PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI
DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL
+PADA PAKAN
TERHADAP BOBOT
NON KARKAS
DOMBA LOKAL JANTAN
SKRIPSI
Oleh :
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE
090306001
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI
DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL
+PADA PAKAN
TERHADAP BOBOT
NON KARKAS
DOMBA LOKAL JANTAN
SKRIPSI
Oleh :
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE 090306001/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol+ pada pakan terhadap bobot non karkas domba lokal jantan
Nama : Khoiruddin Dalimunthe
NIM : 090306001
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE, 2014: “Penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol+ pada pakan terhadap bobot non karkas domba lokal jantan”. Dibimbing oleh Ma’ruf Tafsin dan Armyn Hakim Daulay Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol pada pakan terhadap bobot
non karkas domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014 menggunakan 12 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan rata-rata bobot awal 7,14±0,6 kg. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan perlakuan terdiri dari 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2) dan 15% (P3). Peubah yang diteliti adalah bobot relatif organ luar dan bobot relatif organ dalam.
Hasil analisis menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kulit, rumen, omasum, abomasum, duodenum dan sekum (P < 0,01), Nyata pada peubah illeum dan kolon (P < 0,05) Dan tidak nyata pada kepala, kaki, hati, limpa, trachea dan paru-paru, jantung, oshopagus, retikulum, jejunum dan rektum (P > 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan level biomol+ 15% dari total ransum memberikan pengaruh baik terhadap kulit, sekum, abomasum dan sekum karena dapat menurunkan bobot relatif non karkas pada domba jantan lokal.
ABSTRACT
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE, 2014: “Utilization Of Oil Palm Frond (OPF) Fermented By varian level of Biomol+ In The Feed On Local Male Sheep Weight Non Carcass” Under Supervised by MA`RUF TAFSIN and ARMYN HAKIM DAULAY.
This study aimed to examine the effect of utilization (OPF) fermented by level Biomol+® in the feed on local male on non carcass weight of local sheep. The experiment was conducted at the Laboratory of animal biology, Animal Husbandry Program, Faculty of Agriculture, University of Sumatra Utara in December through March 2014 using 12 weaning local male sheep with an average initial body weight 7.14 ± 0,6 kg. The design used in the study was a completely randomized design (CDR) with 4 treatments and 3 replications and further analysis by least significant difference (LSD). The treatments consist of level Biomol+ 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3). The variables were observed consist of realif organ weight outside and reatif organ weight in.
The result showed that treacment had. Hight diffent on relative weight skin,rumen, omasum, abomasum (P < 0,01), diffent duodenum, cecum, colon and ileum (P < 0,01). Converbely had no significant effect on head, feet, liver, spleen, trachea and lungs, heart, oshopagus, reticulum, jejunum and rectum (P > 0,05). The conclusions that can be drawn from of this study is the use of fermented palm frond with Biomol+ level 15% of the total ration gives a good effect to skin, rumen, abomasums and cecum because it can non carcass Local male sheep. Keywords : Non Carcas, Fermentation of Oil Palm Frond, Biomol+®
,
a localRIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Batu Jae pada tanggal 3 Maret 1991 dari Ayah
H. Kamaluddin Dalimunthe dan Ibu Hj. Dahliana Siregar. Penulis merupakan
Putera kelima dari delapan bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari MAN 1 Padangsidimpuan dan pada tahun
yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara melalui Jalur Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Ketua Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) periode 2011-2012, wakil ketua
Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) periode 2010-2011, ketua
bidang BKM AL MUKHLISIN Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PPKS
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Kebun Percobaan Bukit Sentang Kecamatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level
biomol+ pada pakan terhadap bobot non karkas domba lokal jantan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orangtua penulis yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan
terimakasih kepada Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si dan Ir. Armyn Hakim Daulay.
MBA selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan kepada penulis.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua
civitas akademik di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang
tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuan Domba ... 4
Pencernaan Domba... 6
Pakan Domba. ... 6
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat Penelitian ... 16
Bahan ... 16
Alat ... 17
Metode Penelitian... 18
Pembuatan fermentasi Pelepah Kelapa Sawit dengan Biomol ... 20
Pelaksanaan Penelitian... ... 21
Persiapan Kanadang... ... 21
Pengacakan Domba ... 21
Pemberian Pakan dan Air Minum ... ... 21
Pemberian Obat-Obatan ... 21
Pemotongan Ternak Domba ... 21
Organ Luar (g/kg BB) ... 22
Organ Dalam (g/kg BB) ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot relatif organ luar (g/kg BB) ... 23
Bobot relatif organ dalam (g/kg BB) ... 24
Kesimpulan ... 30
Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. ...Hal.
1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba ... 7
2. Kandungan zat gizi dalam makanan domba (dasar bahan kering) ... 7
3. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit ... 8
4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit ... 9
5. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 9
6. Kandungan nilai gizi molases ... 11
7. Kebutuhan mineral esensial domba ... 12
8. Kandungan nilai gizi ampas tahu ... 12
9. Komposisi yang terkandung dalam Biomol + ... 15
10. Formula pakan ... 18
11. Bobot relatif organ luar (g/kg BB) ... 23
ABSTRAK
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE, 2014: “Penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol+ pada pakan terhadap bobot non karkas domba lokal jantan”. Dibimbing oleh Ma’ruf Tafsin dan Armyn Hakim Daulay Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol pada pakan terhadap bobot
non karkas domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014 menggunakan 12 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan rata-rata bobot awal 7,14±0,6 kg. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan perlakuan terdiri dari 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2) dan 15% (P3). Peubah yang diteliti adalah bobot relatif organ luar dan bobot relatif organ dalam.
Hasil analisis menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kulit, rumen, omasum, abomasum, duodenum dan sekum (P < 0,01), Nyata pada peubah illeum dan kolon (P < 0,05) Dan tidak nyata pada kepala, kaki, hati, limpa, trachea dan paru-paru, jantung, oshopagus, retikulum, jejunum dan rektum (P > 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan level biomol+ 15% dari total ransum memberikan pengaruh baik terhadap kulit, sekum, abomasum dan sekum karena dapat menurunkan bobot relatif non karkas pada domba jantan lokal.
