• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISK BASED UNDERWATER INSPECTION"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-1

Bab

4

RISK BASED UNDERWATER

INSPECTION

4.1

Pendahuluan

Dalam laporan tugas akhir ini area platform yang ditinjau berada di daerah laut jawa dimana pada area ini memiliki 211 platform yang diantaranya terdapat 173 platform yang aktif memproduksi minyak dan gas. Platform-platform pada area ini telah didirikan sejak tahun 1970’an, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan inspeksi bawah air (underwater inspection) sangatlah besar sedangkan inspeksi ini sangat dibutuhkan dan inspeksi ini harus dilakukan dengan seksama sehingga uang yang dikeluarkan tidak terbuang percuma dengan kata lain. Agar uang yang akan dikeluarkan tidak terbuang percuma/efisien maka diperlukan mencari sumber-sumber inspeksi yang penting dengan kata lain sumber-sumber inspeksi ini difokuskan pada aset yang memiliki kecenderungan resiko terbesar terhadap safety, lingkungan dan bisnis.

4.1.1 Peraturan

Inspeksi

Migas

Jadwal inspeksi untuk seluruh offshore platforms yang berada di lokasi perairan Indonesia ditentukan oleh Migas. Ketentuan inspeksi Migas dimulai dengan melakukan Minor

(2)

Lapo deng siklu

4.1

API berd berd pada Petu dida defin peru Exp aspe berd  

Ex

oran Tugas Ak gan Minor i us inspeksi 4

1.2 Pe

RP2A Sec dasarkan e dasarkan lev a tabel 4.1 d unjuk inspek alam teritoria nisi tentang usahaan yan osure catego ek yaitu Life dasarkan Life

K

INS

xposure C

L-L-2

L-3

khir “Risk Base

inspection la 4 tahun.

tunjuk i

ction 14 (2 exposure ca vel platform dibawah ini: * Dila ksi ini diam al perairan U

exposure

g membuat

ory yang tela e Safety Exp e Safety Exp

KETENTUA

SPEKSI MI

Ca te gory

1

2

3

ed Underwater ainnya dan Bagan 4.

inspeksi

1st Edition) ategories. tersebut, pe Tabel 4.1 akukan apab bil dari Min U.S. Dalam A

category tet

RBUI ini ber ah dimodifika posure dan posure adalah

AN

IGAS

y

I

1 year

1 year

1 year

r Inspection U terakhir Com 1 Ketent

berdasa

memuat re Survei baw etunjuk insp Petunjuk Ins ila terjadi ke neral Manag

API RP2A tid tapi exposu dasarkan da asi ini didapa

Environmen hsebagai be

M

INSP

CO

INS

II

r

3 - 5 ye

r 5 - 10 y

r 5 - 10 y

S

Untuk Area Plat

mplete insp tuan Migas

arkan AP

ekomendasi wah air d peksi berdas speksi API R rusakan stru gement Serv dak dijelaska ure category ata-data yang atkan denga nt Exposure. rikut:

INOR 

ECTION

MPLETE 

PECTION

ears

6

-years 11

years

Survey L

atform” ection untuk

PI RP2A

mengenai irekomendas sarkan API R RP2A ktur pada sa vice untuk in an secara ek y ini telah d g dimiliki oleh n cara mem Definisi Ex

M

INS

M

INS

III

- 10 years

- 15 years

*

Level

k menyelesa

A

frekuensi s sikan dilak RP2A ditunj

aat level II ata nspeksi plat ksplisit meng dimodifikasi h perusahaa pertimbangk xposure cate

MAJOR 

SPECTION

MINOR 

SPECTION

IV

s

*

s

*

*

4-2 aikan urvei ukan ukan au III tform genai oleh n. kan 2 egory

(3)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-3 • L-1 adalah untuk manned platform

• L-2 adalah untuk manned-evacuated platform • L-3 adalah untuk unmanned platform

Sedangkan definisi Exposure category berdasarkan Environment Exposure adalah seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2 Environment Factor

Definisi tentang deskripsi pekerjaan pada masing-masing survey level adalah sebagai berikut:

1. Level I (equal as “ON SURFACE INSPECTION”)

Pemeriksaan Kecil as per Kep. Dirjen MIGAS No. 21K/38/DJM/1999

• Pemeriksaan visual kondisi struktur di atas air terhadap korosi, kerusakan, perubahan tata letak struktur atau sesuatu yang mempengaruhi integritas struktur, seperti member-member jaket dari mulai splash zone sampai elevasi paling atas

• Pemeriksaan tata letak akhir dengan mengacu ke gambar as built terakhir, untuk memverifikasi adanya perubahan atau tidak dari gambar as built terakhir.

