TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING
MODEL STAKE
Mata Kuliah Pengembangan Instrumen dan MediaBimbingan dan Konseling Dosen Pengampu Prof.Edi Purwanta, M.Pd & Dr.Ali Muhtadi
Oleh:
Liza Lestari (16713251041)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
A. Pengertian Konseling REBT
Menurut Winkel & Hastuti (2004:42), konseling REBT atau yang lebih dikenal dengan rational emotive behaviour therapy adalah konseling yang menekankan interaksi berfikir dan akal sehat (rational thingking), perasaan (emoting), dan berperilaku (acting). Teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. B. Konsep Teori Kepribadian dalam Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy
(REBT)
Menurut Ellis (dalam Corey, 2005:242) untuk memahami dinamika kepribadian dalam pandangan terapi rational emotive behaviour perlu memahami konsep-konsep dasar, berikut ini:
Ada tiga hal yang terkait dengan perilaku, yaitu
1. antecedent event (A), belief (B), dan emotional consequence (C) yang kemudian dikenal dengan rumus A-B- C, sebagai berikut: a. Antecedent event (A) merupakan keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. Seperti perceraian, kelulusan bagi siswa, dan ujian skripsi juga dapat menjadi antecedent event bagi seseorang.
2. b. Belief (B) merupakan keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam yaitu keyakinan yang irrasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrational belief atau iB).
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A). 16 Kalau digambaran hubungan antara peristiwa, sistem keyakinan dan reaksi,
Kerangka A-B-C
Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C) A Fakta B Kepercayaan C Konsekuensi Kerangka A-B-C menduduki posisi sentral dalam teori dan praktek REBT. A adalah keberadaan fakta, suatu peristiwa atau perilaku atau sikap seseorang individu. C adalah konsekuensi emosi dan perilaku ataupun reaksi individu, reaksi itu bisa cocok dan bisa juga tidak. A (peristiwa yang sedang berjalan)
tidak menjadi penyebab C (konsekuensi emosi). Melainkan B, yaitu keyakinan si pribadi A, banyak menjadi penyebab C, reaksi emosi. Misalnya apabila seseorang mengalami depresi setelah bercerai dengan suami/istrinya mungkin bukan perceraian itu sendiri yang yang menjadi penyebab reaksi dalam bentuk depresi itu, tetapi keyakinan si individu bahwa ia gagal, merasa ditolak atau kehilangan pasangannya. Dengan menunjukan kepada seseorang cara ia bisa mengubah keyakinan irasional yang secara langsung menjadi penyebab terjadinya konsekuensi terganggunya emosii merupakan inti dari teori
rasional emotive.
Reaksi emosi yang terganggu seperti depresi dan kecemasan dimulai dan dilanggengkan oleh sistem keyakinan menggagalkan diri sendiri yang didasarkan pada ide irasional yang telah ditemukan serta dikembangkan sendiri. Setelah A-B-C maka muncullah D, yang meragukan atau membantah. Pada esensi D merupakan aplikasi dari metode ilmiah untuk menolong konseli menentang keyakinan irasional mereka. Kemudian lanjut ke E dan juga F. D mengalihkan pikiran irasional E setelah peristiwa terjadi kita tahu apa yang baik untuk kita F new felling (tahu mana yang benar dan salah) G goals (tujuan tercapai).
1. Tujuan terapeutik.
Tujuan umum mengajarkan konseli bagaimana mengevaluasi perilaku dari diri konseli, bagaimana menerima diri, dari ketidak sempurnaan diri konseli. Tugas konselor adalah untuk membantu konseli membedakan antara tujuan yang realistis dan tidak realistis dan juga merugikan diri sendiri. Konselor membantu koseli agar dapat meningkatkan tujuan diri. Konselor membantu meminimalisir gangguan emosi dan perilaku Tujuan dasar adalah untuk memberikan konseli cara mengubah emosi dan perilaku menjadi lebih sehat.
2. Hubungan terapeutik.
Untuk bisa mencapai sasaran yang telah disebutkan diatas, konselor memiliki tugas khusus. Langkah pertama adalah menunjukkan kepada konseli bahwa mereka telah menggunakan banyak hal-hal “seharusnya”, “harus” yang irasional. Konseli belajar untuk memisahkan keyakinan mereka yang irasional dan yang rasional.
Langkah kedua dalam proses konseling adalah membawa konseli melampuai tahap kesadaran. Ditunjukkan disini bahwa mereka membiarkan gangguan emosiaonal mereka tetap aktif dengan terus berfikir tidak logis dan dengan mengulang-ngulang makna serta falsafah menggagalkan diri sendiri. Untuk bisa melampaui kenyataan sekedar mengakui pikiran dan perasaan yang irasional dari si konseli maka konselor mengambil langkah selanjutnya.
