DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB II MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PENGURAGAN 1 SAMPAI 10 BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN ... 7
A.Deskripsi Teori ... 7
1. Media Pembelajaran ... 7
2. Media Balok Sebagai Media Pembelajaran ... 10
3. Media Papan Congkak Hitung Sebagai Media Pembelajaran ... 11
4. Operasi Hitung Pengurangan... . 13
5. Anak Tunagrahita... 15
6. Operasional Media Papan Congkak Hitung... 19
B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 20
C.Kerangka Pemikiran ... 21
2. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Pengolahan Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A.Hasil Penelitian ... 38
1. Hasil Baseline-1 (A-1) ... 38
2. Hasil Intervensi (B) ... 39
3. Hasil Baseline-2 (A-2) ... 41
B.Analisis Data ... 43
1. Analisis dalam Kondisi... 43
2. Analisis antar Kondisi ... 54
C.Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A.Kesimpulan... 61
B.Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses
optimalisasi potensi anak ke arah pencapaian kemampuan tertentu sesuai
dengan tugas pertumbuhan dan perkembangannya. Pentingnya masalah
pendidikan ini disikapi pemerintah dalam bentuk perundang-undangan seperti
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :
“ Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”
Kebutuhan mengenai pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
tersurat secara jelas dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional BAB V Pasal V Ayat 2 yang berbunyi : “Setiap warga
negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental dan sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”.
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan
kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang
bersangkutan (Moh Amin, 1995: 1). Oleh karena itu, pendidikan luar biasa
sebagai salah satu bentuk pendidikan yang melayani anak-anak berkebutuhan
khusus termasuk anak-anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Moh
Amin, 1995:11). Anak tunagrahita merupakan salah satu anak yang
mengalami hambatan dalam perkembangan, seperti hambatan kecerdasan,
namun anak tunagrahita masih bisa dikembangkan potensinya. terutama
dalam bidang berhitung, dalam kehidupan sehari-hari berhitung merupakan
hal yang sangat penting di setiap lembaga pendidikan baik di sekolah umum
ataupun di sekolah khusus (SLB), menjadi bagian dari kurikulum.
Pembelajaran untuk anak tunagrahita seharusnya pembelajaran yang
semikonkret dan konkret. Pembelajaran semi konkrit dan konkrit
membutuhkan media. Pemilihan media dalam pembelajaran sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi anak. Tahapan belajar anak selalu berawal dari
segala sesuatu yang konkret, hal ini sesuai dengaan pendapat Syiful Sagala
(2007:167) “ pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak,
pengajaran lebih mengutamakan sifat konkret sehingga media mengajar pun
di mulai pemilihannya dari sifat itu”.
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah
satunya adalah konsep bilangan, yang merupakan awal pengenalan
matematika kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika.
Kemampuan memahami konsep bilangan ini harus dikuasai terlebih dahulu
oleh anak sebelum mereka memahami operasi hitung. Memahami konsep
bilangan ini merupakan prerequisite operasi hitung. Begitu pula dengan
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali ditemukan siswa
yang mengalami kesulitan belajar berhitung, karena anak langsung dibawa
kepada persoalan-persoalan yang menyangkut konsep yang bersifat abstrak.
Berdsarkan hasil observasi (pada saat pelaksanaan PPL di SLB Purnama
Asih) terdapat anak tunagrahita ringan yang duduk di tingkat sekolah dasar
kelas IV sudah memahami operasi penjumlahan, namun ia belum memahami
operasi pengurangan.
Upaya yang dapat dilakukan diantaranya menggunakan media
pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah
media balok. Eliyawati,dkk (2005 : 69) mengemukakan bahwa George
Cuisenaire menciptakan balok cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan
berhitung anak. Pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan
anak dalam bernalar.
