• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Kepala Sekolah Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Studi di MTs An Nawawiyyah Ringinagung Keling Kepung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Kepala Sekolah Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Studi di MTs An Nawawiyyah Ringinagung Keling Kepung"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Kepala Sekolah Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa

Studi di MTs An Nawawiyyah Ringinagung Keling Kepung

Mustajib1, Nailatul Muna2

1,2Intitut Agama Islam Faqih Asy’ari Kediri, Indonesia email: moestajib86@gmail.com

Abstract

Violations of disciplinary behavior in schools are still widely committed by students. Discipline means obeying, orderly and obeying the rules in school. Discipline is one part of character education which must always be instilled in a child to control his behavior both in school and in society. The role of the headmaster as a leader in educational institutions is also indispensable in the formation of student discipline character. The strategies made by the headmaster have had a major influence on the school's progress. With the planting of discipline in the school environment, it can support students' teaching and learning activities and the formation of this discipline character is used as a learning that will always be brought to adulthood and will become a habit for students. This study aims to describe the strategy of the principal in shaping the character of student discipline in MTs An Nawawiyyah Ringinagung Keling Kepung. This research uses qualitative approach with descriptive method. Data is collected using interview techniques, observation and documentation to the parties concerned. The results of the study showed that the headmaster's strategy in shaping the character of this student discipline has been running very well, although there are still some obstacles that hinder in the formation of discipline character.

Keywords: Strategy, Principal, Character Discipline

Abstrak

Pelanggaran perilaku kedisiplinan di sekolah masih banyak dilakukan oleh peserta didik. Disiplin artinya taat, tertib dan patuh terhadap peraturan disekolah. Disiplin termasuk salah satu bagian dari pendidikan karakter yang mana harus selalu ditanamkan dalam diri seorang anak untuk mengendalikan tingkah lakunya baik disekolah maupun di masyarakat. Peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di institusi pendidikan juga sangat diperlukan dalam pembentukan karakter disiplin siswa. Strategi-strategi yang telah dibuat oleh kepala sekolah mempunyai pengaruh besar dalam perubahan sekolahnya menuju kemajuan. Dengan adanya penanaman disiplin di lingkungan sekolah ini dapat mendukung kegiatan belajar mengajar siswa serta pembentukan karakter disiplin ini digunakan sebagai pembelajaran yang akan selalu dibawa hingga dewasa nanti dan akan menjadi kebiasaan bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter disiplin siswa di MTs An Nawawiyyah Ringinagung Keling Kepung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi kepada pihak yang bersangkutan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter disiplin siswa ini sudah berjalan sangat baik, walaupun masih ada beberapa kendala yang menghambat dalam pembentukan karakter disiplin.

Kata kunci: Strategi, Kepala Sekolah, Karakter Disiplin

(2)

Pendahuluan

Prioritaspembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) antara lain adalah dalam mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Salah satu upaya untukmerealisasikannya adalah dengan cara memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan.

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Pendidikan menjadi bagian paling penting dalam kehidupan manusia. Yang akan dialami manusia dan akan berlangsung selama masa hidupnya. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dari pendidikan, manusia akan belajar menjadi pribadi individu yang baik dan berperilaku yang baik untuk kembali menjadi bagian dari masyarakat.

Didalam pendidikan terdapat proses pembentukan karakter. Karakter merupakan hal yang paling penting dan mendasar bagi setiap individu. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu pentingnya, maka pihak institusi pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.

Dalam menyukseskan pendidikan karakter disekolah salah satunya dengan menumbuhkan karakter disiplin peserta didik. Dalam hal ini, Kepala Sekolah membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan tata tertib sebagai alat untuk menegakkan disiplin.

Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan dari pendidikan. Hal ini dirasa sukses ketika seorang kepala sekolah menggunakan prosedur disiplin yang efektif guna membantu siswa mengubah pola perilakunya.

Tujuan yang ingin dicapai dari pembentukan karakter disiplinini yaitu membentuk anak agar berkepribadian baik dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Sedari dini, pihak sekolah harus membentuk kedisiplinan siswa pada semua aspek kehidupannya seperti disiplin waktu, disiplin menaati peraturan, disiplin dalam bersikap, disiplin dalam beribadah dan disiplin dalam belajar.

