• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEMAMPULABAAN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT SMCB Tbk dan PT INTP Tbk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEMAMPULABAAN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT SMCB Tbk dan PT INTP Tbk)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING

Volume 10 No. 1, April 2010 : 9 - 19

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP

KEMAMPULABAAN PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada PT SMCB Tbk dan PT INTP Tbk)

Oleh

* Sutarti dan Edwin Widarta

* Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor

ABSTRACT

The purpose of this research is to recognize the influence and the relationship between the operating cash flow (X) and company’s profitability (Y). The ratio which has been used for cash flow are the operating activities in terms of sales, which is the operating cash flow divided by sales whereas the profitability ratio is gross profit margin. Two cement companies (PT. Holcim Indonesia Tbk and PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.) which have been operated from 2004 until 2008 under the same industry was used for this research purpose.

The analysis method used in this research is coefficient correlation analysis which is used to determine the relationship between variables; coefficient determination analysis is used to quantify a strong relationship between variables; and coefficient regression analysis is used to estimate the relationship between the dependent variable independent variable. Lastly, trend analysis is used to see an increase or a decrease (the flow) of each variable.

The results of this research could be concluded that different outcomes from two cement companies have been recognized, which are (a) the format of operating cash flow statement from the SMCB case study showed a significant improvement of cash flow (79%), therefore, SMCB could optimize the operation of the operating cash flow statement by increasing the amount of net cash flow from operating activities for each period of time, whereas under INTP case, the net cash flow from operating activities have not showed a significant improvement (6%). (b) The relationship and the influence between operating cash flow statement and company’s profitability and gross margin from SMCB case study, showed a significant result as the alpha equals 4.4% whereas INTP is alpha equals 15% with a significant relationship between variables (74.3%). The main factor of this insignificant result is the effect of the insignificant increase of the operating cash flow statement is not balance with the significant increase in sales. This is caused by the significant amount of cash receivable (non cash items) in INTP Company, that influences the result of the operating cash flow statement.

Keywords : Operational cash flow and profitability.

PENDAHULUAN

Untuk mengetahui kondisi keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara menganalisis arus kas operasi pada perusahaan tersebut, karena keberhasilan suatu usaha agar dapat berjalan dengan baik yaitu

dengan melihat dari kegiatan operasionalnya selama perusahaan tersebut berjalan dan dari kondisi keuangan perusahaan.

Arus kas dalam suatu perusahaan menjadi sangat penting sebab arus kas pada suatu perusahaan dapat dijadikan indikasi dari keberhasilan suatu perusahaan. Suatu

(2)

10

perusahaan dapat di indikasikan berhasil apabila arus kas yang terjadi selama periode keuangan tertentu mengalami kenaikan. Arus kas yang terjadi selama periode tertentu dapat dijadikan sebagai acuan para investor dalam menambah investasi bagi perusahaan dalam pendanaan operasional dimasa yang akan datang.

Hubungan antara arus kas operasi dan kemampulabaan suatu perusahaan saling memiliki keterkaitan. Arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan dapat mencerminkan kemampulabaan suatu perusahaan, karena arus kas operasi yang dihasilkan semakin baik maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat dan kemampulabaan perusahaan juga akan semakin meningkat, oleh karena itu setiap perusahaan harus dapat memahami bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan diperoleh, karena hal ini selalu berkaitan dengan kemampuan perusahaan dan sumber-sumber yang ada pada perusahaan seperti penjualan, kas, modal, dan jumlah karyawan.

METODE PENELITIAN

Teknik yang digunakan dalam

menganalisis pengaruh arus kas operasi

terhadap kemampulabaan dengan

menggunakan data yang akan diperoleh di dalam laporan keuangan pada perusahaan yang akan diteliti.

Untuk melihat dan mengetahui bagaimana hubungan antara arus kas operasi terhadap kemampulabaan, maka penulis menggunakan koefisien korelasi, analisis regresi linier sederhana, dan metode analisis rasio.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh penulis, maka sebelum penulis melakukan perhitungan untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap kemampulabaan perusahaan, penulis terlebih dahulu melakukan perhitungan angka indeks selama 5 (lima) tahun periode 2004 - 2008 yang dapat digambarkan dan diperbandingkan kecenderungan atau trends dari variabel yang penulis teliti. Variabel tersebut terdapat pada

masing-masing perusahaan , yakni PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) seperti berikut ini. Kecenderungan (Trend) Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin).

