• Tidak ada hasil yang ditemukan

Page 1 of 3. Apa itu Risk Based Inspection (RBI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Page 1 of 3. Apa itu Risk Based Inspection (RBI)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 3

6/24/2005

Apa itu Risk Based Inspection (RBI)

Risk Based Inspection (RBI) adalah metode untuk menentukan rencana inspeksi (equipment mana saja yang perlu diinspeksi, kapan diinspeksi, dan metode inspeksi apa yang sesuai) berdasarkan resiko kegagalan suatu peralatan.

Resiko (Risk) menurut konsep RBI adalah probability of failure (PoF) dikalikan consequence of failure (CoF). PoF adalah kemungkinan terjadinya kegagalan pada suatu periode tertentu. CoF adalah

konsekuensi apabila suatu equipment gagal. CoF ada 4 macam yaitu: Konsekuensi safety (jumlah personel yang cedera/meninggal) Ekonomi (jumlah uang yang hilang akibat berhentinya produski) Lingkungan (polutan yang mencemari lingkungan)

Hukum/politik.

Tahap I dari RBI disebut screening atau qualitative RBI.

Tujuan tahap I ini adalah memilah-milah equipment mana saja yang diprioritaskan untuk diinspeksi. Dalam tahap ini, PoF dan CoF dinyatakan secara kualitatif yaitu rendah dan tinggi.

PoF rendah x CoF rendah = Risk rendah, maka pada equipment dengan risk ini cocok diterapkan corrective maintenance.

PoF tinggi x CoF rendah = Risk menengah, maka cocok diterapkan corrective maintenance. PoF rendah x CoF tinggi = Risk menengah, maka cocok diterapkan preventive maintenance.

PoF tinggi x CoF tinggi = Risk tinggi, maka harus dilakukan detailed analysis untuk menentukan rencana inspeksi atau mitigation action. 

Equipment dengan Risk tinggi ini dibawa ke tahap II untuk detailed analysis.

Dalam tahap II ini dilakukan evaluasi PoF dan CoF secara detil, kemudian dapat ditentukan kapan waktu tercapainya Limit Risk sebagai dasar penentuan waktu inspeksi.

Selain itu, juga ditentukan metode inspeksi yang sesuai.

Dengan merefer pada API Recommended Practice 580, Risk-Based Inspection adalah Risk assessment dan managemen proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Jadi dengan RBI kita bisa membuat inspection program  berdasarkan risk yang terjadi.

Apa aplikasi di lapangan untuk Risk Based Inspection

Umumnya, dalam praktek RBI dipakai untuk static equipment seperti pipa, vessel, dsb yang berfungsi menampung (membawa) fluida bertekanan.

Modus kerusakan yang umum dianalisis adalah korosi, crack, dan fatigue.

Untuk rotating equipment, sensor, alarm, dsb dengan modus kegagalan yang bermacam-macam umumnya dianalisis dengan RCM (CMIIW).

Adapun  aplikasi untuk oil and gas production, refinery, petrochemical dan power plant dan  peralatan yang dicover adalah pressure vessel, process piping, storage tanks, rotating equipment, boiler, heater, heat exchanger dan pressure relief devices.

Prinsip 2 metode inspeksi tersebut adalah sama.Prinsip yang dimaksudkan disini adalah prinsip dalam memperhitungkan remaining life suatu peralatan. Di dalam perhitungan remaining life SKPP Migas, code yang dipakai adalah ASME Sec VIII Div I... Code ini pun dipakai pula dalam perhitungan remaining life RBI.

(2)

Juga data2 dari form U-1A dipakai pula oleh RBI untuk menginput data thickness Nominal awal, CA, Diameter dll.

Inspection history dari peralatan pun dipertimbangkan dalam perhitungan RBI. Semakin banyak inspection record dimasukan, maka confidence level kita terhadap corrosion rate peralatan dimaksud akan lebih tinggi.

