• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing lagi di telinga. Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh (dalam Haryo, 2010) menjelaskan bahwa Ujian Nasional sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka dan pada tahun 1971 telah dilaksanakan ujian Negara dimana hanya sedikit yang dapat melaluinya. Kemudian pada tahun 1972-1992 mulai diberlakukan ujian sekolah dimana sekolah dipersilahkan untuk menentukan kelulusan. Namun, setelah 20 tahun dilaksanakan dan dikaji ulang, didapati hasil 100 persen kelulusan. Sehingga mulai tahun 1992-2002 diberlakukan Ujian Nasional atau Ebtanas dimana kelulusan berdasarkan nilai ujian Nasional dan ujian sekolah yang akan dihitung berdasarkan rumus tertentu. Sedangkan sejak 2003-2010, Ujian Nasional menjadi penentu mutlak kelulusan siswa yang mendapat penolakan dari berbagai pihak sehingga sekarang pada tahun 2011, kelulusan berdasarkan nilai sekolah dan ujian nasional dengan rumus: (Nilai Ujian Nasional x 0,6)+(Nilai sekolah x 0,4) < 5,5.

Ujian Nasional didefinisikan sebagai kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara Nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Ujian Nasional).

(2)

Ujian Nasional dilaksanakan di berbagai tingkatan dalam pendidikan yaitu SD, SMP dan SMA. Masing-masing memiliki standar dan ketentuan yang berbeda. Ujian Nasional sendiri diselenggarakan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang pelaksanaannya bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas (Ngadirin, 2004). Selain itu, Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, sampai tingkat sekolah. Ujian Nasional berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara Nasional, pendorong peningkatan mutu pendidikan secara Nasional, bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap penting. (Ngadirin, 2004).

Priyono (2010) menjelaskan bahwa terjadi berbagai pro dan kontra mengenai pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia, pendapat pertama yang diusung oleh pemerintah menyatakan bahwa Ujian Nasional tetap harus dilaksanakan. Selain karena menjalankan amanat peraturan perundang-undangan, khususnya PP 19/2005

(3)

tentang Standar Nasional Pendidikan, Ujian Nasional juga diperlukan sebagai alat untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan.

Ujian Nasional juga dilihat sebagai instrumen untuk melihat sebaran kualitas pendidikan antar sekolah atau daerah. Karena butir-butir soalnya standar, maka hasil Ujian Nasional dapat secara obyektif digunakan untuk membedakan hasil belajar siswa antar sekolah/daerah. Hal itu tidak bisa dilakukan dengan menggunakan nilai ujian sekolah, karena selain butir-butir soalnya tidak sama, kriteria penilaian antar sekolah/daerah juga tidak sama.

Sementara itu, opini kedua yang menetang pelaksanaan Ujian Nasional secara umum mengacu pada dua hal yaitu pertama, penilaian (melalui Ujian Nasional) hanya merupakan salah satu standar Nasional yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah di luar standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, serta pembiayaan. Oleh karena itu, pemerintah dianggap tidak fair apabila tetap harus melaksanakan Ujian Nasional dengan alasan “amanat undang-undang” tanpa melaksanakan standar-standar lain yang juga merupakan amanat undang-undang. Dengan kata lain, tidak adil kalau sekolahnya tidak standar, gurunya tidak standar, misalnya, tetapi siswa diuji secara standar.

Alasan lain dibalik penolakan terhadap Ujian Nasional adalah berbagai kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Kecurangan tersebut bahkan cenderung terjadi secara sistematis, dalam arti melibatkan berbagai pihak (termasuk guru/sekolah) dan terencana. Dalam beberapa kasus, guru bahkan menganjurkan siswanya untuk saling bekerjasama dalam pengerjaan soal Ujian Nasional. Ujian Nasional juga dianggap sebagai alat evaluasi yang kurang baik, karena sifat

(4)

evaluasinya yang sesaat. Padahal, sebagaimana diatur oleh PP 19/2005 sendiri, proses evaluasi yang baik harus dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi sesaat semacam Ujian Nasional telah mendorong pola pembelajaran alias bimbel (bimbingan belajar) yang hanya difokuskan pada kemampuan mengerjakan soal ketimbangan penguasaan inti materi pembelajaran.

