• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH KANAL MCA PADA DETERMINASI SUMBER ALPHA ( 242 PU DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JUMLAH KANAL MCA PADA DETERMINASI SUMBER ALPHA ( 242 PU DAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUMLAH KANAL MCA PADA DETERMINASI

SUMBER ALPHA (

242

PU DAN

244

CM) HASIL

MIKRO-PRESIPITASI

Gede Sutresna Wijaya, M. Yazid

PTAPB-BATAN, Yogyakarta, E-mail : gedews@batan.go.id

ABSTRAK

Pengaruh jumlah kanal MCA pada determinasi sumber alpha 242Pu dan 244Cm hasil mikropresipitasi telah diteliti dengan menggunakan detektor surface barrier. Parameter tetap dalam penelitian ini adalah tekanan hampa, waktu pencacahan, konfigurasi ADC, konfigurasi stabilizer, penguat awal dan penguat (amplifier) serta aktivitas sumber sebesar 9,2 ± 0,06 Bq pada tanggal 30 Agustus 1996. Variabel tidak tetap terdiri dari jumlah salur MCA (1, 2, 4, 8 dan 16 kbyte), jangkau energi spektrometer alpha (2 dan 4 MeV) dan jarak sumber ke detektor (2 dan 22mm). Resolusi dan effisiensi detektor ditentukan untuk masing-masing jumlah kanal MCA, jangkau energi spektrometer alpha dan jarak sumber ke detektor. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variasi jumlah salur MCA pada jangkau energi spektrometer alpha tetap (2 dan 4 MeV) serta jarak tetap (2 dan 22 mm) berpengaruh terhadap resolusi tapi tidak berpengaruh terhadap effisiensi detektor. Effisiensi detektor menurun dengan semakin bertambahnya jarak sumber alpha ke detektor. Kata kunci : spektrometer alpha, effisiensi, resolusi, mikropresipitasi

ABSTRACT

The influence of channel number MCA on determination of 242Pu and 244Cm alpha source prepared by microprecipitation by using surface barrier detector have been examined. Dependent variable on this experiment was vacuum pressure, counting time, ADC, stabilizer, preamplifier and amplifier configuration and also alpha source activity was 9,2 ± 0,06 Bq on August 30, 1996. Independent variable was number of channel MCA (1, 2, 4, 8 and 16 kbyte), energy range of spectrometer alpha (2 and 4 MeV) and the distance bettween source alpha and detector (2 and 22 mm). Resolution and efficiency of detector was determine for each number of channel MCA, energy range of spectrometer alpha and the distance between source and detector. Result of the experiment showed that number channel MCA variation at fixed energy range spectrometer alpha (2 and 4 MeV) and fixed distance (2 and 22 mm) had an influence on detector resolution but not for the efficiency. The detector efficiency decrease with increasing the distance between alpha source and detector.

Key words: alpha spectrometer, efficiency, resolution, microprecipitation

PENDAHULUAN

pektroskopi alpha merupakan suatu metode pengukuran dan identifikasi zat-zat radioaktif, dengan cara mengamati spektrum karakteristik yang ditimbulkan oleh interaksi antara partikel alpha yang dipancarkan oleh zat-zat radioaktif tersebut dengan materi. Alat ukur yang digunakan untuk mengamati spektrum karakteristik yang ditimbulkan oleh interaksi antara partikel alpha dengan materi dinamakan spektrometer alpha. Sistem utama spektroskopi alpha terdiri atas beberapa komponen yaitu: kamar hampa udara (vacuum chamber) dan detektor partikel alpha, penguat awal (preamplifier), penguat (amplifier), penganalisa saluran ganda (MCA), pompa vacuum dan seperangkat komputer[1].

Detektor yang biasa dipakai di dalam spektrometer alpha adalah detektor surface barrier.

