• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN COTTAGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN COTTAGE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 79

KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA YANG TINGGAL DI

PANTI ASUHAN ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

COTTAGE

Lia Hartati, Winanti Siwi Respati

Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510

winantisr@esaunggul.ac.id

Abstrak

Kompetensi Interpersonal adalah kemampuan dan kecakapan yang dimiliki individu untuk memahami berbagai situasi sosial dan menentukan perilaku yang sesuai dan tepat, yang merupakan hasil interaksi individu dengan individu lainnya. Kompetensi interpersonal penting untuk mampu menjalin relasi sosial yang harmonis, baik dan efektif. Telah dilakukan penelitian bagaimana kompetensi interper-sonal untuk remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama dan Cottage dengan menggunakan teknik Sampling Kuota.

Kata kunci: kompetensi interpersonal, remaja, panti asuhan

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki panti asuhan terbesar di seluruh dunia. Jumlahnya diperkirakan antara 5.000 s.d 8.000 panti asuhan yang mengasuh sampai 1,5 juta anak, dimana lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan oleh swa-daya masyarakat, terutama organisasi keagamaan. Pada tahun 1998 jumlah panti asuhan 1.600 buah, mengasuh sebanyak 91.051 anak. Akan tetapi dalam sepuluh tahun terakhir, jumlahnya melonjak tajam menjadi 8.000 panti asuhan dengan jumlah anak asuh 1,4 juta anak (www.media-intim.blogspot.com, 2008)

Banyak sekali yang melatarbelakangi sese-orang tinggal di sebuah panti asuhan. Misalnya anak yang kehadirannya tidak dikehendaki kemudian dititipkan ke sebuah panti asuhan, orang tua meninggal dunia tidak mempunyai keluarga, anak-anak terlantar atau dibuang oleh orang tuanya, dan keluarga yang secara ekonomi tidak mampu dan terpaksa menitipkan anaknya dalam panti asuhan.(www.kompas.co.id, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Departemen sosial dan Unicef "Save The Children” menemukan 94 % penghuni panti asuhan ternyata bukan anak-anak yang tidak memiliki orang tua, melainkan anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. Sedangkan jumlah anak yang tidak memiliki orang tua sama sekali hanya 6% (www.media-intim.blogspot.com, 2008).

Dalam memberikan pelayanan pengasuhan, panti asuhan memiliki 2 sistem yang dapat digunakan, yaitu sistem asuhan Asrama dan sistem asuhan Cottage. Panti asuhan sistem Asrama, menempatkan anak asuhnya dalam suatu bangunan

yang berbentuk Asrama dan mereka dikelompokkan dalam kelompok yang berjumlah 15-20 anak asuh dalam setiap kamarnya diasuh oleh satu Ibu pengasuh (Departemen sosial RI, 2005). Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap salah satu remaja di panti asuhan di Jakarta Barat berikut ini.

" ya.. yang putri tidur di kamar putri, yang laki-laki tidur di kamar laki-laki. kamarnya lumayan besar ka, kita semua tidur dalam satu kamar. Ibu asuhnya Cuma ada satu. Paling ada guru ngaji aja yang bantuin kita belajar....”( Juli 2008 )

Sebaliknya pengasuhan di panti asuhan sistem asuhan cottage, memiliki perbandingan jumlah anak yang lebih kecil dibandingkan dengan panti asuhan Asrama. Panti asuhan sistem asuhan Cottage,. anak-anak asuh ditempatkan seperti dalam keadaan keluarga normal, setiap keluarga terdiri dari seorang Ibu bersama anak-anak putra dan putri yang berjumlah 8-10 orang, dan sebanyak- ba-nyaknya 12 orang. Usianya diatur sedemikian rupa sehingga seolah-olah adik-kakak satu dengan lain-nya. Dalam sistem yang menyerupai kehidupan ke-luarga normal, diharapkan anak asuh dapat me-ngembangkan tahap perkembangan secara wajar. Anak asuh bersekolah di luar panti, berbaur dengan anak dari kelurga normal. (Departemen sosial RI, 2005).