ABSTRACT
KHOIRUDDIN DALIMUNTHE, 2014: “Utilization Of Oil Palm Frond (OPF) Fermented By varian level of Biomol+ In The Feed On Local Male Sheep Weight Non Carcass” Under Supervised by MA`RUF TAFSIN and ARMYN HAKIM DAULAY.
This study aimed to examine the effect of utilization (OPF) fermented by level Biomol+® in the feed on local male on non carcass weight of local sheep. The experiment was conducted at the Laboratory of animal biology, Animal Husbandry Program, Faculty of Agriculture, University of Sumatra Utara in December through March 2014 using 12 weaning local male sheep with an average initial body weight 7.14 ± 0,6 kg. The design used in the study was a completely randomized design (CDR) with 4 treatments and 3 replications and further analysis by least significant difference (LSD). The treatments consist of level Biomol+ 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3). The variables were observed consist of realif organ weight outside and reatif organ weight in.
The result showed that treacment had. Hight diffent on relative weight skin,rumen, omasum, abomasum (P < 0,01), diffent duodenum, cecum, colon and ileum (P < 0,01). Converbely had no significant effect on head, feet, liver, spleen, trachea and lungs, heart, oshopagus, reticulum, jejunum and rectum (P > 0,05). The conclusions that can be drawn from of this study is the use of fermented palm frond with Biomol+ level 15% of the total ration gives a good effect to skin, rumen, abomasums and cecum because it can non carcass Local male sheep. Keywords : Non Carcas, Fermentation of Oil Palm Frond, Biomol+®
,
a localPENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia
kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui
anak-anaknya. Di samping sebagai penghasil daging yang baik, domba juga
menghasilkan bulu (wool) yang sangat baik untuk keperluan bahan sandang
(tekstil).
Menurut Ridawan (1991), pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah
dalam perkebunan kelapa sawit dimana keberadaanya cukup melimpah sepanjang
tahun di Indonesia khususnya Sumatera utara. Dilihat dari kandungan protein
kasar, pelepah daun kelapa sawit seta dengan mutu hijauan, sedangkan menurut
Devendra (1997) menyatakan bahwa jumlah pemangkasan pelepah daun sawit per
hektar 8.880 kg. sementara jumlah pemangkasan pelepah daun sawit/bilah/hektar
pada bahan kering adalah 3.108 kg.
Biomol adalah produk bioteknologi terapan yang merupakan campuran
berbagai mikroorganisme yang bermanfaat dalam pemecahan serat, protein dan
lemak pakan sehingga akan mendorong proses Fermentasi pakan serta
meningkatkan sentesis protein mikroba rumen.
Pada saat sekarang ini sebagian besar masyarakat mulai menyadari akan
pentingnya gizi berupa protein hewan yang berasal dari hasil produksi ternak yang
sebagian besar berupa daging (karkas) sehingga dapat menurnkan persentase non
Kandungan serat kasar yang tinggi dapat mempengaruhi panjang alat
pencernaan terutama usus, hal ini dikarenakan kontraksi yang terjadi di dalam
usus membutuhkan waktu yang lama karena kadar serat kasar yang terkandung
dalam pakan ternak yang tinggi menyebabkan dinding usus berkontraksi terlalu
keras sehingga usus dapat bertambah panjang selaras dengan tinggi rendahnya
kadar serat kasar bahan pakan yang dicerna.
Kandungan nutrisi tinggi serta kadar serat kasar yang rendah dapat
menunrunkan persentase non karkas, dimana konsumsi nutrisi tinggi dapat
meningkatkan berat organ dalam tetapi dapat menurunkan berat kepala, kaki dan
limpa serta nutrisi tinggi juga mempengaruhi berat hidup tetapi persentase bagian
non karkas menurun seperti kulit dan darah. Dari hal ini maka dapat dilihat bahwa
persentase non karkas dapat ditekan dengan kandungan nutrisi pakan yang tinggi
serta serat kasar yang rendah (Syahputa,2010).
Non karkas pada domba masih mempunyai manfaat dan nilai ekonomis
yang cukup apabila dimanfaaatkan dan dikelola dengan baik. Penduduk indonesia
banyak yang menyukai bagian non karkas terutama jantung dan hati karena
harganya yang murah daripada daging tapi rasanya juga enak dan gurih. Di
indonesia, bagian jantung sangat banyak digunakan dalam pembuatan bakso
karena lembut dan lebih mudah dalam menghaluskannya.
Selain itu kulit domba dapat juga dijadikan sebagai kerajianan tangan
bahan jaket yang memiliki harga tinggi, tanduk domba bagian kepala sering
dijadikan sebagai aksesoris (kalung,hiasan dinding/penyangkut baju,stang motor).
Banyak yang menggemari kepala domba , karena dimana terdapat organ - organ
daging yang berada dikepala domba tersebut. Kepala beserta bagian telinga
sangat enak dijadikan makanan sop.
Uraian diatas mendorong penulis untuk meneliti cincangan pelepah sawit
dengan penambahan biomol+® terhadap bobot relatif non karkas domba lokal jantan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh
penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi dengan berbagai level biomol pada
pakan terhadap bobot relatif non karkas domba lokal jantan.
Hipotesis Penelititaan
Pemanfaatan fermentasi pelepah kelapa sawit dengan berbagai level 0%,
5%, 10% dan 15% biomol+® berpengaruh baik terhadap bobot relatif non karkas domba local jantan.
Kegunaan Peneliti
1. Peneletian ini berguna sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan
kalangan akademis atau instansi yang berhubungan dengan pemeliharaan
ternak domba.
2. Sebagai landasan rekomendaasi untuk menggunakan pakan ternak dari
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Domba
Domba dapat diklasifikasikan pada sub familiy caprinae dan semua jenis domba domestika termasuk genus ovis aries. Ada empat spesies domba liar yaitu domba mouffon (O. Musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat, domba urial (O.
