• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Pelaporan dan Statistik, Drs. Aidin Tentramin, MA. Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Pelaporan dan Statistik, Drs. Aidin Tentramin, MA. Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin i"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Tahun 2015 dapat terselesaikan. Semoga Panduan dapat dipergunakan sebagai acuan seluruh pihak yang terkait pelayanan KB.

Pengelolaan data rutin pelayanan KB disusun sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. Dipertegas kembali dengan terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Lampiran: I huruf N. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Sub Urusan 2. Keluarga Berencana, poin d: Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis menuntut perlu dilakukannya penyesuaian terhadap pengelolaan data rutin pelayanan KB, yaitu penyesuaian/perubahan indikator, variabel, serta mekanisme pelaksanaan pelayanan KB. Selain itu, dalam mendukung kebijakan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempunyai tanggung jawab untuk menggerakkan masyarakat agar menjadi peserta KB dan menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) di setiap tempat pelayanan KB. BKKBN juga mempuyai tanggung jawab mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh tempat pelayanan KB di seluruh Indonesia guna menjamin pelayanan KB dapat dilakukan di setiap tempat pelayanan KB.

Data hasil pelayanan KB sebagai sumber data dan informasi pelaksanaannya diharapkan benar-benar dapat menghasilkan data dan informasi yang berkualitas, akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya serta memberikan gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang keadaan di lapangan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan baik saran maupun koreksi terhadap terbitnya Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2015 Direktur Pelaporan dan Statistik,

(4)
(5)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|iii

KATA SAMBUTAN

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN tidak hanya mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang KB saja tetapi juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan dan peningkatan penyediaan data dan informasi. Agar mampu menghasilkan data dan informasi pelayanan KB yang berkualitas, akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya, diperlukan instrumen penunjang yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut, yang salah satunya adalah pengembangan pengelolaan data rutin pelayanan KB.

Upaya untuk menunjang penyediaan data dan informasi bagi pengelolaan Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga, terutama yang berkaitan dengan data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon, maka diperlukan “Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015”. Panduan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi para pelaksana dan pengelola data di berbagai tingkatan wilayah (Perwakilan BKKBN Provinsi, SKPD-KB Kabupaten/Kota, Balai Penyuluhan KB/Kecamatan, serta tempat pelayanan KB) dalam melakukan kegiatan pengelolaan data rutin KB, untuk menunjang penyediaan data dan informasi secara cepat, tepat dan akurat.

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 disusun untuk memenuhi tata cara pengelolaan data dan informasi Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga yang lebih baik di berbagai tingkatan wilayah, yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, pengiriman laporan umpan balik, bimbingan teknis, serta monitoring dan evaluasi data dan informasi dari kegiatan operasional pelayanan KB.

Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada Kelompok Kerja yang telah memberi masukan dan saran serta telah bekerja keras menjalankan tugas hingga tersusunnya Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 dengan baik. Semoga Allah SWT, meridhoi usaha kita bersama.

Jakarta, Desember 2015

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi,

(6)
(7)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

KATA SAMBUTAN iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

PERATURAN KEPALA BKKBN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. TUJUAN 3

C. RUANG LINGKUP 4

D. BATASAN DAN PENGERTIAN 10

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI 17

A. KEBIJAKAN 17

B. STRATEGI 17

BAB III LANGKAH KEGIATAN 19

A. PERSIAPAN 19

B. PELAKSANAAN 21

C. PEMANFAATAN DANPENYEBARLUASAN

INFORMASI 27

D. PENYIMPANAN, KEAMANAN, DAN KERAHASIAAN

INFORMASI 29

BAB IV POKOK-POKOK KEGIATAN 31

A. SARANA DAN PRASARANA 31

B. SUMBER DAYA MANUSIA 32

C. ALUR PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI 34

D. MONITORING DAN EVALUASI 36

BAB V PENUTUP 39

(8)
(9)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Pelatihan/Orientasi Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB 33 Gambar 4.2. Alur Pengolahan Data dan Informasi Pelayanan KB 36

(10)
(11)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|ix PERATURAN

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

NOMOR : 316/PER/G4/2015

TENTANG

PANDUAN TATA CARA PENGELOLAAN DATA RUTIN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN

KELUARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Menimbang : a. bahwa dalam rangka kepentingan operasional di lapangan dan sebagai dasar untuk perencanaan, pengendalian dan penilaian Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga diperlukan Sistem Pencatatan dan Pelaporan;

b. bahwa untuk menjamin peningkatan cakupan dan mutu data hasil Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang terdiri dari Sub Sistem Pendataan Keluarga, Sub Sistem Pelayanan Kontrasepsi dan Sub Sistem Pengendalian Lapangan, diperlukan tata cara pencatatan dan pelaporan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga;

(12)

x| Pelayanan Keluarga Berencana

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan dan Pelaporan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

3. Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

(13)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|xi 7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

8. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 55/HK-010/B5/2010 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;

10. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA TENTANG PANDUAN TATA CARA PENGELOLAAN DATA RUTIN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA.

Pasal 1

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(14)

xii| Pelayanan Keluarga Berencana Pasal 2

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 terdiri dari :

a. Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pendataan Keluarga;

b. Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan Keluarga Berencana;

c. Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pengendalian Lapangan.

Pasal 3

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi mempunyai tugas :

a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Kota;

b. Melakukan sosialisasi; dan

c. Menyiapkan dukungan Sumber Daya Manusia, Dana, dan Sarana.

Pasal 4

Khusus untuk pengelolaan data rutin Pendataan Keluarga atau Pemutakhiran Data Keluarga, dilaksanakan berdasarkan Instruksi Kepala BKKBN dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, Surat Edaran Gubernur serta Surat Edaran Bupati dan Walikota.

(15)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin|xiii Pasal 5

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 120/PER/G4/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6

Peraturan Kepala ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 31 Desember 2015

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN

DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

(16)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pula dalam pelaksanaan Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga di Indonesia. Perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan dunia, serta tuntutan perubahan di tanah air telah memberi nuansa baru dan perubahan mendasar dalam pengelolaan dan pelaksanaan Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga di Indonesia. Dengan berbagai perubahan dukungan strategi tersebut, maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 itu telah dilakukan amandemen di DPR, sehingga pada tahun 2009 terbit Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dalam undang-undang ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempunyai tugas dan fungsi tidak hanya di ruang lingkup penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja, tetapi juga mencakup bidang kependudukan. Undang-Undang tersebut diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, disebutkan bahwa pengumpulan data dan informasi keluarga dilaksanakan melalui kegiatan salah satunya adalah pengelolaan data rutin pelayanan Keluarga Berencana (KB). Dipertegas kembali dengan terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Lampiran: I huruf N. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Sub Urusan 2. Keluarga Berencana, poin d: Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga.

Dalam era reformasi, Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga masih tetap menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah, sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Sebagai langkah lanjut, maka arah kebijakan dan strategi nasional dalam pembangunan kependudukan dan

(17)

2 |Pelayanan Keluarga Berencana

keluarga berencana dalam RPJMN 2015-2019 adalah salah satunya difokuskan kepada peningkatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat dan tepat waktu, terdiri dari data dan informasi hasil Pendataan Keluarga, Pelayanan KB, dan Pelayanan KB.

