• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dikatakan oleh pendiri Mandiri Craft yaitu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dikatakan oleh pendiri Mandiri Craft yaitu."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

38 A. Deskripsi Mandiri Craft

1. Sejarah Berdirinya Mandiri Craft

Mandiri Craft merupakan sebuah usaha kerajinan berbahan dasar kayu yang didirikan pada tahun 2003 yang dipimpin oleh Slamet Tarjono bersama 25 orang penyandang cacat usia produktif. Sebelumnya mereka mendapat penanganan secara medis dan pelatihan kerajinan di Pusat Rehabilitasi Yakkum, Yogyakarta. Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum atau yang disingkat dengan Yakkum merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi penyembuhan yang didirikan oleh Gereja Kristen Jawa dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah. Berawal dari kepedulian terhadap penyandang cacat lainnya, Slamet Tarjono mendirikan Mandiri Craft dan mengajak teman-temannya sesama penyandang cacat alumni Yakkum untuk mendirikan Mandiri Craft. Berikut ini seperti yang dikatakan oleh pendiri Mandiri Craft yaitu.

“...Kemudian saya melihat teman-teman disabilitas saat itu banyak sekali minta-minta di jalan kemudian saat itu pemerintah tidak care ya. Saya pikir mereka susah untuk mendapat pekerjaan dan di situlah alasan saya mendirikan Mandiri Craft.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan lain yaitu “... karena satu kelompok di Yakkum dengan Pak Slamet kemudian keluar terus mendirikan Mandiri Craft.” (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013). Slamet Tarjono yang menjabat sebagai manajer, memulai bengkel

(2)

kerja milik mereka sendiri untuk produksi barang kerajinan. Bengkel kerja tersebut berlokasi di Desa Gatak, Timbulharjo, Bantul, Yogyakarta. Sepanjang tahun 2003 sampai 2006, mereka membuat produk berkualitas tinggi dan menerima pesanan-pesanan dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Australia, New Zealand dan Eropa, sehingga mampu mendapatkan penghasilan yang memadai. Pada saat gempa yang terjadi pada 27 Mei 2006, terdapat satu korban jiwa di antara anggota dan terjadi kerusakan total baik pada bengkel kerja maupun tempat tinggal mereka. Beberapa mesin di bengkel pada akhirnya bisa dibersihkan dan diperbaiki namun tidak cukup memadai untuk memulai kembali proses produksi tanpa bantuan dari pihak luar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu informan pengurus Mandiri Craft, yaitu “...Sebelumnya di Gatak tapi karena gempa bangunannya hancur terus ada bantuan banyak dari pihak luar nah jadi bisa mendirikan gedung ini.” (wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Bantuan pihak luar tersebut berdatangan dari berbagai belahan dunia. Beberapa teman Slamet Tarjono dari Belanda menggalang dana untuk membantu mendirikan bengkel sementara terbuat dari bambu. Pada tahun 2006 produksi bisa dilakukan kembali. Tahun 2007 dibentuklah Yayasan Penyandang Cacat Mandiri untuk mendukung aspek hukum. Kegiatan produksi dijalankan dengan memakai nama komersil “Mandiri Craft”. Tahun 2008 Palang Merah Jepang memberikan bantuan yang luar biasa jumlahnya sehingga bangunan yang megah didirikan bagi Mandiri Craft

(3)

saat ini yang berlokasi di jalan Parangtritis Km 6,5 Cabean, Sewon, Bantul.

Bupati Bantul telah memberi kemudahan dalam menyewakan sebidang tanah selama 20 tahun. Tempat bangunan didirikan dan pembayarannya dilakukan oleh organisasi-organisasi palang merah dari Malaysia, Indonesia dan Belanda. Handicap International menyumbangkan beberapa mesin yang sangat diperlukan dalam produksi barang kerajinan. Pada bulan Januari 2009 Mandiri Craft mulai memproduksi barang kerajinannya di gedung baru tersebut.

Hingga saat ini karyawan Mandiri Craft yang tercatat sebanyak lima puluh dua orang. Belum lagi karyawan tidak tetap yang jumlahnya tidak pasti dikarenakan mereka datang jika ada pesanan yang melebihi kemampuan karyawan tetap. Bahkan tiap tahun jumlahnya terus bertambah sesuai kebutuhan dari Mandiri Craft.

2. Profil Mandiri Craft

Mandiri Craft merupakan unit usaha dari Yayasan Penyandang Cacat Mandiri. Sebagian pengurus yayasan merupakan Pengurus Mandiri Craft. Hal ini dikarenakan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri terbentuk setelah berdirinya Mandiri Craft. Seperti yang diungkapkan informan pendiri Mandiri Craft berikut.

“... Kita ada dua instansi di sini pertama yayasan, jadi yayasan itu bekerja untuk sosial dalam arti kita menerima itu tadi pelatihan-pelatihan itulah tugas-tugas dari yayasan adapun dana kita mintakan

(4)

dari luar negeri kemudian mereka biyayai setelah itu dikelola oleh yayasan dan kita bikin laporannya, hasil kegiatannya kita laporkan ke Mandiiri Craft. Mandiri Craft itu adalah jenis usaha dari yayasan. Mandiri itu. Itu terus terang ya kita harus mendapat usaha untuk mendapat profit. Nah profit itu sendiri bukan kembali ke yayasan tapi kembali ke teman disabilitas yang baru khususnya mereka datang kesini bentuknya pelatihan. Jadi profit yang didapat kembali ke disabilitas dalam rangka mensejahterakan mereka. Yayasan kita tidak dapat profit sesuai dengan akte di mana yayasan tidak dapat profit.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan diatas, Mandiri Craft adalah sebuah unit usaha dibawah naungan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri. Profit yang didapat Mandiri Craft akan kembali ke penyandang cacat sendiri. Mandiri Craft tidak hanya mementingkan segi komersial, tetapi juga berupaya memberdayakan penyandang cacat dengan tujuan untuk mensejahterakan penyandang cacat. Berikut seperti yang dikatakan oleh kedua informan, yaitu “...Target utama ya yang paling penting itu tadi, mensejahterakan disabilitas dan memberi kesempatan pekerjaan bagi mereka.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Hal senada juga disampaikan oleh informan lain yakni “...Tujuanya ya untuk memberdayakan difabel usia produktif masih bisa berkarya kemudian dipekerjakan dan menghasilkan barang yang mempunyai nilai jual, jadi bisa untuk kesejahteraan.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013). Berdasarkan pernyataan kedua informan dapat ditarik kesimpulannya bahwa tujuan utama dari Mandiri Craft adalah mensejahterakan para penyandang cacat.