(3)

Pendidikan karakter disiplin dirasa penting bagi peserta didik di setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan hingga dewasa. Karena karakter setiap individu ini mampu menunjukkan kualitas dari dirinya ketika berada di lingkungan masyarakat.

Meskipun dalam pembentukan karakter disiplin tersebut mengalami banyak hambatan seperti latar belakang siswa yang berbeda-beda, kurangnya dukungan dari wali siswa, serta keadaan lingkungan sekolahnya. Tetapi, pananaman nilai karakter ini harus terus berjalan guna membangun bangsa yang berkarakter.

Landasan Teori Strategi

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.(Syaiful Bahri, 1996:5)

Mc. Leod (1989) mengutarakan bahwa secara harfiah dalam Bahasa Inggris, kata “Strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana (Muhibbin, 2003:214). Istilah strategi mempunyai banyak makna dalam konteks yang berbeda-beda. Dalam konteks pengajaran, Nana Sudjana (1988) mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “Taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Ahmad Rohani, 2003:33)

Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran), tetapi strategi bukanlah sekedar sesuatu rencana. Strategi ialah rencana yang menyatukan, strategi mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu. Strategi itu luas, strategi meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu, semua bagian rencana itu serasi satu sama lainnya dan bersesuaian.

Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin suatu lembaga dimana di selenggarakan proses belajarmengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005:83)

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas

(4)

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 1998: 25)

Kepala sekolah merupakan pemimpin lembaga pendidikan formal yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu lembaga pendidikan, penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan menjalankan manajemen suatu pendidikan, melakukan pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan, serta membuat kebijakan salah satunya membentuk karakter disiplin siswa.

Sedangkan, tugas dari kepala sekolah yaitu kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan fungsi kepemimpinan didalam kehidupan sekolah, yaitu:

1. Kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf, dan para siswa.

2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.

3. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.

4. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

5. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah.

6. Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat para guru, staf, dan siswa.

(5)

7. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan, dan sebagainya.

Karakter Disiplin

Karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan dan kebiasaan. Karakter ialah nilai-nilai yang khas, baik yang terpatri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar/salah, baik/buruk(Muhammad Fadlillah, 2013:20-21)

Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti disiplin, jujur, dan tanggungjawab (Arismantoro, 2008:27).

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siapmempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat.

Sedangkan ditinjau dari asal kata, disiplin berasal dari bahasa Latin “Discere” yang memiliki arti belajar. Dari kata ini kemudian mucul kata“Disciplina” yang berarti pengajaran atau pelatihan. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan(Ngainun, 2012:142)

Menurut KBBI Disiplin adalah tata tertib (disekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (Kepatuhan) kepada peraturan (Tata tertib, dsb).

Dalam kamus administrasi, The Liang Gie merumuskan tentang pengertian disiplin, yaitu suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati (Tim dosen FIP IKIP Malang, 1989:108).

Depdikbud (1992:3) seperti yang dikutip oleh Rahman dalam Skripsinya bahwa disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuensi seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai(dalam Rahman, 2011:15).

(6)

mengembangkan kontrol diri anak. Disiplin akan membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenaliperilaku yang salah lalu mengoreksinya.

Istilah kedisiplinan juga memiliki makna yang beragam diantaranya yaitu penertiban dan pengawasan diri, penyesuaian diri terhadap aturan, kepatuhan terhadap perintah pimpinan, penyesuaian diri terhadap norma-norma kemasyarakatan dan lain-lain.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk memperkuat data penelitian maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti; 1) Wawancara, dilakukan untuk menjawab semua rumusan masalah yang dilakukan secara langsung dengan kepala sekolah sebagai informan kunci. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang strategi, model dan kendala kepala sekolah dalam membentuk karakter disiplin di MTs An Nawawiyyah Ringinagung, Keling, Kepung; 2) Observasi, penulis mengadakan peninjauan langsung kelapangan penelitian untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter disiplin; 3. Dokumentasi, Dalam penelitian ini peneliti menelaah dokumen seperti profil sekolah, visi misi serta tujuan sekolah, dan strategi kedisiplinan dari tahun ketahun serta data-data lain yang menurut peneliti dapat mendukung penelitian ini.