Urusan pelayanan KB sejalan juga dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa “Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan dan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, rawat jalan, rawat inap, pelayanan darurat dan tindakan medis lainnya”. Hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Kepala BKKBN Nomor 185 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

Perkembangan kelembagaan dan lingkungan strategis seperti desentralisasi, demokratisasi, debirokratisasi, globalisasi, hak asasi manusia, pengarusutamaan gender, dan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, menuntut perlu segera dilakukan penyesuaian/perubahan indikator, variabel, serta mekanisme pelaksanaanpelayanan KB, sehingga diperlukan penyempurnaan terhadap Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015.

Memperhatikan berbagai tuntutan di atas dan perkembangan pemanfaatan teknologi informasi, perlu dilakukan pengembangan sistem pengumpulan serta pengelolaan data hasil pelayanan KB secara desentralisasi. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan Basis Data Keluarga Indonesia sebagai sumber data by name by address untuk peserta KB. Entri data hasil pelayanan KB by name by address diharapkan dapat dilakukan pada tingkat paling bawah yang mendekati sumber data, yaitu tempat pelayanan KB, untuk meminimalisasi adanya manipulasi data hasil pelayanan Keluarga Berencana.

Secara umum, Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 ini disusun untuk memenuhi tata cara pengelolaan data dan informasi Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga yang lebih baik di berbagai tingkatan wilayah, yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, pengiriman umpan balik, bimbingan teknis, serta monitoring dan evaluasi data dan informasi dari kegiatan operasional pelayanan KB. Dalam penyusunan dan pengembangan panduan ini didasarkan pada beberapa pemikiran antara lain :

1. Bahwa proses pengelolaan data rutin pelayanan KB yang berkaitan dengan data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon yang dilakukan oleh Petugas Pengelola Data mulai dari tempat pelayanan KB sampai tingkat pusat harus dilakukan sebagai bukti nyata (evidence base) dan pemenuhan akuntabilitas publik dari kegiatan pelaksanaan pelayanan KB kepada masyarakat di wilayah itu.

(18)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 3 2. Data dan informasi terkait pelaksanaan pelayanan KB yang dikumpulkan

merupakan variabel data yang digunakan sebagai bahan penentuan dan monitoring indikator kinerja program. Oleh karena itu, pengertian atau definisi operasional dari data dan informasi yang dikumpulkan ini diberlakukan dalam sistem yang standar secara nasional.

3. Data dan informasi terkait pelaksanaan pelayanan KB dikumpulkan secara cepat, tepat, dan akurat untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan operasional program, perencanaan dan evaluasi sasaran Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga di berbagai tingkatan wilayah (tempat pelayanan KB, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan pusat).

Untuk memperoleh kegunaan data dan informasi tersebut, maka dalam pengelolaan data rutin pelayanan KB mengacu pula pada prinsip “12 Kaidah Plus” yang selama ini digunakan, yaitu:

1. Bermanfaat bagi pengumpul data, masyarakat, dan manajemen. 2. Memperhatikan prinsip desentralisasi.

3. Belum tercakup dalam sistem lain.

4. Kegiatan dan hasil kegiatan yang dicatat dan dilaporkan sudah menjadi pola operasional baku secara nasional.

5. Bersifat kuantitatif. 6. Relatif cepat berubah.

7. Mengutamakan data proses dan keluaran (output). 8. Data input sangat selektif.

9. Dapat dimengerti petugas, pengelola dan pelaksana program. 10. Dapat diidentifikasi (terukur).

11. Mudah dikontrol dan ditelusuri. 12. Memanfaatkan teknologi informasi.

Sedangkan Plus yang dimaksudkan adalah para petugas pengelola data harus bersikap proaktif dalam melakukan pngelolaan data rutin pelayanan KB yang dibakukan secara berjenjang dari tingkat bawah sampai tingkat atas.

B. TUJUAN

Tujuan penyusunan dan penerbitan Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 dapat dijelaskan secara umum dan khusus sebagai berikut :

(19)

4 |Pelayanan Keluarga Berencana 1. UMUM

Memberikan panduan dan acuan secara rinci dalam pengelolaan data rutin pelayanan KB bagi pengelola data tingkat Pusat hingga lini lapangan. Selain itu, dalam rangka menunjang penyediaan data dan informasi Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga, terutama yang berkaitan dengan data potensi tempat pelayanan KB, pelayanan KB, dan mutasi alokon di berbagai tempat pelayanan KB.

2. KHUSUS

Pengeloaan data rutin pelayanan KB secara khusus menjelaskan langkah-langkah pengelolaan data rutin pelayanan KB yang meliputi persiapan, pelaksanaan, penyebarluasan data dan informasi, pemantauan dan evaluasi hasil pelayanan KB di setiap tingkatan wilayah mulai dari tempat pelayanan KB, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

C.

RUANG LINGKUP

1. JANGKAUAN

Adalah pengelola data tingkat Pusat hingga lini lapangan yang memanfaatkan pengelolaan data rutin pelayanan KB, dengan rincian sebagai berikut :

a. Tingkat Pusat

1) Unit kerja di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

2) Mitra Kerja Terkait

 Pemerintah;

 Non Pemerintah.

b. Tingkat Provinsi

1) Perwakilan BKKBN Provinsi. 2) Mitra Kerja Terkait

 Pemerintah;

 Non Pemerintah.

c. Tingkat Kabupaten dan Kota 1) SKPD-KB Kabupaten dan Kota. 2) Mitra Kerja Terkait

(20)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 5

 Pemerintah;

 Non Pemerintah. d. Tingkat Lini Lapangan

1) Balai Penyuluhan KB;

2) Kepala UPT/PPLKB/Koordinator PLKB; 3) Tempat Pelayanan KB;

4) PLKB/PKB;

5) Mitra Kerja Terkait. 2. SASARAN

Sasaran pada pelayanan KB adalah tempat pelayanan KB dan Pasangan Suami Istri (PUS), data yang dikumpulkan terdiri dari :

a. Data Potensi Tempat Pelayanan KB, terdiri dari: 1) Identitas :

a) Nama tempat pelayanan KB; b) Alamat tempat pelayanan KB :

 Jalan, kode RT, dan kode RW;

 Nama dan kode desa/kelurahan;

 Nama dan kode kecamatan;

 Nama dan kabupaten/kota;

 Nama dan kode provinsi. c) Jenis tempat pelayanan KB :

 Statis :

 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) :  Klinik Utama;

 Rumah Sakit Umum;  Rumah Sakit Khusus.