Detektor surface barrier ini digunakan untuk menyerap energi partikel alpha yang dipancarkan oleh radionuklida pemancar partikel alpha. Detektor surface barrier pada spektrometer alpha memiliki beberapa karakteristik yaitu daerah aktif sebesar 25-450 mm2, lebar deplesi sebesar 1000-2000 µm, FWHM (Full Width at Half Maximum) sebesar 13-26 keV dan panjar mundur (reverse bias) bekerja pada tegangan 100 volt[2], sedangkan efisiensi detektor yang diperoleh dari penelitian untuk daerah aktif 450 mm2 dengan jarak sumber ke detektor 15 mm dan diameter sumber 15 mm sebesar 10,1%. Penggunaan detektor surface barrier pada spektrometer alpha memiliki beberapa kelebihan diantaranya: (1) Memiliki resolusi yang tinggi, (2) Memiliki stabilitas yang tinggi, (3) Memiliki sensitivitas yang tinggi, (4) Memiliki efisiensi yang tinggi, (5) Derau rendah[3]. Peng-gunaan detektor surface barrier pada spektrometer

(2)

alpha juga memiliki kelemahan yaitu kemampuan detektor surface barrier terbatas dalam menahan kerusakan radiasi seperti pembalikan tipe material dan peningkatan arus bocor[4].

Partikel alpha memiliki massa yang cukup besar dan bergerak dengan kecepatan relatif tinggi. Kecepatan partikel alpha berkisar antara 0,054c hingga 0,07c berdasarkan percobaan yang dilakukan di dalam medan magnet dan medan listrik, sehingga partikel alpha memiliki energi kinetik yang cukup besar. Partikel alpha dari inti radioaktif alam biasanya mempunyai energi kinetik antara 2 MeV hingga 8 MeV[5]. Jangkauan partikel alpha sangat pendek, karena mempunyai massa yang cukup besar. Partikel alpha dengan energi tertinggi kemampuan jelajahnya di udara hanya beberapa sentimeter, sedangkan dalam jaringan lunak hanya beberapa mikron. Terdapat dua jenis jangkauan dalam partikel alpha, yaitu jangkauan rata-rata dan jangkauan terekstrapolasi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva penyerapan partikel alpha[5].

Kurva penyerapan partikel alpha berupa garis datar, karena pada dasarnya partikel alpha yang dipancarkan oleh sumber radioaktif adalah berenergi tunggal (monoenergetic). Tebal bahan penyerap hanya akan mengurangi energi partikel alpha yang melintas, dan tidak mengurangi jumlah partikel alpha itu sendiri. Jangkauan tertentu di akhir lintasan, jumlah partikel alpha berkurang sangat cepat, dan hal ini ditunjukkan dengan bentuk kurva yang turun hampir vertikal. Ada dua cara di dalam mempersiapkan sumber alpha yaitu : Cara kopresipitasi dan secara elektrodeposisi. Pada metode kopresipitasi, larutan yang dihasilkan dari separasi kimia ditambah dengan campuran NdF3, HCl dan HF, kemudian didiamkan selama kira-kira 30 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dengan filter dengan pori sebesar 0,1µm. Hasil proses penyaringan dikeringkan dengan oven yang suhunya diatur 70o C, kemudian ditempelkan pada sebuah piring stainless steel. Metode elektro

deposisi dilakukan dengan cara elektrolisa. Larutan yang dihasilkan dari pemisahan kimia dikeringkan, kemudian ditambah dengan campuran amoniak dan asam sulfat, dengan pH diatur sebesar 2. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung silindris dengan diameter 1 inchi. Pada dasar tabung tersebut dipasang piring stainless steel sebagai elektroda positif dan kawat platina sebagai elektroda negatif. Dengan memberikan tegangan searah 6 volt pada sistem, maka atom-atom pembawa partikel alpha tersebut akan tertarik dan terikat pada piring stainless steel. Proses ini berlangsung selama 3 jam, setelah itu dikeringkan.

TATA KERJA

Alat

Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas beberapa komponen, yaitu: spektrometer alpha (Alpha Spectrometer) Ortec 576A, dengan detektor Surface Barrier dengan daerah aktif sebesar 450 mm2, pompa vaccum Ortec ALPHA-PPS-230, Penguat (amplifier) Canberra 2020, MCA (Multi Channel Analyzer) Canberra Multiport II, Software Alpha Acquisition and Analysis tipe V1.3A yang merupakan bagian dari software Genie 2000 dan software Microsoft Origin 6.1.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber standar 242Pu (4,901 MeV) dan 244

Cm (5,805 MeV) hasil mikropresipitasi dalam Gelman filter berdiameter 20 mm, aktivitas sumber mula-mula sebesar 9,2 ± 0,06 Bq dan dibuat pada tanggal 30 Agustus 1996.

