAINING” dapat penulis selesaikan sesuai dengan rencana karena dukungan dari berbagai pihak yang tidak ternilai besarnya. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. Abdul Syukur selaku Dekan Fasilkom.

3. Heru Agus Santoso, Ph.D, selaku Ka Progdi Teknik Informatika.

4. Slamet Sudaryanto N., ST, M.Kom, selaku pembimbing tugas akhir yang memberikan informasi referensi yang penulis butuhkan dan bimbingan yang berkaitan denga n penelitian penulis.

5. Dosen-dosen pengampu di Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan Ilmu dan pengalamannya masing-masing, sehingga ilmunya bermanfaat.

6. Kepada Hadratus Syekh Ahmad Asrori Al-Ishaqi sebagai guru sepiritual penulis. 7. Untuk Ayah, Ibu, Istri dan Anak yang aku sayangi, untuk segala do’a dan

motivasinyanya yang begitu besar buat penulis.

8. Seluruh teman yang telah memberikan masukan dan semangat untuk dapat menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan balasan yang lebih besar kepada beliau-beliau, dan pada akhirnya penulis berharap bahwa penulisan laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana fungsinya.

Semarang,

(7)

vii

hidung tenggorakan, telinga merupakan oragan pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluarmasuknya udara dari dan ke paru-paru, Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat jalannya udara ke paru-paru. Pemahaman masyarakat akan penyakit THT masih sangat kurang, sebagian besar tidak terlatih secar medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit belum tenttu dapat memahami cara-cara penanggulangan.Dalam mendiagnosa penyakit calon pasien harus datang ke rumah sakit dan mengantri, tetapi tidak semua calon pasien memiliki waktu dan biaya untuk periksa. Maka dibutuhkan aplikasi yang dapat membantu calon pasien dalam melakukan diagnosa awal penyakit yang dimilikinya. Tujuan dari pembangunan sistem informasi ini adalah untuk membantu masyarakat untuk mendeteksi gangguan pada THT berdasarkan gejala yang terlihat dan penanganan sederhana yang dapat diberikan jika terdeteksi penyakit pada THT, dan data yang nanti akan ditampilkan merupakan data gejala dan penanggulangannya dalam mengatasi masalah penyakit THT. Dalam pengembangan aplikasi menggunakan metode Forward Chaining, bahasa pemrograman PHP dan Black Box Texting.

(8)

viii

hearing and equilibrium , consisting of the external ear , the middle ear , and the inner ear .The nose is the organ of smell and the main road out the entrance of air to and from the lungs , the windpipe is channel muscular place the way food to the and place the way of air to the lungs .The understanding of the community will disease tht is very weak , most of them are not trained secar medical when experience symptoms of the disease have not yet certainly can understand ways reduction. Since in diagnose patient candidate disease shall come to hospital and queuing up, but is not all prospective patient get time and cost to check. Therefore needed application which can help patient candidate in do diseased startup diagnosis that its proprietary. To the effect of this information system development is subject to be help society to detect trouble on THT bases phenomena that visually and allocable simple handle if detected diseased on THT. And data will be displayed represents data symptoms and countermeasures in overcoming issues of disease tht In application development utilizes to methodic Forward Chaining, PHP programming languages and Black Box Texting.

(9)

ix

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Tugas Akhir...iv

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ...v

Halaman Ucapan Terima Kasih...vi

Halaman Abstrak ... vii

Halaman Abstrack ... viii

Halaman Daftar Isi...ix

Halaman Daftar Gambar... xii

Halaman Daftar Tabel ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Perumusan Masalah...2

1.3. Batasan Masalah...3

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...3

1.4.1. Tujuan Penelitian ...3

1.4.2. Manfaat Penelitian ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ...4

2.1.1. Pustaka yang Terkait dengan Penelitian ...4

2.1.2. Perbedaan Penelitian yang dilakukan Peneliti Terdahulu...6

2.2. Definisi Sistem ...7

2.3. Definisi Informasi...7

(10)

x

2.6. Software Aplikasi Web ...12

2.6.1. PHP...12

2.6.2. HTML... 13

2.7. Penyakit THT ...16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ...31

3.2. Jenis Sumber Data...31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...32

3.4. Kerangka Pikir...33

3.5. Pemilihan Arah Penelusuran ...34

3.6. Metode Pengembangan Aplikasi...38

BAB IV RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 4.1. Analisis Sistem...40

4.1.1. Lingkup Analisis Sistem ...40

4.2. Perancangan Sistem...41

4.3. Implementasi Sistem ...53

4.3.1.Tampilan Source Code ...54

4.4. Faktor Kepastian...57

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Tahap Implementation...63

5.1.1. Tampilan Menu Awal...63

5.1.2. Tampilan Input Data Pasien ...63

5.1.3. Tampilan Pertanyaan...64

5.1.4. Tampilan Hasil Analisa...65

5.1.5. Tampilan Cara Penggunaan ...65

5.1.6. Tampilan Login Adminitrator ...66

(11)

xi

5.1.11. Tampilan Input Gejala...69

5.1.12. Tampilan Data Gejala...70

5.1.13. Tampilan Edit Gejala ...70

5.1.14. Tampilan Input Relasi Masalah...71

5.1.15. Tampilan Input Relasi Gejala...71

5.1.16. Tampilan Laporan Gejala...72

5.1.17. Laporan Masalah ...72

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan...74

6.2. Saran...74

(12)

xii

Gambar 2.2 Diagram Pelacakan Ke Belakang...9

Gambar 2.3 Breadth First Search...10

Gambar 2.4 Depth First Search...11

Gambar 2.5 Best First Search ...11

Gambar 2.6 Contoh Skrip HTML...14

Gambar 3.1 Arah Penelusuran ...37

Gambar 3.2 Alur RADhal...38

Gambar 4.1 Diagram Konteks ...42

Gambar 4.2 Simbol Diagram Arus Data...43

Gambar 4.3 Diagram arus data ...44

Gambar 4.4 Diagram Arus Data level 1 ...45

Gambar 4.5 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data gejala masalah ...45

Gambar 4.6 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data analisis masalah ...46

Gambar 4.7 Entitiy Relationship Diagram ...52

Gambar 4.8 Relasi Antar Tabel ...53

Gambar 5.1 Tampilan Menu Awal ...63

Gambar 5.2 Tampilan Input Data Pasien...64

Gambar 5.3 Tampilan Data Pertanyaan...64

Gambar 5.4 Tampilan Hasil Analisa...65

Gambar 5.5 Tampilan Cara Penggunaan ...66

Gambar 5.6 Tampilan Halaman Administrator ...66

Gambar 5.7 Tampilan Awal Administrator ...67

Gambar 5.8 Tampilan Input Masalah THT ...68

Gambar 5.9 Tampilan Data Masalah THT ...68

Gambar 5.10 Tampilan Edit Masalah THT ...69

Gambar 5.11 Tampilan Input Gejala ...69

(13)

xiii

Gambar 5.16 Tampilan Laporan Gejala ...72 Gambar 5.17 Tampilan Laporan Masalah ...73