 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP) :  Puskesmas;

 Praktik Dokter;  Klinik Pratama;

 Rumah Sakit Tipe D Pratama.  Jaringan :

 Pustu;  Pusling;

(21)

6 |Pelayanan Keluarga Berencana  Jejaring :  Praktik Dokter;  Praktik Bidan.  Bergerak :  Muyan;  Kapal Laut.

d) Status kepemilikan tempat pelayanan KB :

 Kemenkes Pusat;  Dinkes Provinsi;  Dinkes Kabupaten/Kota;  BKKBN;  SKPD-KB Kabupaten/Kota;  TNI;  POLRI;  BUMN/BUMD;  Swasta;  LSOM. e) KB perusahaan :

 Ya, jika tempat pelayanan KB pada perusahaan;

 Tidak, jika tempat pelayanan KB tidak pada perusahaan. f) PKBRS :

 Ya, jika FKRTL (Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Khusus) membentuk PKBRS;

 Tidak, jika FKRTL (Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Khusus) tidak membentuk PKBRS.

g) Status kerjasama dengan BPJS Kesehatan :

 Ya, bekerja sama langsung :  No. PKS;

 Masa berlaku;

 No. Register tempat pelayanan KB pada BPJS Kesehatan.

 Ya, bekerja sama tidak langsung :  No. PKS;

 Masa berlaku.

 Tidak.

2) Sarana dan perlengkapan yang bisa dipakai : a) Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK);

(22)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 7 b) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K);

c) Tensimeter; d) Meja ginekologi; e) IUD kit;

f) Implan removal kit; g) Vasektomi kit; h) Minilaparotomi kit; i) Laparoskopi; j) Ruang operasi; k) Sterilisator;

l) Lampu periksa (examination lamp);

m) Ruang konseling KB dan kesehatan reproduksi; n) Materi Kesehatan Reproduksi;

o) Sarana komputer/laptop. 3) Tenaga :

a) Nomor induk kependudukan; b) Nama;

c) Profesi :

 Dokter kebidanan dan kandungan;

 Dokter bedah/urologi;

 Dokter umum;

 Bidan;

 Perawat;

 Administrasi.

d) Pelatihan teknis pelayanan dan R/R :

 IUD;  Tubektomi;  Vasektomi;  Implan 1 batang;  Implan 2 batang;  KIP/konseling;  R/R.

b. DataPelayanan KB, terdiri dari : 1) Nama faskes KB/jaringan/jejaring;

(23)

8 |Pelayanan Keluarga Berencana 2) Kode faskes KB/jaringan/jejaring; 3) Bulan dan tahun pelayanan; 4) Tanggal pelayanan;

5) Kode keluarga Indonesia (KKI); 6) Nama peserta KB;

7) Pemberian Informed Consent;

8) Pelayanan KB pasca persalinan; 9) Pelayanan KB pasca keguguran; 10) Jenis tindakan : a) Pemberian:  Suntikan 1 bulanan;  Suntikan 3 bulanan;  Pil;  Kondom. b) Pemasangan:  Implan 1 batang;  Implan 2 batang;

 IUD CuT 380A;

 IUD lain-lain.

c) Pencabutan dan pemasangan:

 Implan 1 batang;

 Implan 2 batang;

 IUD CuT 380A;

 IUD lain-lain. d) Operatif:  Tubektomi;  Vasektomi. e) Pencabutan:  Implan 1 batang;  Implan 2 batang;

 IUD CuT 380A;

 IUD lain-lain. f) Komplikasi berat 11) Kegagalan;

(24)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 9 12) Penggunaan asuransi : a) BPJS kesehatan; b) Asuransi lainnya; c) Tidak memiliki. 13) Sumber alokon : a) APBN; b) APBD; c) Mandiri.

c. Data Alat dan Obat Kontrasepsi, terdiri dari : 1) Nama faskes KB/jaringan/jejaring; 2) Kode faskes KB/jaringan/jejaring; 3) Sumber alokon;

4) Bulan dan tahun mutasi alokon; 5) Tanggal mutasi alokon;

6) Kode mutasi alokon : a) Penerimaan;

b) Pengeluaran untuk pelayanan KB;

c) Pengeluaran FKTP untuk distribusi alokon ke jaringan atau jejaring; d) Rusak; e) Kadaluarsa. 7) Mutasi alokon; 8) Alokon : a) Pil; b) Suntikan 1 bulanan; c) Suntikan 3 bulanan; d) Kondom;

e) IUD CuT 380A; f) IUD lain-lain; g) Implan 1 batang; h) Implan 2 batang.

(25)

10 |Pelayanan Keluarga Berencana

D. BATASAN DAN PENGERTIAN

Untuk standarisasi dan keseragaman pengertian istilah di dalam pengelolaan data rutin pelayanan KB, diberikan batasan dan pengertian sebagai berikut: 1. UMUM

a. Pengelolaan data rutin Pelayanan KB adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan, pengumpulan, pengolahan, analisis, serta penyajian yang berkaitan dengan data rutin pelayanan KB, dilakukan mulai dari tempat pelayanan KB sampai tingkat Pusat sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan.

b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

c. Penyelenggara pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang telah memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BPJS Kesehatan serta telah teregistrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) BKKBN melalui Kartu Pendaftaran TempatPelayanan KB (K/0/KB/15).

d. NIK adalah Nomor Induk Kependudukan sesuai yang tercantum pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).

e. KKI adalah Kode Keluarga Indonesia yang diperoleh dari hasil Pendataan Keluarga Tahun 2015.

f. Petugas Entri Data adalah petugas yang ditunjuk oleh tempat pelayanan KB setempat untuk melakukan entri data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon baik secara

offline maupun online.

g. Petugas Pencatat Data adalah petugas yang ditunjuk oleh tempat pelayanan KB setempat untuk melakukan pencatatan data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon ke dalam instrumen.

2. TEMPAT PELAYANAN KB

a. Fasilitas Kesehatan KB (Faskes KB) adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan Keluarga Berencana, berlokasi dan terintegrasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama atau rujukan tingkat lanjutan, yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau swasta (termasuk masyarakat).

(26)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 11 b. Faskes KB Statis adalah fasilitas kesehatan yang dikunjungi oleh calon

akseptor/klien untuk mendapatkan pelayanan KB yang diinginkan, terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) beserta jaringan dan jejaringnya, serta fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

c. Faskes KB Bergerak adalah tempat atau sarana penunjang pelayanan KB dimana wilayah sasarannya tidak memiliki akses pelayanan KB yang memadai atau memiliki faskes KB statis tetapi belum memenuhi standar pelayanan yang optimal.

d. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah fasilitas kesehatan yang termasuk didalamnya berupa :

1) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau yang setara, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas bisa mempunyai wilayah kerja/binaan (jaringan) yang memberikan pelayanan KB, seperti Pustu, Pusling, dan Poskesdes/Polindes.

2) Praktik Dokter, adalah dokter yang melaksanakan praktik secara mandiri/perorangan, termasuk didalamnya dokter umum maupun dokter spesialis. Praktik Dokter bisa mempunyai wilayah kerja/binaan (jejaring) yang memberikan pelayanan KB, seperti Praktik Dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan Praktik Bidan.

3) Klinik Pratama atau yang setara, adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar. Klinik Pratama bisa mempunyai wilayah kerja/binaan (jejaring) yang memberikan pelayanan KB, seperti Praktik Dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan Praktik Bidan.

4) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara, adalah rumah sakit umum yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan yang memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, serta pelayanan penunjang lainnya. Rumah Sakit Kelas D Pratama bisa mempunyai wilayah kerja/binaan (jejaring) yang memberikan pelayanan KB, seperti Praktik Dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan Praktik Bidan.