Perlunya upaya untuk mencapai tujuan tersebut dituangkan menjadi visi dan misi Mandiri Craft. Visi Mandiri Craft yakni menjadikan

(5)

penyandang cacat mandiri dan sejahtera. Sementara misi Mandiri Craft adalah menolong penyandang cacat fisik usia produktif yang berasal dari keluarga miskin dengan menyelenggarakan program pelatihan, keterampilan dan menyediakan lapangan kerja.

Sebagai sebuah bentuk usaha yang resmi, Mandiri Craft memiliki susunan kelembagaan yang telah disepakati bersama. Sampai saat ini tercatat lima puluh dua orang karyawan. Status karyawan dalam Mandiri Craft adalah sebagai karyawan kontrak yang tiap tahun terus diperpanjang. Sebenarnya masih ada karyawan lain yang sifatnya insidental misal jika ada pesanan yang sangat banyak dan karyawan tetap tidak mampu mengerjakan, maka dipanggillah karyawan tersebut. Berikut pernyataan salah satu informan pengurus Mandiri Craft, yakni :

“...Karyawan tetapnya kan ada lima puluh dua orang mas tetapi kalau ada pesanan banyak itu dan butuh tenaga lebih banyak nah itu ada teman-teman yang bantu atau istilahnya karyawan tidak tetap itu. Jumlahnya tergantung kebutuhan mas.Ada juga freelance nya mas kaya pelatih-pelatih tadi buat beri pelatihan. Kan tidak tiap hari di sini mas.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Berikut merupakan struktur pengurus Yayasan Penyandang Cacat Mandiri yaitu :

Pembmbing Pengawas

Ketua

Sekretaris Bendahara

Bagan 3. Struktur organisasi pengurus Yayasan Penyandang Cacat Mandiri

(6)

Berikut merupakan struktur Mandiri Craft.

Bagan 4. Struktur organisasi Mandiri Craft (Sumber : Data primer yang diolah, 2013)

Keterangan :

Pembimbing : Drs. Idham Samawi

Frananto Hidayat Eko Prasanto Pengawas : dr. Andi Sufyan

Ir. Rob. Ign Suryo Indarto

Ketua :Slamet Tarjono

Sekretaris : Wantiyah

Bendahara : Iskandar

Pemasaran : Wantiyah

Slamet Tarjono

Kepala produksi : Anton Gunawan Ketua/manajer

Bendahara Produksi

Sekretaris Pemasaran

(7)

Kepala Finishing : Supriyadi Kepala Quality Control : Supriyadi Kepala Logistik : Ngatijo

(Sumber : Data primer yang diolah, 2013)

Perlu diketahui bahwa sebagian pengurus yayasan merupakan pengurus Mandiri Craft. Ketua yayasan merupakan ketua atau manajer Mandiri Craft, sekretaris yayaan merupakan sekretaris Mandiri Craft dan bendahara yayasan merupakan bendahara Mandiri Craft. Perbedaannya terdapat pada yayasan di mana yayasan memiliki pembimbing dan pengawas. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai tugas dari tiap pengurus.

a. Pembimbing memiliki tugas untuk membimbing para pengurus Mandiri Craft untuk menjalankan tugasnya. Pembimbing juga sering dimintai masukan dan arahannya kepada pengurus lainnya. Akan tetapi kehadiran mereka sangat jarang. Pembimbing juga sering memberi informasi kepada pengurus jika ada acara atau pameran-pameran yang mana bisa mengikutsertakan Mandiri Craft ke acara tersebut. Pembimbing tidak mendapatkan gaji karena sesuai dengan akte yayasan di mana pembimbing tidak mendapat gaji.

b. Pengawas memiliki adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta melakukan nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan pengurus. Pengawas diangkat oleh

(8)

pembina dan merupakan orang yang mampu melakukan tindakan hukum. Pengawas tidak mendapat gaji karena dalam akte yayasan dijelaskan bahwa pengawas idak mendapat gaji.

c. Ketua

Melakukan koordinasi dengan para anggotanya yang sesuai dengan bidangnya guna menyesuaikan maksud dan tujuan lembaga yang telah ditetapkan oleh pengurus. Kemudian menyampaikan segala bentuk informasi kepada seluruh anggota yang sesuai dengan bidangnya atas ketetapan yang telah diambil atau diputuskan dalam rapat pengurus atau rapat-rapat lainnya yang sesuai dengan anggaran dasar. Ketua yayasan tidak mendapat gaji. Sedangkan ketua Mandiri Craft di gaji. Ketua yayasan merangkap sebagai manajer Mandiri Craft.

d. Sekretaris

Tugas sekretaris yakni menyusun jadwal kerja ketua, mempersiapkan jadwal perjalanan dinas dan pertemuan pimpinan, menyeleksi tamu, perencanaan, penjadwalan dan pengawasan jadwal yang baik agar efisiensi dan efektifitas tetap terjaga. Sekretaris yayasan tidak mendapat gaji. Sedangkan sekretaris Mandiri Craft di gaji. Sekretaris yayasan merangkap sebagai sekretaris Mandiri Craft.

(9)

e. Bendahara

Bertanggung jawab kepada ketua. Bendahara bertugas membuat pembukuan keuangan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri dan keuangan Mandiri Craft. Selama satu periode membuat dan menentukan kebijakan atas pengeluaran atau pemakaian uang dan membuat laporan keuangan. Bendahara yayasan tidak mendapat gaji. Sedangkan bendahara Mandiri Craft di gaji. Bendahara yayasan merangkap sebagai bendahara Mandiri Craft.

f. Pemasaran

Pemasaran memiliki tugas memasarkan hasil produksi melalui berbagai media seperi media internet ataupun melalui mulut ke mulut.

g. Kepala Produksi

Kepala produksi bertanggungjawab atas segala kegiatan produksi dari desain, pemotongan, pengecatan sampai finishing.

h. Kepala Finishing

Kepala finishing memiliki tugas memimpin kegiatan finishing seperti pengamplasan manual dan merapikan sudut-sudut yang tajam.

i. Kepala Quality Control

Kepala Quality control bertugas menyeleksi hasil produksi yang layak jual atau tidak. Quality Control merupakan karyawan Mandiri Craft yang merupakan penyandang cacat.

(10)

j. Kepala Logistik

Kepala logistik bertugas mencarikan dan membeli bahan baku guna keperluan produksi.