• Pengukuran/pembacaan potensial dari system perlindungan korosi dengan cara menjatuhkan probe dari alat ukur tersebut pada masing-masing kaki jaket sampai kedalaman paling tidak (-) 25 ft

• Pemeriksaan ketebalan struktur di daerah splash zone • Pemeriksaan sampah logam (metal debris)

Environment Volume of Main Oil Volume of 3-Phase Oil Inflow Volume x

Exposure

Pipeline

Pipeline

Near Shore Factor

Category

(Barrels)

(Barrels)

(BPOD*)

L‐1

>5000

>8000

>5000

L‐2

2000 to 5000

3000 to 8000

2000 to 5000

L‐3

<2000

<3000

<2000

(4)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-4 2. Level II (Involve UNDERWATER WORK)

Pemeriksaan Besar as per Kep. Dirjen MIGAS No. 21K/38/DJM/1999

• Pemeriksaan visual kondisi struktur di atas air terhadap korosi, kerusakan, perubahan tata letak struktur atau sesuatu yang mempengaruhi integritas struktur, seperti member-member jaket dari mulai splash zone sampai elevasi paling atas

• Pemeriksaan tata letak akhir dengan mengacu ke gambar as built terakhir, untuk memverifikasi adanya perubahan atau tidak dari gambar as built terakhir.

• Pemeriksaan struktur bawah air dengan menggunakan video untuk memeriksa integrasi struktur, yang meliputi kaki jaket, batang horizontal/diagonal, riser clamp, riser bend, conductor dan anode • Pemeriksaan, pencatatan dan pembuatan sketsa dari erosi dan sampah

yang ada di platform dan sekitarnya sampai sekitar radius 20 ft

• Pengukuran/pembacaan potensial dari CP sistem pada seluruh bagian jaket dan splash zone

• Pemeriksaan dan pemotretan pertumbuhan tumbuhan laut (marine growth) • Pemeriksaan baut-baut dari riser clamp dari top side sampai ke dasar laut • Pengukuran ketebalan paling tidak pada 1 kaki setiap platform

3. Level III (Involve UNDERWATER WORK)

• Pengamatan visual bawah air pada daerah-daerah yang telah ditentukan pada hasil pengamatan level II

• Pengamatan level III ini digunakan sebagai basis untuk pengamatan level IV

4. Level IV (Involve UNDERWATER WORK)

Pemeriksaan Lengkap as per Kep. Dirjen MIGAS No. 21K/38/DJM/1999:

• Pemeriksaan visual kondisi struktur di atas air dari platform

• Pemeriksaan tata letak peralatan dengan mengacu ke gambar as built terakhir.

• Pemeriksaan struktur di bawah air dari splash zone sampai dasar laut baik dengan menggunakan video maupun penyelam

• Pemeriksaan pertumbuhan tumbuhan laut dari mulai splash zone sampai dasar laut

(5)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-5 • Pengukuran ketebalan pada daerah splash zone

• Pemeriksaan baut-baut riser clamp

• Pemeriksaan/pencatatan & pembuatan sketsa pada erosi di sekitar jaket, batang horizontal/vertikal, dan lengkungan riser di dasar laut sampai radius 20 ft

• Pengukuran/pembacaan potensial dari sistem perlindungan korosi pada seluruh bagian kaki jaket di daerah splash zone sampai ke dasar laut.

4.1.3 Ketetapan

ISO

Standar ISO untuk desain dan operasi fixed steel structures sama seperti dengan yang ada di dalam API RP2A. Untuk melakukan inspeksi dibutuhkan suatu strategi inspeksi dimana strategi inspeksi ini harus berdasarkan ISO dimana strategi inspeksi tersebut harus memperhitungkan faktor-faktor seperti umur struktur, kondisi, fungsi dll.

Risk Based Underwater Inspection memiliki 2 tahap, yaitu tahap qualitatif dan tahap

quantitatif. Ada yang membedakan antara tahap qualitatif dan tahap quantitatif, perbedaan ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4.2

Tahap Qualitatif

Suatu platform haruslah kuat menahan segala bentuk gaya yang akan menimpa platform tersebut. kekuatan platform dapat dihitung oleh engineer sehingga dapat diketahui berapa lama umur layan dari suatu platform tetapi umur layan platform tersebut dapat berkurang apabila tidak dilakukan perawatan. Beberapa bagian dari struktur akan mengalami kerusakan akibat gaya-gaya alam sehingga apabila bagian yang rusak ini tidak diatasi secepatnya maka kemungkinan besar akan menganggu bagian struktur lainnya karena struktur ini memiliki bentuk yang saling menunjang/menopong satu sama lain.

