• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Saluran dan Margin Pemasaran... Aditya Fauzi Alamsyah ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Saluran dan Margin Pemasaran... Aditya Fauzi Alamsyah ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI

Aditya Fauzi Alamsyah*, Taslim, dan Anita Fitriani Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail: adityafauzi25@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Sapi Potong di Pasar Hewan Tanjungsari ” telah dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2014 di Pasar Hewan Tanjungsari, Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran sapi potong di pasar hewan Tanjungsari dan untuk mengetahui besar persentase margin, biaya dan keuntungan pemasaran pada berbagai saluran pemasaran sapi potong. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan 26 responden dan peternak atau pedagang sapi potong. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa saluran pemasaran terdiri dari tiga saluran pemasaran yaitu saluran pertama adalah peternak lalu konsumen akhir, saluran kedua adalah peternak, pedagang pengumpul, lalu konsumen akhir, saluran ketiga adalah peternak, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, lalu konsumen akhir. Margin pemasaran sapi potong dari setiap pelaku pemasaran bermacam-macam dilihat dari setiap jenis sapi potong yang diperjualbelikan dan pada setiap saluran pemasaran serta pelaku pemasaran yang terlibat. Semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan dan semakin kecil keuntungan yang diperoleh para pelaku usaha pemasaran sapi potong. Saluran kedua merupakan saluran yang paling efektif dalam usaha pemasaran sapi potong sebab saluran kedua memiliki keuntungan yang besar.

Kata kunci: Analisis Saluran, Analisis Margin, Pemasaran Sapi Potong

CHANNEL AND MARKETING MARGIN ANALYSIS OF BEEF CATTLE AT TANJUNGSARI LIVESTOCK MARKET

ABSTRACT

The research about “Channel and Marketing Margin Analysis of Beef Cattle at Tanjungsari Livestock Market” was conducted in August to September 2014 at Tanjungsari Livestock Market, Sumedang. The aim of the research were to know marketing channel of beef cattle and percentage cost, margin, and profit in each beef cattle marketing channel. The research was using survey method with 26 responden including farmer and/or beef cattle merchant. Data collection technique was using random sampling method. The result showed that there were three types of marketing channel. The first one was farmer straightly to final consumer; the second one was farmer, collector merchant, then final consumer. The third one was farmer, merchant collector, retailer, then final consumer. Margin of marketing was various according to type of beef cattle, marketing channel, and the marketer. The longer the channel, the bigger the transfer cost, and the smaller the profit obtained by the marketer. Second channel marketing was the most effective one because it has the biggest profit.

(2)

1. PENDAHULUAN

Banyaknya permasalahan negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Indonesia salah satunya masih memiliki keterbatasan dalam hal efisiensi pemasaran, keterampilan mempraktekkan unsur–unsur manajemen dan penguasaan informasi pasar sehingga hal ini menyebabkan kesempatan–kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai. Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena pemerintah tidak dapat ikut campur dalam menekan biaya pemasaran. Didalam kegiatan pemasaran khususnya dalam bidang peternakan, besar kecilnya biaya pemasaran disebabkan oleh macam komoditi peternakan, lokasi pengusahaan, macam dan peranan lembaga pemasaran, efektivitas pemasaran.

Pemindahan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen akan melibatkan beberapa badan atau perorangan mulai dari peternak (produsen), lembaga-lembaga perantara (blantik, pedagang pengepul, jagal) dan diakhiri kepada konsumen. Lembaga pemasaran diperlukan untuk menjembatani kesenjangan informasi, ruang, waktu pemilikan, dan bentuk.

Usaha perdagangan sapi potong di Indonesia khususnya yang menyangkut saluran pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti blantik, pedagang pengumpul dan jagal. Masing masing jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi tersendiri dalam proses pemasaran. Saluran pemasaran dapat dikatakan sebagai saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen, untuk memudahkan pemindahan suatu produk bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan perbedaan harga yang tidak sesuai baik bagi peternak maupun konsumen, karena konsumennya terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat untuk membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, harga nilai jual sapi potong menjadi relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pedagang pengumpul yang menjualnya langsung kepada konsumen. Dalam menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih saluran pemasaran yang pendek. Adanya lembaga-lembaga pemasaran yang membantu pemindahan suatu produk maka akan dapat diketahui berapa margin yang diperoleh pada setiap lembaga pemasaran. Banyaknya lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat mengakibatkan semakin panjang saluran pemasaran dan semakin besar margin pemasarannya. Penentuan kesesuaian antara proporsi kerja yang dilakukan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi margin pemasaran sapi potong yaitu biaya, tingkat persaingan antara pedagang, jalur atau rantai pemasaran, kondisi wilayah dan banyaknya perantara (lembaga) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Pasar hewan merupakan tempat untuk bertransaksi jual beli hewan yaitu meliputi sapi, kambing dan domba. Pasar hewan biasanya beroperasi hanya beberapa hari dalam seminggu. Selain jual beli hewan ternak pasar hewan biasanya menyediakan peralatan terkait peternakan seperti aksesoris hewan, clurit, topi untuk peternak, dll. Orang yang melakukan pembelian dari peternak dan menjualnya di pasar ternak disebut juru taksir atau blantik. Mereka mempunyai pengalaman dalam memilih ternak yang baik, serta menentukan harga seekor ternak. Sehingga keberadaan mereka sangat