Orientalis, Ovignei) terdapat di Asia Tengah, dan domba bighorn (O. Canadensis)
terdapat di Asia Utara dan Amerika Utara. Tiga jenis yang pertama diatas
merupakan domba yang membentuk genetik dari domba-domba modern sekarang
(Williamson and Pane, 1993).
Ternak domba mempunya beberapa keuntungan dilihat dari segi
pemeliharaan yaitu:
- Cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor
- Berjalan dengan jarak dekat sehingga medah dalam pemeliharaan
- Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan
kemampuan merasa kurang tajam, sehingga mudah dalam pemberian
pakan.
- Sumber pupuk kandang dan keuangan bagi peternak
(Tomazewska, et al. 1993).
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan domba adalah pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun, seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan-jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Dalam istilah
jumlah protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan
lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan domba, pertumbuhan itu sendiri
tidak sekedar meningkatnya berat badan domba, tetapi juga menyebabkan
konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini
urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi
manusia (Parakkasi, 1995).
Pada domba sampai umur 2,5 bulan pertumbuhan absolut akan berjalan
lambat yang digambarkan pada kurva pertumbuhan. Umur 2,5 bulan sampai
dengan masa pubertas (6-8 bulan) pertumbuhan akan berjalan maksimum yang
digambarkan dengan peningkatan garis yang tajam pada kurva pertumbuhan saat
domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva
akan kembali landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point
( Tilman, et al, 1984).
Dari kurva dapat dilihat bahwa titik puncak fase pertumbuhan pada umur 32
Pencernaan Domba
Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase
perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga
minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem
pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8
minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia
menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga
fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba
lebih dari 8 minggu (Van Soest, et al., 1983)
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam mulut
dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot
sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi di lakukan oleh enzim
yang di hasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah
pencernaan (Tillman et al., 1984).
Pakan Domba
Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat
bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung
zat-zat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana
yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya
sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak
akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan
hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah
menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini
disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1984).
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba
BB BK ENERGI PROTEIN Ca P
Kebutuhan ternak akan gizi dalam makanan domba perlu diperhatikan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba.
Kandungan gizi dalam makanan domba ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan zat gizi dalam makanan domba (dasar bahan kering) Berat
Domba jantan muda digemukan
30 1,3 64 2,8 2,3 11 0,37 0,23 588
40 1,8 70 3,1 2,5 11 0,31 0,19 638
50 1,8 70 3,1 2,5 11 0,28 0,17 708
Domba jantan muda disapih awal
10 0,6 73 3,2 2,6 16 0,4 0,27 1417
30 1,4 73 3,2 2,6 14 0,36 0,24 1821
Hijauan Pakan Ternak
Pelepah Kelapa Sawit
Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi
mencapai 45%. Demikian pula daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber
atau pengganti pakan hijauan. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit
akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit
Kandungan Zat Nilai Gzi (%)
Bahan kering 93,4 b
Protein kasar 6,5 a
Serat kasar 32,5 a
Lemak kasar 4,47
Total digestible nutriens (TDN) 65 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000) b. Balai Penelitian Ternak (2003)
c. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)
Bunkil Inti Sawit
Menurut Devendra (1977), Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi
ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16-18%. Sementara kandungan serat
kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk
Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Kandungan zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering 92 a
Protein Kasar 21,51 b
Serat Kasar 10,5 b
Lemak Kasar 2,4 a
Total digestible nutriens (TDN) 72,0 a
Kalsium 0,53 a
Fosfor 0,19 a
Sumber : a. Laboratorium Bahan Pakan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian USU, Medan (2000)
b. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)
Dedak Padi
Sebahagian bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah
pengolahan padi menjadi beras. Oleh karena itulah kandungan nutrisinya juga
cukup baik, kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13% dengan
kandungan lemak cukup tinggi, yaitu 13 %. Serat kasar yang dikandung sekitar
12 % cukup tinggi (Pilliang, 1997).
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan dari penumbukan padi. Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses
pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal,
tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1985).
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan Kering 89,10 a
Protein Kasar 13,80 a
TDN 64,30 b
Serat Kasar 8,00 a
Lemak Kasar 8,20 a
Garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai palatabilitas
(Pardede dan Asmira, 1997).
Pada umumnya bahan pakan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum. Hampir
semua bahan makanan nabati mengandung Na dan Cl relative lebih kecil
dibandingkan bahan makanan hewani. Oleh karena itu, bahan pakan ruminan
(termasuk hijauan) perlu penambahan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam
dapur yang diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Molasses
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molasses untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48% - 60% sebagai
gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B
kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron,
yodium, tembaga, dan seng sedangkan kelemahannya adalah kaliumnya yang
tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak
(Rangkuti et al., 1985).
Molasses atau tetes tebu merupakan hasil sampingan pabrik gula tebu yang
berbentuk cairan hitam kental. Molasses dapat digunakan sebagai bahan pakan
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molasses
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Bahan Kering 67,5
Protein Kasar 3,4
Serat Kasar 0,38
Lemak Kasar 0,08
Calsium 1,5
Phospor 0,02
TDN 81,00
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2005) Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2001) Batu bara dkk, 1993
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan
darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim
yang berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral
dalam pakan domba dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral di
dalam pakan (Setiadi dan inounu, 1991).
Kebutuhan mineral esensial pada domba dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Kebutuhan mineral esensial domba
NUTRIEN KEBUTUHAN LEVEL MAKSIMUM
Mineral Makro %BK %BK
Mineral Langka Ppm/kg BK Ppm/kg BK
Jodium (I) 0,10-0,80 50
Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai
yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial
dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil.
Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi
limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985).