Walaupun masih banyak pro dan kontra mengenai pelaksanaan Ujian Nasional, Namun pada hakekatnya pelaksanaan Ujian Nasional mempunyai tujuan yang baik. Penulis menganggap ada sisi baik dan buruk pada pelaksanaan Ujian Nasional, sisi baiknya siswa menjadi lebih serius dan lebih bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya selama di bangku sekolah, selain itu Ujian Nasional dapat menyetarakan pendidikan di setiap daerah sehingga menjadi berstandar nasional apabila pelaksanaannya sesuai dengan peraturan. Namun, pada sisi buruknya yaitu Ujian Nasional dapat belum merepresentasikan proses belajar mengajar selama di bangku sekolah, bagaimana bagi pelajar yang pintar pada bidang tertentu seperti Fisika namun kurang pada pelajaran Bahasa Indonesia, apa mereka harus tidak lulus.

Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang terjadi mengenai pelaksanaan Ujian Nasional, Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) bersama Kementerian Pendidikan Nasional dan Komisi X DPR telah memutuskan, tahun 2011 tetap ada Ujian Nasional (UN). Pelaksanaannya direncanakan pada April dan Mei 2011, mundur sebulan dibanding tahun lalu yang dilaksanakan Maret-April.

Menteri Pendidikan Nasional RI, Mohamad Nuh (dalam Haryo, 2010) mengatakan Ujian Nasional merupakan bagian dari metode evaluasi. Evaluasi sendiri merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Mengingat sebagai metode,

(5)

Ujian Nasional tidak menjadi satu-satunya, ada metode yang lain. Pemerintah memilih metode tertentu karena mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya. Menurut pakar pendidikan, Rachman (2010) Ujian Nasional boleh dilaksanakan kalau ada standarisasi nasional. Jika tetap dilaksanakan, tidak adil bagi sekian ratus ribu siswa yang fasilitasnya tidak dipenuhi pemerintah.

Bagi sebagian siswa, Ujian Nasional dapat menjadi “momok” yang sangat membebani mereka namun wajib untuk mereka lalui untuk dapat mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut sepertinya telah disadari oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dengan dibentuknya posko untuk menangani peserta Ujian Nasional yang mengalami stres. Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Djemari Mardapi menjelaskan, Kemendiknas akan berkoordinasi dengan perguruan tinggi negeri untuk menyediakan posko yang membantu menyembuhkan peserta ujian yang stres karena gagal ataupun berhasil menempuh Ujian Nasional. Posko akan difokuskan di perguruan tinggi negeri di luar pulau jawa. Djemari menjelaskan, daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatra dan Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjadi focus pembangunan posko. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kalau di pulau jawa akan ada posko karena stres itu kan tidak mengenal batas geografi, Jelasnya. (Zubaidillah, 2010)

Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai tes beresiko tinggi (high-stakes-testing), karena tes beresiko tinggi menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, mempengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus (Santrock, 2004). Oleh karena itu, Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai penyebab stres bagi siswa kelas XII SMA yang akan menghadapinya. Hal ini juga dikemukakan oleh McNamara (dalam

(6)

Suldo et al., 2009) dalam penelitiannya, yaitu siswa yang dihadapkan dengan ujian terstandar akan gelisah, mempunyai rasa ketakutan dan kecemasan pada dirinya. Ujian yang terstandar dapat menjadi faktor spesifik yang menyebabkan stres (McNamara dalam Suldo et al., 2009).

Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional berbagai gejala sindrom dalam menghadapi Ujian Nasional semakin tampak dalam keseharian siswa-siswi di sekolah maupun di rumah. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada 10 siswa SMAN 42 Jakarta dan 2 guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 42 Jakarta, peneliti mendapatkan informasi bahwa gejala sindrom tersebut adalah munculnya jerawat, masalah pencernaan, insomnia, kelelahan, sakit kepala, dan masalah sewaktu buang air. Tidak sedikit yang bertingkah laku di luar kebiasaannya. Stres, tegang, gelisah, panik, khawatir dan takut menghadapi ujian merupakan gejala psikologis yang kerap mendominasi hati dan pikiran siswa. Tidak sedikit pula yang bersikap sebaliknya, terlihat acuh tak acuh dan dibawa santai. Gejala-gejala sindromatik menjelang Ujian Nasional, tentu perlu dicermati dan diatasi secara tepat, baik oleh diri siswa sendiri, orang tua maupun guru. Dalam kondisi tertentu, sindrom Ujian Nasional tersebut kerap mengganggu kesehatan, ada yang menjadi mudah sakit, terlihat lesu dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. “Takut tidak lulus”, mungkin hal yang paling membebani para siswa, sehingga mengatasi sindrom Ujian Nasional yang menggejala tersebut diperlukan upaya persiapan dan dukungan.

