• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

SULAWESI SELATAN 1

Maintang, 1Asriyanti Ilyas 2Edi Tando, 3Yahumri 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara 3Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK

Teknologi budidaya dan penggunaan Varietas Unggul Baru merupakan salah satu komponen utama dalam meningkatkan produktivitas padi. Kajian bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan produktivitas beberapa varietas unggul baru padi. Pengkajian dilaksanakan di lokasi Laboratorium Lapangan (LL) di area sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah irigasi di Kelurahan Kala’birang Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada Musim kering (MK) tahun 2010. Metode yang digunakan adalah demplot di lokasi LL (Laboratorium Lapang) pada lahan seluas 0,25 ha. Kelompok perlakukan adalah varietas unggul baru Inpari 3, Inpari 4 dan Ciherang. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan sebagai kelompok perlakuan adalah 3 VUB tersebut dan melibatkan 5 petani kooperatif sebagai ulangan. Data dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji nilai tengah menggunakan DMRT pada taraf 5 %. Hasil kajian menunjukkan Varietas unggul baru Inpari 3 memberikan keragaan pertumbuhan dan hasil yang tidak berbeda dengan varietas Inpari 4 tetapi berbeda nyata dengan Ciherang. Varietas yang paling sesuai dan berdaya hasil tinggi di lokasi pengkajian adalah varietas Inpari 3 dan Inpari 4 dengan produktivitas 7,08 t.ha-1 GKP dan 6,94 t.ha-1 GKP dan berbeda nyata dengan varietas Ciherang 4.91 t.ha-1 GKP.

Kata kunci : inpari 3 dan 4, varietas unggul baru (VUB), Bantimurung

PENDAHULUAN

Teknologi budidaya dan penggunaan varietas unggul padi merupakan salah satu komponen utama teknologi yang berperan sangat dominan dalam meningkatkan produktivitas dan produksi beras. Peran peningkatan produktivitas (teknologi) dalam peningkatan produksi padi mencapai 56,10%, perluasan areal 26,30% dan 17,60% oleh interaksi keduanya. Sementara itu peran varietas unggul bersama pupuk dan air dalam peningkatan produktivitas mencapai 75%(Susanto dan Daradjat, 2003). Inovasi teknologi untuk kedua aspek ini terus diperbaiki, baik yang menggunakan label System

of Rice Intensification (SRI) maupun Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

PTT merupakan suatu strategi untuk mengantisipasi penurunan pertumbuhan produksi padi dengan memperbaiki pendekatan program Insus dan Supra Insus yang popular pada era orde baru. Pendekatan tersebut mengakomodasi prinsip sinergisme dalam penyusunan komponen paket teknologi dengan memperhatikan konteks sosial ekonomi masyarakat tani dan ekosistem.

Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian telah banyak menghasilkan varietas unggul baru (VUB) yang mempunyai potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit utama padi misalnya Inpari 1, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 4 dan Ciherang. Potensi hasil ke lima VUB tersebut berturut-turut adalah 10 t/ha, 7,52 t/ha, 7,5 t/ha,8,80 t/ha dan 8,5 t/ha (Suprihatno et all., 2009). Hasil Penelitian di Sukamandi (MK 2002-MH 2002/2003) menunjukkan beberapa varietas seperti VUTB Fatmawati, Gilirang, Ciherang memberi hasil antara 13-24 % lebih tinggi daripada IR64, sedangkan pada petak demontrasi pada musim tanam 2003 di lahan petani di Takalar Sulawesi Selatan, melalui pendekatan PTT, VUB tersebut memberi hasil antara 8-31 % lebih tinggi dibanding ciliwung yang popular di kalangan petani setempat (Las et al., 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan produktivitas beberapa varietas unggul baru yang ditanam pada demplot dilokasi SL-PTT padi di Kelurahan Kala’birang Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

(2)

BAHAN DAN METODA

Pengkajian dilaksanakan di lokasi LL di area sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah irigasi di Kelurahan Kala’birang Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada musim kering April tahun 2010.