(14)

xiv

Tabel 2.2 Jenis faringitis ...22

Tabel 3.1 Tabel Kerangka Pikir ...34

Tabel 3.2 Tabel Arah Penelusuran ...34

Tabel 4.1 Tabel Analisa Hasil ...47

Tabel 4.2 Tabel Gejala Masalah...47

Tabel 4.3 Tabel Pakar...48

Tabel 4.4 Tabel Masalah ...49

Tabel 4.5 Tabel Relasi...49

Tabel 4.6 Tabel Tampil Analisa ...50

Tabel 4.7 Tabel Tampil Gejala...50

Tabel 4.8 Tabel Tampil Pasien...51

Tabel 4.9 Tabel Tampil Masalah...51

Tabel 4.10 Tabel Gejala Contract Ulcers ...57

Tabel 4.11 Tabel Gejala Abses Parafaringeal ...58

Tabel 4.12 Tabel Gejala Abses Paritonsiler ...58

Tabel 4.13 Tabel Gejala Barotitis Media ...59

Tabel 4.14 Tabel Gejala Deviase Septum ...59

Tabel 4.15 Tabel Gejala Faringitis ...60

Tabel 4.16 Tabel Gejala Kanker Laring...60

Tabel 4.17 Tabel Gejala Kanker Leher dan Kepala ...61

(15)

1

THT adalah singkatan dari telinga, hidung dan tenggorokan. Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru. Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata. Tenggorokan (faring) terletak di belakang mulut, di bawah rongga hidung dan diatas kerongkongan dan tabung udara (trakea). Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat jalannya udara ke paru-paru.

Penyakit yang menyerang THT masih dianggap sepele oleh masyarakat umum, sehingga belum banyak yang mengetahui tentang penyakit THT dan gejala-gejala yang ada. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat enggan untuk memeriksakan diri ke dokter ketika menderita sakit yang menyerang pada bagian THT. Saat penyakit yang menyerang pada bagian THT masyrakat hanya menggunakan pengalaman atau intuisi dalam menyembuhkannya, sehingga tidak tertangani dengan baik.

Akan tetapi sebagian masyarakat masih mau memeriksakan penyakit yang menyerang THT ke dokter spesialis THT atau otolaringologis. Dalam sebuah pemeriksaan dokter akan mendeteksi suatu penyakit yang terdapat dalam tubuh pasien dengan gejala atau keluhan pasien. Yang dilakukan pasien adalah dengan langsung bertatap muka dengan dokter serta dokter akan menanyakan gejala-gejala yang timbul pada sang pasien. Dalam sistem manual tersebut memiliki suatu kelemahan dimana sang pasien harus datang menemui dokter untuk berkonsultasi atau memeriksakan penyakit yang diderita pasien dan pasien juga harus menyiapkan biaya yang dibutuhkan untuk memeriksakan penyakitnya. Informasi saat ini yang tersedia hanya informasi yang menjelaskan tentang sebuah penyakit dengan gejala yang ada, sehingga pasien atau dalam hal ini user harus mencari satu persatu untuk melakukan diagnosa awal sakit yang dideritanya.

(16)

Sistem manual yang seperti itu dapat di permudah dengan suatu sistem informasi dimana pasien tidak perlu datang kedokter untuk mendiagnosa penyakit yang diderita sang pasien. Dengan menggunakan sistem informasi, pasien dapat menghemat waktu dan dapat meningkatkan pelayanan pada pasien. Sistem informasi yang digunakan adalah sistem informasi yang menggunakan metode Forward Chaining atau runut maju. Metode ini menggunakan himpunan aturan kondisi aksi, data akan digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Sehingga dalam hal ini sebuah teknologi informasi mampu membantu masyrakat dalam mendiagnosa penyakit yang menyerang pada THT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem informasi dengan metode inferensi forward chaining yang dapat membantu masyarakat untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan pada THT berdasarkan gejala-gejala yang terlihat sehari-hari beserta penanganan sederhana yang dapat diberikan jika terdeteksi penyakit pada THT.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu belum adanya sebuah aplikasi sistem informasi untuk mendiagnosa penyakit pada THT dengan menggunakan metode inferensi forward chaining.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah pada sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis penyakit yang didiagnosa yaitu penyakit pada THT manusia

2. Penyakit pada THT yang diteliti adalah penyakit yang umum dan mudah dideteksi.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Terciptanya sebuah aplikasi sistem informasi untuk mendiagnosa penyakit pada THT dengan menggunakan metode

(17)

inferensi forward chaining dan membuktikan bahwa teknologi informasi bisa mendukung dalam mendiagnosa penyakit THT.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Masyarakat

Memudahkan masyarakat untuk memperoleh diagnosa sementara penyakit THT yang diderita dari gejala yang ada.

2. Bagi Instansi

Mempermudah ahli atau dokter spesialis THT dalam mendiagnosa pasien.

(18)

4 2.1. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan tentang tinjauan pustaka yang dipakai sebagai perbandingan dan juga acuan dalam pembuatan “Pengembangan Sistem Informasi Diagnosis Penyakit THT pada Manusia dengan metode Forward Chaining”. Tinjuan pustaka tersebut adalah hasil dari penelitian terdahulu tentang informasi hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan menghubungkan dengan masalah yang sedang diteliti.

2.1.1. Pustaka yang Terkait Dengan Penelitian

1. Gusti Ayu Kadek Tutik A (2009). Melakukan penelitian dengan judul Penerapan Forward Chaining pada Program Diagnosa Anak Penderita Autisme. Autisme merupakan gangguan perkembangan mental pada anak yang menyebabkan seorang anak sulit untuk berinteraksi sosial. Diagnosa autisme biasanya dilakukan oleh seorang pakar/ahli dibidang tumbuh kembang anak, namun sebenarnya orang tua juga dapat melakukan diagnosa awal kemungkinan autisme pada anak dengan melakukan pengamatan perilaku anak dalam kesehariannya terutama dari cara komunikasi, berinteraksi sosial dengan anak sebayanya, dan kemampuan berimajinasi pada anak. Aplikasi yang dibangun bertujuan untuk membantu orang tua didalam melakukan diagnosa awal kemungkinan autisme pada anak. Pengetahuan pada sistem dipresentasikan dalam bentuk aturan dan metode penalaran yang digunakan adalah metode runut maju (forward chaining). Keluaran pada sistem ini berupa ada tidaknya kemungkinan autisme pada seorang anak berdasarkan gejala/fakta yang diberikan kepada sistem.

2. Evi Nurfitriani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Anak, menyebutkan bahwa anak yang

(19)

3. teridentifikasi ada keanehan pada kulitnya akan dibawa ke dokter atau poliknik, akan tetapi jam kerja dokter dan proses antri yang tidak sebentar menjadikan kendala-kendala yang dihadapi oleh orang tua dalam memeriksakan penyakit kulit pada anaknya. Sistem pakar yang dibuat bermanfaat untuk memberikan diagnosa awal tentang penyakit kulit pada anak sehingga dapat memberikan solusi berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh anak tersebut sehingga dapat memberikan solusi seperti yang diberikan oleh dokter. Penggunan metode fordward chaining dengan proses penuluran dapat digunakan untuk pembuatan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Anak.

4. Adhi Kusnadi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Perancangan Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit pada Manusia, menyebutkan bahwa dalam masalah kesehatan semakin banyak jumlah penderita suatu penyakit dan bertambah pula jenis penyakit. Sedangkan jumlah ahli kesehatan seperti dokter terbatas jumlahnya sudah banyak aplikasi sistem pakar yang mampu mendiagnosis berbagai jenis penyakit pada manusia antara lain penyakit mata, THT (telinga, hidung, tenggorokan), mulut, organ dalam (jantung, hati, ginjal), maupun AIDS, akan tetapi masih banyak juga penyakit yang belum ada belum dibuat sistem diagnosanya. Sistem pakar yang dibuat bermanfaat untuk membantu membantu ahli kesehatan, penderita atau siapapun yang bergerak dibidang kesehatan untuk meringankan pekerjaannya.