Ruang lingkup interaksi yang diberikan di antara panti asuhan Asrama dan panti asuhan Cottage berbeda. Biasanya pada panti asuhan Asrama ruang lingkup interaksinya lebih kepada te-man sebaya, dikarenakan waktu kebersamaan atau bertemu dapat berlangsung setiap saat. Disana

(2)

me-Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 80 reka secara bersama-sama melakukan aktivitas apa-pun, bahkan mereka ditempatkan dalam satu kamar. Menurut Kramer dan Gottman (dalam Nashori, 2000), individu yang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya memiliki kesem-patan yang besar untuk meningkatkan perkembang-an sosial, perkembperkembang-angperkembang-an emosi dperkembang-an lebih mudah un-tuk membina hubungan interpersonal. Waktu keber-samaan dan bertemu antara ibu asuh dengan anak asuhnya tidak setiap saat. Dalam panti asuhan ini, peran ibu asuh yaitu mengurus dan memenuhi se-mua kebutuhan yang diperlukan oleh anak asuhnya. Sedangkan remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage interaksinya lebih kepada orang tua atau ibu asuh dan anggota keluarga lainnya. Peran ibu asuh dalam panti asuhan ini yaitu mengurus dan memenuhi kebutuhan yang di perlukan keluarga, dalam hal ini ibu asuh hanya mengurusi anak-anak asuh yang ada didalam keluarga saja. Remaja panti asuhan Cottage juga memiliki teman sebaya untuk berinteraksi, perbedaannya tempat tinggal yang ber-beda dan waktu kebersamaan atau bertemu yang ti-dak bisa setiap saat. Titi-dak akan menjadi suatu ma-salah apabila ibu asuh memberikan kesempatan me-reka untuk berinteraksi kepada teman sebaya baik di dalam panti asuhan maupun di luar lingkungan pan-ti asuhan, sehingga remaja dapat membina hubung-an interpersonal yhubung-ang baik denghubung-an orhubung-ang lain.

Berbagai pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola diri sendiri dan kemampuan mengelola hubungan de-ngan orang lain. Salah satu kualitas hidup individu yang banyak menentukan keberhasilan menjalin hu-bungan dengan orang lain adalah kompetensi inter-personal, dimana individu melakukan interaksi so-sial agar terjalin interaksi yang baik dan lebih efek-tif (Reivihara, 2007).

Remaja yang tinggal di panti asuhan Asra-ma dan yang tinggal di panti asuhan Cottage me-merlukan kompetensi interpersonal untuk berhubu-ngan baik deberhubu-ngan orang lain. Menurut Buhrmester dkk (dalam Togiaratua Nainggolan, 2002) Kompe-tensi interpersonal adalah kemampuan dan keca-kapan yang dimiliki individu untuk memahami ber-bagai situasi sosial dan menentukan perilaku yang sesuai dan tepat, yang merupakan hasil interaksi individu dengan individu lainnya. Remaja harus da-pat memahami situasi yang sedang terjadi serta menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain.

Menurut Shaffer (dalam Togiaratua Nainggolan, 2002), anak-anak yang diasuh dalam panti asuhan mengalami ketidakmatangan dalam perkembangan sosial. Pada umumnya anak-anak ini mengalami kesulitan dalam proses sosialisasi,

khu-susnya dalam memulai hubungan dan membina hubungan yang dekat dan akrab (Papalia & Olds, 1986). Dalam penelitian Hartini (2001) dijelaskan bahwa adanya hambatan perkembangan psikologis dan sosial anak panti asuhan, di mana anak asuh le-bih kaku dalam hubungan sosial dengan orang lain, perkembangan dan penyesuaian sosial kurang me-muaskan. Berikut kutipan wawancara penulis kepada salah satu penghuni panti asuhan di Jakarta Barat.

“Saya kadang merasa minder, em... kadang gak percaya diri ka ma temen-temen di sekolah, kan saya beda ama mereka yang punya orangtua. Mau apa juga tinggal minta, enak lagi tinggal di rumah. Nah.. sedangkan saya kan tinggalnya di panti, semua serba sendiri”. (Juli, 2008)

Dari kasus di atas, ada remaja yang tinggal di panti asuhan timbul perasaan minder, rasa tidak percaya diri, menganggap bahwa dirinya berbeda dari remaja lainnya yang masih memiliki dan tinggal bersama orang tuanya. Pada kenyataannya hal ini akan menghambat dirinya untuk bersosiali-sasi dan berhubungan interpersonal dengan orang lain yang lebih luas dan lebih baik.

