• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar

Sudah banyak sekali para ahli psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Sedemikian banyaknya pembahasan tentang motivasi dalam pembelajaran itu telah menghasilkan definisi motivasi yang bnyak pula.

Menurut Martinis Yamin (2008:157) motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar,para ahli sukar mendefinisikannya akan tetapi motivasi berhubungan dengan 1) arah perilaku, 2) kekuatan respon setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, dan 3) ketahan perilaku atau beberapa lama seseorang itu terus berperilaku menurut cara tertentu.

Menurut Mc. Donald dalam Martinis Yamin(2008:157) “motivasi adalah perubahan energi dalam seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Berdasarkan pendapat di atas, motivasi dapat diartikan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

(2)

Jenis motivasi

Menurut Martinis Yamin (2008:163) jenis motivasi dalam belajar di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a) Motivasi Ekstrinsik\

Motivasi ekstrinsik, merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseoarang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.

Motivasi belajar ekstrinsik (Winkel, 198 ;94 dalam Martinis yamin 2008:164), diantaranya :

1. Belajar demi meenuhi kewajiban

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan 3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan 4. Belajar demi meningkatkan gengsi

5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/ golongan administrasi

b) Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik, merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Mc Dougall dan Freud menekankan pentingnya motifasi intrinsik. Skinner dan Bandura menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Begitu juga dengan Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama – sama penting.

Prinsip-Prinsip Motivasi

Menurut Martinus Yamin (2008) prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah ditemui oleh para ahli ilmu nelajar. Memberi motivasi kepada siswa, berarti kita memberdayakan afeksi mereka agar dapat

(3)

melakukan sesuatu, melalui penguatan langsung (eksternal), penguatan pengganti, dan penguatan diri sendiri.

Adapun cara mengukur motivasi belajar yaitu dengan teknik penilaian non tes. Disini peneliti mengukur motivasi belajar dengan cara memberikan angket kepada siswa kemudian siswa mengisi angket tersebut. Angket yang digunakan pada penelitian ini merupakan angket tertutup, artinya angket yang pengisianya hanya memberikan centang atau menyilang pada kolom yang telah tersedia dari beberapa item yang telah ditentukan oleh peneliti. Angket motivasi belajar dibuat dengan memperhatikan beberapa indikator agar proses pembelajaran yang dilakukan menarik, bermakna, dan memberikan tantangan pada siswa. Seperti pendapat Keller (Sugihartono, dkk :2007) bahwa : Menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS)”.

Prinsip-prinsip tersebut adalah: a. Attention (perhatian)

Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu siswa. b. Relevance (relevansi)

Relevansi menunjukan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa.

c. Confidence (percaya diri)

Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi siswa untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungan.

d. Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. 2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar.Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.Perubahan perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal.Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain

(4)

tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto 2009:34)

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel 1996:51 dalam Purwanto 2009 : 45). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakum aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel 1996:244 dalam Purwanto 2009:45).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Penelitian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi hasil belajar adalah besarnya angka yang diperoleh dari tes dan skor motivasi.

2.1.3 Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran Konstektual (constextual teaching and learning) menurut Nurhadi (2003) dalam Sugiyanto (2009:14) adalah konsep belajar yng mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Menurut Hamruni (2012:134) Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Belajar dalam Contextual Teaching and Learning bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tapi belajar dengan mengalami secara langsung.melalui proses mengalami itu di harapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tapi juga aspek

(5)

afektif dan psikomotor. Belajar melalui Contextual Teaching and Learning di harapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Menurut Johnson (2002) dalam Sugiyanto (2009:14) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka.

Menurut Sanjaya (2004) dalam Sugiyanto (2009:17) Tujuh komponen utama dalam Contextual Teaching and Learning:

1) Kontruktivisme (countructvism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan dikembangkan serta diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan terbentuk bukan hanya dari objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Karena itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.

2) Menemukan (inquiry)

Inquiry berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir scara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses perencanaan guru tidak disiapkan sejumlah materi yang harus dihafal tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. 3) Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam

(6)

berpikir. Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

4) Masyarakat belajar (Learning cummunity)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu member tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.

Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling belajar, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

5) Pemodelan (Modelling)

Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru, guru juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui Modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritik-abstrak.

(7)

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya. 7) Penilaian yang sebenarnya (Autehentic assessment)

Penilaian yang sebenarnya (autehentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Menurut Sanjaya (2006) kelebihan dan kekurangan pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan pendekatan Contextual Teaching and Learning.

a. Memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.

b. Memberi para siswa kesempatan untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik dengan benar-benar mengaitkan pekerjaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat mereka.

2) Kekurangan pendekatan Contextual Teaching and Learning

a. Guru harus meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mencari informasi-informasi terbaru yang nantinya dapat berguna dalam proses

(8)

pembelajaran di kelas sehingga membutuhkan tenaga dan pikiran yang cukup melelahkan dan menyita waktu.

b. Membutuhkan waktu belajar yang cukup lama.

Secara sederhana menurut Sugiyanto (2010:22) langkah pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok – kelompok). e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Ciri – ciri kelas yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning:

a. Pengalamannya nyata.

b. Kerja sama, saling menunjang. c. Gembira, belajar dengan bergairah. d. Pembelajaran rerintegrasi.

e. Menggunakan berbagai sumber. f. Siswa aktif dan kritis.

g. Menyenangkan, tidak membosankan. h. Sharing dengan teman.

i. Guru kreatif

2.1.4 Hakekat Matematika

Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2012:4) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang di perlukan.oleh karena itu kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak di beritahukan cara penyelesaianya.