(27)

12 |Pelayanan Keluarga Berencana

e. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan(FKRTL) adalah fasilitas kesehatan yang termasuk didalamnya berupa :

1) Klinik Utama atau yang setara, adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

2) Rumah Sakit Umum, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan padasemua bidang dan jenis penyakit. 3) Rumah Sakit Khusus, adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

f. Faskes KB Induk adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang mempunyai wilayah kerja/binaan(jaringan/jejaring) yang memberikan pelayanan KB, seperti Pustu, Pusling, Poskesdes, Polindes, Praktik Dokter, dan Praktik Bidan.

g. Jaringan Pelayanan Puskesmas terdiri dari :

1) Puskesmas Pembantu (Pustu), memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. 2) Puskesmas Keliling (Pusling), memberikan pelayanan kesehatan

yang sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. 3) Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Bersalin Desa (Polindes). h. Jejaring Fasilitas Kesehatan KB terdiri dari :

1) Praktik Dokter, yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. 2) Praktik Bidan, adalah bidan yang melaksanakan praktik secara

mandiri/perorangan.

i. Mobil Unit Pelayanan(Muyan) KB adalah fasilitas pelayanan KB bergerak yang di pergunakan oleh tim pelayanan KB yang terlatih, mencakup satu unit mobil guna mendekatkan akses pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat di daerah yang sulit atau tidak memiliki fasilitas kesehatan.

j. KB Perusahaan adalah fasilitas kesehatan di perusahaan yang memberikan pelayanan KB bagi seluruh karyawan di perusahaan dan atau keluarga karyawan/masyarakat sekitarnya.

(28)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 13 k. Pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) adalah pelayanan medik dan

nonmedik bagi Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menunda, menjarangkan dan mengakhiri masa kesuburan dengan menggunakan salah satu metode kontrasepsi, penanganan komplikasi dan kegagalan termasuk kemungkinan rekanalisasi yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

l. Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) adalah lembar balik yang digunakan oleh petugas yang sudah terlatih pada saat konseling untuk membantu klien dalam mengambil keputusan ber-KB.

m. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K) adalah panduan bagi provider baik di tingkat pelayanan dasar maupun tingkat pelayanan rujukan baik di instansi Pemerintah maupun Swasta dalam memberikan pelayanan keluarga berencana sesuai dengan standar minimal guna memenuhi pelayanan keluarga berencana berkualitas. n. Ruang Konseling KB dan Kesehatan Reproduksi adalah ruangan yang

digunakan oleh konselor atau provider dalam membantu klien untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan KB dan kesehatan reproduksi.

o. Materi Kesehatan Reproduksi adalah bahan-bahan atau materi, seperti : lembar balik, leaflet, pumflet, dan lain-lain, yang digunakan oleh provider atau kader dalam memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi.

p. Konseling atau Komunikasi Inter-Personal (KIP)/Konseling adalah proses komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk membantu klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih dan menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

3. PELAYANAN KB

a. Pelayanan KB adalah pelayanan dalam upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk penanganan efek samping dan komplikasi.

b. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran.

(29)

14 |Pelayanan Keluarga Berencana

c. Peserta KB Aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu alat/obat/cara kontrasepsi secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan.

d. Informed Consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis

yang menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan alat/obat/cara kontrasepsi : suntikan, IUD, implan, tubektomi, dan vasektomi.

e. KB Pasca Persalinan adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai dengan 42 hari.

f. KB Pasca Keguguran adalah pelayanan KB yang diberikan setelah mengalami keguguran sampai dengan 14 hari.

g. Pelayanan Pemberian Suntikan, Pil, dan Kondom adalah pelayanan kepada peserta KB dengan memberikan kontrasepsi suntikan, pil, dan kondom.

h. Pelayanan Pemasangan IUD atau Implan adalah pelayanan kepada peserta KB dengan melakukan pemasangan kontrasepsi IUD atau implan.

i. Pelayanan Pencabutan dan Pemasangan IUD atau Implan adalah tindakan pelayanan pencabutan IUD atau implan yang disebabkan habis masa pemakaian, selanjutnya dilakukan pemasangan ulang kontrasepsi IUD atau implan.

j. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan.

k. Vasektomi adalah tindakan pengikatan dan pemutusan saluran sperma kanan dan kiri, sehingga saat ejakulasi cairan mani yang keluar tidak lagi mengandung sperma, maka kehamilan tidak terjadi. l. Pelayanan Pencabutan IUD atau Implan adalah tindakan pelayanan

pencabutan IUD atau implan yang disebabkan habis masa pemakaian, komplikasi, atau ganti jenis IUD atau implan.

m. Pelayanan Komplikasi Berat adalah pelayanan terhadap gangguan kesehatan akibat pemakaian alat/obat/cara kontrasepsi, yang harus dilayani secara intensif dan perlu rawat inap di Rumah Sakit.

n. Pelayanan Kegagalan adalah pelayanan terhadap terjadinya kehamilan pada peserta KB yang masih memakai kontrasepsi.

(30)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 15 o. Pelayanan Ganti Cara adalah pemberian pelayanan alat/obat/cara

kontrasepsi baru yang berbeda dengan alat/obat/cara kontrasepsi yang dipakai sebelumnya oleh peserta KB, karena alasan tertentu dan bukan karena alasan setelah melahirkan/keguguran.

p. Peserta KB menggunakan Asuransi adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan asuransi sebagai berikut :

1) Peserta KB menggunakanAsuransi BPJS Kesehatan adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan jaminan kartu BPJS Kesehatan, baik penerima bantuan iuran (PBI) maupun bukan penerima bantuan iuran (non PBI).

a) Peserta KB menggunakan BPJS Kesehatan – PBI adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan jaminan Kartu BPJS Kesehatan atau program jaminan kesehatan lainnya yang diterima melalui bantuan iuran pemerintah atau pemerintah daerah secara gratis, dan berlaku pada program BPJS Kesehatan.

b) Peserta KB menggunakan BPJS Kesehatan – Non PBI adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan jaminan Kartu BPJS Kesehatan atau program jaminan kesehatan lainnya yang diterima dari mendaftarkan sendiri-sendiri ataupun kolektif dengan pembiayaan premi secara mandiri, dan berlaku pada program BPJS Kesehatan.

2) Peserta KB menggunakan Asuransi Lainnyaadalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan jaminan kartu asuransi kesehatan lainnya diluar program BPJS Kesehatan, yang diterima dari mendaftarkan sendiri-sendiri ataupun kolektif dengan pembiayaan premi secara mandiri.

3) Tidak Memiliki Asuransi adalah peserta yang mendapat pelayanan KB tidak menggunakan jaminan kesehatan apapun, baik yang dimiliki secara gratis maupun dengan membayar/mendaftar secara mandiri.

4. ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI

a. Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon) adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium nasional, terdiri dari Pil, Suntikan, Kondom, IUD, dan Implan.