Pada masa remaja individu mengalami ber-bagai perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial. Dengan adanya perubahan tersebut remaja sering mengalami kegoncangan sehingga emosinya tidak stabil. Terkadang remaja juga kurang mampu me-nyelesaikan konfliknya dengan baik, remaja lebih memilih menyelesaikannya dengan kekerasan, atau berusaha untuk menghindari dan menyalahkan orang lain, bahkan membiarkan masalah tersebut semakin memburuk. Dengan adanya kegiatan ber-sosialisasi, remaja dapat belajar bagaimana menjalin hubungan dan berkomunikasi yang baik dengan orang lain, dapat mengerti keadaan lingkungan seki-tar sehingga memiliki sikap dan perilaku yang posi-tif (Reivihara, 2004).

Keluarga merupakan bagian terpenting dari jaringan sosial sekaligus sebagai lingkungan per-tama remaja untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang berperan dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan juga perilakunya terhadap orang lain Kartono, 1995 (dalam Merry, 2004). Ke-puasan psikis yang diperoleh remaja dalam keluarga sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi ter-hadap lingkungan.

Adanya komunikasi timbal balik antara orangtua dengan remaja, Interaksi yang hangat, ter-buka, tidak kaku, dan tidak sering menghukum dapat menumbuhkan kompetensi interpersonal yang baik pada diri remaja. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas da-pat menghambat berkembangnya kemampuan

(3)

re-Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 81 maja dalam membina hubungan dengan lingkungan sekitarnya (Merry, 2004).

Meskipun remaja yang tinggal di panti asu-han Asrama maupun Cottage tidak seperti pada re-maja yang masih tinggal dan memiliki orang tua kandung, diharapkan adanya komunikasi timbal balik antara remaja dengan ibu asuh akan menum-buhkan kompetensi interpersonal remaja. Apabila ibu asuh memberikan kesempatan mereka untuk berinteraksi dan pengalaman sosial, interaksi yang hangat dan terbuka, maka kompetensi interpersonal mereka akan terasah. Mereka akan mudah mengerti setiap keadaan yang terjadi di lingkungannya.

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas kompetensi interpersonal penting dimiliki oleh se-tiap remaja baik yang tinggal di Asrama dan yang tinggal di Cottage. Dengan demikian, penelitian ini akan melihat bagaimana gambaran kompetensi interpersonal pada remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama dan yang tinggal di panti asuhan Cottage.

Metode Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui gambaran kompetensi interpersonal remaja pada panti asuhan Asrama dan Cottage secara deskriptif., mengguna-kan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.

Pengambilan sampel menggunakan Non-probability dengan teknik Sampling Kuota. Adapun karakteristik responden penelitian adalah remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki rentang usia 11-24 tahun dan tinggal di panti asuhan Asrama dan Cottage. Panti asuhan Asrama berada di daerah Jakarta Pusat yaitu panti asuhan Putra Nusa Putra dan Putri, daerah ini dipilih berdasarkan pertim-bangan efisiensi pengambilan data. Sedangkan panti asuhan Cottage berada di daerah Jakarta Timur Cibubur yaitu panti asuhan SOS Desa Taruna, dipi-lih karena keterbatasan tempat dan hanya daerah ini yang memiliki panti asuhan dengan sistem Cottage. Jumlah responden 40 remaja panti asuhan Asrama, dan 40 remaja panti asuhan cottage

Hasil analisis uji reliabilitas dengan meng-gunakan teknik Cronbach Alpha memperoleh koe-fisien reliabilitas sebesar 0,899. Koekoe-fisien reliabili-tas dengan hasil mendekati 1 dapat dikatakan memi-liki keandalan yang tinggi (Sugiyono, 2004). Hal ini berarti bahwa skala yang digunakan dalam peneli-tian ini adalah cukup reliabel.

Responden yang Tinggal di Panti Asuhan

Cottage

Dari 40 responden yang ada di panti asuhan Cottage, maka didapat rentang usia SD antara 11-12 tahun berjumlah 7 (17,50%)

responden. Usia SMP 13-15 tahun berjumlah 18 (45%) responden. Usia SMA 16-18 tahun berjumlah 13 (32,50%), dan usia kuliah 19-20 tahun berjumlah 2 (5%) responden.