Cara Kerja

Parameter tetap dalam penelitian ini meliputi: tekanan vacuum, waktu pencacahan, konfigurasi sumber tegangan, konfigurasi ADC, konfigurasi stabilizer dan konfigurasi penguat (amplifier) yang ditentukan terlebih dahulu.

Parameter tidak tetap dalam penelitian ini meliputi: jumlah salur MCA (1, 2, 4, 8 dan 16 k), range energi pada spektrometer alpha (2 dan 4 MeV) dan jarak sumber ke detektor sebesar (2 dan 22 mm). Sumber standar 242Pu dan 244Cm yang dibuat dengan teknik mikropresipitasi dimasukkan ke dalam vacuum chamber pada spektrometer alpha, yaitu ruang tempat detektor berada, selanjutnya tombol vent digeser ke posisi pump pada saat pompa vacuum dalam keadaan hidup. Spektrometer alpha dibiarkan selama 10 menit sebelum digunakan untuk mencacah, dengan tujuan untuk memastikan bahwa spektrometer alpha benar-benar dalam keadaan vacuum.. Proses

(3)

pencacahan dilakukan selama 18000 detik, pada tekanan vacuum 0,1 milibar dan akan diperoleh hasil spektrum yang memuat beberapa parameter yang terukur, yaitu nomor salur puncak spektrum energi sumber standar 242Pu dan 244Cm, cacah sumber standar 242Pu dan 244Cm, net area sumber standar 242Pu dan 244Cm, serta FWHM sumber standar 242Pu dan 244Cm. Nomor salur puncak spektrum energi sumber standar 242Pu dan 244Cm dipakai untuk kalibrasi energi, sedangkan cacah dan net area sumber standar 242Pu dan 244Cm dipakai untuk menentukan efisiensi detektor dan FWHM sumber standar 242Pu dan 244Cm dipakai untuk menentukan resolusi detektor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pencacahan sumber alpha 242Pu dan 244

Cm hasil mikropresipitasi dengan NdF3 pada metricel filter dengan ukuran pori 0,1 mikron menggunakan detektor surface barrier yang memiliki area aktif 450 mm2 dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan pengukuran beberapa parameter diantaranya adalah nomor salur puncak spektrum energi sumber standar 242Pu dan 244Cm, cacah sumber standar 242Pu dan 244Cm, net area sumber standar 242Pu dan 244Cm, efisiensi detektor sumber standar 242Pu dan 244Cm, serta FWHM sumber standar 242Pu dan 244Cm. Dari hasil penelitian diperoleh nilai resolusi (FWHM) detektor radionuklida 242Pu dan 244Cm untuk berbagai variasi jumlah salur MCA, jangkau energi spektrometer alpha dan jarak sumber ke detektor seperti terdapat dalam Tabel 1.

Kinerja spektrometer alpha yang menggu-nakan detektor surface barrier dikatakan baik, jika resolusi dan efisiensi detektor tinggi. Ukuran resolusi detektor dinyatakan dengan nilai FWHM (Full Width Half Maximum). Resolusi detektor dikatakan baik jika mempunyai nilai FWHM kecil sehingga mampu memisahkan spektrum puncak dengan energi yang berdekatan, sedangkan efisiensi detektor dikatakan tinggi apabila rasio cacah sinyal pulsa yang dihasilkan detektor terhadap aktivitas sumber alpha mendekati 100%.

Resolusi detektor merupakan kemampuan suatu detektor untuk memisahkan dua puncak energi yang berdekatan. Nilai resolusi detektor ini dinyatakan dengan nilai FWHM (full width at half maximum), yaitu lebar puncak energi pada setengah tinggi puncaknya. Detektor mempunyai resolusi tinggi, apabila nilai FWHM detektor tersebut sangat kecil. Resolusi detektor pada spektrometer alpha dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari detektor dan rangkaian elektronik dan dari keadaan sekeliling atau luar detektor.

Gambar 2. Spektrum 242Pu dan 244Cm dengan

waktu pencacahan 18000 detik, jumlah salur 4k, jarak 2 mm, dan jangkau energi 4 MeV.