(9)

Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) dalam Heruman (2012:1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak,bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Soedjadi (2000:12) Beberapa definisi mengenai matematika yang diungkapkan adalah sebagai berikut:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Berdasarkan pendapat yang di kemukakan di atas maka di simpulkan bahwa matematika Sekolah Dasar terdiri dari sistem-sistem yang terstruktur, yang masing-masing terbentuk melalui pola penalaran secara deduktif dengan logika matematika sebagai alat penalarannya dalam mengkomunikasikan suatu proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka.

Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun

Kompetensi dasar : 6.1 mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.1 mengidentifkasi sifat-sifat bangun ruang

2.1.5 Hubungan antara pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan motivasi dan hasil pembelajaran matematika

Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning akan menciptakan siswa menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning akan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan nyata mereka. Dengan pengajuan pertanyaan

(10)

yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu siswa dengan begitu akan ada umpan balik dari siswa ke guru.

Dengan demikian anak belajar akan lebih bermakna dengan menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan serta belajar dalam kelompok-kelompok. Hal tersebut akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pembelajaran matematika.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni, akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Banyak penelitian yang telah dilakukan itu dirasa perlu mengenali penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Atik Winarni Rohmah (2011) dengan judul Peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika materi bangun datar siswa kelas v SDN Gumpang 01 menyimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan antusias dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayah (2010) dengan judul peningkatan prestasi belajar matematika melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas 4 SDN Madyopuro Malang menyimpulkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar siswa di lihat dari nilai yang di peroleh dengan lulus 80%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar juga tercapai. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang telah ada maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian-penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning.

(11)

2.3 Kerangka Berfikir

Kegiatan pembelajaran dapat berhasil karena di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu model pembelajaran. Pada kenyataannya kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional.Dalam kegiatan pembelajaran guru menyampaikan materi Matematika dengan metode ceramah.akibatnya siswa cenderung pasif dan ramai sendiri dengan teman sebelahnya.Guru tidak menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa aktif dan mengembangkan pemikirannya sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.Pada kondisi ini jika siswaa di beri tes, hasil belajar yang di peroleh masih di bawah KKM <60.

Melihat kenyataan tersebut perlu di lakukan perbaikan dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.Pendekatan pembelaran ini diterapkan karena dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Pendekatan ini memberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan pemikirannya dan menemukan sendiri makna dalam pelajaran matematika dengan belajar dalam kelompok-kelompok sehingga siswa lebih semangat dalam belajar dan akan berimbas pada motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika meningkat.Berhubungan dengan hal di atas maka guru perlu melakukan pemantaban tindakan yaitu mengulang kembali dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal di atas KKM ≥60

(12)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran Matematika: KD

5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Pembelajaran Konvensional

Guru mendominasi PBM

Menggunakan metode ceramah sehingga siswa ramai sendiri dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika.

Tes formatif Penilaian motivasi dan hasil belajar

Motivasi dan hasil belajar siswa rendah

Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Respon pertanyaan tentang sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

Pembelajaran Matematika: KD

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat – sifat bangun ruang

6.3 menentukan jaring- jaring berbagai bangun ruang sederhana

Rubrik observasi motivasi

Penilaian proses belajar Tes formatif Penilian hasil belajar

Hasil belajar meningkat

Menunjukkan contoh bangun datar dan bangun ruang

Membentuk kelompok 4 orang Diskusi tentang sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

Presentasi

Evaluasi tentang sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

Ada respon

Ada respon Ada respon

Ada respon

(13)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut di atas maka hipotesis tindakan penelitian kelas ini adalah sebagai berikut: diduga peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 02 Salatiga semester 2 tahun 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

HASIL KAJIAN DAN PERBINCANGAN 4.1 Pengenalan 4.2 Maklumat Latar Belakang Responden 4.3 Kepuasan terhadap Pendapatan 4.3.1 Tahap Kepuasan terhadap Pendapatan 4.4 Pola Perbelanjaan

- Layanan Kemahasiswaan, Laboratorium, Penyewaan Alat Survey dan Layanan Publik. a) Telah diterima peminjaman alat atas nama Nyoman Dati Pertami berupa WQC Quality Meter.

Terealisasinya anggaran Dana Desa untuk semua kegiatan pembangunan desa yang mencapai angka 100% di tahap pelaksanaan, besarnya peran pengawasan yang dilakukan oleh

Ada tiga pokok masalah penelitian dalam skripsi ini, pertama; bagaimana proses penyelesaian tindak pidana penganiayaan di Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie

Teknik kompresi dikatakan baik apabila menghasilkan nilai MSE yang kecil dan nilai PSNR yang tinggi yang berarti error atau kesalahan dari teknik kompresi ini sangat kecil dan

Dengan demikian isolat bakteri tersebut merupakan mikrob dominan pada limbah cair yang mampu memanfaatkan bahan organik sebagai nutrisi untuk tumbuh serta

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat

Jika digunakan dengan baik dan tepat, maka riset pemasaran bermanfaat baik untuk perusahaan yang mensponsori maupun untuk pelanggannya.membantu perusahaan untuk mengambil