Langkah ketiga adalah menolong konseli memodifikasi pemikiran mereka dan meninggalkan ide yang irasional. Konselor REBT berasumsi bahwa keyakinan mereka tidak logis itu sudah sedemikian dalamnya tertanam hingga konseli biasanya tidak mau mengubahnya sendiri. Oleh karena itu konselor membantu konseli untuk bisa memahami lingkaran setan dari proses menyalahkan diri yang ada dalam diri konseli.
Langkah keempat atau langkah terakir diproses konseling adalah dengan menantang konseli untuk mengembangkan sebuah filosofi hidup rasional sehingga di masa mendatang mereka dapat menghindari menjadi korban dari keyakinan lain irasional (Corey 2013: 246).
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY
Tabel Kisi – Kisi Instrument
Variabel Indikator Deskriptor Pernyataan Proses
konseling REBT
Keterampilan konselor
Attending Keterlibatan postur tubuh konselor terhadap konseli
Gerak tubuh secara tepat
Kontak mata konselor terhadap konseli Lingkungan/ruangan yang nyaman Empati Memahami pribadi konseli sebaik dia
memahami dirinya sendiri
Turut merasakan apa yang dihayati oleh konseli
Menunjukan ekspresi emosi yang tepat mengidentifikasi persaan-perasaan konseli Memahami apa yang dirasakan dan dialami konseli yang diungkapkan melalui verbal Bertanya Pengunaan pertanyaan terbuka
Pengunaan pertanyaan tertutup Menggali permasalahan konseli
Mengali dengan bertanya lebih lanjut tentang ekspresi emosi
Memberkan respon pertanyaan setelah konseli menjawab pertanyaan
Mendorong konseli untuk menjawab pertanyaan konselor
Konfrontasi
Konselor mendorong konseli untuk
memperjelas apa yang dirasakan, dipikirkan, dialami oleh konseli
Konselor mengkonfirmasi kembali mengenai perasaan yang diungkapkan konseli dengan bahasa sederhana
Mengemukakan kembali dua pesan atau lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli.
Merangkum
Konselor menjelaskan kembali berbagai isi hati konseli yang telah di ceritakan
Konselor menanggapi penjelasan konseli Genuine
Mengekspresikan secara verbal perilaku genuine
Memahami secara jujur perasaan-perasaan yang secara umum muncul dalam respon konseli
Konselor berkata dan bertingkah laku apa adanya kepada konseli dalam mengungkapkan kejujuran/keaslian dirinya
Klarifikasi
Konselor mendorong konseli untuk
memperjelas apa yang dirasakan, dipikirkan, dialami oleh konseli
Konselor mengkonfirmasi kembali mengenai perasaan yang diungkapkan konseli dengan bahasa sederhana
Mengemukakan kembali dua pesan atau lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli.
Lembar Pengamatan (Instrumen Evaluasi Proses Konseling)
Lembar Observasi Mikrokonseling (Keterampilan Dasar Konseling) Nama Subjek : ______________________________ Nama Observer : ______________________________ Hari, Tanggal Observasi : ______________________________
Petunjuk : berikanlah tanda check (√) pada kolom yang tersedia jika perilaku yang tercantum dalam kolom indikator perilaku, dimunculkan oleh subjek
No Perilaku/Keterampilan Check
(v) Kriteria Jumlah Skor
A. Attending
Check (v)
Kriteria Jumlah Skor Attending
Terampil (75%-100%) Cukup Terampil (41%-74%) Belum Terampil (0%-40%)
1.
Keterlibatan postur tubuh konselor terhadap konseli
2. Gerak tubuh secara tepat
3.
Kontak mata konselor terhadap konseli
4.
Lingkungan/lingkungan yang nyaman
6. Menatap mata konseli secara lembut
7.
Menjaga lingkungan dengan tdak menghadirkan hal-hal/ barang yang mengganggu
8. Menganggukan kepala secara luwes
B. Empati
Check (v)
Kriteria Jumlah Skor Empati Terampil (75%-100%) Cukup Terampil (41%-74%) Belum Terampil (0%-40%) 1.
Memahami pribadi konseli sebaik dia memahami dirinya sendiri
2.
Turut merasakan apa yang dihayati oleh konseli
3. Menunjukan ekspresi emosi yang tepat
4. mengidentifikasi persaan-perasaan konseli
5.
Memahami apa yang dirasakan dan dialami konseli yang diungkapkan melalui verbal
C. Bertanya Check
Kriteria Jumlah Skor Bertanya Terampil Cukup Belum
(v) (75%-100%) Terampil (41%-74%) Terampil (0%-40%) 1.
Pengunaan pertanyaan terbuka
2.
Pengunaan pertanyaan tertutup
3.
Menggali permasalahan konseli
4. Mengali dengan bertanya lebih lanjut tentang ekspresi emosi
5.
Memberkan respon pertanyaan setelah konseli menjawab pertanyaan
6. Mendorong konseli untuk menjawab pertanyaan konselor
E. Perilaku Genuine
Check (v)
Kriteria Jumlah Skor Genuine Terampil (75%-100%) Cukup Terampil (41%-74%) Belum Terampil (0%-40%) 1
Ketidak jujuran atau menutup-nutupi berbagai perasaan yang berkecamuk dalam diri
konselor harus dihilangkan.
