• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYEBAB CACAT PADA PENYETRIPAN OBAT X DI PT. XYZ MENGGUNAKAN NEW SEVEN TOOLS. Diva Permatasari Rachmadina, Susatyo Nugroho WP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENYEBAB CACAT PADA PENYETRIPAN OBAT X DI PT. XYZ MENGGUNAKAN NEW SEVEN TOOLS. Diva Permatasari Rachmadina, Susatyo Nugroho WP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYEBAB CACAT PADA PENYETRIPAN OBAT X DI PT. XYZ MENGGUNAKAN NEW SEVEN TOOLS

Diva Permatasari Rachmadina, Susatyo Nugroho WP

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Soedarto, DH Tembalang 50239

Abstrak

PT. XYZ merupakan salah satut perusahaan farmasi. Besarnya jumlah produk cacat telah menjadi masalah yang cukup serius di PT. XYZ. Produk cacat menyebabkan pemborosan biaya yang cukup besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian kualitas yang baik saat proses produksi berlangsung. Dengan adanya perbaikan pada pengendalian kualitas saat proses berlangsung diharapkan jumlah produk cacat akan menurun. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya cacat produksi dan mendapatkan sebuah rencana perbaikan kualitas yang dibutuhkan perusahaan untuk mengurangi jumlah produk cacat. Identifikasi faktor penyebab cacat dilakukan menggunakan New Seven Tools. Hasil menunjukkan bahwa penyebab banyaknya jumlah reject pada proses penyetripan obat X, seperti ketebalan aluminium, proses yang harus diperbaiki, kondisi mesin yang kurang bagus, dan kesalahan operator. PT. XYZ perlu mengurangi jumlah reject dengan melakukan perbaikan mesin secara berkala agar mesin selalu dalam kondisi bagus dan tidak mengganggu proses produksi. Selain itu juga perlu adanya riset mengenai tebal aluminium yang optimum untuk proses produksi. Serta melakukan tata ulang job description operator agar fungsi operator di dalam proses produksi lebih optimal.

Kata Kunci: New Seven Tools, reject, penyebab cacat

Pendahuluan

Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur secara ketat dari komposisi dan dosis sampai kualitas kemasan obat tersebut. Oleh karena itu, perusahaan farmasi di harapkan untuk tidak melakukan kesalahan proses produksinya dimana nantinya akan berpengaruh pada kualitas obat – obatan yang akan di hasilkan dalam proses produksi.

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Jenis obat yang diproduksi pun bervariasi seperti tablet, kaplet, kapsul dan sirup, yang digunakan oleh masyarakat baik mengobati penyakit. Mengingat

penting-nya peranan obat sebagai salah satu komoditi yang menyangkut hajat hidup orang banyak maka ketersediaan obat harus selalu terpelihara dan terjamin baik mutu, keamanan dan khasiatnya.

Saat ini PT. XYZ menghadapi permasalahan di lantai produksi yaitu besarnya jumlah produk cacat atau produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi customer. Terdapat banyak jenis kecacatan diantaranya cacat karena dimensi tidak sesuai, pecah, retak, kemasan rusak dan lain sebagainya. Dalam sehari, PT. XYZ mampu menghasilkan 21.725 hingga 61.949 strip obat X. Namun tidak semuanya dapat dipasarkan, 400-2.592 diantaranya cacat dan tidak bisa dijual. Berdasarkan data yang diambil dari tanggal 8 Juli 2014 sampai 7 Agustus 2014 didapatkan bahwa 8 dari 18 periode memiliki proporsi cacat produk yang melebihi batas kendali kualitas.

(2)

Gambar 1. Grafik Proporsi Cacat

Menurut Juran M. Joseph (1993), kualitas ialah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dan bebas dari kelemahan adalah suatu produk dikatakan berkualitas tinggi apabila produk tersebut tidak memiliki kelemahan (cacat) sehingga sangat menguntungkan perusahaan karena perusahan dapat mengurangi tingkat kesalahan, pengerjaan kembali, pemborosan, ketidakpuasan pelanggan, dan waktu pengiriman produk ke pasar. Tingkat kesalahan atau penyimpangan yang sering terjadi dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pengendaian kualitas. Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan (Gasperz, 2003).