Selama periode penelitian kecenderungan arus kas operasi terhadap penjualan Terhadap marjin laba kotor (Gross Profit Margin) pada PT. Holcim Indonesia Tbk telah dihitung secara indeks adalah nampak pada gambar 1 berikut ini.

Sumber : Data telah diolah, periode 2004 - 2008. Pada gambar 1 dapat dilihat perkembangan arus kas operasi terhadap penjualan pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB). Perkembangan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada proksi arus kas operasi terhadap penjualan rata-rata tumbuh 50%, hal ini dapat dilihat dengan kenaikan arus kas operasi terhadap penjualan pada setiap tahunnya dari periode 2004 - 2008, terutama pada periode 2005 - 2006 mengalami kenaikan yang cukup pesat yaitu sebesar 116,93% dan pada periode 2006 - 2007 yang juga mengalami kenaikan cukup pesat yaitu sebesar 52,18%. Hal ini mempengaruhi besarnya pertumbuhan rata-rata marjin laba kotor sebesar 52%, Tetapi pada periode 2005 - 2006 marjin laba kotor mengalami penurunan yaitu sebesar 10,73%, namun pada periode 2007 - 2008 marjin laba kotor kembali mengalami kenaikan yang cukup pesat. PT. Holcim Indonesia Tbk pada periode 2005 - 2006 pada proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan proksi marjin laba kotor mengalami pergerakan yang bertolak belakang atau berlawanan, yaitu proksi arus kas operasi terhadap penjualan meningkat cukup

(3)

11 pesat hingga 116,93% tetapi marjin laba kotor

mengalami penurunan hingga 10,73%.

Pergerakan yang bertolak belakang atau berlawanan seperti pada periode 2005 - 2006 kemungkinan dapat disebabkan pada tahun 2006 perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen ini mengalami perubahan nama dan merek dari produksinya dari PT. Semen Cibinong Tbk menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk, hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan manajamen dan struktur organisasi dalam PT. Holcim Indonesia Tbk, sehingga pengelolaan manajemen dalam PT. Holcim Indonesia Tbk belum stabil dan masyarakat harus mengenal merek Holcim dari awal lagi. Perubahan seperti ini kemungkinan dapat mengurangi penjualan sedangkan arus kas operasi tetap berjalan dan terus meningkat, oleh karena itu terdapat perbedaan dari tahun-tahun sebelum dan sesudahnya.

Pada gambar 1 dapat memperlihatkan dengan jelas bahwa pada periode penelitian selama lima tahun, baik arus kas operasi dengan proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor menunjukkan suatu pergerakan menuju titik yang positif, karena apabila proksi arus kas operasi terhadap penjualan meningkat maka proksi marjin laba kotor juga akan mengalami peningkatan. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sangat baik dalam pengelolaan arus kas operasi

sehingga dapat meningkatkan

kemampulabaannya pada setiap tahun.

Berbeda dengan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), PT. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) yang juga bergerak dalam bidang industri semen memiliki hubungan yang saling bertolak belakang atau berlawanan antara arus kas operasi dengan proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor.

Perkembangan pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) pada proksi arus kas operasi terhadap penjualan memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 11% sedangkan marjin laba kotor INTP memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata hingga sebesar 6%. Perbedaan persentase antara proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan proksi marjin laba kotor tidak

signifikan, karena persentase marjin laba kotor tidak sesuai dengan persentase arus kas operasi terhadap penjualan, yaitu berada dibawah persentase proksi arus kas operasi terhadap penjualan. Perbedaan ini dapat dilihat dan dijelaskan pada tabel dibawah ini dengan periode 2004 - 2008.