Munculnya gejala sindromatik yang ditunjukkan siswa bisa dikatakan sebagai gejala psikologis berulang dari tahun ke tahun. Hal ini tentu perlu untuk dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa dan

(7)

pengelola sistem pendidikan. Sebuah realita bahwa Ujian Nasional “membebani” banyak siswa, bahkan para guru juga orang tua siswa. Beban kecemasan dan kekhawatiran akan menggejala mulai dari diinformasikannya standar kelulusan, persiapan yang harus dilakukan pra-Ujian Nasional, saat pelaksanaannya, hingga mempersiapkan kondisi pasca Ujian Nasional ditambah lagi kebijakan pada pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini yang meniadakan ujian ulangan bagi siswa yang tidak lulus, itu berarti siswa harus mengikuti ujian paket C untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Memang, sebagai bagian dari sebuah sistem pendidikan, Ujian Nasional memiliki tujuan yang ideal bagi proses pendidikan, terutama sebagai salah satu alat ukur keberhasilan pembelajaran formal, namun dalam prakteknya, tingkat kesiapan dan kematangan tiap sekolah, guru dan siswanya berbeda-beda, bergantung kepada besar kecilnya kendala yang dihadapi masing-masing.

Sebagai sebuah proses dalam sistem pendidikan, Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai ajang kompetisi prestasi bergengsi yang bisa mempengaruhi mutu sekolah dan kualitas kelulusan. Namun, secara manusiawi, ujian dalam bentuk apapun membutuhkan kesiapan mental dan fisik, serta kematangan dalam mempersiapkan berbagai kemungkinan. Ujian Nasional juga dapat dikatakan sebagai sebuah beban mental bagi yang tidak siap mengatasi dan menghadapi berbagai kemungkinan, berhasil atau gagal. Beban mental psikologis seringkali lebih sulit diatasi, serta melemahkan kekuatan fisik dan konsentrasi berpikir seseorang sekalipun persiapan materi sudah mantap, sehingga ciri-ciri sindromatik di atas kerap terlihat mempengaruhi sikap dan tingkah laku para siswa yang akan menghadapi ujian. (Niahidayati, 2010)

(8)

Ujian Nasional sebagaimana telah dijelaskan diatas, dapat dikatakan sebagai stressor yang dapat menibulkan stres bagi siswa yang akan menghadapinya. Oleh karena itu diperlukannya tindakan coping yang tepat agar stres yang dihadapi oleh siswa dapat ditoleransi dengan baik. Coping didefinisikan sebagai segala usaha kognitif dan tingkah laku individu untuk menguasai, mengurangi, atau mentoleransikan tuntutan-tuntutan yang melebihi kemampuan adaptasi individu (Folkman dan Lazarus, 1988). Santrock (dalam Suntari, 1997) menjelaskan bahwa pada umumnya, ketika menghadapi situasi yang menimbulkan stres, remaja menggunakan lebih dari satu macam strategi coping pada saat bersamaan.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa SMAN 42 Jakarta, upaya-upaya yang dilakukan siswa SMA tersebut untuk menangani stres mereka yang dikarenakan oleh Ujian Nasional yaitu mengikuti bimbingan belajar tambahan di sekolah maupun diluar sekolah, membeli buku-buku yang berisi latihan soal-soal Ujian Nasional tahun sebelumnya, membuat kelompok belajar bersama teman-teman dan mempelajari soal-soal Ujian Nasional dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari beberapa tindakan coping yang biasa dilakukan tersebut, masih memunculkan pertanyaan bagi peneliti yaitu apakah tindakan coping tersebut telah tepat dan efektif untuk dilakukan dalam rangka menghilangkan stress akibat pelaksanaan Ujian Nasional.

Terdapat beberapa tokoh yang menjelaskan dan membagi tindakan coping ke dalam beberapa jenis. Lazarus, Folkman & Pearlin adalah sekumpulan tokoh ternama mengenai stres yang membagi tindakan coping ke dalam 2 jenis yaitu

(9)

problem focused dan emotion focused, sedangkan Lahey (2007) membagi tindakan coping kedalam 2 kelompok besar yaitu effective coping dan ineffective coping.