Pengkajian disusun dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan melibatkan 5 petani kooperatif sebagai ulangan. Kelompok perlakukan adalah varietas unggul baru Inpari 3, Inpari 4 dan Ciherang. Luas petak masing-masing varietas adalah 50 m x 16,6 m (830 m2). Bibit ditanam pada umur 18-20 hari setelah sebar dengan jumlah bibit 1-3 batang per lubang. Sistem tanam Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam( (20 x10) x 40) cm.

Lahan diolah dengan sempurna yaitu dibajak dengan traktor satu kali, kemudian digaru dan diratakan. Dosis pupuk urea ditentukan berdasarkan bagan warna daun ( BWD) sedangkan dosis untuk pupuk P dan K berdasarkan Perangkat uji tanah sawah (PUTS). Pemupukan pertama dengan 100 Kg Urea, 100 kg SP-36 dan 200 kg Ponska / ha pada umur 10 hari setelah tanam (HST). Pemupukan ke dua dengan 50 Kg Urea pada umur 23-28 HST dan pemupukan ketiga dengan 50 kg Urea/ha pada umur 38-42 HST. Pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) dilakukan dengan cara pengamatan OPT dan pengendalian secara fisik dan mekanis.

Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif dilakukan pada akhir fase vegetatif tanaman. Pengamatan terhadap komponen produksi yang terdiri dari Jumlah malai tiap rumpun, bobot gabah 1.000 butir dilakukan pada saat panen. Produksi gabah kering panen (GKP) diperoleh dari hasil ubinan seluas 6,25 M2. Data dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji nilai tengah menggunakan DMRT pada taraf 5 %(Gomez dan gomez, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan pertumbuhan tinggi tanaman ketiga VUB berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Tinggi Tanaman berkisar antara 107,60 – 100,88 cm dan jumlah anakan produktif 14,50 – 16,26 (Tabel 1).

Tabel 1. Keragaan beberapa varietas unggul baru terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan di Kelurahan Kala’birang Kabupaten Maros pada Tahun 2010.

No Varietas Tinggi Tanaman (cm) ∑ Anakan Produktif (btg)

1 Inpari 3 107,60 16,26

2 Inpari 4 105,78 14,76

3 Ciherang 100,88 14,50

Tinggi Tanaman

Varietas Inpari 3 memiliki tinggi tanaman terbesar dan terendah pada Ciherang. Perbedaan yang tidak nyata menunjukkan bahwa ketiga varietas memiliki respon yang sama dalam hal penyerapan unsur hara, cahaya dan faktor tumbuh lainnya yang digunakan untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Seluruh komponen teknologi dalam PTT dipadukan untuk dapat memberikan ruang tumbuh optimal bagi tanaman serta memaksimalkan kemampuan tanaman untuk memanfaatkan seluruh potensi yang ada pada tanah dan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan sesuai dengan potensi genetiknya. Perakitan varietas unggul diarahkan pada varietas yang memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang sedang (90 -115 cm) serta karakter batang yang kokoh sehingga tidak mudah rebah (Arafah, 2006). Hasil penelitian Prajitno et al., (2005)menunjukan bahwa penampilan padi makin tinggi tidak diikuti makin tingginya hasil yang dicapai, bahkan sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi -0,147 yang artinya ada gejala makin rendah hasil suatu genotipe padi apabila tinggi tanamannya makin tinggi. Tanaman padi yang pendek biasanya tahan rebah sehingga akan mengurangi kegagalan panen. Oleh karena itu, batang yang kokoh dan pendek merupakan sifat yang dibutuhkan untuk meningkatkan potensi hasil.

(3)

Terkait dengan preferensi petani terhadap karakter tinggi tanaman, umumnya petani memilih ukuran tinggi tanaman sekitar 100 cm dengan alasan untuk memudahkan dalam merontok atau dengan menggunakan alat mesin treser (Djatiharti dan Rusnandar, 2008). Ketiga VUB yang diuji memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang tergolong sedang, sehingga sesuai dengan preferensi petani dan diharapkan pertumbuhan tinggi tanaman tersebut mampu mendukung pencapaian potensi hasil yang maksimal.

