• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) tahun oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) tahun oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa lanjut usia identik dengan masa klimakterium yaitu masa

peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium. Klimakterium dibagi

menjadi 4 fase, yaitu premenopause, perimenopause, menopause, dan pasca

menopause. Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan

mengalami fase premenopause, dimana pada fase ini muncul berbagai keluhan

(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005)

Pada tahun 2013, jumlah wanita di dunia yang memasuki menpouse

diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang. Saat ini indonesia baru mempunyai

14 juta wanita menopouse. Namun menurut proyeksi penduduk Indonesia

tahun 2000-2013 oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia

di atas 50 tahun adalah 16,9 juta orang. Bahkan pada 2025 di perkirakan akan

ada 60 juta wanita menopouse. Sindrom menopouse di alami oleh banyak

wanita hampir di selurauh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% wanita

di Amerika, 57% wanita di malaysia, 18% wanita di Cina, 10% wanita di

Jepang, dan di Indonesia di perkirakan jumlah orang yang menderita

kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk

(Hawari 2013).

Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita Indonesia yang

memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut

(2)

meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada

2015. Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya populasi

penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya

derajat kesehatan masyarakat.

Menjadi tua seringkali menjadi sesuatu yang menakutkan bagi

setiap orang, khususnya kaum wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal

dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak

cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan. Padahal, masa

tua merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam

kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa

anak-anak dan masa reproduksi (Kasdu, 2004).

Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50

tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga

mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 2013 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru

mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun

2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari

total penduduk (Depkes RI, 2013).

Di Provinsi Aceh pada tahun 2015 di perkirakan 24,4 juta jiwa

(10%), dan pada tahun 2020 di perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa

(11,34%) jumlah perempuan menopouse (Dinkes NAD, 2013).

Sedangkan jumlah wanita yang berumur 50 tahun ke atas dan

(3)

peningkatan secara signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun

2000,jumlah penduduk wanita yang berumur di atas 50 tahun mencapai 15,5

juta jiwa atau 7,6 % dari total penduduk (Admin, 2005).

Tidak ada seorang wanita ingin mengalami salah satu dari sekian

banyak keluhan pada masa premenopause, demikian juga pihak keluarga.

Jika beberapa keluhan tersebut muncul bersamaan, bisa dibayangkan betapa

menurunnya kualitas hidup wanita tersebut. Sebenarnya masa premenopause

tidaklah seseram itu, kalau saja para wanita yang memiliki umur senja

mengetahui dengan benar proses menopause, sehingga bisa lebih siap

menghadapi segala kemungkinan (Suheimi, 2006).

Keterlibatan pemerintah dan juga masyarakat dalam mengatasi

masalah menopause antara lain bekerja sama dengan tim dari berbagai

disiplin ilmu misalnya psikologi dan spesialis obstetri ginekologi melalui

kegiatan posyandu lansia sebagai tempat efektif untuk memberikan

informasi tentang premenopause, menopause, dan pasca menopause (Pakasi,

2004).

Di Kabupaten Nagan Raya berjumlah 146.702 jiwa, wanita menopouse

20,58%, Puskesmas Ujung Fatihah jumlah penduduk 19.475 jiwa, Wanita

menopouse 1,90%, jumlah penduduk Desa Sikuneng 535 jiwa, jumlah

wanita menopause 7,47% (Dinkes Nagan Raya 2013).

Menurut laporan dari yang di dapatkan di Puskesmas Ujung Fatiha

tidak ada ibu usia lanjut dari Desa Sikuneng yang datang berkonsultasi

(4)

Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada sepuluh

ibu usia lanjut melalui wawancara di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya di temukan 6 ibu mengalami kecemasan menghadapi

menopouse berupa : ibu cemas terjadi gejolak rasa panas yang tiba-tiba

membuat mereka tidak nyaman, cemas dengan ketidak teraturan siklus haid

pada dirinya, cemas timbulnya penyakit setelah terjadinya menopouse,

cemas tidak di hargai lagi, dan cemas di tinggal suami. Sedangkan menurut 4

orang ibu merasa menopouse merupakan proses alami.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui

tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi

menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan kuala Kabupaten Nagan Raya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan

masalah adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan ibu

dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

(5)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan

ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?

b. Untuk mengetahui Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?

c. Untuk mengetahui Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2014 ?

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan

dan pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek

di lapangan nantinya, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan serta dapat memperoleh gambaran nyata tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse.

2. Bagi instusi pendidikan

Memberi informasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang

(6)

3. Bagi tempat penelitian

Bagi ibu premenopause di Desa Sikuneng diharapkan dapat

menambah wawasan dan informasi tentang menopause, sehingga dapat

lebih memahami tentang bagaimana cara menghadapi menopause dan

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapan menghadapi menopause 1. Pengertian

Kesiapan berasal dari kata “siap” yang mendapat awalan ke

dan akhiran -an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi

kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan

sesuatu (Poerwodarminto, 2007).

Menurut Chaplin (2005), kesiapan (readiness) adalah tingkat

perkembangan dari kematangan mental atau kedewasaan yang

menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Dapat juga diartikan

sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu.

Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan

dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental

atau psikologisnya.

B. Menopouse 1. Pengertian

Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang

disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina, 2010).

Menurut Pakasi (2006), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus

yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur.

(8)

Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap

wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun.

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti

yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani

yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid.

Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang

terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan

ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda

umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita

memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono Prawirohardjo, 2008)

2. Periode menopause dalam fase klimakterium

Menopause merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap

perempuan dan umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-60

tahun). Sekitar 1 % perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun

yang disebut menopause prekoks, sementara berhentinya menstruasi antara

usia 40-45 tahun disebut dengan menopause dini (early menopause) yang

terjadi pada 10 % perempuan (Ninsih, 2008).