Hasil dan Pembahasan

Karateristik Kepemimpinan Kepala Sekolah

Sifat-sifat kepemimpinan yang ditampilkan kepala sekolah yaitu objektif, demokratis, ramah, humoris, jujur, disiplin, tegas, dapat mengontrol emosi, motivator, memiliki sikap kekeluargaan, adil, berpendirian kuat, dan religius.

Kepala sekolah merupakan sosok pemimpin demokratis, objektif, ramah, mampu memposisikan diri dan mampu memperlakukan rekan kerjanya sesuai dengan pribadi rekan kerjanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs An Nawawiyyah mengenai Karakteristik kepala sekolah ialah menunjukkan pribadi yang tenang, sabar, teliti, tidak mudah terpengaruh dan adanya kesadaran dalam diri yang ditunjukkan dari sisi spiritualnya dalam memimpin.Kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Sebagai seorang pemimpin harus menunjukkan pribadi yang baik tulus dari hati, apalagi seorang pemimpin di sekolah berbasis islam, harus menunjukkan sisi spritual

(7)

agamanya yang baik dan berkualitas.”

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh dilapangan bahwa Hal inilah yang menjadi keunggulan kepala sekolah MTs An Nawawiyyah yakni sifatnya yang religius dalam memimpin tersebut.

Pertanyaan berikutnya mengenai bagaimana sikap kepala sekolah ketika mengahadapi suatu masalah, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Biasanya saya memanggil secara personal, lalu melakukan pendekatan secara agamis. Iya, misalnya menghadapi anak yang nakal. Pasti kan ada sebabnya, Nah, hal tersebut digali terlebih dahulu penyebabnya apa, baru mendekati anak tersebut secara pelan-pelan lewat guru untuk disampaikan ke siswanya ataupun secara langsung ke anaknya.”

Kepala sekolah berusaha mendekatkan diri dengan warga sekolah. kepala sekolah memimpin dengan sifat kekeluargaan dan merangkul semua warga sekolah sehingga para guru, staf dan siswa tidak merasa tertekan atas kepemimpinannya dan sangat nyaman.

Disamping itu, kepala sekolah juga memiliki latar belakang yang agamis. Hal ini didukung dengan latar belakang kepala sekolah yang merupakan seorang pemimpin pondok pesantren. Kepala sekolah selalu berupaya meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw dalam memimpin.

Pertanyaan berikutnya mengenai bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan seluruh warga sekolah, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Sering mengadakan pertemuan secara personal maupun kelompok dengan para staf dan guru. Juga memberi nasihat-nasihat kepada bapak/ibu guru untuk melaksanakan pembelajaran secara ikhlas dan sabar. Kalau sama siswa itu selalu mengingatkan untuk disiplin dan patuh terhadap peraturan, penyampaian nasihat ini dilakukan setiap kali ada pertemuan seperti saat upacara bendera, dan lainnya.”

Hal ini selaras dengan temuan penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang ditampilkan kepala sekolah MTs An Nawawiyyah yaitu objektif, demokratis, ramah, humoris, jujur, disiplin, tegas, dapat mengontrol emosi, motivator, memiliki sikap kekeluargaan, adil, berpendirian kuat, dan religius. Hal ini juga dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah untuk memposisikan dirinya bersikap objektif, demokratis, ramah, disiplin, religius, serta dapat mengontrol emosi dengan para staf, guru dan siswanya. Melalui hal tersebut maka akan tercipta suasana kerja yang harmonis dan akan mampu untuk bekerja secara efektif dan efisien.

Menurut pendapat peneliti karakteristik yang paling menonjol atau yang menjadi ciri khas kepala sekolah MTs An Nawawiyyah dalam memimpin yaitu sifat religiusnya. Disisi lain kepala sekolah ini merupakan seorang pemimpin pondok pesantren. Jadi sifat

(8)

religius yang dimilikinya benar-benar di aplikasikan dalam proses kepemimpinannya yaitu mampu mengontrol emosi terhadap siswanya, mendidik siswanya dengan sabar.

Strategi Kepala Sekolah Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa

Strategi yang ditarapkan kepala sekolah sangat bersifat kekeluargaan sesama warga sekolah serta agamis, dengan tetap menjalankan peraturan tata tertib yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MTs An Nawawiyyah mengenai bentuk-bentuk disiplin yang ada disekolah ini, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Macam-macam bentuk disiplin disini ada disiplin waktu, disiplin menegakkan peraturan dan disiplin sikap.”