Agar tidak terjadi hal yang seperti itu maka diperlukan suatu kontrol yang dapat menghindarkan platform dari kerusakan, salah satu kontrol tersebut adalah Risk Based

Underwater Inspection (RBUI) Program. Pada tahap ini (qualitatif) RBUI program didapatkan

berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh para engineer. Dan data-data yang ada dalam tahap ini berbentuk nyata bukan hasil dari perhitungan struktur akibat beban-beban yang ada seperti data mengenai volume produksi dari suatu platform, biaya dan waktu untuk melakukan penggantian platform, laporan hasil inspeksi sebelumnya, data gambar platform dll. RBUI program ini juga telah dikalibrasikan menggunakan data spesifik pada area tersebut. Kalibrasi ini menjelaskan mengenai spesifik dari basis metodologi dan menghindari acuan terhadap external faktor atau pengaruh-pengaruh lain. Kalibrasi mengenai RBUI ini

(6)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-6 tidak dapat dijelaskan secara rinci karena dirahasiakan oleh perusahaan. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai RBUI program secara tahap qualitatif.

RBUI telah dikembangkan dan dipakai pada beberapa area platform di selatan laut utara, Trinidad dan di teluk Mexico. Proyek-proyek yang terdahulu ini berhasil mendefinisikan kunci dari suatu platform yang mempengaruhi keseluruhan resiko dan menghasilkan suatu dasar mekanisme perhitungan secara kualitatif. Kunci tersebut dapat mempengaruhi kemungkinan kerusakan (likelihood of failure) dan konsekuensi dari kerusakan tersebut (consequence of

that failure).

Nilai suatu likelihood of failure dari RBUI dapat dianalogikan sebagai kemungkinan suatu platform untuk mengalami kegagalan struktur karena sesuatu hal. Kegagalan ini didefinisikan sebagai collapse dari platform yang disebabkan oleh adanya kerusakan, beban ekstrim ataupun kombinasi dari keduanya. Kegagalan akibat kebakaran, ledakan atau kecelakaan lainya tidak dipertimbangkan.

Nilai dari likelihood ini didapatkan berdasarkan konfigurasi dari suatu struktur platform seperti umur dari platform tersebut, hasil dari inspeksi sebelumnya. Contoh, platform 6 kaki tipe K-braced yang dibuat pada tahun 1960-an memiliki likelihood of failure yang lebih besar daripada platform 8 kaki tipe X-braced yang dibuat pada tahun 1980-an. Platform yang lebih baru ini didesain dengan cara yang lebih modern sehingga memiliki ketahanan yang lebih kuat karena platform ini memiliki 8 kaki dan X-braced.

Nilai dari consequence of failure didasarkan pada safety, lingkungan, dan faktor financial yang dapat meningkatkan kegagalan platform. Contoh platform produksi dan pengeboran yang berawak memiliki consequence of failure yang lebih besar daripada wellhead platform yang tidak berawak. Nilai faktor consequence berbentuk nilai uang yang abstrak. Nilai

consequence ini tidak menghasilkan secara nyata uang yang hilang akibat kegagalan

struktur. Nilai tersebut hanya dapat dilihat apabila dibandingkan dengan platform lain.

Resiko dihasilkan akibat kombinasi dari kedua likelihood dan consequence. Nilai dari

likelihood dan consequence ditentukan oleh RBUI berdasarkan perbandingan antara operasi,

desain dan pengalaman dengan platform lain. Kombinasi dari likelihood dan consequence ini menghasilkan empat kategori resiko, 5x5 matriks resiko dibawah ini digunakan untuk mengategorisasikan resiko. Kategori resiko platform ditunjukan pada tabel 4.3 dibawah ini:

(7)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-7 Tabel 4.3 Kategori Resiko

Dari tabel diatas terlihat ada 5 buah jenis likelihood dan consequence, dimana (untuk

likelihood) nilai 1 adalah nilai terendah dalam likelihood of failure sedangkan nilai 5 adalah

nilai tertinggi dalam likelihood of failure. Dan (untuk consequence) nilai A adalah nilai terendah dalam consequence of failure sedangkan E adalah nilai tertinggi dalam

consequence of failure.