Mengadaptasi dari balok cuisenaire, media papan congkak hitung ini
dirancang untuk memudahkan anak tunagrahita untuk memahami operasi
hitung pengurangan 1 sampai 10. Media papan congkak hitung merupakan
salah satu media yang dapat dipakai dalam belajar berhitung. Media papan
congkak hitung dapat membantu anak tunagrahita dalam memahami konsep
pengurangan. Media papan congkak hitung merupakan media alat bantu
pengajaran dengan cara menyimpan balok – balok ke papan lalu
mengambilnya kembali balok – balok tersebut dari papan yang sudah di
sediakan sesuai dengan perintah soal. Dalam penggunaan media ini
menerima pembelajaran khususnya dalam operasi hitung pengurangan
sehingga prestasi belajar dalam bidang studi matematika anak tunagrahita
ringan dapat meningkat.
Dari uraian – uraian latar belakang masalah di atas tersebut mendorong
penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Penggunaan Media
Papan Congkak Hitung Untuk Meningkatkan Kemampuan Anak Tunagrahita
Ringan Dalam Operasi Hitung Pengurangan”
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari
hal-hal yang abstrak dan mengalami berbagai masalah yang berkaitan
dengan belajar termasuk belajar berhitung.
2. Minat anak tunagrahita terhadap pembelajaran matematika rendah.
3. Pembelajaran berhitung bagi anak tunagrahita langsung dibawa kepada
persoalan yang abstrak.
4. Kurangnya media untuk pembelajaran matematika yang membantu anak
tunagrahita dalam memahami konsep matematika.
5.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kemampuan
congkak hitung yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 pada anak
tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas
maka permasalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
“ Apakah pembelajaran dengan menggunakan media papan congkak
hitung dapat meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam
operasi hitung pengurangan 1 sampai 10?”
Dari rumusan masalah diatas, penulis ajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam
melakukan operasi pengurangan 1 sampai 10 dengan menggunakan media
papan congkak hitung?
2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam
melakukan operasi pengurangan 1 sampai 10 dengan menggunakan media
papan congkak hitung?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini ialah untuk megetahui apakah media papan
congkak hitung dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung
pengurangan pada anak tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih
b. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khususnya ialah:
1) Untuk mengetahui ada tidaknya peningatan prestasi belajar anak
tunagrahita ringan dalam melakukan operasi pengurangan 1 sampai
10 dengan menggunakan media papan congkak hitung.
2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar anak
tunagrahita ringan dalam melakukan operasi pengurangan 1 sampai
10 dengan menggunakan media papan congkak hitung.
2. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, kegunaan yang diharapkan adalah:
a. Kegunaan Teoritis: Dapat memberikan sumbangan mengenai salah
satu tehnik pembelajaran matematika dalam hal pengurangan pada
anak tunagrahita ringan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
b. Kegunaan Praktis: sebagai bahan referensi bagi guru untuk
meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam berhitung
terutama dalam melakukan operasi hitung pengurangan dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep
Media papan congkak hitung merupakan sebuah Alat Permainan
Edukatif (APE) atau media pembelajaran matematika. Eliyawati,dkk
(2005 : 69) mengemukakan bahwa “George Cuisenaire menciptakan
balok cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak.
Pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam
bernalar”. Media papan congkak hitung ini merupakan alat permaianan
atau media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan balok dan papan. Media papan congkak hitung ini
terdiri dari 50 buah balok dan papan yang sudah dilubangi.
Media papan congkak hitung ini dirancang untuk memudahkan
anak tunagrahita untuk memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai
10.
2. Definisi Oprasional
“Penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, dan yang
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media
papan congkak hitung, sebagai media pembelajaran anak tunagrahita
untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai
10.
Secara umum media merupakan kata yang bermakna jamak, yang
berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media papan congkak hitung adalah sebuah media pembelajaran
yang digunakan untuk memberikan pemahaman kepada anak
tunagrahita. Dimana cara pengoprasiannya adalah dengan menyimpan
atau memasukan balok – balok ke papan lalu mengambil nya kembali
balok – balok tersebut dari papan sesuai perintah soal.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan operasi hitung
pengurangan anak tunagrahita ringan. Khususnya dalam pengurangan
dengan hasil akhir tidak lebih dari 10 sebagai prasyarat untuk
pencapaian keterampilan berhitung pada tahap yang lebih tinggi lagi.