(31)

16 |Pelayanan Keluarga Berencana

b. Alokon APBN adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Alokon APBN ditandai dengan adanya logo BKKBN dan tulisan APBN pada alokon.

c. Alokon APBD adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

d. Alokon Mandiri adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan sendiri oleh fasilitas kesehatan dan bukan bersumber dari pemerintah atau pemerintah daerah.

(32)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 17

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB diperlukan kebijakan dan strategi agar dapat mencapai sasaran sebagaimana yang telah di tetapkan, sebagai berikut :

A.

KEBIJAKAN

1. Memanfaatkan Basis Data Keluarga Indonesia (BDKI) hasil Pendataan Keluarga tahun 2015;

2. Sinkronisasi Basis Data Keluarga Indonesia dengan registrasi vital

Kementerian Dalam Negeri;

3. Pengelolaan data rutin berbasis TIK dan terintegrasi satu sama lain; 4. Pengelolaan data rutin by name by address ;

5. Data rutin yang dilaporkan merupakan data real time ;

6. Data yang berhubungan dengan infomasi individu harus dijamin kerahasiaannya.

B.

STRATEGI

1. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pengelolaan data rutin; 2. Mengatur pengelolaan hak akses dalam pengolahan data rutin; 3. Mendayagunakan sumber daya yang ada di lini lapangan;

4. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia petugas pengelola data dan informasi;

5. Menggalang kemitraan dengan berbagai mitra kerja dan stakeholder

dalam pengelolaan data rutin;

6. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan data rutin sesuai dengan kebutuhan;

(33)

18 |Pelayanan Keluarga Berencana

7. Melakukan evaluasi dan monitoring pengelolaan data rutin secara berkala;

8. Menyiapkan dukungan anggaran untuk pengelolaan data rutin;

(34)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 19

BAB III

LANGKAH KEGIATAN

Kegiatan pencatatan pelayanan KB dilakukan pada faskes KB/jaringan/jejaring, yang menghasilkan Peserta KB Baru (PB) dan Peserta KB ulangan. Selanjutnya, hasil pencatatan pelayanan KB dilaporkan secara berjenjang ke tingkat lebih atas dengan menggunakan format kartu dan register, pada waktu tertentu yang ditetapkan di setiap tingkatan wilayah.

A.

PERSIAPAN

1. TINGKAT PUSAT

a. BKKBN, dalam hal ini Direktorat Pelaporan dan Statistik, menyiapkan Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 yang berisi tentang mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di setiap tingkatan wilayah, serta mendistribusikan kepada Perwakilan BKKBN Provinsi.

b. BKKBN, dalam hal ini Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi, menyiapkan perangkat teknologi untuk kebutuhan operasional pengumpulan dan pengolahan data serta pemanfaatan data hasil pelayanan KB secara online dan offline, terdiri dari:

1) Basis Data Keluarga Indonesia; 2) Manajemen wilayah;

3) Data entri online ; 4) Data entri offline.

c. BKKBN, dalam hal ini Pusdiklat Kependudukan dan KB bekerja sama dengan Direktorat Pelaporan dan Statistik serta Direktorat Teknologi, Informasi dan Dokumentasi, menyelenggarakan pelatihan atau orientasi kepada Petugas Pengelola Data dan Informasi di Tingkat Pusat Dan Provinsi.

(35)

20 |Pelayanan Keluarga Berencana 2. TINGKAT PROVINSI

a. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, mendistribusikan Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2015 kepada SKPD-KB Kabupaten/Kota.

b. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, menyiapkan sarana dan prasarana pencatatan dan pelaporan pelayanan KB berupa :

1) Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/15); 2) Kartu Peserta KB (K/I/KB/15);

3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/15); 4) Informed Consent;

5) Register Pelayanan KB (R/I/KB/15);

6) Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/15).

c. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Pelatihan dan Pengembangan bekerjasama dengan Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, menyelenggarakan pelatihan atau orientasi kepada Petugas Pengelola Data dan Informasi di Tingkat Provinsi serta Kabupaten/Kota.

3. TINGKAT KABUPATEN DAN KOTA

a. SKPD-KB Kabupaten/Kota melakukan pelatihan atau orientasi kepada Petugas Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB, PPLKB/Ka.UPT, dan PLKB/PKB di wilayahnya.

b. SKPD-KB Kabupaten/Kota mendistribusikan sarana dan prasarana pencatatan dan pelaporan pelayanan KB untuk dibagikan kepada Petugas Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB di wilayahnya. 4. TINGKAT KECAMATAN dan DESA/KELURAHAN

a. PPLKB/Ka.UPT dan PLKB/PKB mengkoordinasikan penyediaan sarana dan prasarana pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang dibutuhkan pada tempat pelayanan KB di wilayahnya.

b. Menyiapkan daftar dan kode wilayah dari tempat pelayanan KB yang ada di wilayahnya.

c. Jika Petugas Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB belum mendapat pelatihan atau orientasi dari SKPD-KB Kabupaten/Kota, maka PPLKB/Ka.UPT bersama PLKB/PKB memberi pelatihan atau

(36)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 21 orientasi tata cara pengisian instrumen pelayanan KB kepada Petugas Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB tersebut.

d. PPLKB/Ka.UPT dan PLKB/PKB mendistribusikan sarana dan prasarana pelayanan KB kepada tempat pelayanan KB.

5. TEMPAT PELAYANAN KB

a. Tempat pelayanan KB menerima sarana dan prasarana pelayanan KB terdiri dari :

1) Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/15); 2) Kartu Peserta KB (K/I/KB/15);

3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/15);

4) Informed Consent;

5) Register Pelayanan KB (R/I/KB/15);

6) Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/15).

b. Tempat pelayanan KB, baik yang sudah maupun belum bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan, melakukan pendaftaran pertama kali

menggunakan K/0/KB/15. Selanjutnya, setiap saat dapat melakukan pemutakhiran data K/0/KB/15.

c. Setiap pengunjung baru tempat pelayanan KB, yaitu peserta KB baru maupun peserta KB lama pindahan (tempat pelayanan KB) dan peserta KB lama ganti cara (alat/obat/cara kontrasepsi) dibuatkan K/IV/KB/15 dan K/I/KB/15. Selain itu, peserta KB baru dan ganti cara yang menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi Suntikan, IUD, Implan, Tubektomi, dan Vasektomi, maka wajib dibuatkan Informed Consent.

d. Tempat pelayanan KB melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan KB menggunakan R/I/KB/15, serta pencatatan dan pelaporan mutasi alat dan obat kontrasepsi menggunakan R/II/KB/15.

B. PELAKSANAAN

1. JARINGAN/JEJARING

a. Jaringan/jejaring, baik yang sudah maupun belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, mengisi K/0/KB/15 dengan ketentuan sebagai berikut :

(37)

22 |Pelayanan Keluarga Berencana

1) Setiap pembukaan atau peresmian jaringan/jejaring baru, jaringan/jejaring baru tersebut membuat atau mencatat Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/15), selanjutnya dikirimkan segera kepada faskes KB induknya untuk mendapatkan nomor kode register dan persetujuan dari Pimpinan Faskes KB Induk.