2.1.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Dengan Peneliti Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memiliki persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu diantaraya adalah penulis melakukan penelitian lalu membuat pengembangan sistem yang digunakan untuk mempermudah melakukan diagnosa awal penyakit pada THT dengan memasukan informasi untuk mendapatkan hasil diagnosa. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah pada penyakit yang menjadi objek penelitian yaitu pada THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan).

(20)

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu

No Judul Nama Peneliti Perbedaan

1 Penerapan Forward Chaining pada Program Diagnosa Anak Penderita Autisme Gusti Ayu Kadek Tutik A

1.Objek yang diteliti yaitu pada THT ( Telinga, Hidung dan Tenggorokan)

2 Sistem Pakar

Diagnosa Penyakit Kulit Pada Anak

Evi Nurfitriani 1.Objek yang diteliti yaitu pada THT ( Telinga, Hidung dan Tenggorokan) dan rentang usia yang diteliti adalah semua umur

3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit pada Manusia

Adhi Kusnadi 1.Objek yang diteliti yaitu pada THT ( Telinga, Hidung dan Tenggorokan)

2. menggunakan metode Forward Chaining

2.2. Definisi Sistem

Sistem dapat didefinisikan dengan dua pendekatan yaitu :

1. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu.

(21)

2. Pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem sebenarnya terdiri atas dua bagian, yaitu struktur dan proses. Struktur adalah komponen dari sistem tersebut dan proses adalah prosedurnya.

2.3. Definisi Informasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness), dan tepat nilainya atau akurat (accurate)

2.4. Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi adalah kumpulan antara sub-sub sistem yang saling berhubungan yang membentuk suatu komponen yang didalamnya mencakup input-proses-output yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi sehingga lebih berguna bagi pengguna. Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, dan teknologi informasi), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.

2.5. Metode Pemecahan Masalah

Suatu perkalian inferensi yang menghubungkan suatu permasalahan dengan solusinya disebut dengan rantai (chain). Suatu rantai yang dicari atau dilewati/dilintasi dari suatu permasalahan untuk memperoleh solusinya disebut forward chaining. Cara lain menggambarkan forward chaining ini adalah dengan penalaran dari fakta menuju konklusi yang terdapat dari fakta. Suatu rantai yang dilintasi dari hipotesa kembali ke fakta yang mendukung hipotesa tersebut adalah backward chaining. Cara lain menggambarkan backward chaining adalah dalam hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuannya.

(22)

Terdapat berbagai cara pemecahan masalah didalam sistem informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah arah penelusuran dan topologi penelusuran.

2.5.1. Arah Penelusuran

Arah penelurusan dibagi dua yaitu : a. Forward chaining

Strategi dari sistem ini adalah dimulai dari inputan beberapa fakta, kemudian menurunkan beberapa fakta dari aturan-aturan yang cocok pada knowledge base dan melanjutkan prosesnya sampai jawaban sesuai. Forward chaining dapat dikatakan sebagai penelusuran deduktif.

Observasi Observasi kaidah kaidah kaidah kaidah kaidah Fakta Fakta Fakta Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Gambar 2.1 Diagram Pelacakan Kedepan

Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan

b. Backward chaining

Strategi penarikan keputusan yang didasarkan dari hipotesa atau dugaan yang didapat dari informasi yang ada. Ciri dari strategi ini adalah pertanyaan user. Memperoleh fakta biasanya diajukan dalam bentuk “YA” atau “TIDAK”, proses ini berdampak dengan diterima atau tidaknya hipotesis.

(23)

Observasi 1 Observasi 2 Kaidah B Kaidah A Kaidah E Kaidah D Fakta Fakta Fakta Observasi 4 Observasi 3 Kaidah C

Gambar 2.2 Diagram Pelacakan Ke Belakang Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan

Ada empat faktor metode menentukan mana arah yang lebih baik digunakan dari dua arah penelusuran yaitu :

a. Jumlah keadaan awal dan keadaan akhir akan lebih mudah bila bergerak dari kumpulan keadaan yang lebih sedikit ke kumpulan yang lebih banyak.

b. Besar kecilnya faktor percabangan lebih baik menuju ke arah yang faktor percabangannya sedikit.

c. Proses penalaran program sangatlah penting untuk menuju kearah yang lebih condong dengan cara pemikiran pemakai.

d. Kejadian yang memicu rangkaian tindakan pemecahan masalah. Jika kejadian ini adalah kedatangan fakta baru, maka dipilih forward chaining, tetapi jika kejadian ini adalah suatu pertanyaan yang membutuhkan tanggapan, akan lebih baik jika dipilih backward chaining.

3. Topologi Penelusuran

a. Breadth First Search

Metode penelusuran ini memeriksa semua node (simpul) pohon pencarian, dimulai dari simpul akar. Simpul-simpul dalam tingkat diperiksa seluruhnya sebelum pindah ke simpul di tingkat selanjutnya. Proses ini bekerja dari kiri ke kanan, baru bergerak ke bawah. Ini berlanjut sampai ke titik tujuan.

(24)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Level 0 Level 1 Level 2 gamb ar 2.3 Breadth First Search

Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan b. Depth First Search

Metode ini memulai penelusuran dari node sampai simpul akar, selanjutnya menuju ke bawah dulu baru bergerak ke samping dari kiri ke kanan, proses ini akan berlanjut sampai ditemukan simpul tujuan.

1 2 8 11 3 5 9 15 16 14 Level 1 Level 2 Level 3 4 6 7 10 13 12 Level 0 Gamba r 2.4 Depth First Search

Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan c. Best First Search

Bekerja berdasarkan kombinasi kedua metode sebelumnya. Gambar 2.5 menunjukkan penelusuran secara best first search.

(25)

1 2 3 4 5 6 7 10 Level 0 Level 1 Level 2 8 9

Gambar 2.5 Best First Search

Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan

2.6. Software Aplikasi Web

2.6.1. PHP (HyperText Preprocessor)

Menurut dokumen resmi PHP, PHP merupakan singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server-side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML.

Secara khusus, PHP di rancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, anda bisa menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP, Cold Fusion, ataupun Perl. Namun perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa dipakai secara

command line. Artinya, skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server

maupun browser.

PHP diciptakan pertama kali oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1994. Awalnya, PHP digunakan untuk mencatat jumlah serta untuk mengetahui siapa saja pengunjung pada homepage-nya. Rasmus Lerdorf adalah salah seorang pendukung open source. Oleh karena itu, ia mengeluarkan Personal Home Page

Tools versi 1.0 secara gratis, kemudian menambah kemampuan PHP 1.0 dan

(26)

Pada tahun 1996, PHP telah banyak digunakan dalam website di dunia. Sebuah kelompok pengembang software yang terdiri dari Rasmus, Zeew Suraski, Andi Gutman, Stig Bakken, Shane caraveo, dan Jim Winstead bekerja sama untuk menyempurnakan PHP 2.0. Akhirnya, pada tahun 1998, PHP 3.0 diluncurkan. Penyempurnaan terus dilakukan sehingga pada tahun 2000 dikeluarkan PHP 4.0. Tidak berhenti sampai disitu, kemampuan PHP terus ditambah, dan saat buku ini disusun, versi terbaru yang telah dikeluarkan adalah PHP 5.0.x.