Mandiri Craft merupakan nama komersial dari Yayasan Penyandang Cacat Mandiri di mana para anggota Mandiri Craft memiliki status sebagai karyawan. Layaknya perusahaan, siapa saja bisa menjadi karyawan asal memenuhi persyaratan dan diutamakan penyandang cacat. Akan tetapi persyaratan tersebut tidak serumit seperti perusahaan. Mandiri Craft merupakan bersifat nonformal. Berikut yang dikatakan oleh beberapa informan, yaitu “... Syaratnya ya pertama cerdas, jujur dan ya mengerti apa kebutuhan Mandiri ini.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Informan lain juga menambahkan yakni “... Syaratnya itu tergantung keahliannya dan jujur serta serta mau kerja keras mas.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Mandiri Craft adalah bentuk usaha dari Yayasan Penyandang Cacat Mandiri berusaha memberdayakan penyandang cacat. Tentunya dalam usahanya tersebut dibutuhkan dana yang menopang kegiatan mereka. Realitas yang dapat membantu LSM atatu yayasan untuk menentukan sikap adalah kritik yang selama ini kita dengar, yakni bagaimana LSM atau yayasan dapat menimbulkan kemampuan untuk berswadaya pada masyarakat, kalau LSM sendiri sebenarnya sama sekali tidak swadaya

(11)

(Hagul, 1992 : 190). Mandiri Craft sendiri tidak sepenuhnya swadaya melainkan mereka ditopang oleh bantuan lembaga lainnya. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan, yakni :

“...Pendanaan kita dari support Caritas Internasional Belgium itu mensponsori pelatihan-pelatihan. Gedung ini dari palang merah Jepang. Ini kan semua dari pemberian ada dari Bulan Sabit Merah Malaysia, Palang Merah Internasional... Bantuan kebanyakan dari luar.Yang dari lokal ga ada. Pemerintah belum. Tapi kita masih bisa berjalan dari hasil produksi.” (wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Seperti yang diutarakan informan tersebut, Mandiri Craft masih ditopang oleh lembaga luar negeri. Akan tetapi tidak sepenuhnya dari bantuan lembaga luar. Mandiri Craft masih bisa berjalan dari hasil produksi mereka sendiri. Hal tersebut dilakukan demi menjaga keberlangsungan penyandang cacat yang merupakan karyawan dari Mandiri Craft. Walaupun belum mencapai sepenuhnya swadaya, Mandiri Craft sudah mampu bergerak sendiri untuk memberdayakan penyandang cacat.

3. Sarana dan Prasarana Mandiri Craft

Sarana dan prasarana yang tersedia di Mandiri Craft cukup baik dan lengkap. Hampir semua sarana dan prasarana yang tersedia berasal dari bantuan. Bangunan yang bisa dikatakan megah ini merupakan bantuan dari Palang Merah Jepang. Belum lagi perabot seperti kursi, meja, komputer dan sebagainya merupakan bantuan dari luar. Berikut merupakan daftar sarana dan prasarana yang tersedia di Mandiri Craft.

(12)

a. Ruang direksi b. Ruang tunggu

c. Ruang galeri/showroom d. Asrama pria dan wanita e. Ruang produksi, f. Gudang g. Dapur h. Toilet i. Alat produksi j. Komputer

k. Alat bantu jalan berupa besi yang memanjang di sepanjang dinding. l. Halaman parkir

(Sumber : Data primer yang diolah, 2013)

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Informan

Peneliti mengambil informan sebanyak 6 (enam) orang. Masing-masing informan terdiri dari dua orang pengurus Yayasan Penyandang Cacat mandiri sekaligus pengurus Mandiri Craft, dua orang karyawan Mandiri Craft dan masyarakat sekitar Mandiri Craft. Informan tersebut yakni Slamet sebagai ketua Yayasan Penyandang Cacat Mandiri sekaligus ketua Mandiri Craft. Peneliti berasalan bahwa informan tersebut

(13)

mengetahui seluk beluk Mandiri Craft dikarenakan beliau adalah pendiri Mandiri Craft. Kemudian Wantiyah sebagai sekretaris. Peneliti beralasan bahwa beliau mengetahui keseluruhan Mandiri Craft dari administrasi sampai kepegawaian. Informan selanjutnya adalah Nurwakidi dan Ngatijo merupakan karyawan yang bergabung sejak awal dan di bagian produksi. Informan selanjutnya adalah Hamdani dan Bagus yang merupakan penduduk sekitar Mandiri Craft tepatnya di belakang Mandiri Craft. Hal tersebut menyebabkan mereka mengetahui kegiatan dari Mandiri Craft.

Informan pertama adalah Slamet Tarjono. Pria berusia 39 tahun ini merupakan pendiri sekaligus ketua Mandiri Craft dan ketua Yayasan Penyandang Cacat Mandiri. Motivasi beliau mendirikan Mandiri Craft adalah dikarenakan keprihatinan berliau melihat banyak penyandang cacat yang mengemis di jalan. Seperti yang dikatakan beliau yakni :

“...Kemudian saya melihat teman disabilitas saat itu banyak sekali minta-minta di jalan kemudian saat itu pemerintah tidak care ya. saya pikir mereka susah untuk mendapat pekerjaan dan di situlah alasan saya mendirikan Mandiri Craft.” (Wawancara dengan Slamet,19 Januari 2013)

Sebelum mendirikan Mandiri Craft, beliau sempat bekerja di Perusahan Listrik Negara. Hingga suatu hari beliau mendapat musibah saat bekerja dan menyebabkan kaki dan tangannya terluka dan cacat. Beliau memutuskan keluar dari tempat dia bekerja dan bergabung dengan Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum atau yang disingkat dengan Yakkum. Yakkum sendiri merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi

(14)

penyembuhan yang didirikan oleh Gereja Kristen Jawa dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah. Beliau mendapat rehabilitasi dan pelatihan di Yakkum. Hingga beliau disekolahkan ke Belanda mengambil jurusan Fundrising.

Sepulang dari Belanda pada tahun 2003 beliau mendirikan Mandiri Craft dengan modal dari hasil uang pesangon PLN. Beliau mengajak teman-teman yang notabene penyandang cacat di Yakkum untuk bergabung bersama Mandiri Craft. Beliau mendirikan mandiri Craft di rumahnya di dusun Gatak. Pada tahun 2006 terjadi gempa yang berpusat di Bantul. Musibah tersebut merusak bangunan dan peralatannya. Hingga ada bantuan dari teman-temannya dulu yang bersekolah di Belanda membangun kembali di rumahnya. Bangunan tersebut hanya terbuat dari bambu. Hingga pada akhirnya banyak bantuan dari beberapa lembaga sosial luar negeri salah satunya membangun bangunan yang megah di desa Cabean saat ini.