Gambar 2

Kecenderungan Arus Kas Operasi terhadap Penjualan Terhadap Marjin Laba Kotor PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Sumber : Laporan arus kas yang telah diolah Dari gambar 2 diatas dapat menunjukkan bahwa pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. antara proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan proksi marjin laba kotor bertolak belakang atau berlawanan arah. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata proksi arus kas operasi terhadap penjualan sebesar 11%, dapat dilihat dengan adanya kecenderungan yang terus menurun dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2007 dan 2008 dengan penurunan yang tinggi dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,86%, sedangkan marjin laba kotor memiliki pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 6%, dengan adanya kenaikan yang tinggi pada tahun 2007 dan 2008 yaitu sebesar 9,1%.

Pada gambar 2 dan penjelasan diatas dapat memperlihatkan dengan jelas bahwa

(4)

12

pada periode penelitian selama lima tahun, baik arus kas operasi dengan proksi arus kas operasi terhadap penjualan dengan kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor menunjukkan suatu pergerakan menuju titik yang negatif, karena penurunan proksi arus kas operasi terhadap penjualan berlawanan dengan kenaikan proksi marjin laba kotor. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) kurang maksimal dalam pengelolaan arus kas operasi, sehingga peningkatan kemampulabaannya juga kurang maksimal.

Hubungan Antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 1. PT Holcim Indonesia, Tbk.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) memperoleh :

a. Nilai Koefisien korelasi (R) sebesar 0,889 atau 88,9%. Nilai 0,889 atau 88,9% ini menunjukkan bahwa hubungan antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) memiliki hubungan korelasi yang positif, sehingga apabila Marjin Laba Kotor meningkat maka Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan juga akan meningkat. Nilai Koefisien korelasi (R) sebesar 0,889 atau 88,9% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat, hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan dengan Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin). b. Nilai koefisien determinasi (R²) yaitu

sebesar 0,790 atau 79%. Nilai 0,790 atau 79% artinya adalah 0,790 atau 79% keragaman marjin laba kotor dapat dipengaruhi oleh arus kas operasi terhadap penjualan. Oleh karena itu, 0,790 atau 79% arus kas operasi terhadap penjualan mempengaruhi marjin laba kotor sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,21 atau 21% marjin laba kotor dipengaruhi oleh variabel lainnya.

c. Nilai F hitung yaitu sebesar 11,286 dengan memiliki tingkat signifikan sebesar 0,044 atau 4,4%. Tingkat signifikan sebesar

0,044 atau 4,4% lebih kecil dari 0,10 atau 10%, Hal ini menunjukkan bahwa arus kas operasi terhadap penjualan sebagai variabel bebas (Independent variable) dengan marjin laba kotor sebagai variabel terikat (dependent variable) memiliki pengaruh yang signifikan diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara kedua variabel ini adalah baik.

Pengaruh Antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Dari koefisien regresi dapat diketahui bahwa koefisien regresi pada kasus perusahaan SMCB. Persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = 6,907 + 1,215 X Keterangan :

Y = Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) X = Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan

Pada kasus perusahaan PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) memiliki nilai yang positif yaitu alpha (a) 6,907 dan beta (b) 1,215, sehingga persamaan regresi diatas menggambarkan bahwa arus kas operasi terhadap penjualan (X) memiliki pengaruh yang positif. Jika setiap perubahan arus kas operasi terhadap penjualan naik sebesar Rp. 1 satuan, maka marjin laba kotor (Y) senantiasa bergerak berbanding lurus atau dengan mendapatkan penambahan sebesar arus kas operasi terhadap penjualan yaitu 1,215. Namun sebaliknya apabila arus kas operasi terhadap penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 1, maka marjin laba kotor juga akan mengalami penurunan sebesar 1,215. Tetapi jika arus kas operasi terhadap penjualan tidak mengalami perubahan atau Rp. 0, maka marjin laba kotor hanya akan mengalami penambahan sebesar 6,907.

Sedangkan dari hasil uji t dapat diketahui bahwa uji t hitung sebesar 3,359. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan aplha sebesar 0,10 atau tingkat signifikan sebesar 10% dengan derajat bebas (df) 3 adalah 2,353. Dari pengujian antara uji t hitung dengan t tabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel atau 3,359 > 2,353, Hal ini menyatakan bahwa arus kas operasi terhadap

(5)

13 penjualan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap marjin laba kotor atau dalam kata lain arus kas operasi terhadap penjualan memiliki pengaruh yang nyata terhadap marjin laba kotor.

Pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) pengaruh arus kas operasi terhadap kemampulabaan memiliki hasil yang signifikan yaitu sebesar 4,4%, artinya jika arus kas operasi mengalami kenaikan maka kemampulabaan juga akan mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3

Pertumbuhan Penjualan dan Kas Bersih diperoleh dari Aktivitas Operasi Berdasarkan

Analisis Common Size Horizontal PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Pada gambar 3 diolah berdasarkan data dengan periode penelitian selama lima tahun dengan menggunakan analisis common size horizontal untuk mengetahui secara jelas bagaimana pertumbuhan penjualan dan arus kas bersih dari aktivitas operasi yang terdapat pada PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) dalam periode 2004 - 2008. Pada analisis common size horizontal ini yang menjadi dasar adalah setahun pada periode 2004, sehingga tahun 2004 sama dengan 100%. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) sangat baik dalam pengelolaan arus kas dari aktivitas operasinya, walaupun pada periode 2005 - 2006 mengalami penurunan penjualan sebesar 0,8% karena kinerja perusahaan pada tahun 2006 dipengaruhi kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi arus kas operasinya terus

meningkat, sehingga kemampulabaan PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) relatif baik. Hubungan Antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa,

Tbk.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (INTP) memperoleh :

a. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,743 atau 74,3%. Nilai 0,743 atau 74,3% ini menunjukkan bahwa hubungan antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) memiliki hubungan korelasi yang positif, sehingga apabila Marjin Laba Kotor meningkat maka Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan juga akan meningkat. Nilai Koefisien korelasi (R) sebesar 0,743 atau 74,3% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat, hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel Rasio Arus Kas Operasi terhadap Penjualan dengan Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin). b. Nilai koefisien determinasi (R²) yaitu

sebesar 0,552 atau 55,2%. Nilai 0,552 atau 55,2% artinya adalah 0,552 atau 55,2% keragaman marjin laba kotor dapat dipengaruhi oleh arus kas operasi terhadap penjualan. Oleh karena itu, 0,552 atau 55,2% arus kas operasi terhadap penjualan mempengaruhi marjin laba kotor sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,448 atau 44,8% marjin laba kotor dipengaruhi oleh variabel lainnya.

c. Nilai F hitung yaitu sebesar 3,696 dengan memiliki tingkat signifikan sebesar 0,150 atau 15%. Tingkat signifikan sebesar 0,150 atau 15% lebih besar dari 0,10 atau 10%, Hal ini menunjukkan bahwa arus kas operasi terhadap penjualan sebagai variabel bebas (Independent variable) dengan marjin laba kotor sebagai variabel terikat (dependent variable) memiliki pengaruh yang tidak signifikan diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara kedua variabel ini adalah tidak baik.

(6)

14

Pengaruh Antara Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan Terhadap Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Dari koefisien regresi dapat diketahui bahwa koefisien regresi pada kasus perusahaan INTP. Persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = 47,526 - 0,521 X Ket :

Y = Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) X = Arus Kas Operasi Terhadap Penjualan

Pada PT. INTP memiliki nilai alpha yang positif (a) 47,526 sedangkan nilai beta negatif (b) -0,521, sehingga persamaan regresi diatas menggambarkan bahwa arus kas operasi terhadap penjualan (X) memiliki pengaruh yang negatif. Jika setiap perubahan arus kas operasi terhadap penjualan naik sebesar Rp. 1 satuan, maka marjin laba kotor (Y) senantiasa bergerak berbanding terbalik dengan penambahan sebesar arus kas operasi terhadap penjualan yaitu -0,521 atau mengalami penurunan sebesar -0,521. Namun sebaliknya apabila arus kas operasi terhadap penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 1, maka marjin laba kotor akan mengalami kenaikan sebesar 0,521. Tetapi jika arus kas operasi terhadap penjualan tidak mengalami perubahan atau Rp. 0, maka marjin laba kotor hanya akan berada pada level yang stabil dan bernilai positif yaitu sebesar 47,526.