2 Mengekspresikan secara verbal perilaku genuine
3
Memahami secara jujur perasaan-perasaan yang secara umum muncul dalam respon konseli
4
Konselor berkata dan bertingkah laku apa adanya kepada konseli dalam mengungkapkan
kejujuran/keaslian dirinya F. Klarifikasi
(v) Terampil (75%-100%) Cukup Terampil (41%-74%) Belum Terampil (0%-40%) 1
Konselor mendorong konseli untuk memperjelas apa yang dirasakan, dipikirkan, dialami oleh konseli
2
Konselor mengkonfirmasi kembali mengenai perasaan yang diungkapkan konseli dengan bahasa sederhana
3
Mengemukakan kembali dua pesan atau lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli.
G Merangkum
Check (v)
Kriteria Jumlah Skor Bertanya Terampil (75%-100%) Cukup Terampil (41%-74%) Belum Terampil (0%-40%) 1
Konselor menjelaskan kembali berbagai isi hati konseli yang telah di ceritakan
2 Konselor menanggapi penjelasan konseli
Evaluasi Menurut Stake
Tahap Dekripsi Judgement
Antecendent 1. Tujuan (merupakan tujuan/sasaran dan efek-efek yang diinginkan)
2. Mengumpulkan data tentang aktivitas dan kejadian selama tahap ini; mendiskripsikan kondisi yang ada
1. Standar kreteria yang antecedent (persiapan) digunakan sebagai dasar perbandingan)
2. Judgment (proses membandingkan tujuan, observasi dan standar) Transaksi 1. Tujuan (melaksanaan program)
2. Observasi (perilaku nyata sehari-hari dari peserta, pelaksana termasuk penggunaan media, tes, dst)
1. Standar kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan)
2. Judgment (proses membandingkan tujuan, observasi dan standar) Outcomes 1. Tujuan (hasil-hasil apakah yang
dirumuskan atau diramalkan)
2. Observasi mengumpulkan data pencapaian tujuan)
1. Standar kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan)
2. Judgment (proses membandingkan tujuan, observasi dan standar)
A. ATENCEDEN
No Aspek Indikator Pernyataan
1 Karakter konseli Kepribadian suka rela Dalam proses konseling. Konseli harus ini siatif untuk datang sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Dapat menyesuaikan diri
dengan konselor.
Konseli dapat menyesuaikan diri dengan konselor daam proses konseling
Mudah terbuka. Konseli harus terbuka dengan masalah apa yang dia alami, agar proses konselingnya berjalan dengan lancar
Mengikuti proses dengan kesungguhan hati.
Konseli mengikuti proses konseling dengan kesungguhan hati tanpa
keterpaksaan dalam proses konseling
Bersedia
mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan
Konseli harus bersedia
mengungkapkan masalahnya, baik itu masalah yang memang dianggap tertutup, agar konselor bias
memahami apa yang sebenarnya dialami konseli
2 Karakter konselor Kehangatan (Warmth) ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
B. TRANSACTION
No Aspek Indikator Pernyataan
1 Teknik REBT 1. Teknik-teknik
Kognitif
konseling secara aktif mempersoalkan keyakinan tidak rasional dan
konselormengajari konseli cara mengatasi tantangan
ketidakrasionalanya sampai ia mampu menghilangkan dan melunturkan kata “harus” dalam dirinya.
2. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
Konseli didorong untuk membayangkan salah satu kejadian pengaktif atau kesulitan terburuk yang dapat terjadi pada dirinya dan mebayangkan dengan jelas kesulitan ini sedang terjadi dan membawa sejumlah masalah ke dalam hidupnya.
3. Teknik-teknik Behavioristik
eknik ini konselor menggunakan prosedur behavioral standar, seperti
pengkondisian operant, prinsip manajemen
diri, desensitisasi sistematis, teknik relaksasi, dan
permodelan. 2 Keterampilan dasar konseling 1. Teknik Kognitif
Dispute Kognitif (cognitive
disputation)
mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, socratic dialogue, vicarious expenriences, dan berbagai ekspersi verbal lainya. Eknik untuk
menggunakan cognitive
disputation adalah dengan
bertanya (questioning). 2. Analisis rasional
(rational analysis)
mengajarkan kkonseli bagaimana membuka dan mendebat keyakinan irasional 3. Dispute standard ganda (double-standard dispute) Mengajarkan konseli melihat dirinya memeiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar
C. OUTCAME
No Aspek Indikator Pernyataan
1 Hasil konseling Secara Praktis Siswa dapat meningkatkan
percaya diri dengan melalui konseling rational emotive behaviour therapy (REBT). Sehingga, siswa mampu menjalani kehidupannya jauh lebih baik lagi tanpa dipengaruhi dengan rasa kurang percaya diri. Keyakinan rasional Ada peningkatan pada diri siswa,
melalui REBT ini, sehingga siswa tersebut dapat memilihara