Informan selanjutnya adalah Wantiyah. Wanita berusia 35 tahun ini menjabat sebagai sekretaris Yayasan sekaligus Mandiri Craft. Beliau mulai bergabung dengan Mandiri Craft sejak Desember 2011. Sebelumnya beliau pernah bekerja di sebuah LSM dan perusahaan asuransi. Kemudian karena alasan keluarga beliau pindah ke Kalimantan. Setelah itu beliau kembali dan bergabung dengan Mandiri Craft. Sebelumnya beliau telah mengenal Pak Slamet dan kebetulan posisi sekretaris di Mandiri Craft sedang kosong. Motivasi beliau bergabung

(15)

dengan Mandiri Craft adalah karena rasa kepeduliannya terhadap penyandang cacat dan juga karena ingin bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan beliau berikut ini “...Ya saya ingin bekerja dan peduli sesama teman-teman disabilitas.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Wanita yang beralamat di Polaman RT 15 Argorejo Sedayu Bantul ini mengalami polio. Beliau menjalankan tugasnya di Mandiri Craft dibantu dengan kursi roda. Tugas beliau adalah menyusun jadwal kerja ketua, mempersiapkan jadwal perjalanan dinas dan pertemuan pimpinan, menyeleksi tamu, perencanaan, penjadwalan dan pengawasan jadwal yang baik agar efisiensi dan efektifitas tetap terjaga,

Informan berikutnya adalah Nurwakidi. Bapak berusia 46 tahun ini beralamat di Cungkuk, RT 02/RW 19 Margorejo, Tempel, Sleman. Beliau mengalami polio ini menjabat sebagai karyawan produksi. Beliau telah bergabung dengan Mandiri Craft sejak dari awal. Beliau merupakan satu kelompok dengan Slamet ketika masih di Yakkum. Alasan beliau bergabung dengan mandiri Craft adalah karena ingin menjadi lebih Mandiri. Hal ini seperti yang dikatakab beliau berikut “...supaya tidak bergantung pada Yakkum.” (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013)

Informan selanjutnya adalah Ngatijo. Beliau beralamat di Singkar I, RT 01/RW 10, Wareng, Wonosari. Bapak berusia 43 tahun ini menjabat sebagai kepala logistik. Tugas beliau adalah membelikan bahan baku.

(16)

Akan tetapi beliau juga turut membantu bagian produksi manakala banyak pesanan. Bapak yang mengalami buntung kaki kanan ini telah bergabung dengan Mandiri Craft sejak awal. Beliau juga merupakan teman sekelompok Slamet ketika di Yakkum. Alasan beliau memilih bergabung dengan Mandiri Craft adalah ingin lebih mandiri dan ketika itu ada bantuan juga dari pihak luar. Hal ini seperti yang diutarakan beliau yakni.

“...Ya karena dulu kerja sama dengan orang Australi, jadi sama teman yang keluar dari Yakkum jadi ya sama-sama merintis dan kebetulan ada bantuan dari Australi dan donatur Jepang. Sebelumnya masih merintis di daerah Gatak sebelum menjadi sebesar ini. Ya inginnya itu tiap difabel bisa mandiri gitu lho.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013)

Informan selanjutnya adalah warga sekitar bernama Yamdani dan Bagus. Yamdani merupakan ibu berusia 50 tahun. Beliau bertempat tinggal tepat dibelakang Mandiri Craft. Informan terakhir adalah Bagus. Bapak berusia 22 tahun ini juga bertempat tinggal tak jauh dari Mandiri Craft. Tepatnya di Desa Cabean, Sewon, bantul.

2. Peran Mandiri Craft dalam Memberdayakan Penyandang Cacat Orang miskin haruslah diberdayakan, dibangunkan dari ketidaberdayaan, dan kata kunci bagi mereka adalah keberdayaan, keswadayaan dan kemandirian (Mubyarto, 1994: 82). Sejak awal didirikannya Mandiri Craft telah berperan dalam memberdayakan penyandang cacat yang khususnya masih miskin. Salah satu cara yang

(17)

dilakukan adalah dengan memberikan keterampilan dan lapangan pekerjaan. Seperti yang disampaikan oleh informan berikut ini.

“...Ya memang pertama Mandiri Craft itu memberi pelatihan berupa keterampilan selama 3 bulan. Kemudian sesuai dengan skill dan kemampuan mereka ya kita arahkan begitu. Kemudian langsung kerja dan kerja itu mereka pulang harus bawa penghasilan. Dalam konsep saya yaitu mandiri dan tidak ketergantungan pada orang lain.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Dipilihnya memberdayakan dengan cara pemberian keterampilan dan lapangan pekerjaan adalah agar penyandang cacat bisa mandiri Kemandirian tersebut bukan bukan hanya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, akan tetapi dapat tumbuh dan berkembang dengan kemampuan atau kekuatan sendiri (Mubyarto, 1994: 82). Setelah diberikannya keterampilan, penyandang cacat memiliki keahlian agar bisa bekerja. Tentu jika sudah memiliki pekerjaan dan berpenghasilan, penyandang cacat menjadi mandiri dan tidak bergantung dari bantuan orang lain sehingga mereka dapat berkembang dengan kemampuannya sendiri.

Mandiri Craft cukup dikenal di masyarakat sekitar sebagai lembaga yang membantu penyandang cacat agar mandiri. Seperti yang diungkapkan oleh kedua informan yang merupakan masyarakat sekitar yakni “...Itu kerajinan mainan anak-anak yang buat penyandang cacat. Biar mandiri lah mas gitu.” (Wawancara dengan Yamdani, 19 Januari 2013). Hal tersebut juga ditambahkan oleh informan masyarakat lain yakni “...Itu kan bantu orang cacat biar mandiri dan punya kemampuan

(18)

seperti orang-orang biasa mas.” (Wawancara dengan Bagus, 19 Januari 2013)

Masyarakat sekitar telah mengetahui keberadaan Mandiri Craft. Bukan hanya itu saja, dukungan masyarakat menjadi penting dalam proses pemberdayaan. Masyarakat harus memberikan kesempatan kepada penyandang cacat untuk belajar memandang diri sendiri secara positif (Coleridge, 1997: 68). Hal ini serupa dengan paparan informan antara lain “...Yaa yang saya tahu untuk sekitar ini sudah baik karena melihat orang difabel usaha sendiri jadi mereka merasa senang gitu lho.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013). Kemudian informan lain menambahkan “...Ya baik koq mas.” (Wawancara dengan Yamdani, 19 Januari 2013). Informan masyarakat lain juga menambahkan “...Ya kegiatannya lumayan bagus mas kaya karyawan biasa.” (Wawancara dengan Bagus, 19 Januari 2013)

Dukungan dan tanggapan yang positif dari masyarakat sekitar membuat proses pemberdayaan yang dilakukan Mandiri Craft menjadi baik pula. Dukungan tersebut merupakan bagian dari bantuan masyarakat terhadap Mandiri Craft. Walaupun Masyarakat sekitar tidak mampu membantu secara material, tapi dukungan moril sangat diperlukan oleh penyandang cacat.