Permasalahan produk cacat ini sudah berlangsung cukup lama di PT. XYZ dan menyebabkan pemborosan biaya yang cukup besar bagi perusahaan. Pemborosan ini berupa biaya terhadap pengunaan sumber daya selama proses produksi untuk memproduksi produk cacat dan untuk menangani produk cacat tersebut. Oleh karena itu perlu dianalisis penyebab cacat di lantai produksi agar dapat dilakukan langkah perbaikan untuk meminimisasi jumlah produk cacat. Salah satu tools

untuk menganalisis adalah dengan menggunakan New Seven Tools. New

Seven Tools adalah alat-alat bantu yang

bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis penyebab cacat pada penyetripan obat X. Analisis dilakukan dengan menggunakan

New Seven Tools untuk mengidentifikasi

faktor-faktor penyebab terjadinya cacat produksi dan mendapatkan sebuah rencana perbaikan kualitas yang dibutuhkan perusahaan untuk mengurangi jumlah produk cacat. Untuk lebih jelasnya alur metode penelitian dapat dilihat Gambar 2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian. Data diperoleh melalui pengamatan langsung serta wawancara dengan operator dan staff bagian Departemen Produksi PT. XYZ. Identifikasi dimulai dengan melihat alur proses produksi dari awal sampai akkhir, melihat sistem kerja operator, dan melihat 0 0,05 0,1 0,15 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 P ro po rsi Ca ca t Periode Hari

Grafik Proporsi Cacat pada Penyetripan Obat X

Proporsi BKA

(3)

lingkungan kerja di proses penyetripan. Adapun data sekunder yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah adalah ada obat yang reject dalam satu bulan.

Identifikasi dan Perumusan Masalah Penentuan Objek Penelitian Penentuan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka Wawancara Studi Lapangan

Pengumpulan Data:

Data reject pada bagian penyetripan Triocid

Pengolahan Data: Menggunakan New Seven Tools

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Metode Penelitian

New Seven Tools

New Seven tools merupakan salah satu alat bantu untuk mencari akar permasalahan kualitas, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan new seven tools tersebut untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat, serta dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya cacat.

New Seven Tools diperkenalkan oleh

Mizuno dan Yoji Akao. New Seven Tools atau disebut juga Seven New QC Tools karena mempunyai kegunaan yang serupa dengan Seven Tools.New Seven Tools mendefinisikan masalah sebelum mengumpulkan semua data terlebih

dahulu. New Seven Tools ini lebih banyak digunakan pada level manajerial

Sebagai suatu alat dalam melakukan pengendalian kualitas statistik, New Seven

Tools memiliki beberapa kegunanan antara

lain sebagai berikut: mengorganisir data-data yang bersifat verbal (bersifat kualitatif), mengembangkan beberapa ide , meningkatkan proses perencanaan, menghilangkan kesalahan dan mengindari informasi yang miss, dan menjelaskan permasalahan secara jelas. Ketujuh alat-alat kendali kualitas baru tersebut adalah: 1) Affinity diagram, 2) Interrelationship

diagram, 3) Tree diagram, 4) Matrix diagram, 5) Matrix data analysis, 6) Arrow diagram atau activity network diagram, 7) PDPC (process decision program chart).

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan affinity diagram, dapat dilihat bahwa penyebab reject pada penyetripan obat X dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu: kondisi awal aluminium, kondisi mesin, kesalahan operator dan kesalahan proses. Pada kategori kondisi awal aluminium terbagi lagi menjadi beberapa aspek yang mempengaruhi, yaitu ketebalan aluminium yang berbeda dan pemilihan supplier yang kurang tepat. Untuk kategori kondisi mesin terbagi lagi menjadi empat aspek yaitu suhu saat penyetripan kadang tidak stabil, pisau sering patah atau tumpul, mesin sering breakdown, dan mesin tidak presisi saat melakukan cutting. Untuk kategori kesalahan operator, terbagi menjadi dua yaitu kesalahan operator saat melakukan setting di awal produksi dan kurang tanggapnya operator saat proses tidak berjalan lancar. Sedangkan untuk kategori kesalahan proses yaitu proses produksi terlalu sering berhenti dan jalur tablet tidak lancar.