Sedangkan dari hasil uji t dapat diketahui uji t hitung sebesar -1,922. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan aplha sebesar 0,10 atau tingkat signifikan sebesar 10% dengan derajat bebas (df) 3 adalah 2,353. Dari pengujian antara uji t hitung dengan t tabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel atau -1,922 > 2,353, Hal ini menyatakan bahwa arus kas operasi terhadap penjualan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap marjin laba kotor atau dalam kata lain arus kas operasi terhadap penjualan memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap marjin laba kotor.

Gambar 4

Pertumbuhan Penjualan Berdasarkan Analisis Common Size Horizontal PT. Indocement

Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Dari gambar 4 menggambarkan

pertumbuhan penjualan pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), dari gambar 4 menunjukkan bahwa penjualan yang terus meningkat pad setiap tahunnya, terutama pada tahun 2007 - 2008 yang mengalami peningkatan sebesar 33,55%.

Dilihat dari porsi penjualan, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (INTP) sudah sangat baik dalam melakukan penjualan. Setelah dilihat dari porsi penjualan, maka sekarang akan melihat porsi arus kas operasi yang berada pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), yaitu nampak pada gambarberikut ini.

Gambar 5

Kas bersih dari aktivitas operasi Berdasarkan Analisis Common Size Horizontal PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi pada PT.

(7)

15 Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

memiliki peningkatan pada setiap periode, tetapi pada periode 2005 - 2006 mengalami penurunan sebesar 8,24%. Namun pada tahun 2007 dan tahun 2008 arus kas bersih dari aktivitas operasi kembali mengalami peningkatan. Pada periode 2007 - 2008 arus kas bersih dari aktivitas operasi mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 15,03%. Peningkatan pada arus kas bersih dari aktivitas operasi ini tidak signifikan terhadap penjualan PT. INTP karena penjualan yang sangat tinggi pada perusahaan INTP yaitu dengan pertumbuhan rata-rata penjualan sebesar 21%, namun jika dilihat pada pertumbuhan arus kas bersih dari aktivitas operasi tidak mengalami peningkatan yang sangat tinggi seperti pada pertumbuhan penjualan, yaitu pertumbuhan arus kas bersih dari aktivitas operasi dengan rata-rata tumbuh sebesar 6%.

Pada arus kas operasi juga terdapat pos-pos yang menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi memperoleh nilai yang kecil dan tidak mengalami peningkatan yang pesat sesuai dengan pertumbuhan penjualan yang meningkat drastis. Hal ini disebabkan pada pos pembayaran pajak yang terus meningkat pada setiap tahunnya, terutama pada periode 2007 -2008 mengalami peningkatan sebesar 61,12% dan pembayaran untuk pemasok dan gaji karyawan yang semakin meningkat dan peningkatan drastis terjadi pada periode 2007 - 2008 sebesar 40,76%. Pembayaran untuk pemasok dan gaji karyawan yang semakin

besar, hal ini menunjukkan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

menambah jumlah karyawan lagi dan menambah supplier dari berbagai tempat dan pembayaran pajak yang besar disebabkan karena laba dari penjualan yang semakin besar, sehingga menyebabkan pajak menjadi semakin besar. Hal ini menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi menjadi berkurang.

Pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) penjualan yang tidak signifikan dengan arus kas operasi, hal ini disebabkan karena perusahaan ini lebih banyak melakukan penjualan secara kredit daripada penjualan secara tunai sehingga menimbulkan piutang yang semakin besar dari tahun ke tahun. Piutang yang semakin meningkat

menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi hanya mengalami sedikit peningkatan, karena dana dari hasil penjualan yang akan masuk pada arus kas operasi menjadi lambat karena banyaknya dana yang tertahan pada piutang. Agar lebih jelas, mak dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6

Pertumbuhan Piutang berdasarkan Analisis Common Size Horizontal PT. Indocement

Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Pada gambar 6 yaitu menggambarkan pertumbuhan pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), yaitu dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 20% dan dapat dilihat dengan kenaikan piutang pada periode 2007 - 2008, yaitu sebesar 15,77%. Pertumbuhan piutang juga dapat dilihat berdasarkan analisis common size vertikal yang akan nampak pada gambar berikut ini.