Mandiri Craft mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Ketika awal pendirianya atau sebelum dibentuknya Yayasan Penyandang Cacat Mandiri, jumlah karyawan Mandiri Craft hanya dua puluh lima

(19)

orang saja. Jumlah anggota tersebut sudah bisa memenuhi pesanan dari dalam maupun luar negeri. Hasil dari produksi tersebut sudah cukup memadai bahkan bisa dibilang sukses. Namun tiga tahun kemudian yakni tahun 2006 terjadi gempa yang mengakibatkan kehilangan salah satu anggota dan menghancurkan alat-alat produksi. Kemudian dengan adanya bantuan dari pihak luar, Mandiri Craft mampu memberdayakan kembali dan berhasil menambah jumlah karyawan yang diberdayakan. Sampai saat ini saja jumlah karyawan mencapai lima puluh dua orang. Jumlah tersebut belum termasuk anggota yang tidak tetap atau disebut pengrajin panggilan.

Secara umum, Mandiri Craft berperan dalam memberdayakan penyandang cacat melalui pemberian keterampilan dan lapangan kerja guna menjadikan penyandang cacat mandiri dan sejahtera. Terdapat empat peran utama pemberdayaan, yaitu peran fasilitatif, peran kependidikan, peran perwakilan, dan peran teknis (Agnes, 2004: 53-54). Secara khusus, Mandiri Craft memiliki empat peran tersebut, yakni. a. Peran Fasilitas

Peran fasilitatif yang dimaksud di sini adalah mendorong dan mendukung proses pembangunan masyarakat. Fasilitas tersebut dapat berupa pemberian keterampilan, memfasilitasi kelompok, memberikan dukungan, dan pengorganisasian. Mandiri Craft memiliki peran fasilitatif yakni dengan memberikan pelatihan keterampilan. Berikut seperti yang dikatakan salah satu informan

(20)

yakni “...Memberikan kursus itu. Ada bantuan untuk pelatihan. Jadi istilahnya sebagai perantaralah.” (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013)

Keterampilan utama yang diberikan Mandiri Craft adalah pembuatan kerajinan berbahan dasar kayu seperti mainan edukatif. Akan tetapi sejalan dengan perkembangannya, Mandiri Craft menyediakan keterampilan lainnya. Seperti yang dikatakan informan berikut.

“...Keterampilan kita ada banyak ya meliputi Manajemen, desain, marketing, pembuatan produk dalam arti ya pelatihan itu tadi...ada menjahit, mengukir kayu, pembuatan boneka kemudian membuat mainan anak-anak dari kayu.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Mandiri Craft memiliki kerja sama dengan berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam bentuk pemberian keterampilan. Mandiri Craft menetapkan biaya bagi SLB tersebut. Biaya tersebut nantinya akan berguna bagi kesejahteraan karyawan Mandiri Craft yang merupakan penyandang cacat. Seperti yang dikatakan informan berikut “...Hal pelatihan misalnya dengan SLB d imana mereka dilatih di sini. Disini ada biaya pelatihannya.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan Informan sebagai pengurus Mandiri Craft, berarti Mandiri Craft telah berperan dalam bagi para penyandang cacat dalam kaitannya dengan fasilitatif. Mandiri Craft

(21)

berupaya menjembatani antara penyandang cacat dengan dunia kerja melalui pemberian pelatihan.

b. Peran Kependidikan

Peran kependidikan dapat diartikan sebagai peran aktif dalam melakukan sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan dengan memberikan input yang positif dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Dalam memberian pendidikan ini dapat berupa kegiatan memberikan informasi dan pelatihan.

Motivasi merupakan bentuk dari pendidikan karena memberikan input yang positif. Mandiri Craft memiliki peran dalam segi pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya pemberian motivasi kepada para penyandang cacat, baik karyawan maupun penyandang cacat yang datang guna mendapatkan pelatihan seperti yang dikatakan olen informan yaitu.“...Motivasi gitu juga ada.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 januari 2013). Selain itu informan lain juga menambahkan yakni “...Motivasi itu bisa secara nonformal dan ada juga yang di adakan seminggu sekali tapi tidak mesti juga mas.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013). Pernyataaan yang sama juga datang dari informan lain yakni “...Itulah saran-saran saya kepada mereka yang sifatnya membangun, mendidik.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Pernyataan diatas sesuai dengan upaya pemberdayaan di mana pemberdayaan itu sendiri berarti upaya untuk membangun daya itu

(22)

dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran (Sumodiningrat, 1996: 6). Selain itu peran dalam hal pendidikan lainnya yakni dengan memberikan pelatihan dan keterampilan lainnya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh informan berikut yakni.

“...Keterampilan kita ada banyak ya meliputi manajemen, desain,

marketing, pembuatan produk dalam arti ya pelatihan itu tadi.

Kemudian ada bimbingan bahasa Inggris untuk edukasinya. setelah itu ada menjahit, mengukir kayu, pembuatan boneka kemudian membuat mainan anak-anak dari kayu.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan sejumlah informan diatas, Mandiri Craft telah membantu penyandang cacat dalam kaitannya dengan pendidikan. Hal ini sangat membantu sekali bagi penyandang cacat mengingat penyandang cacat lainnya masih masih mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan.

c. Peran Perwakilan

Peran perwakilan dapat diartikan berupa upaya mewakili masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak luar untuk kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan perwakilan ini dapat dilakukan dengan menggalang sumberdaya dari luar, jaringan kerja, dan tukar pengetahuan dan pengalaman melalui studi banding.

