• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TARI JAIPONG BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA ASIH BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TARI JAIPONG BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA ASIH BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TARI JAIPONG BAGI

SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA

ASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh:

UTARI DWI AGUSTINA 0906016

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)
(3)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TARI JAIPONG BAGI SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C

PURNAMA ASIH

Oleh

Utari Dwi Agustina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Utari Dwi Agustina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Utari Dwi Agustina, 2013

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TARI JAIPONG BAGI SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA ASIH BANDUNG

ABSTRAK

Siswa tunagrahita mengalami kesulitan dalam motorik dan konsentrasi sedangkan dalam menari jaipong sangat dibutuhkan gerak yang kuat, konsentrasi dan ingatan pada setiap gerakan-gerakan pada suatu tarian. Ini menjadi tantangan besar dalam kegiatan pembelajaran menari pada anak tunagrahita. Berdasarkan fenomena diatas muncul permasalahan bagaimana pelaksanaan pembelajaran tari jaipong bagi siswa tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih.

Pembelajaran tari jaipong di sekolah dasar lebih ditujukan pada kegiatan belajar menari, bukan pengenalan dan pemahaman tentang teori-teori tari. Kegiatan praktik ini diarahkan pada kegiatan belajar bagaimana ia bergerak, memanfaatkan gerak dalam ruang dan waktu serta menemukan kekuatannya sebagai alat komunikasi. Hal itu akan memberikan siswa pengalaman penguasaan gerak dan perbendaharaan gerak sebelum mempelajari sebuah tarian jadi. Latihan penguasaan gerak ini mutlak diperlukan setiap anak. Anak berkebutuhan khusus terutama tunagrahita ringan merupakan individu yang perlu diberikan kesempatan dan pelayanan terhadap pembelajaran seni tari jaipong, hal ini dapat dijadikan media untuk anak tunagrahita ringan agar dapat melatih dan mengembangkan kemampuan motorik dan konsentrasi pada anak tunagrahita ringan walaupun mereka memiliki keterbatasan. Menari jaipong menampilkan gerakan-gerakan pada kepala, tangan dan kaki yang akan melatih motorik anak tunagrahita, serta konsentrasi dan ingatan yang kuat dalam mengingat setiap gerakan demi gerakannya. Keinginan belajar tari jaipong yang dimiliki oleh mereka dapat dijadikan orientasi oleh guru dalam pembelajaran seni tari untuk membuat stimulus-stimulus yang dapat merangsang munculnya perkembangan motorik dalam gerak-gerak tari yang mereka temukan secara kreatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran tari jaipong dan menyajikan data berupa deskripsi, menganalisis dan menginterpretasi data. Adapun data-data yang diperoleh yaitu melalui teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih masih kurang dalam perencanaannya, yakni tidak adanya asesmen menari jaipong secara tertulis dan tidak ada jadwal khusus mengajarkan tari jaipong. Dalam kemampuan gerakan, siswa masih kaku dan hanya gerakan-gerakan sederhana saja yang dapat dilakukan siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan rekomendasi, yaitu diharapkan pihak sekolah agar lebih memperhatikan pelayanan dengan memfasilitasi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tari jaipong agar lebih baik lagi. Serta hendaknya pihak guru mempelajari pelaksanaan asesmen keterampilan menari jaipong secara tertulis.

(5)

IMPLEMENTATION OF LEARNING JAIPONG DANCE FOR

STUDENT OF MILD MENTAL RETARDATION IN SLB C PURNAMA

ASIH

ABSTRACT

The student of mental retardation difficulties in motoric and concentration while in jaipong dancing it’s needed a strong motion, concentration and recollectionon any movement of the dance. It’s a big challenge for student of mental retardation to learning a dancing. Based on above apprears a phenomenan question of how the implementation of jaipong dance learning for student mental retardation in SLB Purnama Asih.

Jaipong dance lesson in elementary school are focused on the dance, not the recognition and understanding on the dance theoris. These activities are focused on the practice of learning how it moves, utilizing motion in the space and time, and find strength as a tool of communication. It will give an experience of motion control and motion repertory before learning a dance for student. Motion control exercise is absolutely necessary every child. Children with special needs, especially mild mental retardation are individual who need to be given opportunities and service to learning jaipong dance, it can be used a media to mild mental retardation children in order to train and develop motoric skill and concertration of that, although they have limitations. Jaipong dance show the movements of the head, arms, and leg that will train the children of mental retardation, as well as concentration and a good memory to remember every movement by movement. The desire to learn jaipong dance owhed by their orientation can be used by teacher in teaching the art of the dance to create the stimulate to appearance of motoric development in the dance movement that they find a creatively.