Gambar 7

Pertumbuhan Piutang berdasarkan Analisis Common Size Vertikal PT. Indocement

Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Pada gambar 7 menggambarkan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dengan analisis common size vertikal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

(8)

16

piutang dengan pertumbuhan piutang rata-rata sebesar 16%, dengan kenaikan pada periode 2007 - 2008 yaitu sebesar 2,96. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) lebih banyak melakukan penjualan secara kredit sehingga piutang menjadi semakin besar, oleh karena itu arus kas operasi tidak mengalami peningkatan yang tinggi terhadap penjualan yang semakin meningkat pada setiap periodenya. Pada gambar dibawah ini akan menggambarkan dari ketiga variabel tersebut berdasarkan analisis common size horizontal.

Gambar 8

Pertumbuhan Penjualan, Kas Bersih dari Aktivitas Operasi, dan Piutang berdasarkan

Analisis Common Size Horizontal PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)

Sumber : Laporan keuangan diolah

Pada gambar 8 menggambarkan secara keseluruhan dari ketiga variabel, yaitu penjualan, kas bersih dari aktivitas operasi, dan piutang. Sehingga dapat diketahui bahwa penjualan secara kredit menimbulkan peningkatan piutang, hal ini menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi tidak mengalami peningkatan yang signifikan dengan peningkatan penjualan yang sangat tinggi pada setiap periodenya.

Dari hasil perhitungan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara arus kas operasi dengan proksi arus kas operasi terhadap penjualan terhadap kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor, maka dapat diketahui bahwa pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) nilai f hitung adalah 0,044 atau 4,4% maka secara statistik dinyatakan signifikan, hal ini terbukti dengan

kenaikan arus kas operasi maka

kemampulabaan juga akan meningkat.

Berbeda pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) yang memiliki nilai t hitung sebesar 0,150 atau 15%, maka secara statistik dinyatakan tidak signifikan, hal ini dapat dilihat bahwa dengan kenaikan arus operasi tidak berpengaruh pada kenaikan kemampulabaan. Keadaan ini disebabkan oleh faktor lain yaitu adanya piutang yang besar pada perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) lebih banyak melakukan penjualan secara kredit, maka arus kas operasi tidak berjalan optimal sesuai dengan peningkatan penjualan. Sedangkan pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) lebih banyak melakukan penjualan secara tunai sehingga arus kas operasi berpengaruh terhadap kemampulabaan perusahaan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan arus kas operasi perusahaan dengan menggunakan metode langsung (Direct Method) : PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) lebih mampu mengelola arus kas operasinya dengan baik dan memiliki pertumbuhan arus kas yang relatif baik. Sedangkan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) belum mampu mengelola arus kas operasi dengan baik, karena pertumbuhan arus kas operasinya tidak mengalami peningkatan yang drastis, tidak sesuai dengan penjualannya yang meningkat drastis.

2. Kecenderungan trend menggambarkan kemampulabaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan arus kas operasi pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) adalah kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor sebesar 52% dengan penggunaan arus kas operasi pada proksi arus kas operasi terhadap penjualan yaitu sebesar 50%. Sehingga pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB), kemampulabaan sangat dipengaruhi oleh arus kas operasi dan secara statistik dapat dinyatakan signifikan. Sedangkan pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), kemampulabaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan

(9)

17 arus kas operasi adalah sebesar 6% dengan

penggunaan arus kas operasi pada proksi arus kas operasi terhadap penjualan yaitu sebesar 11% dan hasil pada gambar saling berlawanan arah. Sehingga pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), kemampulabaan tidak dipengaruhi oleh arus kas operasi dan secara statistik dapat dinyatakan tidak signifikan, karena masih variabel lain yang dapat menimbulkan kemampulabaan.