Pertanyaan berikutnya mengenai penerapan disiplin disekolah ini, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Menurut saya penerapannya sudah cukup baik, peraturan yang sudah dibuat juga dilaksanakan dengan baik oleh para siswa, meskipun masih ada beberapa anak yang sulit untuk diatur.”

Pertanyaan berikutnya mengenai strategi-strategi yang telah dibuat dan dijalankan oleh kepala sekolah untuk mendisiplinkan siswa, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Untuk mendisiplinkan siswa, Ada beberapa strategi yang saya lakukan, yang pertama biasanya itu saya memberi perintah kepada guru wali kelas untuk membuat sebuah grub WhatsApp yang isinya para wali siswa, tujuannya sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan orang tua siswa mengenai segala hal tentang siswa di sekolah. Seperti misalnya ada anak yang tidak masuk kelas, anak yang gaduh sendiri dikelas, nanti akan dilaporkan oleh guru di grub tersebut agar orang tuanya itu mengetahui bagaimana perilaku anaknya disekolahan.”

Pertanyaan berikutnya mengenai konsekwensi seperti apa yang didapat siswa ketika melanggar sebuah peraturan serta bagaimana strategi menghadapinya, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Biasanya ya, kalau saya melihat secara langsung ada yang melanggar tata tertib seperti membuang sampah sembarangan atau waktu saya ke kelas melihat anak yang gaduh itu lebih untuk saya beri teguran secara langsung tetapi dengan lembut agar anak tersebut tidak semakin membangkang jika diberi teguran secara halus.”

Pertanyaan berikutnya mengenai bagaimana pelaksanaan hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Disini itu belum ada buku pointnya, dan tidak ada juga hukuman-hukuman yang berat karena sekolahnya kan masih swasta. Jadi, Kalau ada anak yang benar-benar susah diatur oleh wali kelas ketika pembelajaran dikelas, biasanya saya panggil secara pribadi, saya nasihati pelan-pelan sesuai ajaran agama ya, kalau mendidik anak itu

(9)

tidak boleh dengan kekerasan.”

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh dilapangan bahwa kepala sekolah sudah menjalankan strategi pembentukan karakter dengan baik dan maksimal walapaun masih terdapat hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaannya.

Pertanyaan selanjutnya mengenai pengawasan dalam penerapan kedisiplinan siswa setelah pelaksanaan strategi yang cukup maksimal, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Dalam hal pengawasan kedisiplinan, disini yang lebih di utamakan itu pengawasan melalui absensi kehadiran siswa dikelas, Jadinantinya akan dilakukan perekapan absensi setiap bulannya untuk mengetahui siapa saja siswa yang tidak aktif hadir. Selanjutnya, akan ditindaklanjuti pihak sekolah saat penilaian akhir semester kenaikan kelas.”

Pertanyaan selanjutnya mengenai bagaimana pengawasan diluar lingkungan sekolah, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Kalau diluar lingkungan sekolah itu sudah bukan tanggung jawab dari kami. Sepenuhnya sudah menjadi tanggung jawab dari pihak orang tua ataupun pihak pondok pesantren.”

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh dilapangan bahwa kepala sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap siswa melalui daftar kehadiran siswa.

Strategi merupakan garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kepala sekolah sebagai pemimpin dari institusi pendidikan harus mempunyai strategi-strategi dalam membentuk karakter disiplin siswa guna meningkatkan kualitas dari institusi tersebut.

Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana (1988) yang mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “Taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien.

Selaras dengan temuan penelitian bahwa strategi pembentukan karakter bisa melalui teguran secara langsung kepada siswa, perekapan absensi setiap bulannya, membangun komunikasi yang baik dengan para wali siswa.

Sedangkan, menurut pendapat peneliti bahwa strategi yang diterapkan kepala sekolah MTs An Nawawiyyah dalam membentuk karakter disiplin siswa melalui pembiasaan dan keteladanan yang berorientasi kepada pencapaian tujuan bersama.