(3)

penting dalam dunia peternakan, khususnya ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan domba.

Pasar Hewan Tanjungsari Kampung Cileutik, Sumedang menyediakan aneka ternak ruminansia seperti domba, kambing, sapi dan kerbau. Pasar hewan tersebut tidak digelar setiap hari, hanya hari Selasa dan Sabtu mulai pukul 06.30-16.00 WIB, tetapi pada saat menjelang hari besar Idul Adha beroperasi setiap hari.

Sejak tahun 1971 pasar hewan Tanjungsari telah memfasilitasi kebutuhan akan hewan hidup seperti sapi potong, biasanya dibutuhkan untuk keperluan konsumsi, ritual ibadah seperti kurban, atau untuk dipelihara kembali bahkan adapula untuk dijual kembali ke konsumen lainnya.

Pihak penjual dan konsumen yang ada di pasar hewan Tanjungsari melakukan kegiatan transaksi jualbeli ternak sapi potong secara langsung. Penjual ternak sapi potong berasal dari Tanjungsari dan sekitarnya. Mereka merupakan bandar yang menerima ternak dari peternak sekitarnya. Ada juga yang datang dari daerah lain seperti Bandung, Cicalengka, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Pembeli memiliki keleluasaan memilih, karena banyak pilihan termasuk disesuaikan dengan penghasilan dimilikinya. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penilitian mengenai „Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Sapi Potong di Pasar Hewan

Tanjungsari’.

2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah saluran dan margin pemasaran sapi potong di Pasar Hewan Tanjungsari, serta pelaku rantai pemasaran ternak sapi potong di Pasar Hewan Tanjungsari.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode survey dengan analisis deskriptif secara kuantitatif dan kualitatif. Metode survai adalah suatu metode penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil. Penelitian survai adalah mempelajari sampel dari suatu populasi yang hasilnya merupakan nilai duga terhadap nilai populasi. Hasil yang diperoleh melalui penelitian survai, mungkin akan sama persis sama dengan nilai populasi, mungkin lebih rendah dari nilai populasi atau mungkin juga lebih tinggi dari nilai populasi. (Paturochman, 2012).

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan pada pelaku rantai pemasaran. Analisis data tersebut dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu analisis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian (Idrus, 2007).

Teknik Pengambilan Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Simple

random sampling atau teknik pengambilan sampel acak sederhana adalah suatu teknik

pengambilan sampel yang paling mudah, baik dilihat dari tata caranya maupun persyaratan yang dimintanya. Persyaratan yang diminta pertama adalah kerangka populasi, yaitu suatu catatan yang berisi keterangan tentang identitas dari seluruh unit

(4)

anggota populasi. Persyaratan kedua adalah homogenitas populasi, yaitu keadaan keseluruhan unit populasi yang bersifat seragam dilihat dari satu atau beberapa variabel kunci dari suatu penelitian (Paturochman, 2012).

Jumlah pedagang ternak yang berada di pasar hewan Tanjungsari tahun lalu adalah sebanyak 105 orang, namun dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil adalah sejumlah peternak dan pedagang ternak yang melakukan transaksi selama 3 pekan. Hal ini dimaksudkan agar jumlah sampel dapat mewakili populasi sehingga kesimpulan dapat digeneralisasikan pada populasi.

Teknik Pengumpulan Data Metode Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.