Kriteria kemampuan dalam penelitian ini dapat diukur dari ketepatan
anak dalam melakukan operasi pengurangan.
Adapun satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan persentase, yang menunjukkan jumlah terjadinya suatu
perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan
terjadinya peristiwa tersebut kemudian dikalikan 100%.
B. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan subjek tunggal (single subjet research), yaitu penelitian yang
dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang – ulang dalam waktu
tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media papan congkak hitung terhadap kemampuan operasi hitung
pengurangan sampai 10 pada anak tunagrahita ringan di SLB Purnama Asih.
Dalam penelitian dengan metode subjek tunggal, desain yang
digunakan adalah desain A- B- A. A-B-A design memiliki tiga tahap yaitu
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan
variabel bebas.” (Sunanto, 2006: 44). Secara visual desain A-B-A dapat
digambarkan pada grafik di bawah ini:
Grafik 3.1
Desain A-B-A
A1 = Baseline-1 (A1) adalah kondisi awal kemampuan subjek
dalam memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 sebelum diberi
perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase baseline-1 akan dilakukan
sampai data cenderung stabil dengan waktu yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
B = Intervensi. Intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam
memahami operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 selama diberi
perlakuan. Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, yaitu dengan
menggunakan media papan congkak hitung.
A2 = Baseline 2. Yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai
evaluasi sejauh mana intervensi yang dilakukan memberi pengaruh kepada
subjek. Pengukuran pada fase baseline 2 dilakukan sampai data cenderung
stabil.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitiannya adalah sebagai beikut:
a. Baseline 1 (A-1)
Pada fase baseline 1, peneliti memberikan tes dengan cara
memberikan soal yang berisikan tentang materi pengurangan sampai 10.
Pengukuran pada fase baseline-1 dilakukan sebanyak tiga sesi, dimana
setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit.
Pengukuran pada fase ini melalui tes tertulis dan tes lisan dengan bentuk
soal isian singkat sebanyak 20 soal. Pada fase ini, subjek tidak diberikan
materi terlebih dahulu, tetapi langsung diberikan tes. Hal ini dilakukan
agar subjek menjawab sesuai dengan kemampuannya. Setelah semua soal
dikerjakan oleh subjek, skor jawaban benar yang diperoleh subjek dibagi
jumlah seluruh soal kemudian dikalikan 100%.
b. Intervensi (B)
Intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam memahami
operasi hitung pengurangan sampai 10 selama diberi perlakuan. Perlakuan
diberikan semenjak data pada baseline cenderung stabil dan sampai data
menjadi stabil, yaitu dengan menggunakan media papan congkak hitung
menit setiap sesi, dimana 30 menit pertama subjek mendapatkan
pengajaran berulang-ulang mengenai materi pengurangan sampai 10 dan
pada 30 menit terakhir dilakukan evaluasi dengan bahan yang sama pada
saat intervensi tersebut. Setiap sesi dilakukan satu kali dalam sehari.
Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis dan tes lisan
kepada subjek. Setelah semua soal dikerjakan oleh subjek, skor jawaban
benar yang diperoleh subjek dibagi jumlah seluruh soal kemudian
dikalikan 100%.
c. Baseline 2 (A-2)
Peneliti melakukan tes kembali seperti pada Baseline 1 (A-1) dengan
menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama pula.
Pengukuran pada fase Baseline 2 (A-2) dilakukan sebanyak empat sesi.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa tunagrahita
ringan kelas IV SDLB SLB C Purnama Asih, yang belum memahami
operasi hitung pengurangan.