3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) hubungan dan pengaruh yang terjadi antara arus kas operasi dengan proksi arus kas operasi terhadap penjualan terhadap kemampulabaan dengan proksi marjin laba kotor secara statistik adalah signifikan yaitu sebesar 4,4% atau lebih kecil dari alpha 10%, hal ini dapat diliihat pada arus kas operasi yang terus meningkat sehingga menyebabkan kemampulabaan yang meningkat. Sedangkan pada kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) dapat disimpulkan bahwa hubungan dan pengaruh yang tidak signifikan yaitu sebesar 15% atau lebih besar dari alpha 10%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain diluar arus kas operasi yang mempengaruhi kemampulabaan, yaitu terdapat PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP) lebih banyak melakukan penjualan secara kredit sehingga menimbulkan piutang yang besar dan pada arus kas operasi terdapat pos-pos yang membuat arus kas bersih dari aktivitas operasi menjadi berkurang, yaitu pembayaran pajak dan pembayaran pemasok dan karyawan yang semakin meningkat dan membebani arus kas operasi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., David F. Hawkin, Kennet A. Merchan. 2004. Accounting Text and Casses 11 edition. Mc Graw Hill. Singapore.

Brigham Eugene F. and Michael C Ehrhardt. 2002. Financial Management Theory and Practice edisi 10.

Budi Rahardjo. 2005. Laporan Keuangan Perusahaan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Farah Margaretha. 2005. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan : Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjang, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Gerald I. White, Ashwinpaul C. Sondhi, Dov

Fried. 2003. The Analysis And Use of Financial Statements, Third Edition, John Wiley and Sons, Inc.

Higgins Robert C. 2000. Analysis Financial Management, The McGraw Hill Companies, Inc.

Hirth Block. 2002. Fundamental Of Investment Management. Fifth edition The McGraw Hill Companies.Inc.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Edisi 1. Penerbit : Prenada Media Bogor.

Kieso Donald E., Jerry J, Warfield, dan Terry D., 2002. Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh : Penerbit Erlangga. Jakarta. Kimmel, Weygandt, Kieso. 2000. Financial

Accounting, John Wiley and Sons, Inc. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. 2003.

Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Unit Penerbit dan Percetakan AMP-YKPN.

Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit : Salemba Empat, Jakarta. Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di

Era Informasi dengan SPSS 12. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Bisnis Pengambilan Keputusan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Simangunsong. 2004. Dasar-dasar Akuntansi Keuangan. FEUI. Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap, 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi) : Edisi kedua.

(10)

18

Penerbit UPP AMP YKPN.

Yogyakarta.

Warren, Carl S., James M. Reeve and Philip E. Fess. 2005. Accounting, Thomson South – Western, United Kingdom.

Wild, John J, K. R. Subramanyam, Robert F. Halsey. 2005. Financial Statement Analysis eight Edition. Salemba Empat. Jakarta. http://sbinfocanada.about.com/cs/manageme nt/g/cashflowanal.htm http://www.saham-bei.com/arus-kas-dari- aktivitas-operasi/fundamental-analisis/2008/04/08/ http://www.saham-bei.com/arus-kas-dari- aktivitas-investasi/fundamental-analisis/2008/04/08/ http://www.saham-bei.com/arus-kas-dari- aktivitas-pendanaan/fundamental-analisis/2008/04/08/

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, seleksi mikroba dilakukan menggunakan irradiasi gamma dengan dosis yang bervariasi, hal ini didasarkan bahwa perbedaan resistensi

[r]

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan perumusan masalah: Apakah Sistem Pengendalian Intern terhadap persediaan

Baru teknologi dan komputer kemajuan telah membuka pintu untuk menyajikan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk seperti audio (yaitu, kata-kata yang dipakai, efek suara

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2011 di TK Aisyiyah 24 BP Wetan menunjukkan bahwa dari 24 anak usia prasekolah (4-5 tahun), 17 anak

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika IPA,

ED Amandemen PSAK 15 menambahkan bahwa entitas yang bukan merupakan entitas investasi memiliki kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan entitas

Berdasarkan penjelasan, dapat kita simpulkan bahwa anggaran adalah perencanaan yang rinci untuk masa depan yang dinyatakan secara kuantitatif dan lebih spesifik