Pada saat ini PHP cukup popular sebagai piranti pemrograman web, terutama di lingkungan Linux. Walaupun demikian, PHP juga sebenarnya dapat berfungsi pada server – server yang berbasis UNIX, Windows, Macintosh.

2.6.2. Hypertext Markup Language (HTML)

HTML adalah kependekan dari (HyperText Markup Language), merupakan suatu format data yang digunakan untuk membuat dokumen

hypertext yang dapat dibaca dari satu platform komputer ke platform

komputer lainnya tanpa perlu melakukan suatu perubahan apapun. Dokumen HTML disebut Markup Language karena mengandung tag-tag tertentu yang digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan tingkat kepentingan dari teks tersebut dalam suatu dokumen

Semua tag-tag HTML bersifat dinamis, artinya kode HTML tidak dapat dijadikan executable program. Hal ini disebabkan HTML hanyalah sebuah bahasa scripting yang dapat berjalan apabila dijalankan di dalam

browser, browser-browser yang mendukung HTML antara lain adalah Internet Explorer, Netscape Navigator, Opera, Mozila dan lain-lain.

Semua bahasa scripting yang berjalan di bawah web dapat didukung oleh HTML, biasanya bahasa-bahasa tersebut melakukan Embeded Script pada tag-tag HTML. Karena HTML hanyalah merupakan bahasa scripting dan bukan merupakan kode compiler maka semua kode-kode program dengan menggunakan editor yang disukai, misalnya Macromedia

(27)

Dreamwever, Front Page, Home Editor atau dapat juga menggunakan Notepad sebagai Editor standar Windows.

HTML memiliki beberapa sintaks dasar yang hampir mirip dengan semua pemprograman baik yang berbasis Web maupun visual. Kemiripan itu adalah bahwa semua struktur pemprograman harus ada sintaks yang menyatakan program itu dimulai dan akhir sintaks.

Struktur sebuah dokumen HTML pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu header dan body. Masing-masing ditandai oleh pasangan

container tag <head> dan <body>. Bagian <head>berisikan judul dokumen

dan informasi-informasi dasar lainnya, sedangkan bagian <body>adalah bagian dokumennya. Pengaturan format teks dan pembentukan link dilakukan terhadap objectnya langsung dengan ditandai oleh tag-tag HTML, seperti yang terlihat sebagai berikut:

Gambar 2.6 Contoh Skrip HTML

Dalam dunia web, perangkat lunak client, yaitu browserweb mempunyai tugas yang sama yaitu menterjemahkan informasi yang diterima dari serverweb dan menampilkannya pada layar komputer pengguna. Oleh karena HTTP memungkinkan serverweb mengirimkan beragam data, seperti teks atau gambar,

browser harus bisa mengenali berbagai macam data yang akan diterimanya, dan

<html>

<head><title> Ini adalah judul </title></head> <body bgcolor=”#ffffff”>

<h1> Ini adalah heading </h1>

Bagian tubuh dokumen. Semua yang ditulis disini akan ditampilkan ke layar browser

(28)

selanjutnya harus tahu cara untuk menampilkannya dengan benar. Teks harus ditampilkan sebagai teks dan gambar harus ditampilkan sebagai gambar.

Umumnya browserweb menerima data dalam bentuk HTML. File HTML sebenarnya adalah file teks biasa yang selain berisi informasi yang hendak ditampilkan kepada pengguna, juga mempunyai perintah-perintah untuk mengatur tampilan data tersebut. Browser memiliki kuasa penuh dalam menerjemahkan perintah-perintah tadi. Meskipun sudah dibuat consensus untuk menstandarkan format dan elemen-elemen HTML, setiap jenis browser biasa menterjemahkan file HTML yang sama secara berbeda.

Pada awalnya, protokol-protokol dasar web dikembangkan yaitu sekitar awal tahun 1990-an, browserweb pertama dikenalkan oleh Mosaic yang dibuat oleh National Center for Supercomputing Application (NCSA) di Amerika Serikat. Mosaic dimaksudkan agar menjadi sebuah interface grafis yang mudah dipergunakan, dengan demikian diharapkan dapat mempercepat perkembangan dan dukungan umum akanweb. Mosaic langsung dibuat untuk tiga platform berbeda, yaitu X Windows (untuk UNIX dan keluarganya), Microsoft Windows, dan Macintosh.

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin populernya lingkungan GUI (Graphical User Interface) membuat banyak orang berlomba-lomba membuat program browser yang menarik serta mudah digunakan.

Browser-browser web modern dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung

tampilan multimedia berupa audio (suara), animasi tiga dimensi, bahkan video. Program browserweb yang paling terkenal saat ini seperti Netscape Navigator,

Microsoft Internet Explorer, dan Mozilla.

Sementara itu serverweb pada dasarnya adalah perangkat lunak khusus yang bertugas melayani permintaan dari browser web terhadap dokumen-dokumen yang tersimpan didalamnya. Perangkat lunak server web sekarang telah tersedia berbagai macam platform dan lingkungan sistem operasi untuk lingkungan UNIX, dan paling popular adalah Apache, Netscape FastTrack, Sementara untuk

(29)

lingkungan windows tersedia Microsoft Internet InformationServer (IIS),

O’ReillyWebsite, dan masih banyak lagi. Sistem operasi jaringan Novell Netware

pun memiliki suatu modul add-on yang berfungsi sebagai server web, bisa dijalankan pada saat startup jaringan.

Beberapa perangkat lunak server web mempunyai feature seperti server side

programming, security control dan sebagainya. Meskipun bermacam-macam,

secara fungsional semua jenis server websama yaitu berfungsi melayani permintaan dari browserweb.

Beberapa aplikasi perangkat lunak untuk WebServer:

1. Apache HTTP Server – The Apache Software Foundation

2. PWS (Personal WebServer) – Microsoft Corporation 3. Internet InformationServer (IIS) – Microsoft Corporation 4. Xitami – iMatix Corporation

2.6. Penyakit THT (Otolaryngology)

Dalam laporan ini hanya membehas mengenai penyakit THT yang terdapat dalam system.

1. Contact Ulcers Definisi

Contact Ulcers adalah luka/koreng yang terasa nyeri pada selaput lendir yang membungkus kartilago (tulang rawan) tempat melekatnya pita suara. Penyebab

Contact ulcers biasanya disebakan oleh penyalahgunaan suara (berbicara sekuat tenaga). Luka ini sering ditemukan pada penceramah (pendeta, mubalig), sales representative dan pengacara.

Contact ulcers juga bisa disebabkan oleh: 1. rokok

2. batuk menahun

(30)

Gejala

Gejalanya berupa nyeri ringan ketika penderita berbicara atau menelan dan suara serak.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Untuk memastikan bahwa bukan merupakan keganasan, dilakukan pengambilan jaringan untuk diperiksa secara mikroskopis.

Pengobatan

Penderita diharuskan istirahat berbicara atau berbicara seperlunya, minimal selama 6 minggu. Untuk menghindari kekambuhan, penderita harus mengetahui batas-batas suaranya dan belajar menyesuaikan suaranya. Bisa dilakukan terapi suara. Jika hasil rontgen menunjukkan adanya refluks asam lambung, diberikan antasid atau obat anti-ulkus (misalnya penghambat histamin) dan penderita tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.

2. Abses Parafaringeal Definisi

Abses Parafaringeal adalah penimbunan nanah di dalam kelenjar getah bening yang terletak di samping tenggorokan (faring). Abses parafaringeal biasanya terjadi setelah faringitis atau tonsilitis.