Seperti yang terlihat dalam tabel diatas platform yang memiliki likelihood = 1 dan consequence = A memiliki kategori resiko yang paling rendah hal ini ditunjukan pada warna yang terdapat dalam tabel tersebut.

Kategori resiko dalam tabel diatas, yaitu: Warna putih = kategori resiko 1 Warna hijau = kategori resiko 2 Warna kuning = kategori resiko 3 Warna merah = kategori resiko 4

3.2.1 Sumber Data Yang Digunakan

Jumlah platform dalam area platform yang ditinjau ini sebanyak 211 platform, untuk dapat mengumpulkan data dari keseluruhan platform ini, 211 platform akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

• Platform yang memiliki life extension yang telah dianalisis lebih lanjut selama 7 tahun terakhir. Dan juga termasuk kedalam re-qualifikasi platform. Kelompok ini memiliki 145 platform.

• Platform yang tidak memiliki dokument life extension. Data-data yang digunakan dalam RBUI adalah sebagai berikut: • Laporan re-qualifikasi platform dan laporan desain asli

Berisi informasi mengenai data struktur dari platform

 

5

4

3

2

1

A

B

C

D

E

L

IKE

L

IHO

O

D

CONSEQUENCE

(8)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-8 • Laporan inspeksi platform

Laporan inspeksi berisi informasi mengenai kondisi dari platform seperti CP system,

corrosion, marine growth, scour, atau kerusakan struktur. Faktor-faktor ini digunakan

untuk mendapatkan nilai likelihood. • Arsip gambar online

Ketika desain report tidak ada, gambar konstruksi dicari melalui arsip gambar online.

4.2.2 Consequence

Data

Untuk mendapatkan data tentang consequence data dibutuh koordinasi dari berbagai departemen seperti departemen production, field engineer dan insurance. Consequence data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

• Rata-rata produksi untuk minyak dan gas • Estimasi cadangan untuk well platforms

• Biaya replacement platform

• Waktu replacement platfrom

• Rata-rata orang yang tinggal dalam platform • Platform yang berhubungan dengan pipeline

• Dimensi dan panjang dari minyak bawah air dan 3-phase pipelines.

Dibawah ini (tabel 4.4 – table 4.6) akan diperlihatkan contoh untuk consequence data:

Tabel 4.4 Average Occupancy

Average Platform ID Occupancy A-well 12 B 100 C 1 D-service 1 E 2 F-process 2 G-service 65 H-process 1 I-service 44 J-well 12 K 1 L-process 1

(9)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-9 M-service 50 N 1 O-process 2 P-service 40 Q 4 R 1 S 1 T 104 U 1 V 30 W-process 16 X 1 Y 20

(10)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-10 Tabel 4.6 Biaya replacement platform

4.2.3

Likelihood

dan

consequence

bins

Setelah data-data mengenai likelihood dan consequence didapatkan maka selanjutnya platform tersebut dihitung nilai likelihood dan consequence-nya. Karena dalam tahap ini adalah tahap qualitatif maka penilaian kategori resikonya berdasarkan nilai-nilai yang telah disebutkan diatas, yaitu berdasarkan biaya, waktu, safety, lingkungan, dll. Dalam

(11)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-11 pengelompokan nilai likelihood dan consequence menjadi kategori resiko tertentu terdapat sebuah range untuk nilai tersebut sehingga nilai likelihood dan consequence dapat dimasukan kedalam kategori resiko yang sesuai. Tabel 4.7 berikut ini adalah range untuk nilai likelihood dan consequence bins:

Tabel 4.7 Likelihood dan consequence bins

Seperti terlihat pada tabel 2.6. diatas, nilai untuk consequence berbentuk nilai biaya sedangkan nilai untuk likelihood berbentuk angka karena ini didapat dari nilai-nilai yang tidak ditentukan dari biaya. Setelah nilai likelihood dan consequence didapatkan maka suatu platform dapat diketahui termasuk kedalam kategori resiko berdasarkan pada tabel 4.3

kategori resiko.