Mandiri Craft merupakan bentuk usaha dari Yayasan Penyandang Cacat Mandiri. Yayasan inilah yang berperan mewakili penyadang cacat dalam berinteraksi dengan pihak luar. Salah satu bentuknya adalah mewakili aspirasi penyandang cacat agar mendapat kesempatan dan pelayanan yang sama dengan masyarakat

(23)

lainnya. Seperti yang dikatakan informan ketua Yayasan sekaligus ketua Mandiri Craft berikut “...wong undang-undang penyandang cacat aja saya yang mengajukan dan masih saya perjuangkan.“ (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 20013)

Selain itu, Yayasan sendiri berusaha menggalang sumber daya . Salah satu sumber daya adalah dana. Yayasan yang menanungi Mandiri Craft ini berupaya mencarikan dana untuk menunjang kegiatan Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat. Sejumlah dana didapat dari lembaga luar negeri. Hal ini seperti yang dikatakan oleh informan ketua Yayasan dan Mandiri Craft berikut.

“...Saya sering menjadi perwakilan dari temen-temen untuk memperjuangkan nasib mereka dan ya Alhamdulillah ya mendapatkan bantuan dari Eropa...Dana kita mintakan dari luar negeri kemudian mereka biyayai setelah itu dikelola oleh yayasan dan kita bikin laporannya, hasil kegiatannya kita laporkan ke Mandiiri Craft...Misalkan saya sendiri ya

alhamdulillah masi dipercaya oleh orang Eropa jadi ketika saya

membuat proposal dan proposal itu sesuai dengan yang saya inginkan dan mereka menyetujui. Nah ketika itu sesudah tiga bulan proyek selesai maka kita laporkan sesuai yang di minta nah ternyata mereka sangat apresiasi sekali.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Hal senada juga disampaikan oleh informan lainnya yakni “...Kerja sama lainnya itu Pak Slamet yang aktif mas. Beliau sering ke luar negeri ya istilahnya mewakili teman-teman difabellah biar mendapat bantuan istilahnya.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

(24)

Berdasarkan pernyataan kedua informan dapat dikatakan bahwa Mandiri Craft telah berperan dalam hal perwakilan. Perwakilan tersebut dalam bentuk memperjuangkan nasib penyandang cacat berupa undang-undang Penyandang Cacat yang diwakili oleh ketua Mandiri Craft. Selain itu, mandiri Craft selalu berupaya mencarikan dana untuk kepentingan pemberdayaan penyandang cacat. Dana yang didapat kebanyakan dari luar negeri.

d. Peran Teknis

Peran selanjutnya adalah peran teknis. Peran teknis diartikan sebagai upaya memberikan bantuan teknis dalam proses pembangunan masyarakat dengan memberikan bantuan dalam bentuk pendampingan atau bimbingan. Bentuk dari peran teknis Mandiri Craft terhadap penyandang cacat adalah dengan membimbing mereka. Bimbingan tersebut dilakukan ketika penyandang cacat tersebut baru bergabung dengan Mandiri Craft. Hal tersebut seperti pendapat dari informan karyawan berikut “...Kayak saya ini kan udah lama nanti bisa bimbing ya baru-baru itu kaya yang datang ke sini minta di latih gitu.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013). Selain itu pendapat yang sama dari informan pengurus Mandiri Craft, yaitu “...Biasanya mereka kita bimbing.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Informan selanjutnya turut menambahkan yakni “...Kalau masih awal itu ya kita dampingi terus

(25)

sampai dia bisa baru kita pekerjakan atau dia buka usaha sendiri.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Berdasarkan penyataan kedua informan dapat dilihat bahwa Mandiri Craft memiliki peran teknis. Peran tersebut dalam bentuk bimbingan terhadap penyandang cacat ketika mereka baru bergabung dengan Mandiri Craft.

Peneliti menemukan temuan yang menarik dalam penelitian tersebut. Temuan tersebut adalah di mana Mandiri Craft tidak hanya berperan dalam memberdayakan penyandang cacat, tetapi juga berperan memberdayakan masyarakat lainnya atau bukan penyandang cacat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh informan berikut “...Ya terutama fokus sembilan puluh persen adalah disabilitas sisanya masyarakat yang tidak mampu atau istilahnya secara ekonomi kurang mampu... dan yang tidak difabel dua orang.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Pernyataan ini didukung oleh informan lain yakni “...Masyarakat umum bisa diberikan pelatihan disini setelah itu mereka keluar dan buka usaha sendiri. Terus juga di sini ada dua orang yang normal” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013) Berdasarkan pernyataan beberapa informan diatas, peneliti menemukan bahwasanya Mandiri Craft tidak hanya berupaya memberdayakan penyandang cacat, tetapi juga masyarakat biasa dalam arti tidak memiliki kecacatan. Mandiri Craft tidah hanya menerima penyandang cacat, tetapi juga orang biasa. Hal yang

(26)

sungguh menarik di mana justru manusia “tidak normal” dapat memberdayakan orang biasa.

Mandiri Craft memiliki peran dalam memberdayakan penyandang cacat. Berdasarkan penjelasan diatas, ditemukan bahwa sasaran utama mereka adalah penyandang cacat. Pada kenyataannya, Mandiri Craft bukan hanya memberdayakan karyawan sendiri, melainkan juga penyandang cacat lainnya serta masyarakat bukan penyandang cacat.

3. Bentuk Pemberdayaaan yang Dilakukan oleh Mandiri Craft

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Mandiri Craft yaitu dengan memberikan keterampilan dan lapangan pekerjaan. Berikut ini seperti yang dikatakan beberapa informan yakni “...Kita beri pelatihan berupa keterampilan lalu kita pekerjakan... Maka kita beri pelatihan selama 3 bulan.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Selain itu informan lain turut menambahkan yakni.

“...Pelatihan itu tadi terus memberi lapangan kerja pada penyandang disabilitas karena mereka kesulitan dalam mencari kerja di perusahaan umum. Dari situ jadi ketika mereka dipekerjakan. karena di sini tidak terlalu formal. Di sini ada yang tidak bisa sama sekali baru dilatih sebelum bekerja. Tapi ya ada juga yang datang untuk belajar terus dia buka usaha sendiri di rumah gitu mas.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013)

Maksud dari pemberian keterampilan adalah di mana penyandang cacat yang ingin bergabung dengan Mandiri Craft dilatih terlebih dahulu sesuai dengan keahliannya. Pelatihan tersebut berupa keterampilan pembuatan mainan edukatif dari kayu, menjahit dan manajemen.

(27)

Pemberian keterampilan tersebut berdasarkan kemampuan, kecacatan dan pengalaman penyandang cacat. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut.