Hambatan DalamPembentukan Karakter Disiplin Siswa

(10)

dimasyarakat. Dan individu yang berkarakter baik ialah yang mampu membuat keputusan dan siap bertanggung jawab atas keputusannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MTs An Nawawiyyah mengenai proses pembentukan karakter disilpin siswa, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Proses awalnya itu, Melalui pembiasaan dalam penerapan tata tertib yang sudah dibuat dengan penerapan strategi-strateginya yang telah disebutkan tadi, ya walaupun prosesnya lama dan tidak instan yang penting itu ikhlas dan sabar.”

Pertanyaan selanjutnya mengenai hambatan dalam proses pembentukan karakter disiplin siswa, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Hambatan sih pasti ada, seperti globalisasi yang semakin berkembang pesat terutama bidang teknologi. Tetapi, hambatan yang paling berarti itu latar belakang dari masing-masing siswa, mereka kan dari lingkungan yang berbeda-beda, untuk menjalankan sebuah peraturan dalam sebuah organisasi itu pasti ada yang istilahnya “manut” dan ada yang susah sekali diatur, yang terpenting itu harus selalu sabar menghadapi berbagai tingkah laku dari siswa-siswa tersebut”.

Pertanyaan selanjutnya mengenai hambatan yang datang dari anak pondok karena hampir 82 persen siswanya merupakan anak pondok, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Nah, sebagian besar disini yang melanggar peraturan itu anak pondok, dan yang paling sering dilakukan anak pondok itu terlambat berangkat ke sekolah. Setelah saya konfirmasi dengan pihak pondok, ternyata anak-anak itu sering sekali melewatkan jam tidur malam hanya untuk bersenda gurau dengan teman-temannya. Biasanya mereka melewatkan jam tidur malam itu ikut-ikutan dengan kakak kelasnya yang akhirnya mereka baru tidur itu setelah subuh yang menyebabkan mereka terlambat ke sekolah.”

Pertanyaan selanjutnya mengenai bagaimana solusi untuk segala hambatan yang terjadi, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Ya lebih melakukan pendekatan lagi ke siswa-siswanya khususnya anak pondok. Bisa dengan di nasihati pelan-pelan sesuai dengan ajaran islam, ya intinya tidak usah dikerasin ketika menegur ataupun menasihati.”

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh dilapangan bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan proses pembentukan karakter siswa dengan baik serta mengatasi berbagai hambatan-hambatan yang muncul.

(11)

Pertanyaan selanjtnya mengenai seperti apa harapan untuk kemajuan sekolah dalam hal kedisiplinan siswa, kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Walaupun sekolah kami masih swasta, harapan kami ya semakin disiplin siswanya agar bisa menjadi contoh sekolah-sekolah swasta lain. Intinya ya apapun itu harus dilakukan dengan disiplin, walaupun ada siswa yang kurang pandai yang penting itu disiplin. Barokah dari disiplin itu banyak sekali kalau kita patuh terhadap perintah apapun selama itu baik.”

Pembentukan karakter disiplin merupakan salah satu hal penting dalam pendidikan karakter disekolah. Pembentukan disiplin ini mulai dari disiplin waktu, disiplin menegakkan aturan dan disiplin sikap.

Mengingat pentingnya pembentukan karakter disiplin siswa, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menerapkan berbagai strategi untuk mendisiplinkan siswa dengan pelaksanaan sesuai dengan ajaran Nabi bahwa tidak ada kekerasan dalam proses mendidik. Dengan pembekalan juga kepada para staf dan guru untuk selalu ikhlas dan sabar dalam proses mendidik ketika didalam kelas. Dengan adanya proses pembentukan karakter disiplin siswa ini maka dapat menciptakan siswa yang berdisiplin dalam berbagai bidang maupun ketika dimasyarakat nantinya.

Menurut pendapat Arismantoro dalam bukunyayang berjudulTinjauan Berbagai Aspek Character Building; Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, mengemukakan bahwa Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti disiplin, jujur, dan tanggung jawab.

Sedangkan, Kata disiplin memiliki makna diantaranya menghukum, melatih, dan mengembangkan kontrol diri anak. Disiplin akan membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya.

Ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ngainun Naim dalam buku Character Building “Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa” bahwa Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan.

Tetapi dalam membentuk karakter disiplin dalam diri siswa tidak selalu berjalan dengan lancar,tentu terjadi banyak sekali hambatan-hambatan didalamnya.