Tabel 8. Kandungan nilai gizi ampas tahu
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Protein Kasar 21,29*
Sumber :* Laboratorium IPB (1995)
**
Probiotik Biomol+
Probiotik dapat didefinisikan sebagai pakan aditif dalam bentuk
mikroorganisme hidup, baik secara tunggal maupun campuran dari berbagai
spesies. Hingga kini pengembangan pemanfaatan probiotik dalam pakan ternak
semakin luas dilakukan. Dalam upaya meningkatkan efesiensi pemanfaatan pakan
untuk menghasilkan produk ternak secara optimal perlu adanya bahan-bahan
pakan yang mempunyai nilai manfaat tinggi. Zat gizi yang terkandung didalam
bahan pakan kadang-kadang berada pada ikatan molekuler yang sulit dicerna
sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak
(Hobson, 1998).
Biomol adalah produk bioteknologi terapan yang merupakan campuran
mikroorganisme yang bermanfaat dalam pemecahan serat, protein dan lemak
sehingga akan mendorong fermentasi pakan serta meningkatkan sentesis protein
mikroba rumen. Seleksi mikroba rumen kearah pemurnian mikroba yang
mempunyai keunggulan tertentu, misalnya dalam hal mencerna serat kasar,
pencernaan lignin atau menghilangkan pengaruh anti nutrisi dalam pakan dapat
juga membantu upaya penigkatan efesiensi pemanfaatan pakan.
Keseimbangan energi dan protein yang dapat dimanfaatkan di dalam
saluran cerna pasca rumen harus diupanyakan agar diupanyakan agar pemanfaatan
nutreint sempurna. Keseimbangan mikroflora didalam saluran cerna juga
dipengaruhi oleh kondisi pakan yang ada. Apabila kualitas pakan rendah, kurang
protein dan mineral, tinggi serat kasar dan lemak mungkin akan terbentuk kondisi
tersebut, penggunaan biomol+ akan meningkatkan efektifitas pemanfaatan nutrient untuk menunjang produksi daging.
Tabel 9. Komposisi yang terkandung dalam Biomol +
No Bakteri Cfu/g
1 Azotobacter paspalii 3,20 x 103
2 Bacillus lentus 8,00 x 106
3 Bacillus licheniformes 2,00 x 107
4 Bacillus pumilus 4,20 x 109
5 Bacillus stearothermophyllus 3,20 x 109
6 Bacillus subtilis 2,00 x 105
7 Corynrbacterium pseudodiptericicum 8,00 x 109
8 Micrococcus varians 2,00 x 107
9 Sarcina lutea 8,00 x 108
10 Staphylococcus epidermis 2,00 x 107 Khamir:
1 Saccharomyces coreviseae 2,00 x 107 (PT Banyumas Raya Purwokerto).
Non Karkas
Non karkas ternak adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit dan bulu, darah, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi karpal
untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang (Soeparno, 1994).
Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen retikulum,
omasum, usus besar , usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan
persentase berat kepala, kaki dan limpa. Jadi perlakuan nutrisional termasuk
spesies pastura mempunyai pengaruh terhadap berat badan non karkas internal
seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Sedangkan berat komponen non karkas
eksternal terutama kepala dan kaki tidak terpengaruhi (Black, 1983). Kadar laju
pertumbuhan beberapa komponen non karkas hampir sama dengan kadar laju
pertumbuhan tubuh, misalnya abomasum dan usus besar mencapai kedewasaan
besar dan abomasum. Berat rumen retikulum dan omasum meningkat dengan
cepat pada awal kehidupan post natal. Meskipun demikian berat total saluran
pencernaan menurun pada saat mencapai kedewasaan (Berg and Butterfield, 1976).
Pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan berat komponen non karkas.
Domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang tinggi,
mempunyai jantung yang lebih berat dari pada domba yang mengkonsumsi pakan
dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan di dalam kandang
induvidu. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, omasum, usus
besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala dan
kaki perlakuan dan nutrisi serta spesies pastura dan pangonan pada domba tidak
mempengaruhi berat kepala, kaki, dan kulit pada berat tubuh yang sama
(Soeparno, 1994).
Menurut Forest dkk (1975) nutrisi juga mempengaruhi persentase non karkas terhadap berat hidup. Persentase karkas terhadap berat hidup biasanya
meningkat sesuai dengan peningkatan barat hidup, tetapi perentase bagian non
karkas seperti kulit dan darah menurun. Bobot limpa akan meningkat pada
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama
tiga bulan, mulai Bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014..
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Domba jantan 12 ekor lepas sapih dengan dengan bobot badan ±7,14±0,6
kg kg. Domba-domba ini kemudian dipelihara selama 3 bulan di laboratorium
biologi program studi peternakan.
Pakan utama yang digunakan adalah cincangan pelapah kelapa sawit yang
diperoleh dari pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) kecamatan pangkalan
berandan. Bungkil inti sawit, dedak padi, ultra mineral, garam diperoleh dari
poultry shop terdekat kota medan, sedangkan ampas tahu, molases diperoleh dari dua lokasi yang berbeda yaitu masing-masing dari Tanjung Anom dan Indrapura.
Obat-obatan yang dipakai adalah Kalbazen sebagai pembasmi cacing yang diberikan saat domba tiba, anti Bload untuk domba yang menderita sakit gembung, salep mata diberikan disaat domba menderita sakit mata yang ditandai
dengan domba mengeluarkan air mata secara tidak wajar, kemudian vitamin B
Alat
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kandang
individu dengan ukuran ± 120 x 80 x 120 cm. Kandang terbuat dari bahan kayu,
alas dan sekat pembatas terbuat dari bambu. Peralatan yang digunakan antara lain
tempat pakan dan air minum masing-maisng 12 buah yang terbuat dari bahan
plastik, timbangan bobot badan dengan kapasitas 50 kg, timbangan pakan dengan
kapsitas 10 kg, timbangan elektrik organ dalam dan luar non karkas dengan
kapasitas 2 kg, thermometer untuk mengetahui suhu dalam kandang, alat
pembersih kandang seperti sapu lidi dan skop untuk pembersih kandang, terpal
plastik untuk menampung kotoran dan urin, buku data dan kalkulator
masing-masing untuk mencatat dan menghitung bahan pakan.