Output dari RBI, selain remaining life adalah target reach date,jadi kita tau kapan inspeksi berikutnya harus dilakukan sekaligus dgn metodenya. Ada juga modul yang bisa ngasih gambaran resiko peralatan pada waktu next Turn Around harus dilakukan. Jadi pada saat TA, kita tau mana saja peralatan yang resikonya tinggi sehingga nantinya kita bisa fokus pada peralatan tersebut.

Jadi, sebenarnya hasil analisis RBI itu (dengan catatan, yang menginput data memang expert di RBI dan tau requirement Migas) bisa kok dipakai untuk dasar perhitungan perpanjangan sertifikat kelayakan.

Biasanya analisa RBI itu dijalankan dalam tiga model perhitungan 1. Perhitungan resiko "current" / pada saat ini / dianalisa

2. Model perhitungan resiko pada saat mendatang tanpa inspeksi..dan

3. Model perhitungan resiko pada saat mendatang setelah recommended inspeksi dilaksanakan. Sebagai contoh, Kita menganalisa 210 Equipment.

Kondisi resiko pada saat ini setelah dianalisa adalah : 26 alat medium high risk, 170 alat medium risk, 14 alat low risk.

Pada saat 6 tahun mendatang, kemungkinan resiko yang terjadi adalah : 55 medium high risk, 143 alat medium risk dan 12 low risk.

Tetapi apabila dilakukan inspeksi sesuai dengan rekomendasi RBI , maka kemungkinan resiko yang terjadi adalah : 27 alat medium high risk, 160 medium risk dan 23 low risk.

Jadi memang ada kemungkinan alat yang memiliki resiko rendah pada saat mendatang  resikonya akan naik karena PoFnya naek akibat penipisan material sesuai dgn asumsi laju korosi. Tapi kalau kita melakukan inspeksi dan ternyata hasil inspeksi tersebut menunjukkan laju korosi aktual sesuai dengan prediksi kita dalam analisa RBI,maka PoF nya akan turun (teori Bayes) sehingga resiko masih dapat kita manage rendah.

Selain RBI, apa metode-metode untuk menentukan rencana-rencana inspeksi yang lain

Pertanyaan yang lebih dekat ke praktek :

Kalau kita ambil contoh misalnya inspeksi-inspeksi yang umum (non RBI) di otoritas pemerintah Indonesia yang melibatkan Auhorities Party spt. Dirjen MIGAS dalam SKPP, SKPI dan SKPP, nah itu disebut inspeksi metode yang mana ?

Apakah peraturan & perundang-undangan di Indonesia dalam hal metode inspeksi ala  RBI ini bisa digunakan untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan, contoh SK Dirjen MIGAS No.

84/K/38/DJM/1998 tentang "Inspection Guidelines and Procedures  for Occupational Safety of the Plant, Equipment  and Engineering Employed in The Mining Operations of Oil and Gas as Well as Exploitation of Geothermal Resources".

Metode inspeksi selain RBI adalah metode konvensional seperti diatur dalam code, misalnya inspeksi yang tercantum dalam API Code untuk pressure vessel, piping, dsb.

Salah satu kelebihan RBI adalah adanya Tahap I Screening (memilah-milah equipment berdasarkan risk), sehingga sumber daya (resources) untuk inspeksi dapat di-manage dengan optimal karena tepat sasaran (difokuskan pada alat dengan risk tinggi saja).

Soal aturan BP MIGAS atau DITJEN MIGAS tentang penerapan RBI, bahwa BP MIGAS akan menerapkan suatu peraturan untuk penerapan RBI bagi oil & gas company.

2 metode inspeksi di dunia yaitu :

- Metode konvensional -> sebagai yang biasa-biasa saja. - RBI -> sebagai non konvensional alias "tampil beda".

Dalam metode inspeksi yang konvensional, kita juga pasti memilah-milah equipment dan merencanakan

Page 2 of 3

(3)

inspeksi berdasarkan risk, walapun kita tidak mendokumentasikan hasil Risk

Rank dalam sebuah catatan/record layaknya hasil formal Risk Assessment. Misalnya, kita akan

merencanakan inspeksi equipment bearing pada pompa, pasti lah kita tahu dulu berapa umur bearing dari informasi manufacture dan menetapkan kapan akan diinspeksi ulang, dll.