Berdasarkan jenis kelamin maka didapat 19 (47,50%) responden laki-laki, dan 21 (52,50%) responden perempuan. Responden juga dilihat dari lama tinggal, untuk lama tinggal antara 1-4 tahun berjumlah 10 (25%) responden, 5-8 tahun berjumlah 7 (17,50%) responden, 9-12 tahun ber-jumlah 16 (40%) responden, 13-16 tahun berber-jumlah 5 (12,50%) responden, dan 17-20 tahun berjumlah 2 (5%).

Sedangkan berdasarkan usia pertama res-ponden tinggal di Panti Asuhan didapat usia per-tama tinggal pada masa anak-anak awal 1-6 tahun berjumlah 24 (60%) responden, pada masa anak-anak akhir 7-12 tahun berjumlah 13 (32,50%) res-ponden, dan pada masa remaja awal 13-14 tahun berjumlah 3 (7,50%) responden. Responden juga di-bedakan atas memiliki orang tua dan tidak, didapat yang masih memiliki orang tua 35 (87,5%) res-ponden, dan yang tidak memiliki orang tua 5 (12,5%) responden. Juga dilihat dari yang mem-bawa ke panti asuhan . didapat 24 (60%) responden dibawa sendiri oleh orang tua ke panti asuhan, 8 (20%) responden di antar oleh saudara, dan ditemu-kan oleh pengurus panti asuhan dan dibawa ke panti asuhan sebanyak 8 (20%) responden,

Responden yang Tinggal di Panti Asuhan

Cottage

Usia Responden pada rentang usia SD antara 11-12 tahun berjumlah 5 (12,50%) respon-den. Usia SMP 13-15 tahun berjumlah 17 (42,50%) responden. Usia SMA 16-18 tahun berjumlah 16 (40%). Dan usia kuliah 19-20 tahun berjumlah 2 (5%) responden.

Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 24 (60%) responden dan 16 (40%) responden perem-puan. Berdasarkan lama tinggal responden di panti asuhan Asrama, maka didapat hasil lama tinggal an-tara 1-4 tahun berjumlah 20 (50%) responden, 5-8 tahun berjumlah 16 (40%) responden, dan 9-12 ta-hun berjumlah 4 (10%) responden.

Berdasarkan usia pertama responden ting-gal di panti asuhan Asrama, maka didapat hasil usia pertama tinggal pada masa anak-anak awal 3-5 tahun berjumlah 1 (2,50%) responden, pada masa anak-anak akhir 7-12 tahun berjumlah 23 (57,50%) responden, dan pada masa remaja awal 13-16 tahun berjumlah 16 (40%) responden.

Dari data terlihat semua responden (100%) yang tinggal di Panti Asuhan Asrama masih memi-liki orang tua.

(4)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 82 Berdasarkan orang yang membawa responden ke panti asuhan Asrama, maka didapat 25 (62,50%) responden dibawa sendiri oleh orang tua ke panti asuhan, 10 (25%) responden diantar oleh saudara, dan ditemukan oleh pengurus panti asuhan dan dibawa ke panti asuhan sebanyak 5 (12,50%) responden.

Kompetensi Interpersonal

Untuk menggambarkan deskripsi kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage dan Asrama, maka dilakukan pengkategorian yaitu tinggi, sedang dan rendah, diperoleh hasil seperti pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Gambaran Umum Kompetensi Interpersonal Cottage dan Asrama

Jenis panti asuhan Skor Nilai Kategori Jumlah % Cottage X >119 Tinggi 3 7,5% 85 < X < 119 Sedang 34 85% X < 85 Rendah 3 7,5% Asrama X >119 Tinggi 15 37,5% 85 < X < 119 Sedang 25 62,5 % X < 85 Rendah - -

Terlihat bahwa remaja dengan kompetensi interpersonal kategori tinggi di Asrama lebih banyak (37,5%) dari pada remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage (7,5%), dan remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama tidak ada yang kompetensi interpersonalnnya dalam kategori rendah.