Metode Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Objek yang akan diteiti adalah proses penjualan atau proses transaksi. Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, referensi dan juga bahan-bahan lainnya yang peneliti peroleh selama perkuliahan dan selama penelitian.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan cara mengetahui bentuk saluran pemasaran ternak sapi potong yang digunakan pasar hewan tersebut dilakukan penelusuran pemindahan ternak sapi potong dari peternak sampai pasar hewan lalu ke konsumen, dianalisis secara deskriptif dan tidak memerlukan metode analisis secara khusus. Menjawab permasalahan ke-2, yaitu perhitungan besarnya persentase margin, biaya dan keuntungan parsial dan total pada berbagai pemasaran ternak sapi potong dilakukan dengan rumus yang dikemukakan oleh Hamid (1972).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Pertama

Pet

ern

ak

Sa

p

i Po

to

n

g

K

o

n

su

me

n

A

k

h

ir

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

(5)

Bentuk saluran pemasaran pertama, peternak sapi potong menjual ternaknya langsung kepada konsumen yang berada di pasar hewan Tanjungsari, peternak sapi potong ini berasal dari peternak lokal yaitu peternak yang berasal dari daerah Tanjungsari atau Sumedang. Sapi dibawa oleh peternak ke pasar hewan tanpa melalui lembaga-lembaga pemasaran lain, hal ini tidak memberatkan konsumen untuk membayar dengan harga yang tinggi.

Bentuk saluran kedua, peternak lokal menjual sapinya kepada pedagang pengumpul, hal ini dikarenakan peternak mengambil langkah mudah untuk menjual sapinya kepada pedagang pengumpul mereka lebih mempercayakannya kepada pedagang pengumpul, adanya ketidaktahuan peternak mengenai permasaran sapi potong dan harga sapi potong di pasar hewan dapat menjadi salah satu sebab peternak menjual langsung kepada pedagang pengumpul. Pada saluran kedua ini rata-rata pedagang pengumpul mendapatkan ternak sapi potong ini dari daerah jawa timur, kemudian pedagang pengumpul menjual sapi potong kepada konsumen di pasar hewan Tanjungsari.

Bentuk saluran ketiga, peternak menjual sapi kepada pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjualnya kepada pedagang pengecer. Kemudian pedagang pengecer menjualnya langsung kepada konsumen. Pada saluran ketiga pedagang pengumpul mudah dalam pemasaran sapi potong sebab mendapat bantuan pemasaran melalui pedagang pengecer.

Persentase Biaya, Margin, dan Keuntungan pada Berbagai Saluran Pemasaran Sapi Potong

Saluran Pemasaran Pertama

Saluran pemasaran pertama merupakan saluran yang tidak melibatkan banyak pelaku pemasaran. Pelaku yang terlibat terdiri dari peternak sapi potong yang langsung menjual sapinya kepada konsumen di pasar hewan Tanjungsari. Tingkat saluran pemasaran pada kegiatan ini termasuk saluran nol tingkat. Hal tersebut, konsumen tidak terbebani dengan biaya yang tinggi sebab dari peternak langsung dijual kepada konsumen tidak melibatkan lembaga-lembaga pemasaran lainnya yang dapat menjadi faktor harga sapi meningkat. Biaya, margin, dan keuntungan pelaku pemasaran pada saluran ini dapat dilihat pada Tabel 5, 6, 7, dan 8.

Tabel 5. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Pertama, Sapi Jenis Peranakan Ongole

No Uraian I II

1 Harga Beli (Rp/ekor) 12.250.000 15.591.667

2 Harga Jual (Rp/ekor) 15.591.667

3 Marjin Parsial 3.341.667

4 Persentase Margin Parsial (%) 100

5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 984.333

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100 7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 2.357.333

8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 100

9 Margin Total 3.341.667

(6)

11 Keuntungan Total 2.357.333

12 Persentase Biaya Total (%) 29

13 Persentase Keuntungan Total (%) 71

Ket. I = Peternak, II = Konsumen

Pada Tabel 5 merupakan analisis margin sapi potong jenis Peranakan Ongole yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Pada saluran ini hanya melibatkan satu lembaga, yaitu peternak saja. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 3.341.667 atau sebesar 100%. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp. 984.333 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak yaitu sebesar Rp. 2.357.333 atau sebesar 100%.

Tabel 6. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Pertama, Sapi Jenis Limousin

No Uraian I II

1 Harga Beli (Rp) 19,000,000 24,000,000

2 Harga Jual (Rp) 24,000,000

3 Marjin Parsial 5,000,000

4 Persentase Margin Parsial (%) 100%

5 Biaya Parsial (Rp) 1,406,000

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100% 7 Keuntungan Parsial (Rp) 3,594,000 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 100%

9 Margin Total 5,000,000

10 Biaya Total 1,406,000

11 Keuntungan Total 3,594,000

12 Persentase Biaya Total (%) 28%

13 Persentase Keuntungan Total (%) 72%

Ket. I = Peternak, II = Konsumen

Pada Tabel 6 merupakan analisis margin sapi potong jenis Limousin yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 10.000.000 atau sebesar 100%. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp. 1.406.000 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak yaitu sebesar Rp. 8.594.000 atau sebesar 100%.