“... Dari segi umur tidak terlalu pengaruh sebab yang menentukan besar kecilnya materi pelatihan itu kemampuan, pengalaman dan kecacatannya. Kalau pengalamannya sudah banyak ya kita kasih yang belum dia dapatkan sebelumnya. Dari pendidikan juga tidak pengaruh. Soalnya berdasarkan kemampuan dan pengalaman juga. Paling ya perbedaanya itu dari segi jenis kelamin. Pria dapat pelatihan yang lebih keras misal pemotongan nah kalau wanitanya ya di bagian finishing kaya pengamplasan.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Penyandang cacat akan didampingi selama tiga bulan. Setelah itu penyandang cacat baru bisa bergabung dengan Mandiri Craft dan berstatus karyawan. Selain itu, terdapat penyandang cacat yang datang hanya untuk dilatih saja. Setelah itu mereka membuka usaha sendiri di rumah.

Upaya memberdayakan dapat dilakukan melalui beberapa cara (Gunawan, 1996: 67-68). Cara tersebut yakni, pertama membangun daya dengan dorongan, memotivasi dan membangkitkan kesadaran. Kedua dengan memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dengan cara memberi input yang positif dan membuka akses terhadap sumber daya yang tersedia dengan memberi peluang-peluang. Terakhir adalah harus dilakukan pencegahan agar tidak bertambah lemah.

Upaya-upaya tersebut telah dilakukan oleh Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat. Pertama adalah memberi motivasi kepada penyandang cacat. Hal ini Seperti yang dikatakan oleh informan

(28)

pengurus, yakni “...motivasi itu bisa secara non formal dan ada yang di adakan seminggu sekali.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013). Pernyataan yang sama juga datang dari karyawan Mandiri Craft, yakni “...Motivasi gitu juga ada..” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013)

Upaya yang kedua adalah memperkuat potensi dengan cara yang nyata dan input yang positif. Hal tersebut dalam bentuk pemberian akses kepada penyandang cacat dengan memberi pelatihan dan mempekerjakan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh beberapa informan berikut. “...Oh banyak seperti pembuatan mainan anak, pelatihan keterampilan misal ada orang dari luar yang ingin belajar membuat mainan.” (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013). Pernyataan yang sama juga datang dari informan lainnya yakni.

“...Mandiri Craft itu memberi pelatihan berupa keterampilan selama 3 bulan. Kemudian sesuai dengan skill dan kemampuan mereka ya kita arahkan begitu. Kemudian langsung kerja dan kerja itu mereka pulang harus bawa penghasilan.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Upaya yang terakhir adalah pencegahan agar tidak bertambah lemah. Jika penyandang cacat sudah bekerja dan memiliki penghasilan, maka mereka telah menjadi penyadang cacat yang kuat dan mandiri. Hal ini seperti yang dikatakan informan pengurus, yakni “...mereka pulang harus bawa penghasilan. Dalam konsep saya yaitu mandiri dan tidak ketergantungan pada orang lain.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

(29)

Menurut Onny (1996: 103-104), dalam proses pemberdayaan dilakukan melalui tiga pendekatan. Salah satu pendekatan yakni pendekatan pengembangan masyarakat. Pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan masyarakat. Jika melihat bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Mandiri Craft, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan masyarakat. Hal ini dikarenakan tujuan Mandiri Craft adalah memberdayakan penyandang cacat agar menjadi mandiri dan sejahtera melalui pemberian keterampilan dan kesempatan kerja.

4. Keberhasilan Pemberdayaan yang Dilakukan oleh Mandiri Craft Peran Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat sangat berguna bagi penyandang cacat. Menurut beberapa informan, Mandiri Craft telah berhasil dalam memberdayakan penyandang cacat. Hal ini dapat dilihat dari penuturna beberapa informan, yakni “...Ya pelan-pelanlah mas. Saya kira 80 persen berhasil.” (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013). Selanjutnya informan lain turut menambahkan yakni “...Yaa bisa dibilang sudah walau masih merintis gitulah istilahnya.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013). Kemudian pernyataan yang sama dari informan lainnya yaitu “...Sudah. Sudah ya kalo diprosentasekan 75 persen banyak menolong.” (Wawancara dengan Bagus, 19 Januari 2013)

(30)

Secara khusus, keberhasilan Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat dapat dilihat dari dua aspek, yaitu :

a. Aspek Ekonomi

Peran Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat cukup berhasil dalam aspek ekonomi. Ekonomi sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan. Memberdayakan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat masyarakat dalam kondisi yang tidak mampu agar dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan (Gunawan, 1996: 6). Hal ini serupa dengan paparan beberapa informan berikut ini “...Ya itu tadi mas mereka punya penghasilan sehingga ...sejahtera lah gitu.” (wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013). Pernyataan yang sama juga datang dari informan lainnya “...Ya manfaatnya ya saya dapat penghasilan dari kerja di sini.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013). “...Ada kerjaan dan disamping itu Alhamdullilah penghasilan sudah meningkat...ekonomi semakin meningkat.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, Mandiri Craft telah berhasil dalam memberdayakan Penyandang Cacat dalam aspek ekonomi. Melihat pernyataan tersebut bahwa para penyandang cacat telah merasa lebih sejahtera dan penghasilan meningkat menunjukkan bahwa Mandiri Craft telah berperan dalam memberdayakan penyandang cacat dari aspek ekonomi. Hal ini

(31)

didukung dengan jumlah produksi Mandiri Craft bisa mencapai seratus unit per bulan. Berikut apa yang disampaikan informan yakni “...Sebenarnya tidak pasti. Hal ini dikarenakan tergantung pesanan. Tapi ya kalo di rata-rata sekitar seratus unit.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

b. Aspek Sosial

Selain dari segi ekonomi, keberhasilan Mandiri Craft dalam memberdayakan penyandang cacat juga terlihat dari aspek sosial. Seorang yang mengalami pemberdayaan tidak akan merugikan siapapun (Coleridge, 1997: 69). Salah satu hasil pemberdayaaan adalah penyandang cacat menjadi mandiri. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan beberapa informan berikut.“...Mereka ada peningkatan untuk menjadi mandiri.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013) Informan lain juga menambahkan yakni “...Tidak menyusahkan orang.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013) Pada mulanya penyandang cacat sebelum bergabung dengan Mandiri Craft memiliki sikap negatif. Akan tetapi setelah bergabung dengan Mandiri Craft, perlahan sikap mereka berubah menjadi positif. Terdapat perbedaan sikap antara orang yang belum diberdayakan dengan sesudah diberdayakan (Coleridge, 1997: 69). Beberapa sikap orang yang belum diberdayakan yakni; tertutup, agresif, menyalahkan orang lain, tergantung pada orang lain, tidak visioner, tidak realistis dan tidak percaya diri. Sedangkan sikap

(32)

orang yang telah diberdayakan antara lain, terbuka, tegas, aktif, mawas diri, mandiri, visioner, realistis dan percaya diri. Seperti yang dikatakan oleh beberapa informan yakni “...Pasti lebih aktif, lebih berani. kalau yang dulu sebelumnya pemalu sekarang ya agak lumayan.” (Wawancara dengan Wantiyah, 19 Januari 2013) kemudian pernyataan yang hampir sama juga datang dari informan lain yakni “...Ya dulu kalau keluar minder tapi setelah punya penghasilan ya minder itu kurang dan percaya diri karena mampu berpenghasilan.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013). Selain itu informan lainnya turut menambahkan yakni.