Jumlah Anakan Produktif

Anakan produktif dimaksudkan sebagai anakan yang produktif menghasilkan malai sebagai tempat kedudukan biji/ bulir padi. Varietas unggul baru (VUB) biasanya mempunyai 20-25 anakan, namun hanya 14-15 anakan yang malainya dapat dipanen, dengan jumlah gabah per malai 100-130 butir. Hal ini disebabkan anakan yang tumbuh belakangan terlambat masak sehingga tidak dapat dipanen. Anakan utama juga cenderung menghasilkan gabah yang lebih tinggi dari anakan kedua, ketiga dan seterusnya. Berdasarkan Tabel 1. Hasil analisis anakan produktif menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antara inpari 3, inpari 4 dan ciherang (16,26; 14,76 dan 14,50 btg/rumpun), dimana anakan produktif terbanyak dimiliki oleh varietas Inpari 3 yaitu 16,26 btg/rumpun, sedangkan anakan produktif terendah dimiliki oleh varietas Ciherang 14,50 btg/rumpun. Jumlah anakan adalah salah satu karakter penting dalam suatu varietas unggul, hal ini terkait dengan jumlah malai yang bisa dihasilkan. Jumlah malai merupakan salah satu karakter tanaman yang dapat menentukan produktivitas tanaman, sama halnya dengan hasil penelitian Ahmad dan Pratama (2008) menunjukkan bahwa jumlah malai berkorelasi positif nyata terhadap hasil tanaman.

Penelitian lain yang dilakukan pada varietas hibrida super memperlihatkan bahwa tingginya hasil yang dicapai pada varietas hibrida super dikontribusi oleh adanya perbaikan pada malai. Perbaikan yang dimaksud dalam hal jumlah malai, jumlah bulir per malai serta ukuran dan panjang malai, dimana malai pada varietas hibrida super memiliki 9,62 % jumlah bulir lebih banyak dibanding dengan varietas hibrida biasa (Huang Ming et al, 2011). Hal ini berarti jika ingin meningkatkan potensi hasil dapat dilakukan dengan cara memperbaiki karakter malai (jumlah, panjang dan jumlah bulir per malai). Jumlah anakan 10 dengan 200 gabah/malai akan mempunyai hasil yang lebih banyak dibanding dengan anakan 15 dengan 100 butir gabah/malai (Prajitno et all., 2005).

Bobot Gabah Per 1000 Butir

Bobot 1000 biji berkisar antara 12,58-14,60 dan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antara ketiga VUB (Tabel 2).

Tabel 2. Keragaan komponen produksi dan hasil beberapa varietas unggul baru di Kelurahan Kala’birang Kabupaten Maros pada Tahun 2010.

No Varietas Bobot gabah 1000 butir (grm) Produksi GKP (ton/ha)

1. Inpari 3 14,60 7,08 a

2. Inpari 4 13,32 6,94 a

3. Ciherang 12,58 4,91 b

Keterangan : Angka-angka pada satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 % menurut uji Duncan.

Bobot 1000 biji juga merupakan salah satu faktor komponen yang menentukngsung terhadap hasil padi dan juga mempunyai korelasi positif. Terjadinya korelasi positif sebagai akibat gen-gen pengendali antara karakter yang berkorelasi sama-sama meningkat. Keadaan demikian juga dikemukakan oleh Suhartini dkk, 1999 yang mengemukakan bahwa bobot 1000 biji mempunyai hubungan yang erat dengan hasil sehingga merupakan faktor penduga yang efektif terhadap hasil. Hasil penelitian lainterlihat bahwa makin tinggi berat 1000 butir gabah tidak selalu diikuti dengan hasil tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi antara bobot 1000 butir gabah dengan hasil sebesar -0,120.