Tabel 7. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Pertama, Sapi Jenis Simmental

No Uraian I II

1 Harga Beli (Rp) 17,000,000 19,500,000

2 Harga Jual (Rp) 19,500,000

3 Marjin Parsial 2,500,000

4 Persentase Margin Parsial (%) 100%

(7)

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100% 7 Keuntungan Parsial (Rp) 1,794,000 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 100%

9 Margin Total 2,500,000

10 Biaya Total 706,000

11 Keuntungan Total 1,794,000

12 Persentase Biaya Total (%) 28%

13 Persentase Keuntungan Total (%) 72%

Ket. I = Peternak, II = Konsumen

Pada Tabel 7 merupakan analisis margin sapi potong jenis Simmental yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 5.000.000 atau sebesar 100%. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp. 706.000 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 4.294.000 atau sebesar 100%.

Tabel 8. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Pertama, Sapi Jenis Brahman

No Uraian I II

1 Harga Beli (Rp/ekor) 20.000.000 24.500.000

2 Harga Jual (Rp/ekor) 24.500.000

3 Marjin Parsial 4.500.000

4 Persentase Margin Parsial (%) 100 5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 1.400.000 6 Persentase Biaya Parsial (%) 100 7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 3.100.000 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 100

9 Margin Total 4.500.000

10 Biaya Total 1.400.000

11 Keuntungan Total 3.100.000

12 Persentase Biaya Total (%) 31

13 Persentase Keuntungan Total (%) 69

Ket. I = Peternak, II = Konsumen

Pada Tabel 8 merupakan analisis margin sapi potong jenis Brahman yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 4.500.000 atau sebesar 100%. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp. 1.400.000 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak Rp. 3.100.000 atau sebesar 100%. Saluran Pemasaran Kedua

Saluran pemasaran kedua merupakan saluran yang melibatkan banyak pelaku pemasaran yaitu peternak dan pedagang pengumpul. Tingkat saluran pemasaran pada kegiatan ini termasuk saluran satu tingkat. Biaya, margin, dan keuntungan pelaku pemasaran pada saluran ini dapat dilihat pada Tabel 9, 10, dan 11.

(8)

Tabel 9. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Kedua, Sapi Jenis Peranakan Ongole

No Uraian I II III

1 Harga Beli (Rp/ekor) 12.691.489 14.292.553

2 Harga Jual (Rp/ekor) 12.691.489 14.292.553

3 Marjin Parsial 12.691.489 1.601.064

4 Persentase Margin Parsial (%) 89 11

5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 1.396.454

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100

7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 12.691.489 204.610 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 98 2

9 Margin Total 14.292.553

10 Biaya Total 1.396.454

11 Keuntungan Total 12.896.099

12 Persentase Biaya Total (%) 10

13 Persentase Keuntungan Total (%) 90

Ket. I=Peternak, II=Pedagang Pengumpul, III=Konsumen

Pada Tabel 9 merupakan analisis margin sapi potong jenis Peranakan Ongole

yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 12.691.489 atau sebesar 89% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp.

1.601.064 atau sebesar 11%. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.396.454 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 12.691.489 atau sebesar 98% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 204.610 atau sebesar Rp. 2%.

Tabel 10. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Kedua, Sapi Jenis Limousin

No Uraian I II III

1 Harga Beli (Rp/ekor) 19.500.000 21.780.000

2 Harga Jual (Rp/ekor) 19.500.000 21.780.000 3 Marjin Parsial 19.500.000 2.280.000

4 Persentase Margin Parsial (%) 90 10

5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 1.165.454

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100

7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 19.500.000 1.114.546 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 95 5

9 Margin Total 21.780.000

10 Biaya Total 1.165.454

11 Keuntungan Total 20.614.546

12 Persentase Biaya Total (%) 5

13 Persentase Keuntungan Total (%) 95

(9)

Pada Tabel 10 merupakan analisis margin sapi potong jenis Limousin yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 19.500.000 atau sebesar 90% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 2.280.000 atau sebesar 10%. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.165.454 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 19.500.000 atau sebesar 95% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.114.546 atau sebesar 5%.