2) Jaringan/jejaring dapat melakukan pemutakhiran data K/0/KB/15 setiap saat, guna perbaikan/penyesuaian data dan informasi mengenai jaringan/jejaring yang bersangkutan.

b. Setiap peserta KB baru maupun lama (ganti cara atau pindahan dari faskes KB lainnya), dibuatkan Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/15) yang terdiri dari data-data identitas diri, catatan medik hasil skrining dalam pelayanan, dan pemilihan penggunaan alat/obat/cara kontrasepsi yang tepat bagi peserta KB. Selanjutnya, setiap peserta KB berkunjung ulang ke jaringan/jejaring maka dicatat dalam K/IV/KB/15 (Kunjungan Ulang).

c. Setiap peserta baru atau ganti cara yang akan diberikan tindakan pelayanan menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi Suntikan, IUD, Implan, Tubektomi, dan Vasektomi, maka wajib dibuatkan Informed

Consent sebagai bukti tertulis persetujuan tindakan medis.

d. Selain itu, peserta KB juga dibuatkan Kartu Peserta KB (K/I/KB/15) oleh jaringan/jejaring, yang akan digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri sebagai peserta KB. Selanjutnya, setiap peserta KB yang melakukan kunjungan ulang ke jaringan/jejaring maka dicatat dalam K/I/KB/15.

e. Setiap hari pelayanan KB untuk peserta KB baru dan ulangan yang datang ke jaringan/jejaring harus dicatat pada Register Pelayanan KB (R/I/KB/15). Pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil pelayanan KB. R/I/KB/15 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk petugas entri data dan arsip bagi petugas pencatat data. f. Setiap terjadi mutasi alokon, baik persediaan (saldo awal),

penerimaan, pengeluaran untuk pelayanan KB, rusak, atau kadaluarsa, untuk semua jenis alokon dan berdasarkan sumber alokonnya harus dicatat pada Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/15). Pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir bulan. R/II/KB/15 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk petugas entri data dan arsip bagi petugas pencatat data.

(38)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 23 g. Jika tersedia sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan

internet) yang memadai, maka jaringan/jejaring dapat melakukan entri data secara online atau offline, yaitu :

1. Data K/0/KB/15 setiap pendaftaran baru dan pemutakhiran data; 2. Data R/I/KB/15 setiap hari pelayanan KB;

3. Data R/II/KB/15 setiap terjadi mutasi alokon.

h. Jika entri data secara online, maka entri data ke sistem aplikasi pelayanan KB, yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat

http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal

31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

i. Jika entri data secara offline, selanjutnya hasil entri data tersebut dapat di-sinkronisasi ke sistem aplikasi pelayanan KB yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

j. Jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) tidak memadai, maka data K/0/KB/15, R/I/KB/15, dan R/II/KB/15 dilaporkan ke pengelola data pada tingkat wilayah yang lebih tinggi untuk dilakukan entri data.

2. FASKES KB

a. Faskes KB, baik yang sudah maupun belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, mengisi K/0/KB/15 dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Setiap pembukaan atau peresmian faskes KB baru, faskes KB baru tersebut membuat atau mencatat Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/15), selanjutnya dikirimkan segera kepada SKPD-KB Kabupaten/Kota untuk mendapatkan persetujuan dan nomor kode register dari Kepala SKPD-KB Kabupaten/Kota. 2) Faskes KB dapat melakukan pemutakhiran data K/0/KB/15 setiap

saat, guna perbaikan/penyesuaian data dan informasi mengenai faskes KB yang bersangkutan.

b. Faskes KB induk menerima usulan K/0/KB/15 dari jaringan/jejaring di bawah binaannya untuk disetujui. Jika pendaftaran baru jaringan/jejaring yang disetujui, maka diberikan nomor kode register

(39)

24 |Pelayanan Keluarga Berencana

yang terdiri dari 9 (sembilan) angka dan ditandatangani oleh Pimpinan faskes KB induk.

c. Setiap peserta KB baru maupun lama (ganti cara atau pindahan dari faskes KB lainnya), dibuatkan Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/15) yang terdiri dari data-data identitas diri, catatan medik hasil skrining dalam pelayanan, dan pemilihan penggunaan alat/obat/cara kontrasepsi yang tepat bagi peserta KB. Selanjutnya, setiap peserta KB berkunjung ulang ke faskes KB maka dicatat dalam K/IV/KB/15 (Kunjungan Ulang).

d. Setiap peserta baru atau ganti cara yang akan diberikan tindakan pelayanan menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi Suntikan, IUD, Implan, Tubektomi, dan Vasektomi, maka wajib dibuatkan Informed

Consent sebagai bukti persetujuan tindakan medis tertulis.

e. Selain itu, peserta KB juga dibuatkan Kartu Peserta KB (K/I/KB/15) oleh faskes KB, yang nantinya akan digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri sebagai peserta KB. Selanjutnya, setiap peserta KB berkunjung ulang ke faskes KB maka dicatat dalam K/I/KB/15.

f. Setiap hari pelayanan KB untuk peserta KB baru dan ulangan yang datang ke faskes KB harus dicatat pada Register Pelayanan KB (R/I/KB/15). Pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil pelayanan KB. R/I/KB/15 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk petugas entri data dan arsip bagi petugas pencatat data. g. Setiap terjadi mutasi alokon, baik persediaan (saldo awal),

penerimaan, maupun pengeluaran untuk pelayanan KB, distribusi ke jaringan/jejaring, rusak, atau kadaluarsa, untuk semua jenis alokon dan berdasarkan sumber alokonnya harus dicatat pada Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/15). Pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir bulan. R/II/KB/15 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk petugas entri data dan arsip bagi petugas pencatat data.

h. Jika tersedia sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) yang memadai, maka faskes KB dapat melakukan entri data secara online atau offline, yaitu :

1. Data K/0/KB/15 setiap pendaftaran baru dan pemutakhiran data; 2. Data R/I/KB/15 setiap hari pelayanan KB;

(40)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 25 Selain itu, jika jaringan/jejaring di wilayah binaannya tidak bisa melakukan entri data K/0/KB/15, R/I/KB/15, dan R/II/KB/15 secara

online maupun offline, maka entri data dilakukan oleh faskes KB

induk.

i. Jika entri data secara online, maka entri data ke sistem aplikasi pelayanan KB, yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat

http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal

31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

j. Jika entri data secara offline, selanjutnya hasil entri data tersebut dapat di-sinkronisasi ke sistem aplikasi pelayanan KB yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

k. Jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) tidak memadai, maka data K/0/KB/15, R/I/KB/15, dan R/II/KB/15 dilaporkan ke pengelola data pada tingkat wilayah yang lebih tinggi untuk dilakukan entri data.

3. BALAI PENYULUHAN KB/KECAMATAN

a. Jika entri data dilakukan oleh tempat pelayanan KB, maka Balai Penyuluhan KB atau Pengelola Data Tingkat Kecamatan :

1) Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan kepada tempat pelayanan KB bersangkutan dan mitra terkait.

2) Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan kepada tempat pelayanan KB bersangkutan dan mitra terkait.

b. Jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) tidak memadai pada tempat pelayanan KB, maka entri data secara

online atau offline dapat dilakukan oleh Pengelola Data di Balai

Penyuluhan KB atau Tingkat Kecamatan :

1) Jika entri data secara online, maka entri data ke sistem aplikasi pelayanan KB, yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat

(41)

26 |Pelayanan Keluarga Berencana

tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

2) Jika entri data secara offline, selanjutnya hasil entri data tersebut dapat di-sinkronisasi ke sistem aplikasi pelayanan KB yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

4. SKPD-KB KABUPATEN/KOTA

a. SKPD-KB Kabupaten/Kota menerima usulan K/0/KB/15 dari faskes KB untuk mendapatkan persetujuan. Jika pendaftaran baru faskes KB disetujui, maka diberikan nomor kode register faskes KB yang terdiri dari 7 (tujuh) angka dan ditandatangani oleh Kepala SKPD-KB Kabupaten/Kota.

b. Jika entri data dilakukan oleh pengelola data di tingkat yang lebih bawah, maka SKPD-KB Kabupaten/Kota :

1) Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

2) Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

c. Jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) tidak memadai pada tempat pelayanan KB dan balai penyuluhan KB/kecamatan, maka entri data secara online atau offline dapat dilakukan oleh SKPD KB Kabupaten/Kota :

1) Jika entri data secara online, maka entri data ke sistem aplikasi pelayanan KB, yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat

http://siga.bkkbn.go.id/, selambat-lambatnya dilakukan pada

tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

2) Jika entri data secara offline, selanjutnya hasil entri data tersebut dapat di-sinkronisasi ke sistem aplikasi pelayanan KB yang disediakan oleh BKKBN dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/,

(42)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 27 selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun bersangkutan untuk K/0/KB/15, serta selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya untuk R/I/KB/15 dan R/II/KB/15.

5. PERWAKILAN BKKBN PROVINSI

a. Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

b. Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

6. BKKBN PUSAT

a. Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

b. Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

C. PEMANFAATAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI

1. PEMANFAATAN

a. Potensi Tempat Pelayanan KB

1) Pemetaan tempat pelayanan KB;

2) Pemetaan sarana dan perlengkapan pada tempat pelayanan KB yang masih bisa dipakai;

3) Pemetaan tenaga pada tempat pelayanan KB dan pelatihan yang pernah diikuti;

4) Menurunkan Unmet Need.

b. Pelayanan KB

1) Meningkatkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP);

2) Meningkatkan kualitas pelayanan KB, dengan berkurangnya kasus komplikasi berat dan kegagalan;

(43)

28 |Pelayanan Keluarga Berencana c. Alat dan Obat Kontrasepsi

1) Pemetaan kebutuhan pada setiap jenis alokon; 2) Ketersediaan alokon;

3) Meminimalisasi terjadinya stock out alokon. 2. PENYEBARLUASAN INFORMASI

a. Rapat Koordinasi Tingkat Desa/Kelurahan

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat koordinasi tingkat desa/kelurahan. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak dapat diselesaikan di tingkat desa/kelurahan dan memerlukan dukungan tingkat kecamatan, maka dilaporkan ke tingkat kecamatan untuk mendapatkan dukungan bantuan penyelesaiannya.

b. Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat koordinasi tingkat kecamatan. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak dapat diselesaikan di tingkat kecamatan dan memerlukan dukungan tingkat kabupaten/kota, maka dilaporkan ke tingkat kabupaten/kota untuk mendapatkan dukungan bantuan penyelesaiannya.

c. Rapat Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kota

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat koordinasi tingkat kabupaten/kota. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak dapat diselesaikan di tingkat kabupaten/kota dan memerlukan dukungan tingkat provinsi, maka dilaporkan ke tingkat provinsi untuk mendapatkan dukungan bantuan penyelesaiannya.

d. Rapat Pengendalian Program dan Anggaran Tingkat Provinsi

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat pengendalian program dan anggaran tingkat provinsi. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak dapat diselesaikan di tingkat provinsi dan memerlukan dukungan tingkat pusat, maka dilaporkan ke tingkat pusat untuk mendapatkan dukungan bantuan penyelesaiannya.

(44)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 29 e. Rapat Pengendalian Program dan Anggaran Tingkat Pusat

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat pengendalian program dan anggaran tingkat pusat.

f. Publikasi melalui Website BKKBN

Publikasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon disajikan secara online dalam bentuk tabulasi pada

website dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/, sedangkan untuk

kepentingan intervensi program pembangunan secara khusus dapat diakses dengan password tertentu.

D. PENYIMPANAN,

KEAMANAN,

DAN

KERAHASIAAN

INFORMASI

Penyimpanan data dan informasi pelayanan KB, terdiri dari potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon, yang sudah masuk dalam sistem pengolahan data basis nasional dilakukan dalam pangkalan data pada tempat yang aman dan tidak rusak atau mudah hilang dengan menggunakan media penyimpanan elektronik yang hanya dapat dilakukan di dalam negeri. Pangkalan data tersebut dapat berada di provinsi maupun kabupaten/kota, dan harus dikelola oleh pengelola data di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Penyimpanan data dan informasi pelayanan KB dilakukan paling singkat 25 (dua puluh lima) tahun untuk data dan informasi elektronik sesuai jadwal retensi arsip. Sedangkan, penyimpanan data nonelektronik dilakukan di setiap tempat pelayanan KB paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Pengamanan informasi pelayanan KB dilakukan untuk menjamin agar informasi tersebut tetap tersedia dan terjaga keutuhannya. Untuk informasi pelayanan KB yang bersifat tertutup, seperti informasi tentang individu peserta KB, harus terjaga kerahasiaannya. Standar pengamanan dalam melakukan publikasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon disajikan secara online dalam bentuk tabulasi dan grafik pada website dengan alamat http://siga.bkkbn.go.id/, sedangkan untuk kepentingan intervensi program pembangunan secara khusus dapat diakses dengan password tertentu.

(45)

30 |Pelayanan Keluarga Berencana

Dalam hal menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi pelayanan KB, setiap pengelola data harus :

1. Melakukan pemeliharaan, penyimpanan, dan penyediaan cadangan data dan informasi pelayanan KB secara teratur;

(46)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 31

BAB IV

POKOK-POKOK KEGIATAN

Dalam upaya mewujudkan tujuan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, hal yang harus dilakukan oleh setiap pengelola data adalah mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi setiap instrumen yang dipergunakan, sumber daya manusia yang tersedia, serta mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan tersebut.

A.

SARANA DAN PRASARANA

1. KARTU PENDAFTARAN TEMPAT PELAYANAN KB

(K/0/KB/15)

Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/15) ini digunakan untuk melakukan pendaftaran pertama bagi faskes KB/jaringan/jejaring baru pada saat didirikan, dan untuk pendaftaran ulang bagi semua faskes KB/jaringan/jejaring lama, yang dilakukan pada setiap awal tahun anggaran. Kartu K/0/KB/15 diisi oleh faskes KB/jaringan/jejaring baik yang belum atau sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kartu ini berisikan informasi tentang identitas, sarana dan perlengkapan, serta tenaga yang dimiliki oleh faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan.