Contoh untuk nilai likelihood dan consequence category dalam area platform ini ditunjukan dalam tabel 4.8 dan tabel 4.9 dibawah ini:

(12)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-12 Tabel 4.8 Nilai Likelihood Category

(13)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-13 Tabel 4.9 Consequence Category

Dari contoh-contoh data likelihood dan consequence pada area platform diatas dapat disimpulkan mengenai risk category untuk masing-masing platform yang dapat dilihat pada

(14)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-14 Tabel 4. 10 High Risk Platforms Properties

No Platforms Design Year Legs Water Depth (ft) Brace Risk Category 1 A-Process 1971 4 130 K 4 2 B-junction 1973 4 130 K 4 3 C-Process 1971 4 130 K 4 4 D-Process 1971 4 137 K 4 5 E-Service 1971 4 140 K 3 6 F 1970 4 121 /,K 3 7 G 1970 4 132 /,K 3 8 H-Process 1973 4 131 K 3 9 I-Service 1971 4 138 K 3 10 J-Process 1971 4 133 K 3 11 K 1992 3 140 / 3 12 L 1995 3 129 / 3 13 M-Quarters 1974 4 130 / 3 14 N-Junction 1985 4 125.6 K 3 15 O 1986 4 125 K 3 16 P 1984 8 145 /,K 3 17 Q 1975 8 145 / 3 18 R 1975 8 145 / 3 19 S 1975 8 145 /,K 3 20 T-Well 1984 6 145 / 3

4.3

Tahap Quantitatif

Seperti yang telah dijelaskan diawal, Risk Based Underwater Inspection terdiri dari 2 tahap yaitu tahap qualitatif dan tahap quantitatif. Tahap pertama adalah tahap qualitatif dimana dalam tahap ini platform-platfrom akan dilihat berdasarkan struktur dan operasi yang selanjutnya akan dimasukan kedalam kategori resikonya masing-masing. Pada tahap ini akan dihasilkan platform-platform mana saja yang temasuk kedalam high risk platforms yang selanjutnya akan dilakukan analisis quantitatif.

Risk Based Underwater Inspecton ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga tidak

semua platform harus melewati tahap quantitatif. Platform-platform yang harus melewati tahap quantitatif adalah platform yang termasuk kedalam high risk platforms. High risk

platforms adalah platform-platform yang termasuk kedalam kategori resiko 3 dan 4. Dalam

(15)

Laporan Tugas Akhir “Risk Based Underwater Inspection Untuk Area Platform” 4-15

Analysis Computer System) untuk mencari daerah/member yang failure. Member-member

inilah yang selanjutnya akan diinspeksi.

Dalam area platform ini terdapat banyak platform dan diantaranya terdapat beberapa platform yang masuk kedalam kategori high risk platforms, platform yang termasuk kedalam high risk

platforms ini dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan kesamaan karakteristik platform

(kedalaman perairan, framing, dll) dan berdasarkan kesamaan operasional. Tiga kelompok platform tersebut adalah:

1. Group A – Well platforms

2. Group B – Short Tender Platforms 3. Group C – Tall Tender Platforms

Dalam laporan ini akan dilakukan analisis mengenai Group A dan Group B saja karena keterbatasan data yang dimiliki.

Gambar

Tabel 4.4  Average Occupancy
Tabel 4.7  Likelihood dan consequence bins

Referensi

Dokumen terkait

Based on the usage terminology, the model had been divided into six parts—basic piping information, inspection interval and measured data, risk evaluation standards, risk

Perhitungan Umur Komponen Pipa (Remaining life) ... Perhitungan Next Inspection Date... Application of risk based inspection in refinery and processing piping ... Diagram Alir

merupakan asset bagi suatu perusahaan. oleh karena itu dibutuhkan sebuah metode yang cukup akurat dan mencakup banyak aspek proses inspeksi. Risk Based Inspection Sendiri

Oleh karena itu, dikembangkan Risk Based Inspection method kedalam bentuk perangkat lunak yang user friendly dan mudah dipergunakan serta sesuai dengan data

Penelitian skripsi ini berjudul “ANALISIS RISK BASED INSPECTION (RBI) BERBASIS API 580/581 PADA PRESSURE VESSEL UNTUK PERENCANAAN INSPEKSI DI

Metode Risk Based Inspection (RBI) digunakan dalam penelitian ini, untuk menentukan program dan rencana inspeksi berdasarkan risiko kegagalan dan konsekuensi kegagalan

Hazard Pathway Receiving Environment Endpoint Likelihood Consequence Risk Boron Irrigation Soils Plants Possible Moderate High Irrigation & Unintentional release

Adapun metoda yang digunakan dalam menganalisa sistem pelumasan adalah Risk Based Inspection RBI, Fault tree analysis FTA dan Failure Modes and Effects Analysis FMEA merupakan salah