Tabel 11. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Kedua, Sapi Jenis Simmental

No Uraian I II III

1 Harga Beli (Rp/ekor) 27.602.941 31.094.118

2 Harga Jual (Rp/ekor) 27.602.941 31.094.118 3 Marjin Parsial 27.602.941 3.491.176

4 Persentase Margin Parsial (%) 89 11

5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 1.189.454

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100

7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 27.602.941 2.301.722 8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 92 8

9 Margin Total 31.094.118

10 Biaya Total 1.189.454

11 Keuntungan Total 29.940.663

12 Persentase Biaya Total (%) 4

13 Persentase Keuntungan Total (%) 96

Ket. I=Peternak, II=Pedagang Pengumpul, III=Konsumen

Pada Tabel 11 merupakan analisis margin sapi potong jenis Simmental yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 27.602.941 atau sebesar 89% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 3.491.176 atau sebesar 11%. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.189.454 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 27.602.941 atau sebesar 92% sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 2.301.722 atau sebesar 8%.

Saluran Pemasaran Ketiga

Saluran pemasaran ketiga merupakan saluran yang melibatkan lebih banyak pelaku pemasaran yaitu peternak, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Tingkat saluran pemasaran pada kegiatan ini termasuk saluran dua tingkat. Biaya, margin, dan keuntung dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis Besar Margin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Saluran Ketiga, Sapi Jenis Peranakan Ongole

No Uraian I II III IV

1 Harga Beli (Rp/ekor) 13.321.429 14.607.143 14.807.143

2 Harga Jual (Rp/ekor) 13.321.429 14.607.143 14.807.143

(10)

4 Persentase Margin Parsial (%) 90 9 1

5 Biaya Parsial (Rp/ekor) 1.114.222

6 Persentase Biaya Parsial (%) 100

7 Keuntungan Parsial (Rp/ekor) 13.321.429 171.492 200.000

8 Persentase Keuntungan Parsial (%) 97 1,3 1,5

9 Margin Total 14.807.143

10 Biaya Total 1.114.222

11 Keuntungan Total 13.692.921

12 Persentase Biaya Total (%) 8

13 Persentase Keuntungan Total (%) 92

Ket. I=Peternak, II=Pedagang Pengumpul, III=Pengecer, IV=Konsumen

Pada Tabel 12 merupakan analisis margin sapi potong jenis Peranakan Ongole yang terdapat di pasar hewan tanjungsari. Peternak memiliki margin sebesar Rp. 13.321.429 atau sebesar 90%, pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.285.714 atau sebesar 9%, dan pedagang pengecer sebesar Rp. 200.000 atau sebesar 1%. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.114.222 atau sebesar 100%. Keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 13.321.429 atau sebesar 97%, pedagang pengumpul sebesar Rp. 171.492 atau sebesar 1,3%, dan pedagang pengecer sebesar Rp. 200.000 atau sebesar 1,5%.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai saluran dan margin pemasaran sapi potong, survey di Pasar Hewan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang adalah :

a. Saluran pemasaran sapi potong dapat melalui empat saluran pemasaran yaitu 1. Dari peternak ke konsumen akhir.

2. Dari Peternak ke pedagang pengumpul selanjutnya ke konsumen akhir.

3. Dari peternak ke pedagang pengumpul selanjutnya ke pedagang pengecer lalu ke konsumen akhir.

b. Besar margin, biaya, dan keuntungan total para pelaku pemasaran pada setiap saluran pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Saluran pertama yaitu dari peternak ke konsumen : a) Sapi potong jenis Peranakan Ongole :

Margin total sebesar Rp. 3.341.667, Biaya total Rp. 984.333 (29%), dan Keuntungan total sebesar Rp. 2.357.333 (71%).

b) Sapi potong jenis Limousin :

Margin total sebesar Rp. 5.000.000, Biaya total sebesar Rp. 1.406.000 (28%), dan Keuntungan total sebesar Rp.3.594.000 (72%).

c) Sapi potong jenis Simmental :

Margin total sebesar Rp. 2.500.000 (28%), Biaya total sebesar Rp. 706.000, dan keuntungan total sebesar Rp. 1.794.000 (72%).

d) Sapi jenis Brahman

Margin total sebesar Rp. 4.500.000, Biaya total sebesar Rp. 1.400.000 (31%), dan Keuntungan total sebesar Rp. 3.100.000 (69%)

(11)