2. KARTU PESERTA KB (K/I/KB/15)

Kartu Peserta KB (K/I/KB/15) ini diberikan oleh faskes KB/jaringan/jejaring kepada peserta KB dan digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri sebagai peserta KB. Kartu ini juga dapat digunakan untuk mencari kembali kartu status peserta KB (K/IV/KB/15) di tempat pelayanan pertama, serta dapat digunakan pula untuk memperoleh pelayanan ulang di semua faskes KB/jaringan/jejaring lain.

3. KARTU STATUS PESERTA KB (K/IV/KB/15)

Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/15) ini digunakan untuk mencatat identitas diri, catatan medik hasil skrining dalam pelayanan, dan pemilihan penggunaan alat/obat/cara kontrasepsi yang tepat bagi peserta KB. Kartu ini dibuat untuk setiap pengunjung baru di faskes KB/jaringan/jejaring, baik sebagai peserta KB baru maupun sebagai

(47)

32 |Pelayanan Keluarga Berencana

peserta KB lama (ganti acara atau pindahan), dan disimpan secara rapi di faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan.

4. INFORMED CONSENT

Informed Consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang

menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan alat/obat/cara kontrasepsi : suntikan, IUD, implan, tubektomi, dan vasektomi, dan atau tindakan medik rekanalisasi.

5. REGISTER PELAYANAN KB (R/I/KB/15)

Register Pelayanan KB (R/I/KB/15) ini digunakan oleh faskes KB/jaringan/jejaring untuk mencatat setiap hari pelayanan KB yang diberikan kepada Pasangan Usia Subur (PUS, yang datang untuk menjadi peserta KB baru atau peserta KB lama yang datang berkunjung ulang (ulangan) di faskes KB/jaringan/jejaring tersebut.

6. REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI (R/II/KB/15) Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/15) ini digunakan oleh faskes KB/jaringan/jejaring untuk mencatat setiap hari mutasi alokon, baik saldo awal bulan, penerimaan, pengeluaran, serta saldo akhir bulan dari semua jenis alat dan obat kontrasepsi untuk masing-masing sumber alokon di faskes KB/jaringan/jejaring tersebut.

B. SUMBER DAYA MANUSIA

1. STRUKTUR

a. Tingkat Pusat : 1) BKKBN;

2) Mitra Kerja Terkait : a) Pemerintah; b) Non Pemerintah. b. Tingkat Provinsi :

1) Perwakilan BKKBN Provinsi; 2) Mitra Kerja Terkait :

a) Pemerintah; b) Non Pemerintah.

(48)

Panduan Tata Cara Pengelolaan Data Rutin | 33 c. Tingkat Kabupaten dan Kota :

1) SKPD-KB Kabupaten dan Kota; 2) Mitra Kerja Terkait :

a) Pemerintah; b) Non Pemerintah. d. Tingkat Lini Lapangan:

1) Kepala UPT/PPLKB/ Koordinator PLKB; 2) PLKB/PKB;

3) Pengelola Data Tingkat Faskes KB;

4) Pengelola Data Tingkat Jaringan Pelayanan Puskesmas; 5) Pengelola Data Tingkat Jejaring Faskes KB;

6) Mitra Kerja Terkait.

2. PELATIHAN/ORIENTASI

Sebelum melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, akan dilaksanakan pelatihan/orientasi baik di tingkat pusat sampai dengan lini lapangan. Adapun skema mengenai pelatihan/orientasi tergambar sebagai berikut :

Gambar 4.1

(49)

34 |Pelayanan Keluarga Berencana

C. ALUR PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

Pengolahan data pelayanan KB merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari tempat pelayanan KB menggunakan instrumen yang telah ditetapkan dan dilaporkan datanya hingga ke tingkat pusat baik secara online maupun offline, selanjutnya diumpanbalikkan kepada tingkatan wilayah di bawahnya dan mitra kerja terkait.

1. ALUR PENGOLAHAN DATA POTENSI TEMPAT PELAYANAN KB Pengolahan data potensi tempat pelayanan KB dapat dilakukan secara

online atau offline sebagai berikut:

a. Pengolahan Data secara Online

Setelah pencatatan K/0/KB/15 di tempat pelayanan KB terisi dengan lengkap dan benar, selanjutnya pimpinan tempat pelayanan KB menandatanginya. Lalu, diserahkan kepada Pimpinan faskes KB induk bagi jaringan/jejaring atau Kepala SKPD KB Kabupaten/Kota bagi faskes KB untuk meminta persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) memadai maka Pengelola Data di Tempat Pelayanan KB segera melakukan entri data K/0/KB/15 secara online. b. Pengolahan Data secara Offline

Setelah pencatatan K/0/KB/15 di tempat pelayanan KB terisi dengan lengkap dan benar, selanjutnya pimpinan tempat pelayanan KB menandatanginya. Lalu, diserahkan kepada Pimpinan faskes KB induk bagi jaringan/jejaring atau Kepala SKPD KB Kabupaten/Kota bagi faskes KB untuk meminta persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, jika sarana dan prasarana (komputer/laptop dan jaringan internet) tidak memadai, maka Pengelola Data di Tempat Pelayanan KB segera melakukan entri data K/0/KB/15 secara offline

atau melaporkan bundel K/0/KB/15 kepada petugas entri data di balai penyuluhan KB/kecamatan atau unit pengelola data dan informasi SKPD-KB Kabupaten/Kota. Selanjutnya, hasil entri data

offline dilaporkan secara online oleh petugas entri data.

Tempat pelayanan KB dapat melakukan pemutakhiran data K/0/KB/15 setiap saat, guna perbaikan/penyesuaian data dan informasi mengenai tempat pelayanan KB yang bersangkutan. K/0/KB/15 dilaporkan setiap 6 bulan sekali pada awal Januari dan awal Juli (paling lambat dientri atau dilaporkan secara online pada tanggal 31 Januari dan 31 Juli).

Referensi

Dokumen terkait

Lukisan patung karwar merupakan peninggalan dari nenek moyang dari jaman prasejarah, yang bercorak monumental berasal dari kebudayaan neolitik, yang disebut sebagai patung

Hasil dari pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dijalankan berdampak baik terhadap pendekar Pencak Silat Cempaka Putih Cabang Kota Semarang, hal ini dapat

SK NAMA NUPTK INSTANSI MAPEL KABUPATEN/KOTA TAHAP LOKASI KELAS STATUS REKOMENDASI 40 9373 MOHAMAD AMINUDIN 5152750651200003 SMAS MUHAMMADIYAH I PURWOKERTO PAI KAB... SK NAMA

Penggunaan Math Manipulative yang disampaikan secara menarik dan menyenangkan mampu meningkatkan minat, motivasi, keyakinan, dan keterlibatan anak ketika belajar

Perahu LETICIA memiliki dua armada yang bekerja di sepanjang sungai Amazon di selatan Kolumbia mencapai desa-desa terpencil bersama para murid dan relawan. Hubungi Jamie di

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik

Téhnik anu digunakeun pikeun ngumpulkeun data dina ieu panalungtikan téh nya éta téhnik tés. Téhnik tés anu digunakeun dina ieu panalungtikan téh pikeun ngukur