Remaja dengan kompetensi interpersonal kategori tinggi di Asrama lebih banyak (37,5%) dari pada remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage (7,5%). Remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama dengan kompetensi interpersonal tinggi mereka mampu berinisiatif untuk memulai suatu bentuk interaksi dengan lingkungan mereka tinggal sampai lingkungan yang lebih besar. Remaja mampu membuka diri yang bersifat pribadi mengenai dirinya kepada orang lain, menurut Wrightsman dan Deaux (dalam Reivihara, 2007), individu mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian

kepada orang lain, sebagai suatu penghargaan yang akan memperluas kesempatan untuk terjadinya sharing. Sehingga dengan terjadinya sharing dan keterbukaan dalam suatu hubungan akan menguntungkan masing-masing pihak. Mereka juga mampu untuk bersikap asertif yaitu mengungkapkan perasaannya secara jelas dan tegas kepada siapapun yang termasuk yang ada dalam panti asuhan.

Dalam diri remaja panti asuhan Asrama mampu memberikan dukungan emosional yang lahir dari sikap empati, memberikan sikap hangat, memberikan rasa nyaman kepada orang lain. Barker dan Lemie (dalam Nashori, 2000) dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut berada dalam keadaan tertekan dan bermasalah. Oleh karena itu kemampuan memberi dukungan emosional sangat berguna dan diperlukan untuk mengoptimalkan kompetensi interpersonal.

Remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama lebih mampu mengelola dan mengatasi konflik yang terjadi diantara mereka, sehingga konflik yang terjadi di antara mereka tidak berkepanjangan, yang pada dasarnya konflik akan selalu ada dan dapat meningkat dalam setiap hubungan antar manusia. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola dan mengatasi konflik sangat berguna untuk meningkatkan kompetensi interpersonal.

Pada tabel 1 juga terlihat bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama tidak ada yang kompetensi interpersonalnya dalam kategori rendah artinya remaja mampu berkomunikasi antar pribadi yang selalu terjalin dalam hubungan interpersonal. Salah satu faktor yang memberikan kesempatan kompetensi interpersonal salah satunya lingkungan yang sangat mendukung yaitu teman sebaya. Berdasarkan pengamatan peneliti remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama ruang lingkupnya adalah teman sebaya dan tinggal dalam satu kamar dalam jumlah besar, diantara mereka tidak ada jarak apapun. Mereka hidup secara bersama-sama dan bersikap saling terbuka sehingga nyaman untuk bercerita apapun yang terjadi tanpa ada batasan waktu. Remaja mampu saling terbuka tentang diri sendiri, saling mengungkapkan informasi tentang pribadi secara mendalam dan berkembang menjadi hubungan yang lebih akrab diantara remaja yang satu dengan yang lain, seperti yang tergambar pada item no 27. Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fisher dan Adams (dalam febriyani, 2004) menyatakan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan dalam membina

(5)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 83 hubungan, yaitu mampu berkomunikasi antar pribadi dalam bentuk interaksi yang tidak dapat dihindari dan selalu terjadi dalam berhubungan interpersonal dengan orang lain.

Remaja panti asuhan Cottage didapat hasil bahwa ada 3 responden yang memiliki kompetensi interpersonal rendah artinya remaja kurang mampu untuk membuka diri kepada temannya, mereka lebih menutup diri terhadap masalah apapun yang terjadi pada diri mereka, seperti item no 20. Remaja kurang mampu berhubungan sosial, kurang memiliki sikap empati untuk memahami perasaan orang lain, dan kurang mampu dalam memahami perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga kompetensi interpersonal mereka rendah. Besar kemungkinan yaitu pada pada waktu masuk ke dalam panti asuhan usia mereka sudah beranjak remaja, sehingga tidak mengenal satu dengan yang lain karena sulit untuk beradaptasi. Menganggap orang-orang yang ada di panti bukan saudara mereka, padahal secara tidak langsung semua yang tinggal dalam panti asuhan Cottage adalah bersaudara.

Kompetensi Interpersonal Berdasarkan

Usia Responden

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan usia respoden, maka dilakukan pengelompokkan berdasarkan usia sekolah, yaitu usia SD (<12 tahun), SMP (13-15 tahun), SMA (16-18 tahun), dan Perguruan tinggi (>19 tahun). Berdasarkan perhitungan statistik ini didapat sebaran seperti pada tabel 2 .

Dari tabel 2 terlihat bahwa kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi terbanyak pada remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama dan berusia antara 13-15 tahun. Sedangkan pada usia yang sama di panti asuhan Cottage, tidak ada remaja yang memiliki kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi.