Resolusi detektor dipengaruhi oleh derau elektronik yang berasal dari arus bocor detektor, bias resistor, penguat awal, dan penguat. Derau elektronik terdiri dari variasi tegangan kecil di sekitar garis nol (zero line), dengan tegangan rata-rata. Derau elektronik akan melapisi pulsa, sehingga tinggi puncak pulsa menjadi tidak sama. Resolusi detektor juga dipengaruhi oleh tangkapan pembawa muatan. Resolusi detektor lebih baik, dengan energi rata-rata yang dibutuhkan untuk pembentukan pasangan pembawa muatan lebih kecil.

Faktor yang mempengaruhi resolusi detektor yang berasal dari keadaan sekeliling atau luar detektor diantaranya fraksi energi yang hilang pada jendela detektor. Setiap partikel alpha akan mengalami kehilangan fraksi energi, ketika melewati jendela detektor, yaitu pada saat berinteraksi dengan volume aktif detektor. Jejak efektif alpha bervariasi, ketika terjadi penyerapan fraksi energi tersebut, bergantung pada sudut datang pertikel tersebut ke detektor. Apabila variasi jejak efektif tersebut lebih banyak, maka akan menimbulkan variasi tinggi pulsa yang beragam, sehingga akan terjadi pelebaran puncak yang lebih besar pula. Faktor luar detektor lainnya yang mempengaruhi resolusi adalah efek serapan diri pada cuplikan. Pada metode kopresipitasi dalam preparasi cuplikan, cuplikan mengandung senyawa NdF3, berarti terdapat materi di dalam cuplikan atau sumber itu sendiri yang dapat menyerap fraksi energi alpha sebelum berinteraksi dengan detektor.

Apabila massa senyawa NdF3 yang dipakai

semakin besar, maka fraksi energi yang terserap oleh materi semakin banyak pula, sehingga variasi

(4)

tinggi pulsa detektor semakin beragam, yang berdampak pada puncak semakin lebar. Adanya udara pada vacuum chamber menyebabkan serapan fraksi energi alpha oleh udara tersebut semakin besar, sehingga resolusi menjadi semakin jelek, karena partikel alpha yang keluar dari detektor itu ada bagian energi yang diserap oleh molekul udara, sehingga secara efektif, energi alpha nampak menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, posisi puncak energi dapat bergeser menjadi lebih rendah.

Tabel 1. FWHM 242Pu dan 244Cm pada berbagai

variasi jumlah salur MCA dan jarak sumber ke detektor. Jarak sumber ke detektor (mm) Range energi (MeV) Salur MCA FWHM 242PU (KeV) FWHM 244Cm (KeV) 1K 328,084 303,819 2K 179,799 156,787 4K 92,953 76,08 8K 42,84 40,23 2 16K 21,319 20,364 1K 238,701 215,895 2K 89,916 83,417 4K 46,26 41,361 8K 22,734 22,141 2 4 16K 115,307 20,495 1K 278,402 292,969 2K 128,479 132,882 4K 52,404 45,377 8K 21,850 17,741 2 16K 1,408 1,030 1K 98,132 96,352 2K 63,955 48,686 4K 24,734 31,93 8K 11,113 12,747 22 4 16K 7,935 2,209 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan resolusi detektor yang cukup signifikan apabila jumlah salur MCA semakin besar, seperti terlihat pada Gambar 3. Resolusi detektor juga sedikit dipengaruhi oleh jangkau energi spektrometer alpha namun tidak nampak secara nyata dipengaruhi oleh jarak antara sumber dan detektor. Oleh sebab itu maka di dalam analisis dengan alpha spektrometer untuk energi radionuklida pemancar alpha yang berdekatan diperlukan MCA dengan jumlah salur yang lebih banyak disamping preparasi sampel melalui serangkaian proses kimia yang baik.

Gambar 3. Grafik hubungan antara FWHM terhadap jumlah salur MCA untuk sumber 242Pu, range energi

tetap 2 MeV dan jarak sumber ke detektor tetap 2 mm.

Efisiensi detektor merupakan ukuran yang menghubungkan antara pulsa yang dihasilkan oleh detektor, jika diberikan sumber, dengan aktivitas tertentu. Efisiensi sebuah detektor mempunyai nilai yang berbeda-beda antara satu jenis dengan jenis lainnya. Setiap radiasi yang mengenai detektor akan diubah menjadi sebuah pulsa listrik dan akan dicatat sebagai sebuah cacahan. Berbeda dengan radiasi gamma, maka radiasi alpha yang datang ke detektor hampir diserap seluruhnya oleh materi detektor untuk diubah menjadi sinyal listrik yang dapat dicacah, sehingga effisiensi intrinsik detektor alpha mendekati 100 %.