Metode spt. RBI yg mungkin lebih "mantap" tetapi tidak diakui sebagai metode untuk memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan konsekuensinya jika kita menerapkan , maka kita juga harus menerapkan inspeksi konvensional sesuai peraturan, sehingga biaya jadi double alias mahal.  Maka akhirnya RBI

tidaklah menjadi hal yang ekonomis, toh ? Ilmu tinggal ilmu, teori tinggal teori, metode hanyalah untuk metode.

Terlepas dari masalah sudah diakui atau metode RBI oleh BP Migas or Ditjen Migas dalam bentuk peraturan, setau saya sudah ada pengguna metode RBI ini sebagai justification tool untuk menurunkan nilai premi yang harus mereka bayar pada pihak asuransi.

Standard yang sudah di bakukan/yang harus dilakukan untuk memaintain pipa (maintenance yang harus dilakukan)

Untuk yang mempunyai risk rendah dan menengah?

Equipment dengan risk rendah dan menengah tetap diperhatikan (tidak boleh dilupakan).

Pada equipment tsb, monitoring perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa risk-nya tidak menjadi tinggi. Misalkan pipa yang memiliki coating baru. Pada kondisi sekarang, pipa ini memiliki PoF rendah karena coating-nya baru.

Katakanlah pipa ini memiliki konsekuensi ekonomi yang besar, jadi CoF-nya tinggi. PoF rendah x CoF tinggi = Risk menengah.

Umumnya, area yang dapat di-cover oleh coating akan turun seiring umur coating (biasanya lebih dari 5 tahun).

Jika area yang di-cover coating ini turun maka PoF-nya menjadi naik sehingga Risk menjadi tinggi. Risk-nya tinggi maka perlu dilakukan RBI Tahap II Detailed Analysis.

Page 3 of 3

(4)

Page 1 of 1

8/25/2005

Jika reliability dihitung menggunakan distribusi Weibull, maka rumus umum reliability adalah R(t)=exp{(-(t-t0)/t1)^b}.

Bila kita mempunyai cukup banyak data historis tentang umur mesin, maka dapat dibuat distribusi Weibull.

Dari distribusi Weibull ini selanjutnya dapat diturunkan failure rate (laju kegagalan) dan Weibull probability distribution (fungsi peluang kegagalan Weibull).

Dari distribusi Weibull tadi, dapat diketahui failure pattern (pola kegagalan). Konstanta b dalam rumus reliability di atas dapat digunakan sebagai pedoman. Jika b<1 maka pola kegagalannya adalah wear-in (kerusakan dini, umumnya karena kesalahan instalasi, cacat manufaktur, dsb). Untuk kasus salah instalasi, tindakan yang cocok adalah training cara instalasi yang benar. Jika b=1 maka pola kegagalannya adalah random, tindakan yang cocok adalah predictive maintenance. Jika b>1 maka pola kegagalannya adalah wear-out (kerusakan karena umur peralatan sudah tua). Jika b>3,5 maka tindakan yang cocok adalah preventive maintenance.

Jadi, dari reliability yang dihitung dengan menggunakan distribusi Weibull dapat ditentukan strategi maintenance yang sesuai (predictive atau preventive). Saya belum pernah mengetahui kebalikannya, jika predictive maintenance maka rumus reliabilty-nya seperti apa atau jika preventive maintenance maka rumus reliabilty-nya seperti apa

(5)

Introduction to

(6)

Definitions

„

Risk

allows people to view potential hazards that

simultaneously accounts for both the likelihood and

consequences of an event.

„

Risk Based Inspection (RBI)

is a systematic tool that helps

users make informed business decisions regarding

inspection and maintenance spending.

