• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM OPERASI HITUNG PENGURANGAN : Studi Eksperimen Dengan Desain Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV SDLB C Purnama Asih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM OPERASI HITUNG PENGURANGAN : Studi Eksperimen Dengan Desain Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV SDLB C Purnama Asih."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB II MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PENGURAGAN 1 SAMPAI 10 BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN ... 7

A.Deskripsi Teori ... 7

1. Media Pembelajaran ... 7

2. Media Balok Sebagai Media Pembelajaran ... 10

3. Media Papan Congkak Hitung Sebagai Media Pembelajaran ... 11

4. Operasi Hitung Pengurangan... . 13

5. Anak Tunagrahita... 15

6. Operasional Media Papan Congkak Hitung... 19

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 20

C.Kerangka Pemikiran ... 21

(2)

2. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Pengolahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A.Hasil Penelitian ... 38

1. Hasil Baseline-1 (A-1) ... 38

2. Hasil Intervensi (B) ... 39

3. Hasil Baseline-2 (A-2) ... 41

B.Analisis Data ... 43

1. Analisis dalam Kondisi... 43

2. Analisis antar Kondisi ... 54

C.Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A.Kesimpulan... 61

B.Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses

optimalisasi potensi anak ke arah pencapaian kemampuan tertentu sesuai

dengan tugas pertumbuhan dan perkembangannya. Pentingnya masalah

pendidikan ini disikapi pemerintah dalam bentuk perundang-undangan seperti

tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :

“ Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”

Kebutuhan mengenai pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

tersurat secara jelas dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional BAB V Pasal V Ayat 2 yang berbunyi : “Setiap warga

negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental dan sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus”.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan

kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang

bersangkutan (Moh Amin, 1995: 1). Oleh karena itu, pendidikan luar biasa

sebagai salah satu bentuk pendidikan yang melayani anak-anak berkebutuhan

khusus termasuk anak-anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang

(4)

keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Moh

Amin, 1995:11). Anak tunagrahita merupakan salah satu anak yang

mengalami hambatan dalam perkembangan, seperti hambatan kecerdasan,

namun anak tunagrahita masih bisa dikembangkan potensinya. terutama

dalam bidang berhitung, dalam kehidupan sehari-hari berhitung merupakan

hal yang sangat penting di setiap lembaga pendidikan baik di sekolah umum

ataupun di sekolah khusus (SLB), menjadi bagian dari kurikulum.

Pembelajaran untuk anak tunagrahita seharusnya pembelajaran yang

semikonkret dan konkret. Pembelajaran semi konkrit dan konkrit

membutuhkan media. Pemilihan media dalam pembelajaran sebaiknya

disesuaikan dengan kondisi anak. Tahapan belajar anak selalu berawal dari

segala sesuatu yang konkret, hal ini sesuai dengaan pendapat Syiful Sagala

(2007:167) “ pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak,

pengajaran lebih mengutamakan sifat konkret sehingga media mengajar pun

di mulai pemilihannya dari sifat itu”.

Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah

satunya adalah konsep bilangan, yang merupakan awal pengenalan

matematika kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika.

Kemampuan memahami konsep bilangan ini harus dikuasai terlebih dahulu

oleh anak sebelum mereka memahami operasi hitung. Memahami konsep

bilangan ini merupakan prerequisite operasi hitung. Begitu pula dengan

(5)

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali ditemukan siswa

yang mengalami kesulitan belajar berhitung, karena anak langsung dibawa

kepada persoalan-persoalan yang menyangkut konsep yang bersifat abstrak.

Berdsarkan hasil observasi (pada saat pelaksanaan PPL di SLB Purnama

Asih) terdapat anak tunagrahita ringan yang duduk di tingkat sekolah dasar

kelas IV sudah memahami operasi penjumlahan, namun ia belum memahami

operasi pengurangan.

Upaya yang dapat dilakukan diantaranya menggunakan media

pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah

media balok. Eliyawati,dkk (2005 : 69) mengemukakan bahwa George

Cuisenaire menciptakan balok cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan

berhitung anak. Pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan

anak dalam bernalar.