“...Jadi ketika belum gabung mereka banyak keraguan nah ketika sudah bergabung ternyata mereka bisa.mereka tentu ada perubahan. mereka ada peningkatan untuk menjadi mandiri. Sifat nya dengan pelan-pelan berubah.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan beberapa informan diatas, Mandiri Craft berhasil dalam memberdayakan penyandang cacat dalam aspek sosial. Aspek tersebut meliputi adanya perubahan penyandang cacat menjadi mandiri, lebih aktif, dan menjadi percaya diri. Perubahan sikap tersebut membuat mereka bisa membaur dengan masyarakat sekitar. Secara sosial, penyandang cacat memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat. Hal ini seperti yang katakan informan pengurus dan karyawan, yakni “...Saling mengisi dan membutuhkan. Jadi jangan sampe lepas dari masyarakat. Jadi contohnya seperti kumpulan, ronda.” (Wawancara dengan Nurwakidi,19 Januari 2013)

(33)

Pernyataan tersebut didukung oleh informan masyarakat sekitar, yakni “...Ya baik, ikut kegiatan masyarakat kaya ikut ronda dan layatan.” (Wawancara dengan.” (Wawancara dengan Hamdani, 19 Januari 2013). Informan warga lain ikut menambahkan yakni “...Ya gotong royong walaupun dia hanya punya kaki satu tapi ikut juga.” (Wawancara dengan Bagus, 19 Januari 2013)

5. Hambatan dan Solusi

Mandiri Craft adalah sebuah bentuk usaha yang berupaya memberdayakan penyandang cacat. Tentu dalam melaksanakan pemberdayaan terebut sering kali mengalami hambatan. Hambatan utama yang dialami adalah ketika proses pelatihan kepada penyandang cacat. Penyandang cacat memiliki latar belakang yang berbeda dan kemampuan Sumber Daya Manusia yang kurang. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan dalam menyerap ilmu atau materi yang disampaikan pengurus atau pelatih terkait penggunaan alat. Hal ini sepeti pendapat oleh seorang pengurus, yakni :

“...Ya memang ini sangat sulit ya untuk teman-teman difabel karena mereka itu punya latar belakang yang berbeda dan SDM yang rendah..Jadi ya susah sekali, di sini satu minggu sekali saja tidak bisa

action. Di sini satu dua kali mereka tiru kemudian balik lagi seperti

semula. Jadi karena tadi ya kurangnya SDM susah untuk menjadi mengerti.” (wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Selain itu, pendapat yang sama juga datang dari informan karyawan, yakni “...Hambatannya yaa sok sok ya kalau pertama kali itu sulit

(34)

dipahami ya kaya pakai alatnya atau gimana.’ (Wawancara dengan Nurwakidi, 19 Januari 2013)

Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan tersebut dibutuhkanlah solusi. Mandiri Craft telah memiliki solusi untuk mengatasinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan pengurus, yakni “...Cara mengatasinya kita lihat dari segi mereka sendiri dan mesti sabar...kemudian kita motivasikan dan ternyata permintaaannya sama. kemudian kita satukan tekad membangun temen-teman supaya kuat supaya maju.” (Wawancara dengan Slamet, 19 Januari 2013)

Pernyataan yang sama juga dari informan karyawan, yakni “...Itu ya yang namanya masih awal ya mas itu susah ngertinya.solusinya ya mesti sabar mas, tekun terus saling memotivasi gitulah.” (Wawancara dengan Ngatijo, 19 Januari 2013).

Berdasarkan pernyataan beberapa informan diatas, ditemukannya bahwa solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan kesabaran dan saling memotivasi. Setiap penyandang cacat baik itu karyawan, akan mengalami kesulitan ketika awal pelatihan. Maka dari itu dibutuhkanlah kesabaran bagi yang melatih maupun yang dilatih. Bukan hanya itu saja, motivasi juga diperlukan. Mereka saling memotivasi agar harapan mereka untuk mandiri dan sejahtera tercapai.

(35)

C. Pokok-Pokok Temuan

1. Terdapat sebuah lembaga yang masih peduli terhadap kehidupan penyandang cacat.

2. Mandiri Craft yang terdiri dari pengurus dan karyawan yang notebene penyandang cacat ternyata tidak hanya memberdayakan penyandang cacat, tetapi juga memberdayakan masyarakat biasa.

3. Penyandang cacat juga ingin berguna bagi masyarakat lainnya.

4. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib masyarakat penyandang cacat.

5. Banyakanya lembaga asing yang peduli akan nasib penyandang cacat. 6. Kualitas hasil produksi penyandang cacat di Mandiri Craft mampu

menyamai hasil produksi masyarakat biasa.

7. Kuantitas hasil produksi penyandang cacat di Mandiri Craft belum mampu menyamai masyarakat biasa sehingga jika terdapat pesanan yang sangat banyak mandiri Craft memerlukan pengerajin panggilan untuk memenuhi pesanan.

Referensi

Dokumen terkait

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri

selama ini apakah berjalan dengan baik atau sebaliknya, bahkan penyaluran bantuan PKH di indikasikan tidak tepat sasaran (Serambinews.com, 2019), maka tujuan

Listrik PLN bukan meteran (menumpang, dsb) 3. 1) Pra-pemprosesan data yang sudah terkumpul (73.720 data) dengan melakukan pengkodingan data pada setiap variabel bertipe

bahwa dalam rangka memberikan kepastian kepada masyarakat yang bermaksud melaksanakan kegiatan penelitian atau praktek kerja lapangan di lingkungan Pemerintah Kota

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rute, pola operasi, spesifikasi kapal, serta fasilitas pendukung (tangki Timbun) yang optimun, dengan kriteria

belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kedua variabel prediktor tersebut dicari seberapa besar kontribusinya sehingga diketahui bahwa kontribusi perhatian