The research used a qualitative approach, the researches looked at the implementation of learning jaipong dance and present form of descriptions, analyze and interpret form. As for a forms obtained through interview techniques, observation and documentation study.

The result of this research stated the implementation of learning jaipong dance at SLB Purnama Asih still lacking in the plan, there’s no assessment of jaipong dance written and no specific timeable to teach the jaipong dance. The ability of the movement, students still stiff and only a simple movement that can be done.

Based on the result of research, it can be argue that recommendations are expected to pay more attention to the school in order to facilitate service and infrastructure in the implementation of learning so much better jaipon dance activities. And also the teachers should be learning the implementation of jaipong dance skill assessment written.

(6)

vi

Utari Dwi Agustina, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL .. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN .. ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1

B.Fokus Masalah ...5

C.Tujuan dan Kegunaan ...6

BAB II LANDASAN TEORI A.Konsep Dasar Tunagrahita 1.Pengertian Tunagrahita ...9

2.Tunagrahita Ringan ...11

B.Konsep Dasar Pembelajaran ...13

C.Konsep Tari

3.Program Pembelajaran Tari Jaipong ...23

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ...26

1.Tempat Penelitian ...27

2.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...27

3.Teknik Analisis Data ...30

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...33 B. Pembahasan Hasil Penelitian ...44

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ...48 B.Rekomendasi ...50

DAFTAR PUSTAKA ...53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

viii

Utari Dwi Agustina, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Responden Penelitian 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian 60

Expert Judgement 56

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 58

Pedoman Wawancara 61

Pedoman Observasi 63

Lampiran 2 Display Data 64

Hasil Wawancara 65

Hasil Observasi 72

Catatan Lapangan 74

Display Triangulasi Data 84

Lampiran 3 Dokumentasi 90

Foto Penelitian 91

RPP 94

Lampiran 4 Jadwal Penelitian 118

(10)

1

Utari Dwi Agustina, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya, yang suatu hari kelak anak akan mampu mandiri, maksudnya mandiri dalam menampilkan individualitasnya, kemampuan sosialitasnya dan moralitasnya. Sebagaimana dikemukakan dalam UUSPN No.20 tahun 2003 dari buku yang ditulis Sagala (2011:3) bahwa :

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan luar biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan yang khusus melayani anak-anak yang mempunyai hambatan dalam penglihatan, pendengaran, intelektual, fisik atau emosi. Secara sadar pendidikan luar biasa ini terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan luar biasa yang diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus membutuhkan pola layanan tersendiri, baik dalam pembelajaran maupun dalam bimbingan perilaku. Layanan khusus diadakan karena adanya karakteristik yang berbeda pada setiap anak yang satu dengan yang lainnya. Pelayanan pendidikan khusus telah mendapat tempat dalam dunia pendidikan. Hak bagi individu dengan kebutuhan khusus selalu diperjuangkan, termasuk hal dalam bidang pendidikan.

(11)

2

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus.” Pasal diatas menyatakan bahwa pendidikan

adalah hak bagi seluruh warga Indonesia tak terkecuali bagi Anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang beragam salah satunya anak tunagrahita yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus agar dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal. Maka dari itu siswa tunagrahita tidak hanya mendapatkan materi pelajaran yang sifatnya akademis, tetapi juga siswa mendapatkan latihan keterampilan.

Di Indonesia tidak sedikit orang yang menganggap tunagrahita tidak dapat melakukan apa-apa. Dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan jaman, tunagrahita dituntut untuk lebih meningkatkan kemampuannya. Salah satu hal yang paling penting adalah bagaimana tunagrahita memiliki keterampilan untuk dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka tunagrahita perlu memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menambah kepercayaan dirinya. Keterampilan-keterampilan atau prestasi yang mereka miliki ketika diajarkan di sekolah merupakan bekal kelak untuk kepercayaan diri anak tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :

(1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. (2) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.