Penyebab

Penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus. Gejala

Leher bagian depan (di bawah rahang) tampak membengkak. Penderita mengalami gangguan menelan dan nyeri tenggorokan.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pengobatan

Pada awalnya diberikan suntikan penicillin, lalu dilanjutkan dengan penicillin per-oral (melalui mulut).

(31)

3. Abses Peritonsiler Definisi

Abses Peritonsiler adalah penimbunan nanah di daerah sekitar tonsil (amandel). Abses peritonsiler merupakan komplikasi dari tonsilitis. Abses peritonsiler bisa menyerang anak-anak yang lebih besar, remaja dan dewasa muda. Tetapi sejak penggunaan antibiotik untuk mengobati tonsilitis, penyakit ini sekarang relatif jarang ditemukan.

Penyebab

Penyebabnya biasanya adalah bakteri streptokokus beta hemolitik grup A. Salah satu atau kedua tonsil terinfeksi, terbentuk nanah dan menyebar dari tonsil ke jaringan di sekitarnya. Infeksi bisa menyebar ke langit-langit mulut, leher ataupun dada (termasuk paru-paru).

Gejala

Gejalanya berupa: nyeri tenggorokan

pembengkakan kelenjar getah bening leher air liur menetes

sakit kepala demam

suara serak (kadang-kadang). Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan leher dan tenggorokan, tonsil, langit-langit, tenggorokan, leher dan kulit dada tampak merah dan membengkak. Pembiakan cairan yang berasal dari abses bisa menunjukkan adanya bakteri.

(32)

Diberikan antibiotik. Untuk mengatasi nyeri bisa diberikan analgetik (obat pereda nyeri). Nanah biasanya dibuang dengan cara menyedotnya dengan jarum suntik atau dengan membuat sayatan pada abses.

4. Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) Definisi

Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah yang dipisahkan oleh gendang telinga. Gendang telinga merupakan pemisah antara saluran telinga dan telinga tengah. Jika tekanan udara di dalam saluran telinga dan tekanan udara di dalam telinga tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga. Dalam keadaan normal, tuba eustakius (yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan hidung bagian belakang) membantu menjaga agar tekanan di kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk ke telinga tengah atau sebaliknya. Penyebab

Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada tuba eustakius.Jika tuba eustakius mengalami penyumbatan sebagian maupun penyumbatan total akibat adanya jaringan parut, infeksi atau alergi, maka udara tidak akan sampai ke telinga tengah dan terjadilah perbedaan tekanan. Faktor resiko terjadinya barotrauma adalah:

Perubahan ketinggian : misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian

ke daerah pegunungan. Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran nafas atas.

Gejala

Penderita akan merasakan nyeri pada salah satu atau kedua telinganya, yang disertai dengan hilangnya pendengaran yang sifatnya ringan. Penderita juga merasakan telinganya penuh dan pusing. Jika keadaannya berat atau berlangsung lama maka ketulian bisa bertambah berat, penderita merasakan adanya tekanan di dalam telinganya dan mungkin akan terjadi perdarahan hidung.

(33)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pada pemeriksaan telinga dengan otoskop akan tampak penggembungan ringan atau retraksi (tarikan ke dalam) pada gendang telinga.

Pengobatan

Jika selama mengikuti penerbangan perubahan tekanan yang terjadi secara tiba-tiba menyebabkan rasa penuh atau nyeri di telinga, maka untuk menyamakan tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa nyeri bisa diatasi dengan:

Menguap

mengunyah permen karet mengisap permen

menelan.

Mengunyah atau menelan bisa membantu membuka tuba eustakius

sehingga udara bisa keluar-masuk untuk menyamakan tekanan dengan udara luar. Penderita infeksi atau alergi hidung dan tenggorokan bisa mengalami rasa nyeri ketika bepergian dengan pesawat terbang atau menyelam. Untuk meringankan penyumbatan dan membantu membuka tuba eustakius bisa diberikan dekongestan, misalnya penilefrin dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot. Pencegahan

Gunakan dekongestan atau antihistamin sebelum mengalami perubahan ketinggian. Selama menderita infeksi saluran nafas atas atau selama serangan alergi sebaiknya tidak mengikuti penerbangan, menyelam atau bepergian ke daerah dengan ketinggian yang berbeda.

5. Deviasi Septum Definisi

Septum adalah pembatas lubang hidung kiri dan kanan, merupakan kerangka penunjang yang dilapisi oleh selaput lendir dan sebagian besar terdiri dari tulang rawan (kartilago). Idealnya, septum hidung terletak pada garis tengah hidung. Diperkirakan 80% dari septum terletak menyimpang dari

(34)

garis tengah, dan hal ini seringkali tidak diperhatikan. Deviasi septum terjadi jika septum bergeser sangat jauh dari garis tengah.

Penyebab

Deviasi septum biasanya terjadi akibat cacat bawaan atau cedera. Gejala

Deviasi septum bisa menyebabkan satu atau beberapa gejala berikut: Penyumbatan pada salah satu atau kedua lubang hidung

Perdarahan hidung berulang Infeksi sinus berulang

Nyeri wajah, sakit kepala, post nasal drip

Mendengkur ketika tidur (pada bayi dan anak-anak). Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pengobatan

Jika deviasi septum menyebabkan perdarahan hidung atau infeksi sinus berulang, dianjurkan untuk menjalani pembedahan septoplasti.

6. Faringitis Definisi

Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Penyebab

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

Gejala

Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring

(35)

mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.

Gejala lainnya adalah: demam

pembesaran kelenjar getah bening di leher peningkatan jumlah sel darah putih.

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapilebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

Jenis Faringitis

Faringitis Virus Faringitis Bakteri Biasanya tidak ditemukan nanah

di tenggorokan.

Sering ditemukan nanah di tenggorokan.

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang. Jumlah sel darah putih normal

atau agak meningkat.

Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang.

Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar.

Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening. Tes apus tenggorokan

memberikan hasil negative.

Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat.

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri.

Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium.

Tabel 2.2 Jenis Faringitis Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika diduga suatu strep throat, bisa dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan. Pengobatan

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak

(36)

boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye. Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.

7. Kanker Laring Definisi

Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.

Penyebab

Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.

Gejala

Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri. Kanker bagian laring lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan. Kadang sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.

Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah: nyeri tenggorokan

nyeri leher

penurunan berat badan batuk

batuk darah

bunyi pernafasan yang abnormal. Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksan laringoskop dan biopsi. CT scan dan MRI kepala atau leher jugbisa menunjukkan adanya kanker laring.

(37)

Pengobatan

Pengobatan tergantung kepada lokasi kanker di dalam laring. Kanker stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran. Jika menyerang pita suara, lebih sering dilakukan terapi penyinaran karena bisa mempertahankan suara yang normal. Kanker stadium lanjut biasanya diatasi dengan pembedahan,yang bisa meliputi pengangkatan seluruh bagian laring (laringektomi total atau parsial), diikuti dengan terapi penyinaran.

Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara.

Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:

Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.

Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita bernafas, sehingga menghasilkan suara.Jika katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.

Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher.

Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir. Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.

Pencegahan

Kurangi atau hindari rokok dan alkohol .