Pada penelitian ini, peneliti sebelumnya telah bekerja sama dengan pihak sekolah yaitu SMAN 42 Jakarta untuk melihat gambaran strategi coping stress yang digunakan oleh siswanya dalam menghadapi Ujian Nasional. Sehingga teori yang lebih tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang diungkapkan oleh Lahey. Maka judul penelitian ini adalah “Gambaran Strategi Coping Stress Siswa Kelas XII SMAN 42 Jakarta dalam Menghadapi Ujian Nasional”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari data yang telah peneliti dapatkan, memperlihatkan bahwa Ujian Nasional mengakibatkan stres siswa yang akan menjalaninya, dengan kata lain Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai stressor yaitu stimulus yang dapat mengakibatkan stres. Berbagai tindakan telah diupayakan untuk dapat mengatasi stres tersebut. Tindakan coping stres yang biasanya dilakukan oleh para siswa dalam menghadapi Ujian Nasional yaitu mengikuti bimbingan belajar tambahan di sekolah maupun di luar sekolah, membeli buku-buku yang berisi latihan soal-soal Ujian Nasional tahun sebelumnya, membuat kelompok belajar bersama teman-teman dan mempelajari soal-soal Ujian Nasional dari tahun-tahun sebelumnya. Namun dari beberapa tindakan coping tersebut, masih memunculkan pertanyaan bagi peneliti yaitu apakah tindakan coping tersebut sudah tepat dan efektif digunakan untuk menghilangkan stres yang diakibatkan oleh pelaksanaan Ujain Nasional.

(10)

Peneliti bermaksud untuk melihat gambaran strategi coping stress yang digunakan oleh siswa kelas XII di SMAN 42 dalam menghadapi Ujian Nasional, karena dengan diketahuinya gambaran strategi coping stress yang dilakukan oleh para siswa, pihak sekolah akan dengan tepat memberikan pendekatan yang baik untuk membantu siswanya dalam mengatasi stres mereka yang diakibatkan oleh Ujian Nasional. Sehingga judul penelitian ini adalah “Gambaran Strategi Coping Stress Siswa Kelas XII SMAN 42 Jakarta dalam Menghadapi Ujian Nasional”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran strategi coping stress siswa kelas XII SMAN 42 Jakarta dalam menghadapi Ujian Nasional. Sehingga ketika tujuan dari penelitian ini tercapai dapat membantu pihak sekolah dan orang tua untuk memberikan penanganan yang tepat kepada siswa dalam mengatasi stres akibat Ujian Nasional. Sehingga siswa dapat dengan efektif mengatasi stres mereka yang diakibatkan oleh Ujian Nasional.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis :

Bagi dunia pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pada disiplin ilmu psikologi pendidikan.

2. Secara praktis : a. Bagi siswa

Untuk menambah informasi bagaimana mengatasi stres ketika akan menghadapi Ujian Nasional dengan tepat dan efektif.

(11)

b. Bagi orang tua

Untuk menambah pemahaman tentang kondisi anak dalam menghadapi Ujian Nasional serta memberikan bahan masukan bagaimana cara memberikan pendekatan yang tepat bagi anak-anak mereka dalam mengatasi stres yang diakibatkan oleh Ujian Nasional. c. Bagi pihak sekolah

Penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk memberikan pendekatan yang tepat bagi siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional dan mengetahui keadaan siswa dalam mengatasi stres yang diakibatkan oleh Ujian Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan, dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui mengetahui pengaruh auditor

Pembuatan prototype atau prototyping adalah kegiatan yang sangat penting di dalam proses physical computing karena pada tahap inilah seorang perancang melakukan

Hal tersebut dapat meningkatkan aspek – aspek loyalitas kerja seperti membentuk sikap tanggung jawab karyawan, meningkatkan kualitas sikap kerja didalam perusahaan,

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru serta analisis hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

Sulfur oksida ( berasal proses pembakaran kendaraan bermotor yang terdapat didaerah pettarani dimana kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan (

terlihat lebih baik dibandingkan pertemuan sebelumnya, meskipun masih ada beberapa siswa yang bercanda dan masih ada siswa yang memanfaatkan waktu diskusi untuk

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji ulang penelitian saat ini dan penelitian sebelumnya dengan menggunakan variabel persepsi kualitas, harapan pelanggan, nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan dan leverage terhadap kualitas pelaporan keuangan pada perusahaan jasa