Mengadaptasi dari balok cuisenaire, media papan congkak hitung ini

dirancang untuk memudahkan anak tunagrahita untuk memahami operasi

hitung pengurangan 1 sampai 10. Media papan congkak hitung merupakan

salah satu media yang dapat dipakai dalam belajar berhitung. Media papan

congkak hitung dapat membantu anak tunagrahita dalam memahami konsep

pengurangan. Media papan congkak hitung merupakan media alat bantu

pengajaran dengan cara menyimpan balok – balok ke papan lalu

mengambilnya kembali balok – balok tersebut dari papan yang sudah di

sediakan sesuai dengan perintah soal. Dalam penggunaan media ini

(6)

menerima pembelajaran khususnya dalam operasi hitung pengurangan

sehingga prestasi belajar dalam bidang studi matematika anak tunagrahita

ringan dapat meningkat.

Dari uraian – uraian latar belakang masalah di atas tersebut mendorong

penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Penggunaan Media

Papan Congkak Hitung Untuk Meningkatkan Kemampuan Anak Tunagrahita

Ringan Dalam Operasi Hitung Pengurangan”

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari

hal-hal yang abstrak dan mengalami berbagai masalah yang berkaitan

dengan belajar termasuk belajar berhitung.

2. Minat anak tunagrahita terhadap pembelajaran matematika rendah.

3. Pembelajaran berhitung bagi anak tunagrahita langsung dibawa kepada

persoalan yang abstrak.

4. Kurangnya media untuk pembelajaran matematika yang membantu anak

tunagrahita dalam memahami konsep matematika.

5.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kemampuan

(7)

congkak hitung yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 pada anak

tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas

maka permasalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

“ Apakah pembelajaran dengan menggunakan media papan congkak

hitung dapat meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam

operasi hitung pengurangan 1 sampai 10?”

Dari rumusan masalah diatas, penulis ajukan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam

melakukan operasi pengurangan 1 sampai 10 dengan menggunakan media

papan congkak hitung?

2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam

melakukan operasi pengurangan 1 sampai 10 dengan menggunakan media

papan congkak hitung?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(8)

Tujuan umum penelitian ini ialah untuk megetahui apakah media papan

congkak hitung dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung

pengurangan pada anak tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih

b. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khususnya ialah:

1) Untuk mengetahui ada tidaknya peningatan prestasi belajar anak

tunagrahita ringan dalam melakukan operasi pengurangan 1 sampai

10 dengan menggunakan media papan congkak hitung.

2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar anak

tunagrahita ringan dalam melakukan operasi pengurangan 1 sampai

10 dengan menggunakan media papan congkak hitung.

2. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, kegunaan yang diharapkan adalah:

a. Kegunaan Teoritis: Dapat memberikan sumbangan mengenai salah

satu tehnik pembelajaran matematika dalam hal pengurangan pada

anak tunagrahita ringan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

b. Kegunaan Praktis: sebagai bahan referensi bagi guru untuk

meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam berhitung

terutama dalam melakukan operasi hitung pengurangan dengan

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep

Media papan congkak hitung merupakan sebuah Alat Permainan

Edukatif (APE) atau media pembelajaran matematika. Eliyawati,dkk

(2005 : 69) mengemukakan bahwa “George Cuisenaire menciptakan

balok cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak.

Pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam

bernalar”. Media papan congkak hitung ini merupakan alat permaianan

atau media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan balok dan papan. Media papan congkak hitung ini

terdiri dari 50 buah balok dan papan yang sudah dilubangi.

Media papan congkak hitung ini dirancang untuk memudahkan

anak tunagrahita untuk memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai

10.

2. Definisi Oprasional

“Penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau

(10)

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, dan yang

menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media

papan congkak hitung, sebagai media pembelajaran anak tunagrahita

untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai

10.

Secara umum media merupakan kata yang bermakna jamak, yang

berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media papan congkak hitung adalah sebuah media pembelajaran

yang digunakan untuk memberikan pemahaman kepada anak

tunagrahita. Dimana cara pengoprasiannya adalah dengan menyimpan

atau memasukan balok – balok ke papan lalu mengambil nya kembali

balok – balok tersebut dari papan sesuai perintah soal.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang

(11)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan operasi hitung

pengurangan anak tunagrahita ringan. Khususnya dalam pengurangan

dengan hasil akhir tidak lebih dari 10 sebagai prasyarat untuk

pencapaian keterampilan berhitung pada tahap yang lebih tinggi lagi.