8. Kanker Leher dan Kepala Definisi

Kanker kepala dan leher (diluar kanker otak, mata dan tulang belakang) rata-rata muncul pada usia 59 tahun. Biasanya kanker kelenjar ludah, kelenjar tiroid atau sinus menyerang usia di bawah 59 tahun dan

(38)

kanker mulut, tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring) menyerang usia diatas 59 tahun.Pada awalnya, kanker kepala dan leher menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya. Dalam waktu 6 bulan sampai 3 tahun, kanker biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Metastase (penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya) biasanya berasal dari tumor yang besar atau tumor yang menetap dan lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan.

Staging

Staging merupakan suatu metoda untuk menentukan penyebaran kanker guna membantu jenis pengobatan dan menilai prognosis. Kanker kepala dan leher ditentukan stadiumnya berdasarkan ukuran dan lokasi tumor, jumlah dan ukuran metastase ke kelenjar getah bening leher serta adanya metastase ke bagian tubuh lainnya.

Penyebab

Sekitar 85% penderita merupakan perokok dan peminum alkohol. Kanker mulut juga bisa terjadi akibat:

kebersihan mulut yang buruk gigi palsu yang tidak pas

menghirup atau mengunyah tembakau.

Virus Epstein-Barr (penyebab mononukleosis infeksiosa) berperan dalam terjadinya kanker nasofaring (faring bagian atas). Seseorang yang pernah menjalani terapi penyinaran dosis rendah untuk jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, pembesaran kelenjar thymus atau pembesaran tonsil serta adenoid, memiliki resiko tinggi untuk menderita kanker tiroid dan kelenjar ludah. Pada saat ini, terapi penyinaran tidak lagi digunakan untuk mengatasi masalah -masalah tersebut.

Gejala

Benjolan di leher

Kanker yang berasal dari kepala atau leher biasanya menyebar ke kelenjar getah bening di leher sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Suatu benjolan di leher yang menetap lebih dari 2 minggu harus segera diperiksakan ke dokter.

(39)

Memang tidak semua benjolan merupakan kanker, tetapi 1 atau beberapa benjolan di leher bisa merupakan pertanda awal dari kanker mulut, tenggorokan laring, kelenjar tiroid atau sejenis limfoma maupun kanker darah. Benjolan biasanya tidak menimbulkan nyeri dan terus membesar.

Perubahan suara.

Kebanyakan kanker laring menyebabkan perubahan suara. Suara serak atau perubahan suara lainnya yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus segera diperiksakan ke dokter. Seorang otolaringologis adalah ahli kepala dan leher yang bisa menilai pita suara kita.

Suatu pertumbuhan di dalam mulut.

Kebanyakan kanker mulut atau lidah menyebabkan suatu luka terbuka atau pembengkakan yang tidak sembuh-sembuh. Luka dan pembengkakan tersebut tidak menimbulkan nyeri, kecuali jika terinfeksi. Perdarahan biasanya terjadi pada stadium lanjut. Jika luka atau pembengkakan disertai dengan benjolan di leher, maka kita harus waspada. Untuk memastikan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan, sebaiknya dilakukan biopsi (pemeriksaan contoh jaringan secara mikroskopis).

Perdarahan.

Perdarahan seringkali disebabkan oleh penyakit selain kanker. Tetapi tumor di dalam hidung, mulut, tenggorokan atau paru-paru bisa menyebabkan perdarahan. Jika selama beberapa hari atau lebih di dalam ludah atau dahak terdapat darah, sebaiknya segera perksakan diri ke dokter.

Kesulitan menelan.

Kanker tenggorokan atau kerongkongan (saluran untuk menelan) menimbulkan kesulitan dalam menelan makanan padat. Kadang menelan cairanpun sulit. Makanan bisa tersangkut pada daerah tertentu dan masuk ke dalam lambung atau kembali ke kerongkongan.Jika kesulitan ini hampir selalu terjadi setiap hendak menelan sesuatu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Untuk mengetahui penyebabnya, biasanya dilakukan rontgen barium swallow atau esofagoskopi.

(40)

Kanker kepala dan leher yang paling sering ditemukan adalah kanker sel basal kulit. Jika segera diobati, jarang menimbulkan masalah yang gawat. Kanker sel basal tumbuh di daerah yang paling sering terkena sinar matahari, seperti dahi, wajah dan telinga; meskipun bisa juga ditemukan pada kulit di bagian tubuh lainnya. Kanker sel basal berawal sebagai suatu bercak kecil yang pucat, yang kemudian membesar secara perlahan, membentuk lekukan di tengahnya dan akhirnya membentuk suatu ulkus (borok, luka terbuka).

Sebagian kecil dari ulkus mungkin membaik, tetapi sebagian besar tetap mengalami ulserasi. Beberapa kanker sel basal menunjukkan perubahan warna. Kanker lainnya adalah kanker sel skuamosa dan melanoma maligna, juga tumbuh pada kulit di kepala dan leher.

Kebanyakan kanker sel skuamosa tumbuh di bibir bawah dan telinga. Kanker ini tampak seperti kanker sel basal dan jika diobati secara cepat dan tepat,biasanya tidak terlalu berbahaya. Jika terdapat sebuah luka terbuka di bibir, wajah bagian bawah atau telinga yang tidak sembuh-sembuh, segera periksakan ke dokter.

Melanoma maligna menyebabkan pewarnaan biru-hitam atau hitam pada kulit. Setiap tahi lalat yang ukuran dan warnanya berubah atau menyebabkan perdarahan, harus segera diperiksakan. Bintik berwarna hitam atau biru-hitam di wajah atau leher, terutama jika bentuk atau ukurannya berubah, harus segera diperiksakan.

Sakit telinga yang menetap.

Nyeri ketika menelan yang menetap di dalam atau di sekitar telinga, bisa merupakan pertanda dari infeksi atau tumor di dalam tenggorokan. Ini merupakan masalah yang serius, terutama jika disertai dengan kesulitan menelan, suara serak atau benjolan di leher.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan didukung oleh hasil pemeriksaan berikut:

Nasofaringoskopi Laringoskopi

(41)

Panendoskcopi (termasuk laringoskopi, esofagoskopi dan bronkoskopi). Biopsi

CT scan, membantu menentukan ukuran tumor, penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya maupun ke kelenjar getah bening leher MRI scan

Barium swallow merupakan serangkaian rontgen yang diambil setelah penderita menelan cairan yang mengandung barium sehingga bisa terlihat padahasil rontgen. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai mekanisme menelan dan bisa menggambarkan keadaan hipofaring.

Rontgen dada dilakukan secara rutin karena merokok bisa menyebabkan kanker paru, emfisema, kanker laring dan kanker hipofaring. Rontgen dada juga dilaukan untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru.

Pemeriksaan darah rutin bisa membantu menilai keadaan penderita secara keseluruhan.

Pengobatan

Pengobatan tergantung kepada stadium kanker. Kanker stadium I, dimanapun lokasinya pada kepala dan leher, memberikan respon yang hampir sama terhadap pembedahan dan terapi penyinaran. Biasanya penyinaran tidak hanya ditujukan kepada kanker, tetapi juga kepada kelenjar getah bening pada leher kiri dan kanan, karena lebih dari 20% kanker menyebar ke kelenjar getah bening.

Beberapa tumor, termasuk tumor yang memiliki garis tengah lebih dari 2 cm dan tumor yang telah menyusup ke dalam tulang atau tulang rawan, diangkat melalui pembedahan. Jika kanker ditemukan atau dicurigai terdapat di dalam kelenjar getah bening, setelah pembedahan biasanya diikuti dengan terapi penyinaran. Pada kasus-kasus tertentu, dilakukan terapi penyinaran dengan atau tanpa kemoterapi; jika kankernya kambuh biasanya dilakukan pembedahan. Untuk kanker stadium lanjut, prognosis yang lebih baik diperoleh jika dilakukan pembedahan dan terapi penyinaran.