Metode Penelitian
Menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan 4
perlakuan 3 ulangan adalah:
Tabel 10. Formula pakan
Bahan pakan P0 P1 P2 P3
F.P.K. sawit dengan Biomol 0% F.P.K. sawit dengan Biomol 5% F.P.K. sawit dengan Biomol 10% F.P.K. sawit dengan Biomol 15%
5
Kandungan nutrisi
P0 : Pelepah Kelapa Sawit tanpa biomol (Kontrol)
P1 : Pelepah Kelapa Sawit Fermentasi dengan Biomol+ sebanyak 5 % P2 : Pelepah Kelapa Sawit Fermentasi dengan Biomol+ sebanyak 10 % P3 : Pelepah Kelapa Sawit Fermentasi dengan Biomol+ sebanyak 15 %
Ulangan yang didapat berasal dari rumus : T (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 5
metode linier percobaan yang digunakan adalah:
Yij = µ + αi + €ij
Dimana:
i : 1,2,3...t(perlakuan)
j : 1,2,3...t(ulangan)
Yij = n nilai pengamatan yang dipperoleh dari satu perlakuan i dan ulangan
ke-jµ = Efek nilai tengah
αi = Efek perlakuan pada taraf ke-i
€ij = pengaruh galat percobaan taraf ke-i pada ulangan ke-j
Denah penelitian adalah sebagai berikut :
P3U1 P1U3 P0U3
P2U3 P3U2 P1U2
P1U1 P2U1 P0U1
P3U3 P0U2 P2U2
Pembuatan fermentasi Pelepah Kelapa Sawit dengan Biomol
Cincangan pelepah daun kelapa sawit 100 kg/ 4
Molases 10 kg/ 4
Ragi roti 500 gr/ 4
Biomol+ 0 % 5 %, 10 % dan 15 %
Tabur ragi secara merata diatas pelepah daun kelapa sawit, lalu siram dengan molases dan siram dengan air serta Biomol+ dengan perbandingan (2:1)
Setelah itu diinjak-injak sampai padat dan vakum udara
Lalu tutup dengan menggunakan terpal plastik
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2012
Lalu biarkan hingga 2 minggu
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan
minum dibersihkan.
Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor,
penempatan domba dengan sistem pengacakan. Sebelumnya dilakukan
penimbangan bobot awal.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan berupa konsentrat, dimana dilakukan masa adaptasi
selama 2 seminggu dengan konsentrat sedikit demi sedikit. Air minum dilakukan s
ad-libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih.
Pemberian Obat-obatan
Pada awal ternak kambing masuk kandang diberikan obat cacig
(masa adaptasi). Sedangkan obat-obat lain diberikan berdasarkan kebutuhan bila
ternak sakit.
Pemotongan Ternak Domba
Pengambilan data non karkas, diambil dari masing masing perlakuan sebanyak 3 ekor . Pemotongan ternak domba dilakukan menurut syariat islam
setelah dipuasakan selama 12 – 24 jam. Pemotongan ternak dilakukan dengan
memotong vena jugularis, oeshopagus dan trachea (dekat tulang rahang bawah)
ditimbang (bobot darah). Ujung oeshopagus diikat agar isi rumen tidak keluar,
kepala dilepas kemudian ditimbang (bobot kepala), kaki depan dan belakang
dilepas dan ditimbang (bobot kaki) setelah sebelumnya kulit kaki diambil dan
ditimbang (bobot ekor), kulit dilepas dan ditimbang (bobot kulit).
Setelah organ tubuh bagian dalam dikeluarkan seperti hati, limpa, jantung,
paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu, kecuali ginjal, ditimbang (bobot
organ tubuh bagian dalam). Bobot karkas segar adalah bobot yang diperoleh dari
selisih bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah,
kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi dan
ekor (Soeparno, 1998).
Peubah yang diamati
Organ Luar (g/kg BB)
Organ luar diperoleh dari bobot kepala, kaki, kulit dibagi dengan bobot
potong.
Organ Dalam (g/kg BB)
Organ dalam diperoleh dari bobot hati, limpa, trachea dan paru-paru,
jantung, oeshopagus, perut (rumen,retikulum, omasum, abomasums) usus kecil
(duodenum, jejunum, illeum) usus besar (sekum, kolon, rectum) dibagi dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot relatif organ luar (g/kg BB)
Bobot relatif organ luar diperoleh dari bobot relatif kepala, kaki dan kulit
dibagi dengan bobot potong.
Tabel 11. Data rataan bobot relatif organ luar (g/kg BB)
Peubah Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Kepalatn 93,40±10,84 86,30±6,38 82,30±15,70 89,00±11,18
Kakitn 37,40±7,19 35,20±4,16 33,20±3,69 27,00±3,60
Kulit 67,38±7,77A 64,68±8,78A 62,42±15,48A 108,10±3,06B Ket : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01)
tn : tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 11 rataan bobot kepala, kaki dan kulit yang tertinggi
masing-masing terdapat pada perlakuan P0 (tanpa biomol+ ) sebesar 93,4 g/kg BB, perlakuan P0 (tanpa biomol+) sebesar 37,40 g/kg BB, dan perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 108,10 g/kg BB, sedangkan rataan terendah masing-masing terdapat
pada perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 82,30, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 89,00 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar33,20 g/kg BB dan perlakuan P2 (Biomol+ 10%) sebesar sebesar 62,42 g/kg BB. Hasil analisa keragaman pada kepala dan kaki terhadap penggunaan fermentasi pelepah kelapa
sawit dengan berbagai level biomol+ pada pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05), sedangkkan pada kulit terhadap
penggunaan fermentasi pelepah kelapa sawit dengan berbagai level biomol+ pada pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01).