Efisiensi sistem deteksi secara menyeluruh dipengaruhi oleh dimensi sumber. Pada wadah cuplikan yang berbentuk piringan, atom-atom sumber atau cuplikan tersebar keseluruh luasan permukaan wadah cuplikan tersebut. Setiap partikel yang terdistribusi keseluruh luasan piringan dan jatuh kedetektor secara tegak lurus akan mempunyai jejak efektif ke detektor yang sama. Sumber yang berbentuk titik, jejak efektif setiap partikel alpha bergantung pada sudut datang partikel alpha keseluruh luasan detektor. Partikel alpha yang jejak efektifnya cukup panjang, ada kemungkinan energi alpha sudah habis sebelum berinteraksi dengan detektor, sehingga efisiensi sistem deteksi akan lebih kecil. Metode preparasi cuplikan dalam spektrometer alpha mempunyai peranan yang sangat penting, mengingat besarnya energi alpha yang hilang persatuan panjang pada jejak yang ditempuh. Metode preparasi cuplikan yang paling baik menggunakan mono moleculer layer, yaitu membuat tebal cupikan setipis mungkin. Tebal cuplikan sangat berpengaruh terhadap serapan diri tenaga alpha. Cuplikan yang

(5)

mempunyai ketebalan yang lebih tipis, memiliki efek serapan diri yang lebih kecil, sehingga efisiensi sistem deteksi akan lebih baik.

Tabel 2. Effisiensi 242Pu dan 244Cm pada

berbagai variasi jumlah salur MCA dan jarak sumber ke detektor. Jarak sumber ke detektor (mm) Range Energy (MeV) Salur MCA (Eff 242Pu ± σ Eff) % (Eff 244Cm ± σ Eff)% 1K 17,5 ± 0,1 16,2 ± 0,2 2K 16,5 ± 0,1 15,1 ± 0,2 4K 16,4 ± 0,1 15,2 ± 0,2 8K 16,6 ± 0,1 15,4 ± 0,2 2 16K 16,6 ± 0,1 15,2 ± 0,2 1K 16,6 ± 0,1 15,0 ± 0,2 2K 16,5 ± 0,1 15,2 ± 0,2 4K 16,5 ± 0,1 15,4± 0,2 8K 16,6 ± 0,1 15,5 ± 0,2 2 4 16K 17,3 ± 0,1 15,7 ± 0,2 1K 2,98 ± 0,04 2,74 ± 0,08 2K 3,01 ± 0,03 2,71 ± 0,06 4K 3,04 ± 0,03 2,74 ± 0,05 8K 3,02 ± 0,03 2,83 ± 0,05 2 16K 3,0 ± 0,2 2,8 ± 0,3 1K 3,05 ± 0,02 2,82 ± 0,04 2K 3,06 ± 0,02 2,76 ± 0,04 4K 3,07 ± 0,02 2,79 ± 0,04 8K 3,06 ± 0,02 2,83 ± 0,04 22 4 16K 3,0 ± 0,1 2,8 ± 0,2

Sudut ruang atau posisi detektor-sumber dapat diukur dengan cara meletakkan di atas detektor. Cuplikan dalam spektrometer alpha memiliki aktivitas yang sangat rendah, sehingga pada waktu proses pencacahan, cuplikan harus diletakkan sedekat mungkin dengan detektor, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan yang dapat ditimbulkan oleh rangkaian elektronik spektrometer alpha dalam mengolah sinyal listrik yang masuk. Jarak sumber ke detektor yang lebih besar, akan mengakibatkan terjadi pengurangan intensitas. Hal ini disebabkan karena berkurangnya sudut ruang secara relatif, sehingga efisiensi lebih kecil. Pengaruh Variasi jumlah salur MCA, jangkau energi spektrometer alpha dan jarak sumber alpha ke detektor terhadap effisiensi terlihat pada Tabel 2.

Gambar 4. Grafik hubungan antara efisiensi terhadap jumlah salur MCA untuk sumber 242Pu, range energi

tetap 2 MeV dan jarak sumber ke detektor tetap 2 mm.

Gambar 5. Grafik hubungan antara efisiensi terhadap jumlah salur MCA untuk sumber 244Cm, range

energi tetap 2 MeV dan jarak sumber ke detektor tetap 22 mm.