Kemoterapi membunuh sel-sel kanker pada tempat tumbuhnya kanker, pada kelenjar getah bening dan di seluruh tubuh. Belum diketahui apakah kombinasi kemoterapi dengan pembedahan atau terapi penyinaran bisa

(42)

memperbaiki angka kesembuhan, yang pasti terapi kombinasi bisa memperpanjang masa remisi. Jika kankernya terlalu luas untuk diobati dengan pembedahan maupun terapi penyinaran, maka untuk membantu mengurangi nyeri dan ukuran tumor bisa dilakukan kemoterapi.

Pengobatan hampir selalu menyebabkan efek samping. Pembedahan selalu mempengaruhi proses menelan dan berbicara sehingga penderita perlu menjalani rehabilitasi. Penyinaran bisa menyebabkan perubahan kulit (misalnya peradangan, gatal-gatal dan kerontokan rambut), pembentukan jaringan parut, hilangnya indera perasa dan mulut kering.

Kemoterapi bisa menyebabkan mual dan muntah, kerontokan rambut yang bersifat sementara dan peradangan pada selaput lambung dan usus (gastroenteritis). Kemoterapi juga menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dan sel darah putih dan menyebabkan gangguan sistem kekebalan yang bersifat sementara.

Prognosis

Tumor yang menonjol ke luar cenderung memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan dibandingkan dengan tumor yang tumbuh ke dalam jaringan di sekitarnya, tumor yang membentuk ulkus/borok maupun tumor yang keras. Jika telah terjadi metastase, maka peluang bertahan sampai lebih dari 2 tahun adalah buruk. Kanker yang menyebar di sepanjang jalur saraf, menyebabkan nyeri, kelumpuhan atau mati rasa, biasanya lebih agresif dan sulit diobati.65% penderita yang kankernya belum menyebar bertahan hidup sampai 5 tahun; sedangkan jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, hanya 30% penderitanya yang bertahan sampai 5 tahun. Penderita yang berusia lebih dari 70 tahun memiliki masa remisi (bebas penyakit) yang lebih panjang dan memiliki angka harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan penderita yang lebih muda.

9. Kanker Leher Metastatic Definisi

Kanker Leher Metastatik adalah kanker leher yang terjadi sebagai akibat dari penyebaran kanker di bagian tubuh lainnya.

(43)

Gejala

Teraba benjolan di leher. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut: CT scan kepala, leher dan dada

Laringoskopi (pemeriksaan laring) Bronkoskopi (pemeriksaan bronkus) Esofagoskopi (pemeriksaan kerongkongan)

Biopsi (pengangkatan contoh jaringan untuk diperiksa secara mikroskopis). Pengobatan

Jika sel-sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening leher yang membesar dan sumber kankernya tidak dapat ditemukan, maka dilakukan terapi penyinaran terhadap faring, tonsil, dasar lidah dan kedua sisi leher. Selain itu, dilakukan pengangkatan kelenjar getah bening dan jaringan lainnya yang terkena.

Kelenjar getah bening leher merupakan tempat penyebaran kanker dari bagian tubuh lainnya. Kanker bisa berasal dari faring (tenggorokan), laring (kotak suara), tonsil (amandel), dasar lidah atau paru-paru, prostat, payudara, lambung, usus besar maupun ginjal.

(44)

30

Penelitian merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip dengan menggunakan, mengembangkan, dan menguji permasalahan dengan cara mengumpulkan dan mencatat dan menganalisa data yang dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan dengan metode ilmiah dengan tujuan mendapatkan hasil dari penelitian tersebut.

Obyek penelitian dapat diartikan sebagai suatu sasaran yang mempunyai indikasi yang telah ditentukan sehingga dapat dilakukan suatu

perubahan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

3.2. Jenis Sumber Data

Data penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus

grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner. Data jenis ini penulis

peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu bapak Dr. Darnila F selaku dokter yang menangani tentang penyakit THT. Data tersebut berupa keterangan jenis penyakit THT pada manusia, gejala – gejala yang di timbulkan dan solusi penanganannya.

(45)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.Pada umumnya data sekunder ini berupa catatan, berupa bukti, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Data yang diperlukan yaitu Data mengenai studi literature yang berkaitan dengan penelitian seperti artikel mengenai sistem informasi dan teori rekayasa perangkat lunak yang nantinya akan dijadikan acuan jurnal dalam pembuatan sistem ini.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini :

1. Penelitian Lapangan (Field Search) A. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002: 85). Sedangkan maksud dari wawancara menurut Lincon dan Guba (1985) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 127) ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lain. Metode ini dilakukan penulis dengan tanya jawab langsung atau lisan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan masalah jenis – jenis kanker kulit pada manusia dan cara pengendaliannya.

(46)

B. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah penelitian dengan mempelajari karangan ilmiah yang relevan dalam pembahasan ini dan buku – buku yang memiliki hubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan buku – buku maupun referensi yang terdapat di perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan juga buku – buku dari Dr. Darnila F guna menunjang pembuatan Tugas Akhir C. Mengunjungi Situs

Kunjungan situs merupakan bentuk penelitian yang khusus, dengan menjelajahi internet informasi bisa diperoleh dengan sangat tidak terhingga. Dalam hal ini penulis mencari beberapa data yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir melalui internet.

3.4. Kerangka Pikir

Masalah :

a) Membangun sistem informasi untuk mendiagnosis peyakit THT sehingga ada informasi jelas yang dapat diperoleh masyarakat tentang bahaya penyakit THT.

b) Memudahkan masyarakat mendiagnosa penyakit sedini mungkin, sehingga diharapkan dapat dilakukan pengobatan terhadap penyakit pada THT secara dini.

Tujuan :

Pembuatan aplikasi sistem informasi yang dapat membantu masyarakat dalam mendiagnosa dan mengatasi masalah penyakit pada THT

Pengembangan Sistem :

a) Metode Forward Chaining b) Bahasa Pemrograman PHP c) Black Box Testing

(47)

Hasil :

Menghasilkan diagnosa berupa penyakit THT dan gejala-gejalanya disertai dengan penjelasan kepada masyarakat.

Manfaat:

a) Dapat mengetahui berbagai jenis penyakit THT yang ada pada manusia

b) Dapat mengetahui bagaimana cara untuk mengantisipasi agar tidak mudah terkena penyakit THT

Tabel 3.1 Tabel Kerangka Pikir

3.5. Pemilihan Arah Penelusuran

Mekanisme inferensi mengandung suatu mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, dalam hal ini bagaimana sistem dapat mengambil suatu kesimpulan berdasarkan manifestasi yang dilakukan oleh pengguna. Adapun metode yang digunakan pada pembuatan sistem informasi ini dengan menggunakan metode forward chaining.

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Sistem informasi akan memberikan tahapan – tahapan pemeriksaan pada pasien

Apabila pada tahap pertama telah memilih gejala - gejala yang ada pada pemeriksaan pada pasien maka akan di berikan nama penyakit yang menyerang.

Pada tahap ini penguna akan di berikan solusi untuk menangani penyakit yang menyerang pada pasien Tabel 3.1 Tabel Arah Penelusuran

Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelacakan tersebut dimotori oleh gejala – gejala yang ditimbulkanya selanjutnya akan dikenali penyebabnya kemudian akan diberikan solusi sebagai pengendalianya.