(7)

RBI Capabilities

„

RBI has the capability to do the following:

„

Evaluate current inspection plans to determine priorities for

inspections

„

Evaluate future plans for decision making

„

Evaluate changes to basic operations as they affect equipment

integrity

„

Identify critical contributors to risk that may otherwise be

overlooked

„

Establish economic optimum levels of inspection as weighed

against risk reduction

(8)

Measuring Risk

„

Risk is a combination of likelihood and consequence.

„

One way to illustrate risk is to display the likelihood and

(9)
(10)

Iso Risk Lines

Consequence

10

-5

10

-3

10

-1

10

-7

10

3

10

4

10

5

10

10

2

Risk = 10

Risk = 1

Likeliho

od

(11)

Semi-Quantitative Risk Matrix

High Risk

Medium Risk

5

4

3

2

1

LI

KEL

IHOOD

CATEGORY

A

B

C

D

E

CONSEQUENCE CATEGORY

Low Risk

Medium Risk

Med. High Risk

High Risk

Medium-High Risk

(12)

RBI Analysis Comparison

I

II

III

Level

Definition

Qualitative

Quantitative

Quantitative

Process Inputs

Ranges

Actual Number

Actual Number

Damage

Mechanisms

High, Medium,

Low Susceptibility

Damage Factor

1 – 5,000 Range

Damage Factor

1 – 5,000 Range

Safety Risk

5 x 5 Matrix

Location

Consequence

Area, Damage

Factor, 5 x 5

Matrix

Consequence

Area, Failure

Frequency,

Quantified Risk

Financial Risk

Business

Interruption Only

N/A

Safety,

Production,

Environmental

(13)

API 581 RBI Levels of Analysis

„

The API RBI procedure has three levels of analysis:

„

Level I - screening tool that quickly highlights the high-risk

equipment that users may wish to assess in greater detail.

„

Level II - a step closer to being a quantitative analysis than Level I,

and it is a scaled down approach of Level III. Provides most of the

benefit of Level III analysis, but it requires less input than Level

III.

„

Level III - quantitative approach to RBI providing the most

(14)

Why do we Need RBI?

„

Most inspection codes/standards based on LOF, not

COF

„

Reduce risk of high consequence failures

„

Improve the cost effectiveness of inspection and

maintenance resources

„

Provide a basis for shifting resources from lower to

higher risk equipment

„

Measure and understand the risks associated with current

inspection programs

(15)

Benefits of an RBI Program

„

The basic benefits of an RBI program are as follows:

„

It provides the capability to define and measure risk, creating a

powerful tool for managing many of the important elements of a

process plant.

„

It allows management to review safety in an integrated,

cost-effective manner.

„

It systematically reduces the likelihood of failures by making better

use of the inspection resources.

AND

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat resiko pada pressure vessel dapat diketahui dengan membandingkan hasil perhitungan resiko pada RBI date dan Plan date dengan besarnya risk target.. Maka dari itu resiko

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4- 11 pengelompokan nilai likelihood dan consequence menjadi kategori resiko tertentu terdapat sebuah

Tingkat resiko pada pressure vessel dapat diketahui dengan membandingkan hasil perhitungan resiko pada RBI date dan Plan date dengan besarnya risk target.. Maka dari itu resiko

merupakan asset bagi suatu perusahaan. oleh karena itu dibutuhkan sebuah metode yang cukup akurat dan mencakup banyak aspek proses inspeksi. Risk Based Inspection Sendiri

(American Petroleum Institute, 2016) Tahap kelima adalah menentukan interval inspeksi berdasarkan tingkat resiko dengan mempertimbangkan remaining life yang telah

Oleh karena itu, dikembangkan Risk Based Inspection method kedalam bentuk perangkat lunak yang user friendly dan mudah dipergunakan serta sesuai dengan data

Daftar fluid inventories yang dapat digunakan untuk menentukan depenelitian equipment, tipe komponen. • Menghitung massa grup inventory atau banyak fluida yang mungkin keluar

The results of this study show that the overall score is 106 out of 150, this indicates a good implementation of RBI but after further analysis there is the largest gap from the