(4)

Gambar 3. Affinity Diagram Penyebab Reject pada Obat X

Dalam diagram hubungan permasalahan penyebab reject pada penyetripan obat X dibagi menjadi 4 penyebab utama yaitu kondisi awal aluminium, kondisi mesin, kesalahan operator, dan kesalahan proses. Dari faktor-faktor ini masih dijabarkan lagi menjadi penyebab yang lebih spesifik seperti faktor kondisi mesin dijabarkan

lagi dengan faktor perubahan suhu mesin saat penyetripan, pisau sering patah, mesin sering breakdown, dan mesin tidak presisi saat melakukan cutting. Tidak presisi saat melakukan cutting disebabkan karena usia mesin yang sudah tua. Begitu seterusnya, setiap penyebab dicarikan penyebab utama mengapa hal itu terjadi.

Mengapa Triocid pada bagian penyetripan sering terjadi reject?

Operator

Kurang tanggap saat proses tidak berjalan dengan lancar Kesalahan operator saat melakukan setting di awal

produksi Kondisi Alumunium

Bahan kemasan alumunium terlalu tipis atau tebal Pemilihan supplier alumunium

kurang tepat

Kondisi Mesin

Usia mesin sudah tua

Mesin tidak presisi sehingga cutting kadang tidak pas

Mesin sering breakdown

Pisau mesin sering patah atau tumpul

Proses

Jalur tablet sering tersendat sehingga obat tidak bisa jalan Suhu saat penyetripan terkadang

tidak stabil

Proses tidak kontinyu, terlalu sering berhenti

(5)

Mengapa Triocid pada bagian penyetripan sering terjadi reject? Kondisi awal alumunium

Kondisi mesin yang kurang baik

Kesalahan operator dalam melakukan

prosedur kerja

Proses pengerjaan yang tidak sesuai

prosedur

Kesalahan operator saat melakukan

setting di awal produksi Kurang tanggap saat

proses tidak berjalan dengan lancar

Usia pakai mesin sudah

terlalu lama

Mesin tidak presisi sehingga cutting kadang tidak pas Mesin terlalu sering

breakdown, sebentar-sebentar berhenti Pisau mesin sering patah atau tumpul Pemilihan supplier alumunium kurang tepat Ketebalan alumunium yang digunakan berbeda-beda, sehingga harus sering mengubah suhu saat penyetripan

Suhu saat penyetripan terkadang tidak stabil Jalur tablet sering tersendat sehingga obat tidak bisa jalan Proses tidak kontinyu, terlalu sering berhenti

Gambar 4. Diagram Hubungan Penyebab Reject pada Penyetripan Obat X Diagram Matriks bentuk T ini

membandingkan hubungan 3 faktor yaitu aktivitas perbaikan , faktor – faktor penyebab reject, dan aktivitas spesifik yang dilakukan. Aktivitas perbaikan dibagi menjadi 4 tindakan, yaitu melakukan prevenive maintenance, pemilihan ketebalan alumunium yang pas, pemberian SOP kepada tiap operator, dan membeli mesin baru. Sedangkan untuk aktivitas spesifik yang dilakukan dibagi dalam 3 tindakan, yaitu sebaiknya operator memiliki job description yang tetapagar fokus mengerjakan itu saja, melakukan

pengecekan mesin setelah digunakan, dan pemberian arahan kepada operator dari kepala bagian produksi. Berdasarkan Tabel 1. matriks diagram, faktor – faktor yang mempengaruhi variansi hasil uji kekuatan antara lain kondisi awal aluminium, kondisi mesin yang kurang baik, kesalahan operator, dan kesalahan proses. Dari diagram matriks dapat diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil uji kekuatan adalah kondisi mesin, kemudian baru kesalahan operator, lalu disusul dengan kesalahan proses, setelah itu baru ketebalan aluminium.