Kriteria kemampuan dalam penelitian ini dapat diukur dari ketepatan

anak dalam melakukan operasi pengurangan.

Adapun satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan persentase, yang menunjukkan jumlah terjadinya suatu

perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan

terjadinya peristiwa tersebut kemudian dikalikan 100%.

B. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan subjek tunggal (single subjet research), yaitu penelitian yang

dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya

pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang – ulang dalam waktu

tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

media papan congkak hitung terhadap kemampuan operasi hitung

pengurangan sampai 10 pada anak tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih.

Dalam penelitian dengan metode subjek tunggal, desain yang

digunakan adalah desain A- B- A. A-B-A design memiliki tiga tahap yaitu

(12)

menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan

variabel bebas.” (Sunanto, 2006: 44). Secara visual desain A-B-A dapat

digambarkan pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.1

Desain A-B-A

A1 = Baseline-1 (A1) adalah kondisi awal kemampuan subjek

dalam memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 sebelum diberi

perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase baseline-1 akan dilakukan

sampai data cenderung stabil dengan waktu yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

B = Intervensi. Intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam

memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 selama diberi

perlakuan. Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, yaitu dengan

menggunakan media papan congkak hitung.

(13)

A2 = Baseline 2. Yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai

evaluasi sejauh mana intervensi yang dilakukan memberi pengaruh kepada

subjek. Pengukuran pada fase baseline 2 dilakukan sampai data cenderung

stabil.

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitiannya adalah sebagai beikut:

a. Baseline 1 (A-1)

Pada fase baseline 1, peneliti memberikan tes dengan cara

memberikan soal yang berisikan tentang materi pengurangan sampai 10.

Pengukuran pada fase baseline-1 dilakukan sebanyak tiga sesi, dimana

setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit.

Pengukuran pada fase ini melalui tes tertulis dan tes lisan dengan bentuk

soal isian singkat sebanyak 20 soal. Pada fase ini, subjek tidak diberikan

materi terlebih dahulu, tetapi langsung diberikan tes. Hal ini dilakukan

agar subjek menjawab sesuai dengan kemampuannya. Setelah semua soal

dikerjakan oleh subjek, skor jawaban benar yang diperoleh subjek dibagi

jumlah seluruh soal kemudian dikalikan 100%.

b. Intervensi (B)

Intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam memahami

operasi hitung pengurangan sampai 10 selama diberi perlakuan. Perlakuan

diberikan semenjak data pada baseline cenderung stabil dan sampai data

menjadi stabil, yaitu dengan menggunakan media papan congkak hitung

(14)

menit setiap sesi, dimana 30 menit pertama subjek mendapatkan

pengajaran berulang-ulang mengenai materi pengurangan sampai 10 dan

pada 30 menit terakhir dilakukan evaluasi dengan bahan yang sama pada

saat intervensi tersebut. Setiap sesi dilakukan satu kali dalam sehari.

Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis dan tes lisan

kepada subjek. Setelah semua soal dikerjakan oleh subjek, skor jawaban

benar yang diperoleh subjek dibagi jumlah seluruh soal kemudian

dikalikan 100%.

c. Baseline 2 (A-2)

Peneliti melakukan tes kembali seperti pada Baseline 1 (A-1) dengan

menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama pula.

Pengukuran pada fase Baseline 2 (A-2) dilakukan sebanyak empat sesi.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa tunagrahita

ringan kelas IV SDLB SLB C Purnama Asih, yang belum memahami

operasi hitung pengurangan.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa test soal yang

dapat mengukur kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10

(15)

menyusun kisi-kisi instrumen. Dari kisi-kisi tersebut kemudian

dikembangkan pada pembuatan instrumen berupa soal-soal. Adapun

kisi-kisi instrumen pada kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10

untuk anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

KISI KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan

Mata Pelajaran : Matematika

(16)
(17)

13. 9 – 8 =

14. 10 – 7 =

15. 1 – 1 =

16. 10 - 9 =

17. 5 - 2 =

18. 2 – 1 =

19. 4 – 2 =

20. 6 – 3 =

1) Uji coba Instrumen

Instrumen yang valid berarti “instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono, 2006:173).

Oleh karena itu, uji coba instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat validitas dan reabilitas instrumen penelitian.