(48)

Contoh Perhitungan Certainty Factor

If leher bagian depan tampak membengkak And gangguan menelan

And nyeri tenggorokan Then Abses Parafaringeal

Langkah pertama pakar menentukan nilai CF untuk masing-masing gejala CF (leher bagian depan tampak membengkak = 0,5

CF (gangguan menelan) = 0,4

CF (nyeri tenggorokan) = 0,6

Bobot nilai lima pilihan jawaban Kond isi Tid ak Yak in Kura ng Yaki n Cuk up Yak in Yak in San gat Yaki n Nilai 0 0,4 0,6 0,8 1

Kemudian JAWABAN pada user sebagai berikut :

Leher bagian depan tampak membengkak = Sangat Yakin =1

Gangguan menelan = Yakin = 0,8

Nyeri tenggorokan = Kurang Yakin = 0,4 CF untuk 3 gejala tersebut adalah :

CF 1.1 (Leher bagian depan tampak membengkak) = 0,5 * 1 = 0,5 CF 1.2 (Gangguan menelan) = 0,4 * 0,8 = 0,32

CF 1.3 (Nyeri tenggorokan) = 0,6 * 0,4 = 0,24 Kombinasikan CF 1.1 dengan CF 1.3 dengan rumus CFcom (CF1,CF2) = CF1+CF2 (1-CF1)

Sehingga menjadi

CFcom (CF 1.1,CF 1.2) = 0.5 + 0.32 * ( 1 – 0.5) = 0.66 Kemudian kombinasikan CF com dengan CF 1.3

(49)

kesiimpulannya penyakit Abses Parafaringeal dengan tingkat kepercayaannya 73.2%

Gambar 3.1 Arah Penelusuran Sumber :Kusrini. 2008

Kondisi Sekarang

Memberi Pertanyaan : User (pengguna)

Validasi

Hasil dan Solusi Memilih Gejala

Data Sekunder : Buku Data Primer : Wawancara

Metode : Forward Chaining

(50)

3.6. Metode Pengembangan Aplikasi

Dalam pengembangan sistem informasi ini penulis mengadaptasi dari metode Rapid Application Development (RAD).RAD adalah sebuah proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus

perkembangan dalam waktu yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan konstruksi berbasis komponen.

Gambar 3.1 Alur RAD

Sumber: Presman, Roger S., Ph.D. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak

Pendekatan Praktisi (Buku Satu).

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan setiap alurnya sebagai berikut :

1. Analisis dan Design Cepat (Analysis and Quick Design)

Dalam tahapan ini dilakukan analisis sistem serta perencanaan dan pemodelan secara cepat dari prototipe aplikasi sistem informasi apa yang akan dibuat.

Diawal tahap ini sistem informasi untuk mendiagnosa penyakit THT mulai dirancang dengan kondisi cukup sederhana dimana rancangan tersebut untuk menjelaskan bagaimana fungsi sistem tersebut beserta cara kerjanya.

2. Siklus Prototipe (Prototype Cycles)

Dalam tahapan ini terdapat tiga tahap yang dilakukan secara melingkar yang artinya dilakukan cross-check dengan calon penggunanya yaitu dengan proses tanya jawab diagnosa-diagnosa yang ada dalam pembuatan sistemnya. Sistem yang sudah memiliki cukup informasi dibuat agar dapat

(51)

didemonstrasikan kepada masyarakat bagaimana sistem untuk mendiagnosis penyakit THT ini bekerja, dan diperbaharui apabila terdapat gejala baru ataupun penyakit baru yang menyerupai jenis penyakit pada THT namun belum tercantum dalam sistem informasi yang sudah dibuat sehingga sistem informasi tersebut dapat bekerja secara maksimal.

3. Pengujian (Testing)

Dalam tahapan ini dilakukan pengujian pada sistem apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian yang dilakukan pada aplikasi ini menggunakan metode blackbox. Pengujian blackbox berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian ini bertujuan untuk melihat proses berjalannya sistem ,apakah sistem masih memiliki banyak kekurangan atau sudah cukup layak namun masih perlu diperbaiki.

4. Implementasi (Implementation)

Dalam tahapan ini sistem yang telah lolos uji dan dinyatakan layak baru dilanjutkan pembuatan prototipe aplikasinya agar dapat digunakan oleh masyarakat sepenuhnya. Sistem yang ada diterapkan dalam bentuk software berbasis web dimana masyarakat dapat mengaksesnya melalui internet.

Aplikasi bersifat bebas tanpa perlu registrasi maupun login terlebih dahulu sehingga memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya.

(52)

38

4.1.

Analisis Sistem

Dalam penyusunan sistem informasi diagnosa penyakit THT Menggunakan Sistem informasi Metode Forward Chaining tersebut, tahap analisa sistem ini merupakan tahap dimana penulis menganalisis sistem yang sedang berlangsung. Beberapa langkah yang dilakukan penulis untuk mendapatkan sebuah data yang valid untuk penyusunan program tersebut.

4.1.1. Lingkup Analisis Sistem

Untuk membuat sebuah sistem yang baru harus menentukan ruang lingkup analisis sistem agar tidak menyimpang dari informasi yang kita dapatkan. Dari Langkah-langkah analisis system, Langkah-langkah dasar yang dilalui dalam analisis sistem adalah :

1. Identify, mengidentifikasi masalah

Yaitu langkah untuk menentukan sebuah jalan keluar dari suatu permasalahan yang ada pada pasien sehingga akan di peroleh sebuah sistem informasi yang dapat membantu pekerjaan agar lebih mudah dan efisien.

2. Understand, memahami kerja sistem yang ada

Cara kerja sistem informasi ini akan membantu menganalisis masalah penyakit THT pada manusia yang sangat di butuhkan oleh para pasien agar dapat lebih mengetahui tentang segala sesuatu mengenai yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.

3. Analyze, menganalisis system

Pada langkah ini penulis akan menentukan tepat tidaknya suatu program yang akan dibuat untuk di implementasikan oleh para pasien (user) tersebut.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu
Gambar 2.1 Diagram Pelacakan Kedepan Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan b. Backward chaining
Gambar 2.5 Best First Search
Tabel 3.1 Tabel Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi perbedaan kualitas spermatozoa yaitu motilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa dan morfologi spermatozoa pada kelompok dengan pemaparan asap rokok tanpa vitamin C

Informan utama pada penelitian ini adalah 8 ibu dengan membawa bayi atau batita yang pernah dan belum pernah memanfaatkan bilik laktasi, dengan informan triangulasi yaitu

Pengembangan starter dari tanah atau air tercemar minyak bumi dapat dilakukan dengan menggunakan pengayaan media dengan sumber karbon minyak diesel, yang akan didominasi

Dalam rangka penyelenggaraan statistik dasar dengan cara kompilasi produk administrasi, Badan dapat memperoleh produk administrasi yang ada pada instansi pemerintah dan atau

Dari data yang diperoleh ternyata bahwa kebutuhan energi pakan untuk pertumbuhan dan penyimpanan protein yang optimal untuk benih patin jambal diperkirakan sebesar

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor (umur, jumlah anak, pengetahuan, sikap, efek samping, ingin punya anak lagi, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan)

Pada penelitian ini ekspresi TNF-α yang positif/over-expression lebih banyak pada kelompok penderita OMSK tipe bahaya dengan komplikasi, yaitu sebanyak 22 (78,6%) penderita