Tabel 1. Diagram Matriks Reject Pada Penyetripan Obat X

Ketebalan Aluminium Kondisi Mesin yang kurang baik

Kesalahan operator/ human error

(6)

Faktor-faktor Aktivitas Perbaikan Aktivitas spesifik yang dilakukan Memilih supplier tepat untuk mendapatkan ketebalan aluminium yang tepat Melakukan preventive maintenance Setiap operator diberi SOP Membeli mesin baru

Sebaiknya operator memiliki job desc tetap agar fokus mengerjakan pekerjaan tersebut Melakukan pengecekan mesin setelah digunakan

Kepala produksi memberikan arahan mengenai suhu yang tepat untuk proses penyetripan Keterangan :

= Sangat berkaitan = berkaitan = tidak berkaitan

Analisis matriks data diagram menunjukkan penentuan penilaian kepentingan (importance) dari perbaikan permasalahan yang terjadi, seberapa pentingkah perbaikan harus dilakukan dari primary, secondary, dan tertiary cause yang terjadi pada proses produksi. Penilaian kepentingan ini didasarkan pada kaitan-kaitan variabe dari diagram matriks sebeumnya. Mesin yang sering breakdown yang sudah dijelaskan dalam matriks diagram, dijabarkan lagi menjadi lebih detail yaitu mesin yang tidak presisi dan harus segera ganti part. Proses kurang tepat yang menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi jumlah reject dapat disebabkan oleh Suhu terkadang tidak pas untuk proses penyetripan dan tablet yang tidak dapat masuk ke dalam kemasan karena tersendat. Dari semua faktor-faktor tersebut diberi poin dari 1-10 berdasarkan kepentingan (importance) maupun kondisi riil di dalam perusahaan. Dari hasil

scoring, faktor yang paling harus diperhatikan adalah penggantian part. Karena part yang tidak segera diganti akan berdampak pada performa mesin. Hal ini dipandang penting, namun pada kenyataannya penggantian part di PT. XYZ belum berjalan maksimal.

Tabel 2. Analisis Data Matrix Penyetripan Obat X

Primary Secondary Tertiary Importance PT. XYZ position

Kondisi mesin kurang baik

Mesin sering mengalami breakdown

Mesin tidak presisi dalam melakukan cutting (1)

9 7

Part mesin harus

diganti (2) 5 3

Proses kurang tepat

Operator kurang memperhatikan suhu yang saat penyetripan

Suhu terkadang tidak pas untuk proses penyetripan (3)

7 6

Jalur jalannya tablet kadang tersendat

Tablet tidak bisa masuk kemasan dengan baik (4)

(7)

Primary Secondary Tertiary Importance PT. XYZ position Kesalahan Operator Setting awal produksi yang kurang tepat Operator agak kesulitan dalam menemukan setting awal yang tepat (5)

7 5

Operator kurang tanggap

Kurang tanggap ketika proses tidak berjalan dengan semestinya (6) 8 4 Ketebalan aluminium yang tidak sama Kesalahan supplier dalam memberi barang Berbeda antara ketebalan yang satu dengan yang lain (7)

8 6

Berdasarkan diagram pohon pada Gambar 5, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa cara untuk mengurangi reject pada proses penyetripan obat X adalah dengan melakukan pengecekan mesin setelah

digunakan, mengganti part yang sudah saatnya diganti, menempatkan satu operator khusus yang bertugas mengawasi jalannya tablet, serta memberikan standar untuk suhu proses yang baik.