Reliabilitas menunjukkan sejauhmana pengukuran data dapat diukur

secara ajeg (Sunanto, et al.2006:24). Untuk itu, dengan menggunakan

instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka

diharapkan kan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengukur suatu tingkat validitas tes

dalam pengajaran operasi hitung penguragan ini digunakan validitas isi

(content validity) dengan teknik penilaian ahli (judgement). Maka dari itu

(18)

Validitas isi dengan teknik penilaian ahli digunakan untuk

menentukan apakah instrument/tes tersebut sesuai antara tujuan

pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat Proses

validasinya dengan membandingkan isi tes dengan tabel spesifikasi

kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru mata pelajaran.

Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :

� = �

�× %

Keterangan:

= Jumlah cocok

� = jumlah ahli penilai

P = Presentase

Hasil Expert Judgement oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Drs. Hidayat, Dipl. S.Ed : Valid

2) Neni Sariningsih S.Pd : Valid

3) Syarifah Sar’an S.Pd : Valid

Adapun hasil perhitungan dari validitas dapat dilihat pada

lampiran.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data sangat menentukan kualitas penelitian. Salah satu

syarat agar hasil penelitian dapat dipercaya yaitu data penelitian tersebut

(19)

(spilt half method) ganjil-genap dengan cara menghitung korelasi product

moment, yang selanjutnya dilakukan perhitungan dengan teknik Spearmen

Brown.

Adapun rumus korelasi product moment seperti di bawah ini :

= � − (� )(� )

� 2 ( )2 2 ( )2

Keterangan :

= koefisien korelasi

n = jumlah siswa

X = jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba

Y = jumlah skor butir soal genap tiap siswa uju coba

� = jumlah hasil perkalian XY

Klasifikasi Reliabilitas :

Kurang dari 0,20 = tidak ada kolelasi

0,20 – 0,40 = korelasi rendah

0,40 – 0,70 = korelasi sedang

0,70 – 0,90 = korelasi tinggi

0,90 – 1,00 = korelasi tinggi sekali

1,00 – ke atas = korelasi sempurna

Dari hasil uji coba intrumen yang telah dilakukan diperoleh data

sebagai berikut :

= � − � �

� 2 ( )2 2 2

(20)

= 1355−1296

Nilai rb ini baru menunjukan reliabilitas setengah tes. Maka untuk

menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen

Brown.

1,9 = 0,94 (kolerasi tinggi sekali)

Suatu perangkat tes dapat dikatakan reliabel jika telah mencapai

sekurang-kurangnya 0,50. Maka dengan itu instrumen penelitian ini sudah

dapat dikatakan reliabel karena telah melebihi 0,5 yaitu 0,94.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

ialah tes. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam

melakukan operasi hitung pengurangan baik dengan menggunakan balok

maupun dengan menggunakan bilangan sampai 10. Peneliti menggunakan

tes dari tahap baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) dengan

durasi waktu pada fase baseline 1 (A-1) dan baseline 2 (A-2) adalah 30

menit, sedangkan untuk intervensi durasi waktunya ialah sekitar 60 menit

setiap sesi pada setiap harinya. Untuk intervensi pada 30 menit pertama

(21)

pengurangan sampai 10 melalui media papan congkak hitung dan pada 30

menit terakhir dilakukan evaluasi dengan bahan yang sama pada saat

intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar memperoleh data yang akurat

mengenai kemampuan anak dalam memahami operasi hitung pengurangan

sampai 10.

Skoring dilakukan dimana setiap jawaban yang benar akan diberi

nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Data yang telah diperoleh dicatat pada

cacatan data yang telah disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian

masing-masing komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase

kemampuan anak dalam melakukan operasi hitung pengurangan sampai 10

dapat dihitung dengan cara:

�� ℎ� �

�� ℎ 100 %

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik

deskriptif. Statistik deskriptif adalah

Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2011).

Penyajian data penelitian ini melalui tabel dan grafik garis. Dalam

membuat grafik terdapat komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi,

seperti yang dikemukakan oleh Sunanto (2005: 36-37), yaitu ;

(22)

2) Ordinat, adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)

3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

4) Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan Y yang menunjukkan ukuran (mislanya : 0%, 25%, 50%, 75%).

5) Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen mislanya baseline atau intervensi.

6) Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari keseluruhan data hasil penelitian

mengenai pengaruh penggunaan media papan congkak hitung terhadap

kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10, serta analisis data

yang telah dikemukakan, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum media

papan congkak hitung dapat meningkatkan prestasi belajar anak

tunagrahita ringan dalam melakukan operasi hitung pengurangan 1 sampai

10.

Hal ini dapat dilihat dari kemampuan awal anak dalam melakukan

operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 pada anak tunagrahita ringan

yang sama sekali belum memahami operasi hitung pengurangan. Hasil

yang diperoleh setelah dilakukan penelitian menunjukan pada fase

baseline 1 (A-1) anak memperoleh mean 0%. Pada tahap fase intervensi

(B) data mean yang diperoleh anak 76,25%. Sedangkan pada tahap fase

baseline 2 (A-2) data mean yang diperoleh anak 47,5 %. Jika dilihat dari

data mean pada tahap fase basline 2 (A-2) anak menunjukan peningkatan

dibandingkan data mean pada fase baseline 1 (A-1).

Maka dari itu hasil peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita

(24)

dari 20 soal yang diberikan anak haya mampu menjawab soal sebayak 10

soal.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan rekomendasi

sebagai berikut :

1) Bagi Guru

Untuk menjadikan salah satu media papan congkak hitung dalam

meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam melakukan

operasi hitung pengurangan 1 sampai 10.

2) Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat mengembangkan media balok lainnya sebagai alat

permainan edukatif guna meningkatkan kemampuan operasi hitung dan

dapat menggunakan desain penelitian yang berbeda seperti desain

A-B-A-B dengan jumlah sesi dan waktu yang lebih panjang ataupun dengan

metode penelitian yang berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran

yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan-penemuan baru yang

dapat melengkapi kekurangan-kekurangan penelitian yang penulis

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta : Depdikbud

Alimin, Z (2005). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak

Tunagrahita [online]. Tersedia : http://z.alimin.blogspot.com [11 Juli 2012]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bineka Cipta

Arsyad, A. (1997). Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dabell, J. (2009). Aktifitas Permainan dan Ide Praktis Belajar Matematika. Jakarta : PT. Erlangga

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Eliyawati C,dkk. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Perguruan Tinggi

Hamzah, B. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hurlock, E. Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Erlangga

Hurlock, E. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Erlangga

Irene, P. (2007). Matematika Untuk SDLB C. Bandung : Bintang Putera Perdana

Nurwindia, A. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Bandung PGPAUD FIP UPI : Tidak di Terbitkan

Oktafiani, M. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Permainan Dot Cards

terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Tunagrahita Ringan.

Skripsi pada PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003: Tentang Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Rivai, A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : DEPDIKNA. Dirjen Dikti. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.

Ruseffendi, E. (1989). Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito

(26)

Suherman, E. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Sukayati. (2003). Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Makalah Pada Pelatihan Supervisi Pengajaran Untuk Sekolah Dasar 19 Juni- Juli 2003 di Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika. Yogyakarta

Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Pefika Adiatma

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R dan D. Bandung : PT. Alfabeta

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press

Gambar

Grafik 3.1 Desain A-B-A
Tabel 3.1 KISI KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

The CAs of other Parties, no later than in 2 weeks after receiving the information on the forthcoming inspection, sends a response that contains the denial of participation in

dari hasil temuan bahwa banyaknya guru di lingkungan kementerian agama Provinsi Jawa Barat, sehingga kurang merata dalam pembagian kegiatan pelaksanaan diklat

Anggota : Seluruh Kasubbag/Kasi Pendidikan di

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMAN 6 BANDUNG: (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI IIS di SMAN 6 Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia

2. Menelaah  Pengorganis Menyiapkan.. sikan  pelaksanaan  tugas di  lingkungan  Direktorat  Standardisasi  dan  Kompetensi  Jabatan  sesuai dengan  program yang 

There are many aspects in the Galbraith’s novel The Cuckoo’s Calling, but the writer has decided to limit some aspects to be analyzed in this paper. The first is, the

Nama Jabatan : Analis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan. Eselon II : Direktorat Standardisasi dan Kompetensi Jabatan. Eselon III : Subdit Analisis Jabatan dan Klasifikasi Jabatan.

konsep isi materi bimbingan teknis dari bahan- bahan yang telah dikumpulk an.. pedoman teknis yang berlaku; 3) Menentukan bentuk materi bimbingan teknis, baik modul/hand