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa test soal yang
dapat mengukur kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10
menyusun kisi-kisi instrumen. Dari kisi-kisi tersebut kemudian
dikembangkan pada pembuatan instrumen berupa soal-soal. Adapun
kisi-kisi instrumen pada kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10
untuk anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
KISI KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan
Mata Pelajaran : Matematika
13. 9 – 8 =
14. 10 – 7 =
15. 1 – 1 =
16. 10 - 9 =
17. 5 - 2 =
18. 2 – 1 =
19. 4 – 2 =
20. 6 – 3 =
1) Uji coba Instrumen
Instrumen yang valid berarti “instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono, 2006:173).
Oleh karena itu, uji coba instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat validitas dan reabilitas instrumen penelitian.
Reliabilitas menunjukkan sejauhmana pengukuran data dapat diukur
secara ajeg (Sunanto, et al.2006:24). Untuk itu, dengan menggunakan
instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan kan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengukur suatu tingkat validitas tes
dalam pengajaran operasi hitung penguragan ini digunakan validitas isi
(content validity) dengan teknik penilaian ahli (judgement). Maka dari itu
Validitas isi dengan teknik penilaian ahli digunakan untuk
menentukan apakah instrument/tes tersebut sesuai antara tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat Proses
validasinya dengan membandingkan isi tes dengan tabel spesifikasi
kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru mata pelajaran.
Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :
� = �
�× %
Keterangan:
� = Jumlah cocok
� = jumlah ahli penilai
P = Presentase
Hasil Expert Judgement oleh beberapa ahli, sebagai berikut :
1) Drs. Hidayat, Dipl. S.Ed : Valid
2) Neni Sariningsih S.Pd : Valid
3) Syarifah Sar’an S.Pd : Valid
Adapun hasil perhitungan dari validitas dapat dilihat pada
lampiran.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas data sangat menentukan kualitas penelitian. Salah satu
syarat agar hasil penelitian dapat dipercaya yaitu data penelitian tersebut
(spilt half method) ganjil-genap dengan cara menghitung korelasi product
moment, yang selanjutnya dilakukan perhitungan dengan teknik Spearmen
Brown.
Adapun rumus korelasi product moment seperti di bawah ini :
= � − (� )(� )
� 2− (� )2 � 2 – (� )2
Keterangan :
= koefisien korelasi
n = jumlah siswa
X = jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba
Y = jumlah skor butir soal genap tiap siswa uju coba
� = jumlah hasil perkalian XY
Klasifikasi Reliabilitas :
Kurang dari 0,20 = tidak ada kolelasi
0,20 – 0,40 = korelasi rendah
0,40 – 0,70 = korelasi sedang
0,70 – 0,90 = korelasi tinggi
0,90 – 1,00 = korelasi tinggi sekali
1,00 – ke atas = korelasi sempurna
Dari hasil uji coba intrumen yang telah dilakukan diperoleh data
sebagai berikut :
= � − � �
� 2− (� )2 � 2 – � 2
= 1355−1296
Nilai rb ini baru menunjukan reliabilitas setengah tes. Maka untuk
menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen
Brown.
1,9 = 0,94 (kolerasi tinggi sekali)
Suatu perangkat tes dapat dikatakan reliabel jika telah mencapai
sekurang-kurangnya 0,50. Maka dengan itu instrumen penelitian ini sudah
dapat dikatakan reliabel karena telah melebihi 0,5 yaitu 0,94.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah tes. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam
melakukan operasi hitung pengurangan baik dengan menggunakan balok
maupun dengan menggunakan bilangan sampai 10. Peneliti menggunakan
tes dari tahap baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) dengan
durasi waktu pada fase baseline 1 (A-1) dan baseline 2 (A-2) adalah 30
menit, sedangkan untuk intervensi durasi waktunya ialah sekitar 60 menit
setiap sesi pada setiap harinya. Untuk intervensi pada 30 menit pertama
pengurangan sampai 10 melalui media papan congkak hitung dan pada 30
menit terakhir dilakukan evaluasi dengan bahan yang sama pada saat
intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar memperoleh data yang akurat
mengenai kemampuan anak dalam memahami operasi hitung pengurangan
sampai 10.