Gambar 5. Diagram Pohon Pengurangan Reject pada Penyetripan Obat X

Mengurangi reject pada penyetripan

obat Triocid

Ada 1 operator khusus yang bertugas

mengawasi jalannya tablet

Tablet dapat masuk tepat satu ke dalam

kemasan Operator harus

standby menjaga jalur tablet

Agar jalur tablet tidak macet dan tersumbat Melakukan preventive maintenance pada mesin Cadmach Perawatan mesin secara rutin Melakukan pengecekan mesin setelah digunakan Mengurangi frekuensi breakdown

Mengganti part yang sudah saatnya diganti

Menjaga mesin agar tetap awet

Suhu proses penyetripan harus

tepat Menghasilkan kemasan obat yang

rapi

Memberikan standar untuk suhu proses

yang baik

Operator tidak salah dalam menentukan

(8)

Gambar 6 adalah diagram panah proses penyetripan obat X. Urutan proses kerja penyetripan obat X yang baik untuk meminimasi jumlah reject dimulai dari melakukan set-up mesin. Ini bertujuan agar mesin beroperasi dengan normal sesuai fungsinya, serta menyetting suhu yang tepat untuk penyetripan. Setelah mesin sudah siap kemudian mengambil obat dari ruang pembuatan obat. Sebelum diproses, Operator harus memasang aluminium roll pada mesin. Setelah semua sesuai maka operator menuang tablet ke dalam mesin. Kemudian operator hanya tinggal mengatur jalannya obat agar tablet tepat

satu masuk ke dalam kemasan. Setelah cutting, operator mengambil strip yang keluar dari mesin. Kemudian menghitung dan merapikan strip ke dalam wadah. Pada proses yang direkomendasikan ini, poin yang ditambahkan adalah proses dimana ada satu operator yang khusus memonitoring jalannya proses dari obat masuk ke mesin sampai obat masuk ke dalam kemasan (strip). Karena pada proses sebelumnya, jalannya proses tidak ada yang memonitoring sehingga ketika ada proses yang berjalan tidak semestinya, hasil rejectnya sudah terlanjur banyak.

A 2 orang 15 menit B 2 orang 12 menit C 2 orang 5 menit D 1 orang 1 menit E 1 orang 2 menit F 1 orang 1 menit G 3 orang 3 menit 0 0 0 1 15 15 2 12 12 3 20 20 4 21 21 5 23 23 6 24 24 7 27 27 D 1 orang 1 menit

Gambar 6. Diagram Panah Aktivitas untuk Mengendalikan Jumlah Reject

Process Decision program Chart (PDPC)

memberikan gambaran tentang cara mengurangi jumlah reject pada proses penyetripan obat X. Untuk mencapai tujuan tersebuat maka perlu dijabarkan menjadi 3 langkah yaitu mengatur ketebalan aluminium, menjaga mesin, dan mengatur suhu penyetripan. Dalam langkah mengatur suhu terdapat kendala mesin terkadang tidak presisi terhadap suhu yang diinputkan. Kendala tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan operator yang harus tanggap terhadap suhu yang tidak beres. Bila operator sibuk

dengan tugasnya maka perlu ditambah satu operator lagi untuk memonitoring proses. Berdasarkan PDPC keseluruhan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa dengan mempertimbangkan kemungkinan kegagalan yang ada, langkah untuk mengurangi jumlah reject pada penyetripan obat X dapat dilakukan dengan pemberian SOP pada operator, memberi hukuman kepada operator yang merusakkan part, menambah satu opertaor lagi untuk memonitoring jalannya mesin, serta melakukan perjanjian ulang kontrak kerja dengan pihak supplier.

(9)

Mengurangi Jumlah Reject Saat Penyetripan Triocid

Menjaga mesin agar tetap awet dan dapat

berfungsi sebagaimana mestinya Mengatur ketebalan lembar aluminium roll Mengatur suhu penyetripan yang pas Melakukan riset dengan mencoba segala jenis ketebalan aluminium kemudian diihat mana yang paling

baik Tidak mempunyai ketetapan mengenai

ketebalan yang pas

Operator tidak menjalankan prosedur pengoperasian mesin dengan benar Melakukan pengarahan atau sosialisasi kepada operator Part mesin mengalami patah/ rusak Mengganti part rusak dengan yang baru Tidak ada biaya Memberi hukuman kepada operator yang merusakkan part Operator lupa Operator diberi SOP Ketebalan aluminium