Hal tersebut disebabkan pertumbuhan bobot kepala tidak dipengaruhi oleh
Soeparno (1994) mengatakan bahwa perlakuan nutrisi tidak mempengaruhi bobot
non karkas luar seperti kepala. Pada kaki tidak dipengaruhi oleh nutrisi dan tidak
mempengaruhi berat bobotnya. Dengan demikian proporsi berat kaki terhadap
bobot potong semakin menurun sejalan dengan bertambahnya bobot potong. Hasil
serupa diperoleh oleh Winter et al. (1976) pada domba Corridale serta sugana dan Duldjaman (1983) pada domba lokal Priangan.
Hasil uji beda BNT kulit menunjukkan bahwa P3 berbeda sangat nyata
dengan semua perlakuan, tetapi antar perlakuan P0, P1 dan P2 tidak memberikan
hasil uji berbeda. Hal ini dikarenakan tingginya bobot potong domba dan
tingginya rataan P3 dengan diikuti pertamabahan perluasan jaringan kulit yang
semakin membesar ahirnya pakan perlakuan memberikan respon yang tidak sama
kualitasnya dan memiliki kandungan energi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan penelitian Hudallah et al (2007) dan ridawan (1991) yang menyatakan
bahwa bobot kulit meningkat seiring dengan peningkatan status perlemakan dan
bobot potong karena adanya perluasan jaringan kulit yang semakin membesar.
Penambahan jaringan tersebut mengakibatkan bobot kulit bertambah berat,
deposisi lemak semakin maksimal, dan bobot potong semakin besar. Pakan dapat
mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas domba yang
mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang tinggi lebih berat dari pada
domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang rendah.
Bobot relatif organ dalam (g/kg BB)
Organ dalam diperoleh dari bobot Oeshopagus, lambung (rumen,
besar (sekum, kolon, rektum), hati, limpa, trachea dan paru-paru, jantung, dibagi
dengan bobotpotong.
Tabel 12. Data rataan bobot relatif organ dalam (g/kg BB)
Peubah perlakuan
P0 P1 P2 P3
Oshopagustn 1,51±0,09 1,73±0,31 1,79±0,21 1,47±0,04
Hatitn 16,05±0,38 15,86±0,27 16,10±1,66 15,73±0,79
Limpatn 1,97±0,34 1,81±0,01 1,79±0,23 1,70 ±0,06
Trachea dan paru-parutn 16,53±2,34 15,77±3,15 15,35±3,86 11,90±1,92
Jantungtn 4,25±0,14 4,21±0,09 4,24±0,57 4,10±0,15
Lambung:
Retikulumtn 13,66±0,55 14,50±0,99 15,06±1,62 12,51±0,28 Rumen 77,06±1,75B 73,21±3,49B 68,95±3,78AB 62,65±3,06A Omasum 16,77±1,73AB 20,14±0,99B 20,37±1,65B 15,03±1,36A Abomasum 26,08±2,01B 26,38±2,48B 26,81±1,84B 20,06±1,33A Usus halus:
Duodenum 56,10±2,97A 57,12±2,68AA 68,48±2,37B 53,65±5,21A
Jejenumtn 5,27±1,39 4,92±0,77 6,83±1,19 4,70±0,34
Illeum 7,99±0,29a 8,57±0,25a 9,54±0,64b 7,68±0,88a
Usus besar:
Sekum 18,73±1,29B 19,79±1,43B 17,81±1,54B 12,57±0,31A
Kolon 18,59±6,39a 15,9±0,15a 20,68±0,92b 9,52±0,87a
Rektumtn 4,81±1,22 5,50±1,12 4,64±0,19 3,30±0,57
Ket : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01) tn : tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 12 rataan bobot, oshopagus, hati, limpa, trachea dan
paru-paru, jantung, retikulum, rumen, omasum, abomasums, duodenum, jejunum,
ileum, sekum, kolon dan rektum yang tertinggi masing-masing terdapat pada
perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 1,79 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 16,10 g/kg BB, perlakuan P0 (tanpa biomol+) sebesar 1,97 g/kg BB,
perlakuan P0 (tanpa biomol+) sebesar 16,53 g/kg BB, perlakuan P0 (tanpa biomol+) sebesar 4,25 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 15,06
(biomol+ 10%) sebesar 20,37 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 26,81 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 68,48 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 6,87 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 9,54 g/kg BB, perlakuan P1 (tanpa biomol+) sebesar 19,79 g/kg BB, perlakuan P2 (biomol+) sebesar 20,68 g/kg BB, perlakuan P1 (tanpa biomol+) sebesar 5,50 g/kg BB sedangkan rataan terendah masing-masing terdapat pada perlakuan P0
(tanpa biomol+) sebesar 1,51 g/kg BB, perlakuan P1 (biomol+ 5%) sebesar 15,86, perlakuan P2 (biomol+ 10%) sebesar 1,79 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 11,90 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 4,10 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 12,51 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 62,65 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 15,03 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 20,06 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 53,65 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 10%) sebesar 4,70 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 7,68 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 12,57 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 9,53 g/kg BB, perlakuan P3 (biomol+ 15%) sebesar 3,30 g/kg BB .
Hasil analisa keragaman pada penggunaan fermentasi pelepah kelapa sawit
dengan berbagai level biomol+ pada pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) pada oshopagus, hati, limpa, trachea
dan paru-paru, jantung, retikulum, jejunum, ileum, kolon dan rektum. Sedangkan
terhadap pada rumen, omasum, abomasums, duodenum, dan sekum terhadap
penggunaan fermentasi pelepah kelapa sawit dengan berbagai level biomol+ pada pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01).
berbagai level biomol+ pada pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh nyata (P < 0,05).
Pada Oeshopagus tidak berbeda nyata karena pakan pada setiap perlakuan
mempunyai nilai nutrisi hampir sama, begitu juga dengan umur ternak yang
hampir sama seragam sehingga mempengaruhi berat bobot oshopagus yang tidak
berbeda nyata tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan soeparno (1994) yang
menyatakan bahwa konsumsi nutrisi tertinggi akan menurunkan berat jantung.