(12)

3

Utari Dwi Agustina, 2013

keterampilan bagi anak sebagai layanan khusus bekal bagi anak tunagrahita. Dan salah satu keterampilan yang ada di SLB C Purnama Asih adalah pembelajaran seni tari jaipong yang sudah melekat di kehidupan siswa-siswa SLB-C Purnama Asih. Kegiatan menari jaipong akan melatih motorik dan konsentrasi pada anak tunagrahita, meskipun dalam melatih gerakannya anak mudah lupa dan perlu banyak pengulangan. Motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari anak normal. Sedangkan tinggi dan berat badan anak sama. Hasil penelitian Rariek (1980) yang terdapat pada buku Astati (2001:5)

menyatakan bahwa „Kematangan motorik anak tunagrahita ringan lebih

lemah daripada anak normal yang seusia dengannya.‟ Anak tunagrahita mempunyai gerak motorik yang kurang terkoordinir dan terlihat kaku, meskipun keadaan motorik anak tunagrahita ringan tampak tidak berbeda dengan anak normal lainnya, hanya saat melakukan kegiatan motorik jelas nampak keterlambatan kemampuan motoriknya. Maka dalam mengajarkannya harus banyak memberikan latihan-latihan motorik dengan banyak bergerak melalui permainan atau latihan tari. Selain bermasalah dalam motorik, anak tunagrahita juga memiliki hambatan mengenai konsentrasi.

Konsentrasi adalah bagaimana seseorang mampu fokus dalam mengerjakan sesuatu, hingga pekerjaan itu selesai dalam waktu tertentu dan yang bersangkutan dapat mengingat dengan baik segala hal tentang pekerjaan tersebut. (Rusydie, 2012:94)

(13)

4

Dari hambatan motorik dan konsentrasi anak tunagrahita ringan tersebut maka diperlukan latihan yang dapat membantu meminimalisir hambatan anak tersebut. Salah satu latihan yang dapat melatih motorik dan konsentrasi anak adalah melalui tari jaipong. Dengan tari jaipong yang diiringi musik akan meningkatkan rasa senang dan secara tidak langsung anak akan mengikuti apa yang didengarnya sekaligus akan menggerakan badan mengikuti irama. Kegiatan pembelajaran seni tari di SLB-C Purnama Asih tujuannya lebih dikhususkan agar anak sempat mengalami belajar menari yang sesuai dengan tingkat kemampuannya, sehingga secara kreatif dimana tubuh sebagai alat ekspresinya itu mampu mengungkapkan kembali segala imajinasinya.

Keterampilan menari jaipong pada siswa tunagrahita ringan merupakan salah satu keterampilan yang penting diberikan di SLB C Purnama Asih. Karena dengan adanya pembelajaran menari jaipong ini, siswa tunagrahita ringan akan senang menonton pertunjukkan-pertunjukkan tari jaipong, bahkan lambat laun mereka tidak merasa malu lagi apabila melakukan kegiatan menari. Anak tunagrahita dapat memiliki kemampuan yang ditonjolkan sehingga menjadi bekal kepercayaan diri bagi anak dan dengan belajar tarian jaipong sama dengan melestarikan kebudayaan Indonesia.

Dalam melaksanakan tari jaipong diperlukan sekali motorik yang kuat, konsentrasi dan ingatan untuk mengingat langkah-langkah jaipongan dan gerakan yang satu dengan gerakan yang lain sesudahnya. Namun telah kita sadari bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dalam kecerdasan adalah dibawah rata-rata yang mengalami kesulitan dalam berpikir, mudah terganggu perhatian dan cepat lupa serta motorik yang lebih lemah dari anak normal.

(14)

5

Utari Dwi Agustina, 2013

ingatan pada setiap gerakan-gerakan pada suatu tarian. Ini menjadi tantangan besar dalam kegiatan pembelajaran menari pada anak tunagrahita.

Berdasarkan fenomena diatas muncul permasalahan bagaimana pelaksanaan pembelajaran tari jaipong bagi siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih.

B.

FOKUS MASALAH PENELITIAN

Pada penelitian ini, masalah berfokus pada bagaimana pelaksanaan pembelajaran tari jaipong bagi siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih, yang secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan kegiatan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kegiatan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih?

3. Gerakan apa saja yang dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan dalam menari jaipong di SLB C Purnama Asih?

4. Hambatan apa saja yang dihadapi siswa tunagrahita ringan dalam pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih?

5. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dialami siswa tunagrahita ringan selama pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih?

(15)

6

C.

TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. TUJUAN

a. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tari jaipong siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih.

b. Secara khusus tujuannya adalah:

1) Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai perencanaan pelaksanaan kegiatan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih

2) Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai proses pelaksanaan pembelajaran kegiatan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih

3) Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai kemampuan menari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih

4) Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai hambatan apa saja yang dihadapi siswa tunagrahita ringan dalam pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih

5) Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai cara mengatasi hambatan yang dihadapi siswa tunagrahita ringan selama pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih

(16)

7

Utari Dwi Agustina, 2013

2. KEGUNAAN

Kegunaan penelitian ini dibagi secara teoritis dan praktis. a. Manfaat Teoritis :

1) Sebagai karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi lembaga pendidikan luar biasa pada khususnya 2) Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai permasalahan

dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan menari jaipong pada siswa tunagrahita ringan

b. Manfaat Praktis : 1) Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan keterampilan menari jaipong siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih.

2) Bagi Guru

Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai perkembangan menari jaipong siswa tunagrahita ringan, juga sebagai masukan dalam memfasilitasi aspek perkembangan kemampuan menari siswa.

3) Bagi Orang tua

(17)

8

4) Bagi Sekolah

(18)

9

(19)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode sangat diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti agar mencapai tujuan yang diharapkan. Narbuko dan Achmadi (2009:1) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan dan pemecahan suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam suatu kegiatan penelitian.

(20)

27

Utari Dwi Agustina, 2013

1. TEMPAT PENELITIAN

Tempat Penelitian pada prakteknya tidak akan terlepas dari latar yang menjadi tempat diperolehnya sumber data. Tempat penelitian disini mengambil latar di SLB C Purnama Asih. Penelitian ini dilakukan kepada siswa tunagrahita ringan yang berada dikelas pembelajaran tari jaipong dan peneliti melakukan penelitian pada jam pelaksanaan menari jaipong.

2. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang diperoleh secara valid dan reliabel, dan ini sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan atau instrumen yang berkualitas. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Jadi peneliti berperan sebagai key instrument karena dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian. Sebagaimana diungkapkan Moleong, (2007:168) ”Peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, pencatat data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil-hasil penelitian”.

Peneliti bertindak sebagai instrumen, maka dari itu peneliti harus memiliki kesiapan ketika melakukan penelitian, seperti persiapan sebelum melakukan penelitian. Berikut pedoman dalam melakukan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Lembar observasi

(21)

28

dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.

b. Pedoman wawancara

Merupakan alat berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal yang dianggap dapat memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran kemampuan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan yang dilakukan di SLB C Purnama Asih. Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembelajaran menari jaipong. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengungkap data yang bersifat lebih luas dan mendalam.

c. Dokumentasi

Merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh lembaga, baik berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan maupun gambar (foto/video).

Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan dengan terlebih dahulu sudah memiliki pedoman yang akan dijadikan alat bantu mengumpulkan data. Pedoman tersebut dikembangkan dari kategori yang akan dicari data lapangannya dengan menggunakan teknik yang tepat.

Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Observasi

(22)

29

Utari Dwi Agustina, 2013

ringan yang nampak di SLB C Purnama Asih. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat secara langsung, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan sukadukanya. Maksudnya observasi ini adalah observasi partisipasif yang artinya peneliti ikut langsung berinteraksi dengan anak.

b. Wawancara

Menurut Sudjana dalam Satori dan Komariah (2009:130) „wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang ditanya‟.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara yang dilakukan bersifat mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara jelas dari informan tentang pelaksanaan pengembangan kemampuan menari jaipong siswa tunagrahita ringan di sekolah.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala sekolah dan kepada guru atau pelatih menari jaipong siswa tunagrahita ringan yang ada di SLB C Purnama Asih.

c. Studi Dokumentasi

(23)

30

dokumentasi ini, dapat memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir. Studi dokumentasi dalam penelitian ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah dokumen tertulis dan foto.

d. Catatan Lapangan (FieldNote)

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moleong,2007:208).

Catatan lapangan berupa bahan mentah yang ditulis peneliti secara lengkap ketika melakukan pengamatan dan bertujuan untuk mencatat segala sesuatu dengan rinci.

Jadi catatan lapangan merupakan bentuk lengkap dari rekaman-rekaman data lapangan yang diperoleh dari buku catatan lapangan, rekaman dai tape recorder, hasil jepretan foto atau rekaman video.

3. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data lapangan dalam penelitian kualitatif dilakukan sesaat setelah data terkumpul. Data yang diambil merupakan data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat. Bogdan & Biklen dalam Moleong (2007:248) mengungkapkan bahwa:

(24)

31

Utari Dwi Agustina, 2013

Miles dan Huberman dalam Basrowi dan Suwandi (2008:209) mengemukakan bahwa Analisis data mencangkup tiga kegiatan yaitu: a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Merupakan proses penyusunan data yang diperoleh, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengikhtisarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan. b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan. Proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif. c. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

4. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

(25)

32

a. Triangulasi

Moleong (2007:330) menyebutkan “triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Untuk penelitian ini digunakan triangulasi dengan tekhnik, yaitu penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya dengan teknik wawancara lalu dicek dengan observasi kemudian melihan dokumentasi.

b. Membercheck

Membercheck yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2009:375).

(26)

33

(27)

48

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tari Jaipong Bagi Siswa Tunagrahita Ringan di SLB C Purnama Asih Bandung. Adapun pembahasannya mengenai perencanaan pelaksanaan, proses pelaksanaan, kemampuan gerakan, hambatan, cara mengatasi hambatan dan evaluasi pembelajaran menari jaipong. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SLB C purnama Asih Bandung, peneliti paparkan kesimpulan hasil penelitian, sebagai berikut :

1. Perencanaan pelaksanaan kegiatan tari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran dilaksanakan oleh guru hanya dengan pengamatan pada kemampuan siswa, tidak dibuat asesmen tertulis sebagai alat ukur kemampuan awal siswa. Sistematika RPP sudah mengikuti alur pada umumnya yaitu ada SK, KD, indokator, tujuan, langkah pembelajaran, metode, sumber, media pembelajaran serta penilaian.

(28)

49

Utari Dwi Agustina, 2013

yaitu guru memberikan materi sebelum dilakukannya pembelajaran praktek menari kemudian barulah praktek menari. Metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan tari jaipong adalah ceramah, tanya jawab dan praktek. Teknik yang digunakan adalah imitasi tari tradisional dan tari tradisional yang disesuaikan dengan kemampuan anak yang biasa digunakan untuk kelas IV s/d VI SD.

3. Gerakan yang dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan dalam menari jaipong di SLB Purnama Asih adalah pada gerakan-gerakan dasar, siswa P dan siswa R mampu melakukannya dengan baik namun ada gerakan yang dilakukan siswa P dan R dengan kaku. Siswa P mampu menirukan gerakan dengan baik pada gerakan gailer, gilek, ukel dan selut. Pada gerakan tepak bahu, seser, sirig dan mincid siswa P mampu melakukannya namun masih memerlukan bimbingan. Pada siswa R, mampu menirukan gerakan gailer dan gilek dengan baik. Pada gerakan ukel dan selut siswa mampu melakukannya juga namun terlihat kaku. Pada gerakan tepak bahu, seser, sirig dan mincid siswa R mampu melakukan gerakannya namun masih memerlukan bimbingan. Mereka memerlukan bimbingan secara perlahan gerakan-gerakannya sedangkan musik jaipong bertempo cepat.

(29)

50

5. Cara mengatasi hambatan yang dialami siswa tunagrahita ringan selama pelaksanaan pembelajaran tari jaipong di SLB C Purnama Asih yaitu dengan diulang-ulang secara terus menerus. Ketika siswa mulai bosan dan tidak konsentrasi, guru memberikan waktu istirahat sebentar. Sedangkan untuk mengatasi hambatan yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan tari jaipong yaitu dengan mengeraskan volume suara musik agar siswa bisa lebih fokus pada gerakan.

6. Evaluasi pembelajaran menari jaipong pada siswa tunagrahita ringan di SLB C Purnama Asih yaitu dengan diadakannya tes lisan, perbuatan serta pengamatan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam tari jaipong. Bentuk evaluasi dalam pembelajaran tari jaipong adalah melalui tes tanya jawab dan praktek.