yang diberikan oleh supplier tidak seragam

Perjanjian ulang kontrak kerja dengan supplier

Mesin terkadang tidak presisi terhadap suhu

yang diinputkan Operator harus tanggap ketika proses tidak sesuai

Operator sibuk dengan jobdesknya sehingga tidak

menyadari ketika suhu berubah Ditambah satu operator lagi untuk

memonitoting jalannya mesin

Kemungkinan jumlah reject ada penyetripan Triocid

berkurang

Gambar 7. PDPC Untuk Mengurangi Reject Pada Obat X

Simpulan

Dengan menggunakan New Seven Tools, dapat dijabarkan dengan lebih mudah akar penyebab banyaknya jumlah reject pada proses penyetripan obat X, seperti ketebalan aluminium, proses yang harus diperbaiki, kondisi mesin yang kurang bagus, dan kesalahan operator.

PT. XYZ perlu mengurangi jumlah reject dengan melakukan perbaikan mesin secara berkala agar mesin selalu dalam kondisi bagus dan tidak mengganggu proses

produksi. Selain itu juga perlu adanya riset mengenai tebal aluminium yang optimum untuk proses produksi. Serta melakukan tata ulang job description operator agar fungsi operator di dalam proses produksi lebih optimal.

Daftar Pustaka

Dahlgaard, J. J., Kristensen, K., & Kanji G. K. 2002. Fundamentals of total

quality management: Process analysis and improvement.

(10)

Abingdon, Oxon: Taylor & Francis.

Diaz, C. 2001. The new seven Q.C. tools:

A training presentation on the N7

[PowerPoint slides].

http://www.freequality.org/docume nts/training/NewSevenTools%5B1 %5D.ppt

Gasperz, Vincent. 2003. Metode analisis

untuk peningkatan kualitas ISO 9001:2000 cause 8 : mesurement, analysis and improvement.

Gramedia. Jakarta

Juran, J. M. 1993. Quality Planning and

Analysis. Mc Grow-Hill Book

Company. Amerika.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT Grasindo.

Michalski, W. J. (1997). Tool navigator:

The master guide for teams. (pp.

286–287). Portland, Oregon: Productivity Press.

Gambar

Gambar 1. Grafik Proporsi Cacat
Gambar 2. Metode Penelitian
Gambar 3. Affinity Diagram Penyebab Reject pada Obat X
Gambar 4. Diagram Hubungan Penyebab Reject pada Penyetripan Obat X  Diagram  Matriks  bentuk  T  ini
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun hepatopankreas (organ asal endoderm) bukan merupakan organ target infeksi virus ini, namun pada organ ini dapat pula ditemukan infeksi WSSV yang

Penggunaan ampas penyulingan daun nilam sebagai litter dalam pemeliharaan ayam broiler bermanfaat sebagai bahan litter dapat menekan gejala koksidiosis karena

Dalam kasus lainnya, karyawan dapat dikatakan memiliki motivasi sangat rendah jika karyawan ingin mendapatkan imbalan (valence tinggi), namun ia tidak yakin bahwa

Hal ini menjadi dorongan untuk dilakukan penelitian mengenai pendapatan yang diperoleh dari proses pengolahan kedelai menjadi kedelai bubuk serta besarnya nilai tambah

Mengingat fungsinya sebagai counter wacana dari media arus utama, Produk Jurnalisme Warga yang tertulis dalam Portal Desa sudah selayaknya menampilkan perspektif yang

Untuk itu pada Tanggal 05 September 2005 Abi Ibnu Ali Rasyid Ben Tgk Dheh Atau yang Lebih di kenal dengan Nama Abi Bujok Setelah Lulus menimba ilmu Pengetahuan Di Pesantren

Imlementasi CTL dengan metode Group Investigation berbantuan media dilaksana- kan dengan mengkolaborasi penerapan kom- ponen CTL dengan tahapan pelaksanaan Group Investigation

Oleh sebab Bangsawan merupakan teater komersial yang pertama di Tanah Melayu, setiap tauke atau pengusaha kumpulan terpaksa mencari jalan memajukan kumpulannya untuk