Dalam hal ini perlakuan P3 (biomol+ 15%) memiliki nutrisi tertinggi dan menghasilkan bobot limpa terendah yaitu 1,47 g/kg BB.
Hati tidak berbeda nyata karena sejalan dengan bobot potong hal ini sesuai
dengan pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot
potong yang diperoleh maka semakin rendah pula bobot hati yang didapat. Untuk
menghasilkan bobot potong dan berat hati erat kaitannya dengan konsumsi hewan
ternak selama masih hidup. Konsumsi yang tinggi akan menghasilkan bobot tubuh
dan bobot potong yang tinggi pula.
Limpa tidak berbeda nyata karena pakan pada setiap perlakuan
mempunyai nilai nutrisi hampir sama, begitu juga dengan umur ternak yang
hampir sama seragam sehingga mempengaruhi berat bobot limpa. Hal ini sesuai
dengan pernyataan soeparno (1994) yang menyatakan bahwa konsumsi nutrisi
tertinggi akan menurunkan berat limpa. Dalam hal ini perlakuan P3 (biomol+ 15%) memiliki nutrisi tertinggi dan menghasilkan bobot limpa terendah yaitu 1,70
g/kg BB.
Trachea dan paru-paru tidak berbeda nyata karena perkembangan trachea
dan paru-paru dipengaruhi oleh perkembangan yang seseuai dengan berat tubuh
dan saat tubuh dewasa akan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Widiarto et al. (2009) yang menyatakan bahwa persentase bobot jeroan merah terdiri atas jantung, paruparu, trakea dan paru-paru, ginjal, limpa dan hati
yang memiliki perkembangan sesuai dengan berat tubuh dan saat dewasa tubuh
akan mengalami penurunan.
Jantung tidak berbeda nyata karena pakan pada setiap perlakuan
mempunyai nilai nutrisi hampir sama, begitu juga dengan umur ternak yang
hampir sama seragam sehingga mempengaruhi berat bobot jantung yang tidak
berbeda nyata tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan soeparno (1994) yang
menyatakan bahwa konsumsi nutrisi tertinggi akan menurunkan berat jantung.
Dalam hal ini perlakuan P3 (biomol+ 15%) memiliki nutrisi tertinggi dan menghasilkan bobot limpa terendah yaitu 4,10 g/kg BB.
Pada retikulum dan omasum memberikan pengaruh tidak nyata karena
kandungan nutrisi yang terkandung pada pakan berbeda. Hasil uji beda BNT pada
rumen dan abomasum menunjukkan bahwa P3 berbeda sangat nyata dengan
semua perlakuan karena memiliki rataan bobot yang lebih tinggi dibandingkan
dengan, P0, P1 dan P2. Hal ini disebabkan oleh penyerapan nutrisi dalam perut
berbeda. Hal ini didukung oleh Basuki (1994) yang menyatakan bahwa laju
pertumbuhan perut antara yang satu dengan yang lainnya berbeda dan juga
dipengaruhi oleh nutrisi. Dan hal ini mempunyai palatabilitas yang sama. Hal ini
sesuai menurut Kartadisastra (1997) palatabilitas merupakan sifat performan
bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperatur. Parakkasi (1999)
menambahkan bahwa tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh
palatabilitas.
Pada jejenum memberikan pengaruh tidak nyata karena kandungan nutrisi
yang terkandung pada pakan berbeda. Hasil uji beda BNT pada duodenum dan
illeum menunjukkan bahwa P2 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan
karena memiliki rataan lebih tinggi dibandingkan dengan perelakuan P0, P1 dan
P3. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari
masing-masing nutrisi berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat basuki (1994) yang
menyatakan bahwa laju pertumbuhan usus kecil antara satu dengan yang lain
berbeda dan juga dipengaruhi oleh nutrisi.
Pada rektum memberikan pengaruh tidak nyata karena kandungan nutrisi
yang terkandung pada pakan berbeda Hasil uji beda BNT sekum menunjukkan
bahwa P3 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan karena memiliki rataan
lebih rendah dibandingkan dengan perelakuan P0, P1 dan P2. Kolon menunjukkan
bahwa P2 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan karena memiliki rataan
lebih rendah dibandingkan dengan perelakuan P0, P1 dan P3 Hal ini disebabkan
oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing nutrisi berbeda. Hal
ini sesuai dengan pendapat Berg dan Butterfirld (1976) yang menyatakan bahwa
laju pertumbuhan usus besar, misalnya sekum, kolon dan rektum mencapai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan
pelepah kelapa sawit fermentasi dengan level biomol+ 15% dari total ransum memberikan pengaruh baik karena dapat menurunkan bobot relatif non karkas
pada domba jantan lokal.
Saran
Pemberian biomol+ 15% dari total ransum dapat dianjurkan sebagai sebagai pakan pelepah kelapa sawit fermentasi untuk ternak domba jantan oleh
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M. 2009. Bobot Potong, Bobot Karkas Dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Jantan Pada Berbagai Level Penambahan Kulit Singkong Dalam Ransum. IPB
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Basuki. 1994. Serat kasar dan peranannya dalam ransum ternak. Gajah mada pres. Yogjakarta
Berg dan Butterfield, 1976. New Concept of Cattle Growth. Sydney University Press
Devendra, C. 1971. Ulitization of Feeding Tuff for Livestock in South East Asia, Malaysia Agricultural Research and Development Institute, Serdang Malaysia.
Hanafiah, K.A. 2000. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Harjanto, K., 2005. Pengaruh Penambanhan Probiotik Bio H+ Terhadap Kecernaan Bahan
Kering dan Bahan Organik Ransum Sapi PFH Jantan. Skripsi Fakultas Pertanian UNS.Surakarta
Herman. 1993 Performa Produksi Domba Lokal yang diberi Cairan Rumen Kambing. Jurnal Agroland 11 (1): 78-83.