Pada analisis deskripsi diatas terlihat bahwa kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi terbanyak pada remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama dan berusia antara 13-15 tahun. menurut Katkosky (dalam Hilman, 2002) berkesimpulan bahwa kendali dari dalam terbentuk pada masa kanak-kanak dan akan meningkat sedikit ketika anak

Memasuki masa remaja sampai dewasa. Dengan demikian pada usia tersebut, remaja relatif telah mampu berfikir apa yang harus dilakukan dan tidak selalu tergantung kepada orang lain.Sedangkan pada usia yang sama 13-15 tahun di panti asuhan Cottage, tidak ada remaja yang memiliki kompetensi interpersonal dalam kategori

tinggi. Artinya pada remaja yang tinggal di panti asuhan ini, penyebaran usia dalam satu Cottage relatif beragam sehingga remaja dituntut untuk meyesuaikan diri yang berbeda. Hal ini akan bermasalah pada diri remaja dan akan mempengaruhi kompetensi interpersonalnya.

Kompetensi Interpersonal berdasarkan

Jenis Kelamin Responden

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan jenis kelamin respoden, maka dilakukan pengelompokkan, yaitu laki-laki dan perempuan. Terlihat bahwa kompetensi interpersonal remaja berjenis kelamin laki-laki dan perempuan lebih banyak yang tinggi pada remaja yang tinggal di asrama dibandingkan di cottage. Sedangkan yang berkatagori rendah hanya dijumpai pada remaja laki-laki dan perempuan di asrama cottage, kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama berjenis kelamin laki-laki sebagian besar dalam kategori sedang, dan jenis kelamin perempuan lebih banyak berkategori tinggi. Pada kenyataannya laki-laki dan perempuan memiliki perbedaaan yang disebabkan oleh faktor fisik dan sosial, sehingga kompetensi interpersonal mereka berbeda. Sesuai dengan pengamatan peneliti di panti asuhan Asrama, bahwa jenis kelamin perempuan waktu pertemuan lebih intens sehingga motif berafiliasi mereka lebih tinggi.

Sedangkan di panti asuhan Cottage, kompetensi interpersonal jenis kelamin laki-laki dan perempuan cendrung relatif sama dalam kategori sedang artinya remaja jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kesempatan untuk belajar, sama-sama dalam kemampuannya bersosialisasi untuk hidup dalam lingkungan sosial dan akan mengembangkan kompetensi interpersonal yang ada di panti asuhan.

Kompetensi Interpersonal berdasarkan

Lama Tinggal Responden

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan lama tinggal respoden, berdasarkan lama tinggal responden, terlihat bahwa kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi, terbanyak dimiliki oleh mereka yang tinggal di panti asuhan Asrama selama 1-4 tahun. Di panti asuhan Cottage, waktu rentang tersebut juga ada yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi.

Responden yang tinggal di panti asuhan Cottage selama rentang waktu 5-8 tahun, tidak ada yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi, bahkan pada rentang waktu tersebut sangat

(6)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 84 teridentifikasi dalam kompetensi interpersonal kategori rendah.

Berdasarkan lama tinggal responden, terlihat bahwa kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi, terbanyak dimiliki oleh mereka yang tinggal di panti asuhan asrama selama 1-4 tahun. Di panti asuhan Cottage, waktu rentang tersebut juga ada yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi artinya meskipun remaja yang tinggal di panti asuhan pada lama tinggal 1-4 tahun, mereka mampu beradaptasi dengan orang-orang yang di lingkungan panti asuhan, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan mampu mengembangkan kompetensi interpersonalnya.

Kompetensi Interpersonal berdasarkan Usia

Pertama Responden Tinggal di Panti

Asuhan

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan usia respoden, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan periode dalam perkembangan, yaitu usia kanak-kanak awal (1-6 tahun), kanak-kanak akhir (7-12 tahun), dan remaja awal (13-14 tahun), diperoleh hasil.

Terlihat bahwa remaja dengan rentang usia 7-12 tahun dan 13-16 tahun yang tinggal di panti asuhan Asrama memiliki kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi lebih banyak dibandingkan yang tingggal di cottage.