Skoring dilakukan dimana setiap jawaban yang benar akan diberi
nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Data yang telah diperoleh dicatat pada
cacatan data yang telah disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian
masing-masing komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase
kemampuan anak dalam melakukan operasi hitung pengurangan sampai 10
dapat dihitung dengan cara:
�� ℎ� �
�� ℎ 100 %
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah
Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2011).
Penyajian data penelitian ini melalui tabel dan grafik garis. Dalam
membuat grafik terdapat komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi,
seperti yang dikemukakan oleh Sunanto (2005: 36-37), yaitu ;
2) Ordinat, adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)
3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.
4) Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan Y yang menunjukkan ukuran (mislanya : 0%, 25%, 50%, 75%).
5) Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen mislanya baseline atau intervensi.
6) Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari keseluruhan data hasil penelitian
mengenai pengaruh penggunaan media papan congkak hitung terhadap
kemampuan operasi hitung pengurangan 1 sampai 10, serta analisis data
yang telah dikemukakan, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum media
papan congkak hitung dapat meningkatkan prestasi belajar anak
tunagrahita ringan dalam melakukan operasi hitung pengurangan 1 sampai
10.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan awal anak dalam melakukan
operasi hitung pengurangan 1 sampai 10 pada anak tunagrahita ringan
yang sama sekali belum memahami operasi hitung pengurangan. Hasil
yang diperoleh setelah dilakukan penelitian menunjukan pada fase
baseline 1 (A-1) anak memperoleh mean 0%. Pada tahap fase intervensi
(B) data mean yang diperoleh anak 76,25%. Sedangkan pada tahap fase
baseline 2 (A-2) data mean yang diperoleh anak 47,5 %. Jika dilihat dari
data mean pada tahap fase basline 2 (A-2) anak menunjukan peningkatan
dibandingkan data mean pada fase baseline 1 (A-1).
Maka dari itu hasil peningkatan prestasi belajar anak tunagrahita
dari 20 soal yang diberikan anak haya mampu menjawab soal sebayak 10
soal.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan rekomendasi
sebagai berikut :
1) Bagi Guru
Untuk menjadikan salah satu media papan congkak hitung dalam
meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan dalam melakukan
operasi hitung pengurangan 1 sampai 10.
2) Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat mengembangkan media balok lainnya sebagai alat
permainan edukatif guna meningkatkan kemampuan operasi hitung dan
dapat menggunakan desain penelitian yang berbeda seperti desain
A-B-A-B dengan jumlah sesi dan waktu yang lebih panjang ataupun dengan
metode penelitian yang berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran
yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan-penemuan baru yang
dapat melengkapi kekurangan-kekurangan penelitian yang penulis
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta : Depdikbud
Alimin, Z (2005). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak
Tunagrahita [online]. Tersedia : http://z.alimin.blogspot.com [11 Juli 2012]
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bineka Cipta
Arsyad, A. (1997). Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Dabell, J. (2009). Aktifitas Permainan dan Ide Praktis Belajar Matematika. Jakarta : PT. Erlangga
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Eliyawati C,dkk. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Perguruan Tinggi
Hamzah, B. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Hurlock, E. Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Erlangga
Hurlock, E. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Erlangga
Irene, P. (2007). Matematika Untuk SDLB C. Bandung : Bintang Putera Perdana
Nurwindia, A. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Bandung PGPAUD FIP UPI : Tidak di Terbitkan
Oktafiani, M. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Permainan Dot Cards
terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Tunagrahita Ringan.
Skripsi pada PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003: Tentang Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.
Rivai, A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : DEPDIKNA. Dirjen Dikti. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.
Ruseffendi, E. (1989). Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito
Suherman, E. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Sukayati. (2003). Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Makalah Pada Pelatihan Supervisi Pengajaran Untuk Sekolah Dasar 19 Juni- Juli 2003 di Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika. Yogyakarta
Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Pefika Adiatma
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R dan D. Bandung : PT. Alfabeta
Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press