Hobson, P.N. 1998.Models Mathematical and Biological, of the Rumen Function.elsevier Science Publishers. London
Hudallah, Lestari CMS, Purbowati E. 2007. Persentase karkas dan non karkas domba lokal jantan dengan metode pemberian pakan yang berbeda. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Tahun 2007.Bogor,Hlm. 380-386.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 1995. IPB, Bogor
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak 2005. Program Studi Peternakan FP USU
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak 2008. Program Studi Peternakan FP USU
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak 2013. Program Studi Peternakan FP USU
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
Pardede, S. I. Dan Asmira, S. 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Sapi Potong Yang Dipelihara Secara Tradisional. Karya Tulis Ilmiah Bidang Studi Peternakan, Universitas Andalas, Padang.
Pilliang, G.W. 1997. Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui Pemanfaatan Energi Alternatif, Orasi Ilmiah. Fakultas Pertanian IPB Bogor.
Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawadahani dan A. Roesjat, 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Grati
Ranjhan, S.K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. Vikan Publishing
House. PVT Ltd. New Delhi.
R.D. Frandson. Anatomi dan fisiologi ternak. UGM gajah mada press.
Ridawan., 1991. Pertumbuhan Karkas, Komponen Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang Pada Berbagai Tingkat Pemberian Konsentrat. Fakultas Pascasarjana. IPB, Bogor.
Setiadi, B. Dan I. Inounu. 1991. Beternak Kambing Domba Sebagai Ternak Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Soeparno., 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sony. 2012. Material Safety Data Sheet (MSDS). Banyumas Raya
Sugaman, N dan M. Djuldjaman. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba yang digemukkan dengan bahan sisa hasil ikutan. Laporan penelitian. No. 80/PIT/DPPM/416/179. IPB. Bogor
Syahputa, 2010. Uji ransum berbasis pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap non karkas domba sei putih. Medan sumatera utara.
Tilman, A, D., H. Hartadi., S.Reksohadimodjo., dan S. Prawirokusumo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tilman, A, D., H. Hartadi., S.Reksohadimodjo., dan S. Prawirokusumo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tomazewska, M, W J.M Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner T.R Wiradarya. 1993 Produksi Kambing dan Domba Di Indonesia, Sebelas Maret University Press, Surabaya.
Vansoest, P.J. dan C.J. Sniffen, Arora P.S., 1983. Nitrogen Fraction in NDF, Proc Dist, Feed conf.
Widiarto W, Widiarti R, Budisatria IGS. 2009. Pengaruh berat potong dan harga pembelian domba dan kambing betina terhadap gross margin jagal di rumah potong hewan Mentik, Kresen, Bantul. Buletin peternakan. 33(2) : 119-128.
Widiyati. E, dan Widalestari. Y. 1996, Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana, Surabaya.
Williamson.G dan W. J. A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Rataan bobot relative kepala (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif kelapa
SK db JK KT Fhitung F Tabel
Rataan bobot relatife kaki (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif kaki
Rataan bobot relatif kulit (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif kulit
SK db JK KT Fhitung
Uji Lanjut BNT Bobot Relatif Kulit
BNT = t (0,01,8) �2���
Rataan Bobot relatif Hati (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif hati
Keterangan tn : tidak nyata
Rataan Bobot relatif limpa(g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif limpa
SK db JK KT Fhitung
Rataan Bobot relatif trachea dan paru-paru (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif trachea dan paru-paru
Rataan Bobot relatif jantung (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif jantung
SK db JK KT Fhitung
Rataan Bobot relatif oshopagus (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif oeshopagus
Keterangan tn : tidak nyata
Rataan bobot relatif retikulum (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif retikulum
SK Db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 11.06 3.69 3.71 4.07 7.59
Galat 8.00 7.94 0.99
Total 11.00 19.00
Keterangan tn : tidak nyata
Rataan Bobot relatif Rumen (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif rumen
SK Db JK KT Fhitung
Uji Lanjut BNT Bobot Relatif Rumen
Rataan Bobot relatif omasum (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif omasum
SK Db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 61.40 20.47 9.59 4.07 7.59
Galat 8.00 17.08 2.13
Total 11.00 78.47
Keterangan tn : sangat nyata
Rataan Bobot relatif abomasum (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif abomasum
Keterangan = sangat nyata
Uji Lanjut BNT Bobot abomasum
BNT = t (0,01,8) �2���
Rataan bobot relatif duodenum
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif duodemum
SK db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 391.13 130.38 10.70 4.07 7.59
Galat 8.00 97.51 12.19
Total 11.00 488.64
Uji Lanjut BNT Bobot duodenum
Rataan bobot relatif jejemum (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif jejunum
SK db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 8.35 2.78 2.74 4.07 7.59
Galat 8.00 8.14 1.02
Total 11.00 16.49
Keterangan tn : tidak nyata
Rataan bobot relatif duodenum ileum (g/kg BB)
Analisis ragam bobot relatif illeum
Keterangan * : nyata
Uji Lanjut BNT Bobot illeum
BNT = t (0,01,8) �2���
Rataan bobot relatif duodenum sekum (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif sekum
SK db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 92.55 30.85 19.93 4.07 7.59
Galat 8.00 12.38 1.55
Total 11.00 104.94
Uji Lanjut BNT Bobot sekum
Rataan bobot relatif kolon (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
Analisis ragam bobot relatif kolon
SK db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 211.52 70.51 6.63 4.07 7.59
Galat 8.00 85.03 10.63
Total 11.00 296.55
Keterangan * : nyata
Uji Lanjut BNT Bobot kolon
Rataan bobot relatif rektum (g/kg BB)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN ±SD
1 2 3
P0 5.17 5.82 3.45 14.44 4.81 1.22
P1 4.43 5.4 6.66 16.49 5.50 1.12
P2 4.71 4.42 4.79 13.92 4.64 0.19
P3 2.86 3.09 3.94 9.89 3.30 0.57
TOTAL 17.17 18.73 18.84 54.74 18.25 0.93
Analisis ragam bobot relatif rektum
SK db JK KT Fhitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3.00 7.63 2.54 3.27 4.07 7.59
Galat 8.00 6.22 0.78
Total 11.00 13.85