Pada tabel 5 terlihat bahwa rentang usia pertama masuk panti 1-6 tahun responden yang tinggal di panti asuhan Cottage memiliki kompetensi interpersonal mayoritas dalam kategori sedang. Sedangkan pada remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama pada rentang usia tersebut, dan hanya ada 1 responden yang memiliki kompetensi interpersonal dalam kategori tinggi. Sesuai wawancara peneliti, bahwa hal ini terjadi apabila remaja yang masuk ke panti asuhan pada usia balita yang kurang mengerti tentang bagaimana hidup dengan keluarga kandung, akan mudah beradaptasi dengan lingkungan panti asuhan. Menganggap bahwa semua yang ada dalam panti asuhan adalah saudaranya, tidak berjarak secara emosional dan tidak berjarak dengan siapapun, sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Mereka yang tinggal di panti asuhan Cottage selama rentang usia pertama 7-12 tahun memiliki kompetensi interpersonal mayoritas dalam kategori sedang, dan pada rentang usia ini juga ada yang memiliki kompetensi interpersonal kategori rendah. Sesuai wawancara peneliti dengan salah satu ibu asuh yang ada di panti asuhan Cottage, bahwa saat remaja masuk dalam panti asuhan pada

usia remaja, anak sudah memiliki konsep tentang kehidupan di luar panti asuhan, dan adanya perbedaan pola asuh antara keluarga dengan panti asuhan, akan mempengaruhi diri remaja sehingga dapat menimbulkan perasaan takut, cemas, dan khawatir untuk hidup dalam panti asuhan.

Kompetensi Interpersonal berdasarkan

Memiliki Orang Tua atau Tidak

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan masih memiliki orang tua respoden, maka dilakukan pengelompokkan yaitu Ya dan Tidak. Berdasarkan perhitungan statistik ini didapat sebaran seperti pada tabel 6 dibawah. : Pada tabel 6 terlihat bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan yang sudah tidak memiliki orang tua, dalam penelitian ini hanya terdapat di panti asuhan Cottage, dan tidak satu pun yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi.

Terlihat bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan yang sudah tidak memiliki orang tua, dalam penelitian ini hanya terdapat di panti asuhan Cottage, dan tidak satu pun yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi artinya bahwa meskipun tidak ada orang tua sebagai figur yang memberi perhatian dan kasih sayang, ternyata di panti asuhan Cottage remaja menemukan figur itu pada ibu asuh yang menggantikannya sebagai orang tua yang akan memberikan perhatian dan kasih sayang.

Kompetensi Interpersonal berdasarkan

Yang Membawa Masuk Kedalam Panti

Untuk menggambarkan kompetensi interpersonal berdasarkan yang membawa masuk kedalam panti asuhan, maka dilakukan pengelompokan yaitu orang tua, saudara, dan pengurus panti asuhan,

Terlihat bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage, yang dibawa oleh orang tua dan pengurus panti ke dalam panti asuhan teridentifikasi pada kompetensi interpersonal kategori rendah. Sedangkan remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama yang dibawa oleh saudara memiliki kompetensi interpersonal pada kategori tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage, yang dibawa oleh orang tua dan pengurus panti ke dalam panti asuhan teridentifikasi pada kompetensi interpersonal kategori rendah. Sesuai wawancara peneliti, bahwa jika anak yang tinggal dalam panti asuhan dengan cara pemaksaan dari orang tuanya, dan remaja tidak diberikan pengertian oleh orang tuanya mengapa mereka dititipkan dalam panti asuhan, hal ini akan mengakibatkan remaja tidak siap untuk tinggal

(7)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 85 dalam panti asuhan, bahkan sampai menarik diri dari teman-temannya, hal ini sangat berpengaruh terhadap kompetensi interpersonalnya.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan Secara umum kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan Asrama relatif lebih baik dibandingkan kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage. Remaja dengan jenis kelamin perempuan yang tinggal di panti asuhan Asrama kompetensi interpersonalnya lebih banyak pada kategori tinggi, dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Kompetensi interpersonal kategori tinggi lebih banyak terdapat pada jenis kelamin yang tinggal di panti asuhan Asrama dibandingkan yang tinggal di panti asuhan Cottage. Remaja yang tidak memiliki orang tua relatif memiliki kompetensi interpersonal kategori sedang sampai dengan kategori rendah, dan tidak ada yang memiliki kompetensi interpersonal tinggi. Remaja yang dibawa oleh saudara untuk tinggal di panti asuhan Asrama memiliki kompetensi interpersonal dengan kategori tinggi. Sedangkan remaja yang tinggal di panti asuhan Cottage, yang dibawa oleh orang tua dan pengurus panti ke dalam panti asuhan teridentifikasi pada kompetensi interpersonal kategori sedang hingga rendah.