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian diatas, maka dapat dikemukakan rekomendasi bagi pihak sekolah, bagi orangtua dan bagi peneliti selanjutnya yang dianggap perlu sebagai masukan dan tindak lanjut dari penelitian ini. 1. Bagi kepala sekolah

a. Diharapkan pihak sekolah agar lebih memperhatikan pelayanan dengan memfasilitasi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tari jaipong agar lebih baik lagi. Misalnya merubah ruangan dengan menambahkan cermin-cermin disetiap sudut ruangan didepan dan belakang sehingga menyerupai sanggar tari.

(30)

51

Utari Dwi Agustina, 2013

dengan ahlinya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menari jaipong.

2. Bagi guru

a. Diharapkan pihak guru belajar melaksanakan asesmen keterampilan menari jaipong secara tertulis dan tidak hanya secara pengamatan saja, dengan cara membaca buku-buku Asesmen contohnya Buku Nani Triani, S.Pd M.Si yang berjudul Panduan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus atau buku lainnya yang berkaitan dengan asesmen. Sehingga hasil asesmennya dapat dijadikan sebagai rujukan atau pedoman kemampuan awal siswa dalam mengajarkan tari jaipong.

b. Diharapkan guru membuat jadwal khusus tari jaipong karena melihat potensi siswa yang bisa dikembangkan dalam keterampilan menari jaipong, dengan menjadikan tari jaipong sebagai ekstrakurikuler yang waktu latihannya seminggu sekali. c. Mengikuti pelatihan tari jaipong ke sanggar-sanggar tari agar

pengajar sesuai dengan ahlinya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menari jaipong.

3. Bagi orangtua

a. Hendaknya orangtua dapat ikut bekerjasama dalam mengembangkan kemampuan menari jaipong pada anaknya dengan cara melatihnya dirumah atau dengan menyetel video-video tarian jaipong agar anak terbiasa melihat tarian jaipong dan menirukannya dirumah tidak hanya disekolah

4. Bagi peneliti selanjutnya

(31)

52

subjek pada tunagrahita sedang atau pengaruh tari jaipong bagi siswa tunagrahita

(32)

Utari Dwi Agustina, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, R. dan Rusliana. (1979). Pendidikan Kesenian Seni Tari. Jakarta: PT Rais Utama

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Astati. (1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik untuk Anak

Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV Pendawa

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus. Tidak diterbitkan

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Delphi, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama

Keterampilan Pravokasional. (2012). Landasan Pengembangan. Bandung: tidak diterbitkan

Moleong, J. L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhammad, J KA. (2008). Special Education For Special Children. Jakarta: PT Mizan Publika

(33)

Rusliana,.et al. (2009). Kompilasi Istilah Tari Sunda. Bandung: Jurusan Tari STSI

Rusydie, S. (2012). Kebiasaan-Kebiasaan Khusus Pembuat Daya Ingat Anak Semakin Cemerlang. Jogjakarta: Laksana

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Syafii. Djatmiko,T. dan Cahyono,A. (2006). Materi dan Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Tim Redaksi Wikrama Waskitha. (2003). Seri Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia 2003 Bagian II. Jakarta: PT Wikrama Waskitha

Universitas Pendidikan Indonesia.(2009). Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas

Pendidikan Indonesia

Wardani, IG.A.K. et al. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Sumber Internet :

Gambar

Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Anak tunagrahita kategori ringan kelas VA di SD Negeri Gadingan Kulon Progo dalam kegiatan pembelajaran masih banyak mengalami hambatan, seperti: masih belum

Anak tunagrahita pada dasarnya mempunyai hambatan perkembangan fungsi intelektual, sehingga mengalami hambatan yang berarti dalam proses belajar termasuk dalam proses

Dari berbagai hambatan yang dialami anak tunagrahita ringan salah satunya adalah hambatan membaca sesuai dengan pendapat Astati, (2001: 10-11) ”Kesulitan belajar umumnya

Penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan aktivitas akuatik terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan kelas atas di SLB N Pembina

PENERAPAN METODE DRILL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERAWATAN TANAMAN HIAS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH. disetujui dan disahkan oleh

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebugaran jasmani anak tunagrahita ringan masih tergolong sedang, dan perlunya latihan dalam meningkatkan kebugaran jasmani

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu membuktikan pengaruh tari jaranan modifikasi bermedia VCD terhadap motorik kasar anak tunagrahita ringan di SLB B-C

Selain itu permainan engklek menjadi stimulus bagi anak tunagrahita ringan yang memiliki hambatan intelektual untuk melatih kemampuan koordinasi gerakan yang termasuk dalam keterampilan