Persentasi gabah isi sangat menentukan potensi hasil maksimum suatu varietas padi. Hasil fotosintat (karbohidrat) dalam batang dan daun, dan translokasinya serta akumulasinya dalam gabah

(4)

sangat menentukan tingkat pengisian gabah. Karena itu, daun yang tegak, tebal, sempit dan hijau tua, serta tidak lekas luruh (tua) sangat dibutuhkan untuk pengisian gabah secara maksimum. Daun yang tegak dan sempit merupakan daun yang dapat menerima sinar matahari dari pagi sampai sore atau efisien dalam penangkapan sinar untuk proses fotosintesa. Sedang daun yang tebal dan hijau tua menandakan mempunyai banyak klorofil sehingga banyak menghasilkan fotosintat; dan daun yang tidak cepat luruh fotosintat akan dihasilkan sampai menjelang panen. Daun bendera dan satu dibawah daun bendera merupakan daun yang aktif dalam fotosintesa selama proses pengisian gabah. Enam puluh persen fotosintat (karbohidrat dalam gabah dihasilkan dari kedua daun tersebut). Karena itu, bila daun tersebut tidak cepat luruh akan meningkatkan proses pengisian gabah, sehingga hasil bisa maksimal. Cabang primer malai biasanya menghasilkan butir gabah besar.

Hasil Gabah Kering Panen (GKP)

Pada Tabel 2. Terlihat hasil gabah kering panen (GKP) berkisar antara 4,91-7,08 ton/ha, yang tertinggi dimiliki oleh varietas Inpari 3 (7,08 ton/ha), disusul oleh varietas Inpari 4 yaitu 6,94 ton/ha dan berbeda nyata dengan varietas Ciherang dengan hasil 4.91 ton/ha. Berdasarkan deskripsi varietas, Inpari 3 merupakan varietas unggul baru yang dilepas dengan potensi hasil 7,52 ton/ha GKG sedangkan varietas Inpari 4 dengan potensi hasil 8,80 ton/ha dan Ciherang dengan potensi hasil 8,5 ton/ha. Hasil gabah kering panen yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua VUB (Inpari 3 dan Inpari 4) mendekati perolehan hasil sesuai dengan potensi genetiknya.

Potensi hasil suatu varietas padi ditentukan oleh empat komponen, yaitu jumlah malai persatuan luas, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan berat 1000 butir gabah. Sifat-sifat dari VUB adalah: tinggi pendek-sedang (100-130 cm); umur sedang genjah-sedang (110-135 hari); anakan banyak (>18 batang); malai sedang (100-150 gabah/malai); daun pendek, mendatar-tegak, hijau sampai hijau-tua; responsif terhadap pemupukan nitrogen. Introduksi VUB diharapkan mampu meningkatkan produksi 2-3 x lebih tinggi dibandingkan varietas yang ditanam sebelumnya. Hasil kajian Sirappa et all., (2007), membuktikan bahwa intorduksi varietas unggul baru yang didukung teknologi lainnya mampu memberikan hasil 21-54% lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil suatu varietas harus didukung oleh teknologi dan lingkungan tumbuh yang optimal. Dalam pelaksanaan PTT rakitan teknologi yang diterapkan adalah perpaduan antara teknologi PTT dengan teknologi petani sehingga varietas yang memberikan keragaan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik akan dianggap sebagai varietas yang dapat diintroduksikan sebagai varietas unggul baru yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah tersebut. Potensi hasilnya dapat ditingkatkan lagi dengan penerapan teknologi budidaya, dukungan infrastruktur yang memadai, pengelolaan air, tanah dan tanaman yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas unggul baru Inpari 3 memberikan keragaan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Inpari 4 dan Ciherang.

2. Varietas yang paling sesuai dan berdaya hasil tinggi di lokasi pengkajian adalah varietas Inpari 3 dengan potensi hasil 7,08 tha-1 GKP, kemudian diikuti varietas Inpari 4 dengan 6,94 t.ha-1 GKP dan hasil terendah varietas Ciherang 4.91 t.ha-1 GKP.

Saran

1. Disarankan kepada petani di lokasi pengkajian untuk terus mengembangkan VUB Inpari 3 dan Inpari 4.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arafah. 2006. Kajian Usahatani Padi dengan Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu Pada berbagai

Varietas Unggul Baru di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Prosd. Seminar Hasil-Hasil

Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi. Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Revitalisasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Makasar.