Daftar Pustaka

Azwar, Syaifuddin, “Penyusunan Skala Psikologi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.

Cheta Nilawati, “Mayoritas Penghuni Panti Asuhan bukan Yatim Piatu”, (www,media-intim- blongspot,com/2008/06/media-intim-mayoritas-penghuni-panti,html,120k),

Departemen Sosial RI, “Panduan Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak”, Jenderal Bina Kesejahteraan SOS, Jakarta, 2005.

Hartini, Nurul, “Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti Asuhan”, Jurnal Insan Media Psikologi, Vol,3 No,99-108, 2001.

Hilman, “Kemandirian Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan di Tinjau dari Persepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan” Sosial, Tesis, Program pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, 2002.

Hurlock, Elizabeth B, 1996, “Psikologi Perkembangan (edisi kelima)”, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Indriasari, pattisina (www,kompas,co,id,2005)

Nainggolan, Togiaratua, “Kompetensi Interpersonal Remaja Panti Asuhan Ditinjau dari Konsep Diri, Peran Jenis dan Jenis Kelamin”, Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2002.

Nashori, F, “Kompetensi Interpersonal Ditinjau dari Kematangan Beragama, Konsep Diri dan Jenis Kelamin”, Tesis (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2000.

Nashori, Fuad, “Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa, Anima”, Jurnal Psikologi ,Vol 16 No, I, 32-40, 2000.

Nashori, Fuad, “Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Kelamin”, Jurnal Psikologi, Vol, 11, No, 1, 26-38, 2003.

Mulyati, Rina, “Kompetensi Interpersonal pada Anak Panti Asuhan dengan Sistem Pengasuh Tradisional dan Anak Panti Asuhan dengan Sistem Pengasuh Ibu Asuh”, Jurnal Psikologika, No,4 tahun 11, 43-49, 1997.

Papalia, D, E, & Olds, S, W, 1986, “A child’s World Infancy Through Adolesencent”, New York: Mc Graw Hill Book Company,1986.

Rakhmat, Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”, Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.

Shaffer,D,R, “Development psychology”, Belmont California: Wodsworth Publishing Company,1995.

Sitanggang, Merry Hotma Ria, “Kaitan Kemandirian dan Kompetensi Interpersonal terhadap Sikap Kreatif pada Siswa SLTP Full day school dan Non full day school di Jakarta Selatan, Tesis (tidak diterbitkan), Universitas Indonesia. Jakarta. 2004

(8)

Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage

Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 2, Desember 2012 86 Sugiyono, 2008, “Metode Penelitian Pendidikan”

(edisi kelima),CV Alfabeta. Bandung. 2008

Sugiyono, 2004, “Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta. Bandung. 2004

Worowengku, A, Reivihara, 2007, “Hubungan antara Konsep Diri dengan Kompetensi Interpersonal pada Remaja Siswa Kelas III di SMEA Sasmita Jaya 1-Pamulang”, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI.

Yulianto, Aries, 2005, “Diktat Pengantar Psikometri”, Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta. 2005

Mereka_yang_tetap_ceria_di_panti_asuhan.htm. kamis 24 Juli 2008. www.kompas.co.id. 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki Kemampuan Dasar (KD) sebesar sekurang-kurangnya sama dengan nilai total HPS;Memiliki kemampuan dasar pada bidang pekerjaan yang sejenis dan kompleksitas yang setara (KD =

Can you think of other risks to cultural heritage?.. Examples of different types of events and processes that cause damage and loss of value to heritage assets. Image courtesy

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada Kapita

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Table 2 The result of Mont e Carlo Analy sis for Mult idim ensional Sust ainable I ndex Values and.. each Dim ension in t he confidence int erv al

Dengan demikian, tujuan dari studi ini adalah menerapkan Distribution Requirements Planning (DRP) di CV Karya Mandiri Sejahtera untuk mengendalikan ketersediaan

Pada kelompok II dengan paired sample t-test didapatkan nilai P=0.000 yang berarti ada pengaruh ladder drill icky shuffle terhadap agility pada pemain sepak