Pada Gambar 4 dan Gambar 5, nampak bahwa effisiensi detektor tidak dipengaruhi oleh jumlah salur MCA dan jangkau energi spektrometer alpha, tetapi sangat dipengaruhi oleh jarak antara sumber terhadap detektor. Data efisiensi sumber standar 242Pu dan 244Cm menunjukkan bahwa semakin besar jarak sumber ke detektor, maka efisiensi detektor menjadi semakin rendah. Hal ini disebabkan karena jarak sumber ke detektor yang bertambah besar akan mengakibatkan pengurangan intensitas energi alfa sebagai akibat sudut ruang berkurang secara relatif. efisiensi detektor pada jarak tetap 2 mm untuk sumber standar 242Pu dan 244Cm berkisar antara 16 % – 18 % untuk sumber standar 242Pu dan 15 % –

(6)

16 % untuk sumber standar 244Cm, sedangkan efisiensi detektor pada jarak tetap 22 mm untuk sumber standar 242Pu dan 244Cm berkisar antara 2% – 3,1% untuk sumber standar 242Pu dan 2% – 3% untuk sumber standar 244Cm.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Variasi jumlah salur MCA pada range energi tetap 2 MeV dan 4 MeV, serta jarak sumber ke detektor tetap 2 mm dan 22 mm berpengaruh terhadap resolusi detektor. Semakin besar jumlah salur MCA, maka resolusi detektor untuk sumber standar 242Pu dan 244Cm menjadi semakin baik.

Variasi jumlah salur MCA pada range energi tetap 2 MeV dan 4 MeV, serta jarak sumber ke detektor tetap 2 mm dan 22 mm tidak berpengaruh terhadap efisiensi detektor.

Effisiensi detektor lebih dipengaruhi oleh jarak sumber terhadap detektor, dimana semakin besar jarak sumber ke detektor maka effisiensinya semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. NAEEM AHMED, SYED. Physics and Engineering of Radiation Detection. USA: Elsevier Science. 2007.

2. R. CHOPPIN, GREGORY. Et. all. Radio-chemistry and nuclear Radio-chemistry. USA: Butterworth-Heinemann. 2002

3. F. L’ANNUNZIATA, MICHAEL. Handbook of Radioactivity Analysis. USA: Elsevier Science. 2003.

4. KAHN, BERND. Radioanalytical Chemistry. USA: Springer Science and Business Media. 2007.

5. CEMBER, HERMAN. Introduction Health Physics. USA: The McGraw-Hill Companies. 2002.

6. E. TURNER, JAMES. Atoms, Radiation and Protection Radiation. Germany: WILEY- VCH Verlag GmbH & Co. 2007.

Gambar

Gambar 1.  Kurva penyerapan partikel alpha [5] .
Gambar 2. Spektrum  242 Pu dan  244 Cm dengan  waktu pencacahan 18000 detik,  jumlah salur 4k, jarak 2 mm, dan  jangkau energi 4 MeV
Gambar 3.  Grafik  hubungan antara FWHM  terhadap jumlah salur MCA  untuk sumber  242 Pu, range energi  tetap 2 MeV dan jarak sumber  ke detektor tetap 2 mm
Tabel 2.  Effisiensi   242 Pu  dan   244 Cm pada  berbagai variasi jumlah salur  MCA dan jarak sumber ke  detektor

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pada perancangan mengamati pengaruh Eb/No terhadap nilai BER dari hasil perhitungan dengan simulasi yang kemudian dibandingkan dengan nilai Eb/No terhadap nilai BER dari

Dengan adanya kenyataan tersebut maka timbul pemikiran untuk menganalisa faktor-faktor penerapan SMK3 yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka konsentrasi bahan

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik

Karena metode penerimaan ilmu-ilmu agama dapat ditambah dengan diimplementasikannya radio dakwah secara online, masyarakat luas kususnya civitas UMY, dapat dimudahkan untuk menerima

BAB 2 ILMU KOMUNIKASI, DARI KAJIAN SAMPAI HERMENEUTIKA 17 Dari Bidang Kajian Komunikasi

Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak tutur direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang

Sistem yang dilakukan pesantren untuk melaksanakan pendidikan entrepreneurship ini yaitu dengan langkah memasukkan muatan materi dan nilai-nilai