(12)

Selaras dengan temuan penelitian bahwa penerapan tata tertib yang sudah dibuat melalui pelaksanaan strategi-strateginya yang telah disebutkan tadi, walaupun membutuhkan waktu bertahap. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh dilapangan juga bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan proses pembentukan karakter siswa dengan baik serta mengatasi berbagai hambatan-hambatan yang muncul.

Sedangkan, menurut pendapat peneliti bahwa terdapathambatan-hambatan dalam pembentukan karakter di MTs An Nawawiyyah diantaranya berkembang pesatnya globalisasi terutama dibidang teknologi, latar belakang siswa yang beragam, pola pengasuhan orang tua, dan lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini sangat berpangaruh dalam proses pembentukan karakter disiplin siswa.

Kesimpulan

Keberadaan pemuda dapat mempengarahi pendidikan non formal yang ada dipedesaan, maka dari itu ada beberapa simpulan yang dapat dipaparkan. Pertama, kepala sekolah MTs An Nawawiyyah memiliki karakteristik kepemimpinan yang religius. Hal ini karena latar belakangnya yang merupakan pemimpin salah satu pondok pesantren. Disamping kepemimpinannya yang religius, Hal ini juga dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah untuk memposisikan dirinya bersikap objektif, demokratis, ramah, disiplin, serta dapat mengontrol emosi dengan para staf, guru dan siswanya. Melalui hal tersebut maka akan tercipta suasana kerja yang harmonis dan akan mampu untuk bekerja secara efektif dan efisien. Kedua, kepala sekolah MTs An Nawawiyyah menerapkan strategi pembentukan karakter melalui teguran secara langsung kepada siswa, perekapan absensi setiap bulannya, serta membangun komunikasi yang baik dengan para wali siswa. Ketiga, kendala Kepala sekolah MTs An Nawawiyyah dalam menerapkan strategi pembentukan karakter disiplin yaitu berkembang pesatnya globalisasi terutama dibidang teknologi, latar belakang siswa yang beragam, pola pengasuhan orang tua, dan lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini sangat berpangaruh dalam proses pembentukan karakter disiplin siswa. Disarankan untuk peneliti selanjutnya memeriksa kembali item-item pada instrumen penelitian untuk memaksimalkan hasil penelitian, yang akan melakukan penelitian serupa hendaknya menggunakan referensi-referensi primer, sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Daftar Pustaka

(13)

Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Al-Kindi, Muhammad Djazaman, dkk. (1993). Mahasiswa dan Masa Depan Politik

Indonesia. Yogyakarta: PSIP, DPP, IMM

Arikunto, S.(1990). Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Ilmu. Bahri, S, & Zain,A. (1996) .Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadlillah, M, & dan Khorida, L. M.(2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep

& Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyasa, E. (2007) Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Naim, N. (2012). Character Building “Optimalisasi Peran Pendidikan dalam

Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa”. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Omeri, N. (2020) Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan, sebuah jurnal online dari https://media.neliti.com/media/publications/270930-pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dun-f6628954.pdf. Diakses tanggal 8 November 2020 Rohani, A & Ahmad, A. (2003) Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (1991). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D.

Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Wahjosumidjo. (2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut : KTSP dikembangkan sesuai dengan

siswa penyandang tunarungu sama dengan siswa yang normal dalam. mencari

Problema kemasyarakatan pendidikan multikultural di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) keragaman identitas budaya daerah; (2) pergeseran kekuasaaan

Berbeda dengan proses spray pyrolysis yang memiliki sumber panas dari luar dan tidak mempengaruhi neraca massa, pada metode flame spray pyrolysis temperatur

tcrschut kami mohon ijin dan hantuan hagi mahasiS\Va yang bcr~~1ngkutnn agar dapat mdakukan pcngamhilan data. di ternpat yang

Hasil kajian juga menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara efikasi-kendiri guru dengan persepsi guru terhadap amalan kepemimpinan

Infrastruktur merupakan fasilitas utama dan terpenting untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi misalnya memungkinkan orang, barang dan jasa

Remaja pubertas juga merasa malu karena rasa kurang percaya diri ketika bertemu dengan orang baru dan tidak merasa malu ketika bersama dengan teman- teman dekat