2. Saluran kedua yaitu dari peternak ke pedagang pengumpul lalu ke konsumen akhir :

a) Sapi jenis Peranakan Ongole

Margin sebesar Rp. 14.292.553, Biaya total sebesar Rp. 1.396.454 (10%), dan Keuntungan total sebesar Rp. 12.896.099 (90%).

b) Sapi jenis Limousin

Margin sebesar Rp. 21.780.000, Biaya total sebesar Rp. 1.165.454 (5%), dan Keuntungan total Rp. 20.614.546 (95%)

c) Sapi jenis Simmental

Margin total sebesar Rp. 31.094.118, Biaya total sebesar Rp. 1.189.454 (4%), dan Keuntungan total sebesar Rp. 29.940.663 (96%)

3. Saluran ketiga yaitu dari peternak ke pedagang pengumpul lalu ke pedagang pengecer selanjutnya ke konsumen akhir :

a) Sapi jenis Peranakan Ongole

Margin total sebesar Rp. 14.807.143, Biaya total sebesar Rp. 1.114.222 (8%), dan Keuntungan total sebesar Rp. 13.692.921 (92%).

Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa saluran kedua merupakan saluran yang efisien dalam penjualan sapi potong sebab pada saluran kedua adalah persentase keuntungan yang besar dibanding saluran lain.

5. DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Yogyakarta. Liberty.

Erfandi. 2009. Definis Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta. Erlangga.

Hamid, 1972. Tataniaga Pertanian. Fakultas Ilmu Pertanian. Universitas Hasanudin. Idrus, M. 2007. Metode Penelitian Ilmu-ilmu Social. Yogyakarta: UII Press.

Kohls RL dan Jl Uhl.1990.Marketing of agricultural production 7th edition. New York. Mc Millan Publishing Cow

Kotler. Philip. 1988. Manajemen Pemasaran Edisi Keenam Analisis, Perencanaan

Implementasi dan Pengendalian Jilid 1. Jakarta : Erlangga 4

____________. 1988. Manajemen Pemasaran Edisi Keenam Analisis, Perencanaan

Implementasi dan Pengendalian Jilid 2. Jakarta : Elangga 167, 171

____________. 2000. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan Implementasi dan

Pengendalian. Buku 2 Edisi Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta. 624-625

Limbong W.H dan Sitorus.1987.Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB

Mubyarto.1987. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. Jakarta : LP3ES

Paturochman, M. 2012.Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel. Bandung : UNPAD Press

2012. Usul Penelitian untuk Ilmu-ilmu Social Ekonomi Peternakan. Sumedang: Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

(12)

Prawirosentono, Ec. Suyadi. 1997. Manajemen Produksi. Bumi Aksara. Jakarta

Radiani, Dian. 2004. Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan

Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Widyatama. Bandung.

Rasyaf, M. 2000. Memasarkan Hasil Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Risqina. 2011. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong dan Sapi Bakalan Karapan di Sapudi Kabupaten Sumenep. Jurnal JITP Vol. 1, No. 3. Universitas Diponegoro. Singgih, D. 1998. Psikologi praktis : Anak, remaja, dan keluarga. Gunung Mulia.

Jakarta.

Soetriono, Suwandari A dan Rijanto. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Edisi Revisi. Jember. Bayumedia Publishing. 119,121-122

UPTD Pasar Hewan Tanjungsari. 2014. Rencana Kerja. Sumedang. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan guru untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan yang berasal dari internet dapat dilakukan dengan mengembangkan media pembelajaran yang terdiri dari berbagai unsur

Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di Rumah Sakit adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau

Normal P-P Plot of Unstandardized Residual..

Kalau aturan pemerintah yang larang se’i dengan tatobi sonde ada, hanya pas melahirkan itu ada kayak sosialisasi, tenaga kesehatan dong kasi tahu boleh panggang tapi

Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam tugas akhir yang berjudul “ Tinjauan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Tarif Angkutan Umum di Kota Semarang (Studi Kasus: MPU C2

Hasil penelitian tahap empat, diperoleh bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara konsentrasi lengkuas parut terhadap pertumbuhan total mikroba ikan mas dengan nilai

Dari. 'Gambar 8 terlihat nilai impedansi berubah dengan penambahan arang tetapi perubahannya tidak terlalu berarti karena perubahannya kecil sekali Penambahan arang

Secara rinci tulisan ini bertujuan untuk menganalisis (1) seberapa besar sumbangan produksi kabupaten kawasan ubi kayu terhadap produksi ubi kayu di tingkat wilayah dan