BPS Sulawesi Selatan, 2009. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar.

Djatiharti dan Ruskandar. 2008. Adopsi Varietas Unggul dan Preferensi Sifat-Sifat Agronomis

Tanaman Padi Sawah di Tingkat Petani Kab.Ogan Komering Ulu Timur dan Ogan Komering Ilir. Prosd. Seminar Nasional Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi

(hal;1333-1338).

Gomez K.A. dan Gomez A.A. 2010. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit UI Press. Jakarta.

Huang Min, Zoo Ying Bin, Jiang Peng, Xia Bing, M.D. Ibrahim dan Ao He-Jun. 2011. Relationship between Grain Yield Components in Super Hybrid Rice. Agricultural Sciences in China. Beijing. 10(10):1537-1544.

Kasryono, F dan Effendi, P. 2004. Reposisi Padi dan Beras dalam Perekonomian Nasional. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Las Irsal, B. Suprihatno, A.A. Daradjat, Suwarno, B. Abdullah dan Satoto. 2004. Inovasi Teknologi

Varietas Unggul Padi.Perkembangan, Arah, dan Strategi ke depan. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Muliadi A., R. Heru Pratama. 2008. Korelasi Antara Komponen Hasil dan Hasil Galur Harapan

Padi Sawah Tahan Tungro. Prosd. Seminar Nasional Padi; Inovasi teknologi padi

mengantisipasi perubahan iklim global mendukung ketahanan pangan (1):165-171. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Prajitno A.l. K.S., R. Mudjisihono dan B. Abdullah. 2005. Keragaan Beberapa Genotipe Padi

Menuju Perbaikan Mutu Beras. http://ntb.litbang.deptan.go, diakses Tanggal, 31 Mei 2012.

Sirappa M.P., A.J. Rieuwpassa dan E.D. Waas. 2007. Kajian Pemberian Pupuk NPK pada Beberapa

Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian Vol. 10 (1). Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 48 -56.

Suhartini, S., Aan A. Daradjat, Warsono, Sudarno dan W.S. Ardjasa. 1999. Analisis Korelasi dan

Koefisien Lintasan Komponen Hasil Terhadap Hasil Padi Sawah Pada Lahan Keracunan Fe.

Buletin Penelitian Pertanian. Badan Litbang Pettanian. Jakarta. 18(2);1-6.

Suprihatno, B., A.A. Darajat, Satoto, Baehaki, N., Suprihatno, Agus Setyono, S. Dewi Indrasaru, Moh.Yamin S., dan H. Sembiring, 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Susanto, U dan A.A. Daradjat. 2003. Perkembangan Pemuliaan Padi Sawah di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan.Vol 22 (3). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan penelitian dengan tema “ Penerapan Program Orientasi Pasien Baru Terhadap Kepuasan Pasien Tentang Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RS Panti

Wisata ini dapat dirancang hampir serupa dengan kegiatan safari malam (night safari) yaitu dengan melakukan perjalanan pada malam hari pada jalur pengamatan karena

Jarak genetik berdasar nukleotida dan adanya perbedaan asam amino pada gen COX1 ketiga spesies tarsius tersebut dapat dibuat pohon filogenetika menggunakan metode

Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi anggota famili Rhizophoraceae yang menyusun hutan mangrove KKPD Rupat Utara dan juga bertujuan sebagai data dasar dalam

Jadi yang dimaksud penulis dengan judul “ Analisis RPP Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas VII Semester Gasal di MTs Modern Al- Azhary Lesmana

Hal ini akan berdampak pada penurunan kemampuan sistem visual dari indera penglihatan yang berfungsi sebagai pemberi informasi ke susunan saraf pusat tentang

Hasil: DidapatkanT6 pasien rinosinusitis tronis yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasal untuk persiapan- opirasi bedah sinus endoskopi , terdiri

Hal inilah yang mendorong Penulis untuk mengangkat “Pertanggungjawaban Pidana Pengatur Lalu Lintas Udara Sipil Atas Kecelakaan Pesawat Terbang Dalam Perspektif Undang-Undang RI