Rambulangi (2006) menyatakan bahwa, usia seorang perempuan

memasuki masa premenopause antara 40-49 tahun. Berikut ini pembagian

fase klimakterium dibagi menjadi empat fase (Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2004), yaitu :

(9)

Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan

dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid

yang tidak teratur dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah

darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai nyeri

haid.

b. Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause

dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang

tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik,

Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai keluhan

klimakterik.

c. Menopause

Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang

terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause

biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun (Dorland, 2004).

d. Pasca menopause

Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak

(10)

3. Penyebab dan proses terjadinya menopause

Fungsi ovarium akan mulai menurun rata-rata pada saat seorang

perempuan berusia pertengahan empat puluhan. Pada saat usia tersebut,

kondisi kadar hormon yang naik turun akan menyebabkan berbagai

gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal ini,

Pertama, lebih sedikit folikel yang matang, selanjutnya produksi sel

telur mulai berkurang, dan mengakibatkan ovulasi tidak terjadi pada

setiap siklus menstruasi.

Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pola baru perubahan

kadar hormon selama siklus menstruasi. Pertama, jika folikel tidak

matang, hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama dua minggu

pertama siklus. Karena tidak ada sel telur yang matang dalam folikel,

maka folikel itu tidak dapat melepaskan sel telur. Jika ovulasi tidak terjadi,

maka tidak akan ada progeseteron yang diproduksi oleh korpus luteum

pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen akan terus membentuk

lapisan endometrium tanpa diimbangi. oleh efek dari progesteron yang

akan menyebabkan menstruasi yang berat di luar biasanya.

Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur yang matangakan

menyebabkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah sehingga

lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur yang

dibuahi. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak terjadi.

Ketika kadar estrogen dan progesteron menurun, kelenjar

(11)

keadaan ini dengan menaikkan produksi Folicle Stimulating Hormone

(FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) untuk menstimulasi ovarium

melakukan fungsi normalnya. Jika ovarium tidak mampu bereaksi

dengan membuat matang folikel dalam setiap siklus, kadar FSH dan

LH yang tinggi ini akan mengganggu operasi normal dari sistem

tubuh lainnya termasuk metabolisme, kimiawi otak, dan keadaan

tulang (Emma, 2005).

4. Dampak kesehatan bagi fisik maupun psikis

Menjelang menopause semua perempuan kerap tidak

mengetahuinya, tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan

adanya perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui

dengan berhentinya siklus menstruasi, selain itu menopause juga sering

disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga

perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).

Kadar hormon estrogen rendah di dalam tubuh akan

menyebabkan keluhan-keluhan di awal masa menopause (Baziad,2004).

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause,

yaitu :

a. Ketidak teraturan siklus haid

Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang

kala menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus

(12)

yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang

normal.

b. Gejolak rasa panas (hot flushes)

Arus panas biasanya timbul pada saat darah menstruasi mulai

berkurang dan berlangsung sampai menstruasi benar-benar

berhenti. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar

jari-jari kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara

menyeluruh.

c. Kekeringan vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali

mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang

menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang

elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada

saat kencing.

d. Perubahan kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika

menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis

terutama pada daerah sekitar wajah, leher, dan lengan.

e. Keringat dimalam hari

Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh, sehingga

perlu mengganti pakaian dimalam hari, sehingga tidak dapat tidur

(13)

f. Sulit tidur

Imsomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause,

tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat

berkeringat malam hari.

g. Kerapuhan tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses

steoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit

kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah

berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.

Kehilangan 1 % tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan,

tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.

h. Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih

yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan

perilaku makan yang sembarangan.

i. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita

menopause, dari sudut pandang medis ada dua perubahan paling

penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya

kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta

hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Beberapa

keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause

(14)

1) Ingatan menuru

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,

namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam

mengingat.

2) Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak

pernah dikhawatirkan.

3) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan.

Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang

sebelumnya dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin

disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi

sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam

dirinya.

4) Stres

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, dan

takut termasuk para perempuan menopause. Respon orang terhadap

sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan

suasana hati dan emosi.

5) Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena

(15)

kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena

kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan

seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi

masatuanya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi menopause

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan

mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih

baik (Notoatmodjo, 2007).

Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam

mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan

wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap

memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang

berat.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi dan faktor

pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang

bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai

(16)

c. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan

pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah

cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat

mengalami menopause (notoatmodjo,2007).

d. Budaya dan lingkungan

Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita

menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang

mayoritas adalah muslimah, umumnya dapat menerima menopause

dengan baik. Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita

menopause tetapi juga dialami oleh wanita premenopause dimana

tanggapan masyarakat tentang menopause akhir-akhir ini semakin

meningkat (Prawirohardjo, 2005).

e. Riwayat kesehatan

Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi

psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat

terjadi pada wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi

masa peralihan atau perubahan-perubahan (Admin, 2004).

f. Umur

Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan

bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause

(17)

g. Dukungan keluarga

Menopouse dapat berjalan dengan lancar dengan adanya

kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah

harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang di alami

selalu di pandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat

berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya

suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa

kehadirannya masih sangat di butuhkan oleh keluarga. Seorang suami

yang peka, akan menyadari bahwa istri tidak selincah dulu sehingga

suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah

tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami

alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan

ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopouse

bisa di hadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani

menopouse akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga

yang harmonis. keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian

dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik

(18)

tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan

emosi. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan

yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga

keadaan emosi, afeksi/ekspresi (prawihardjo, 2004),

Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat,

kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan sosial sebagai perilaku

yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa

dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia

memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung,

individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan

kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang

akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan

individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi,

bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian

sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada

dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat

(19)

h. Olah raga

Olah raga selain dapat menguatkan tulang, juga dapat

mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga

dapat menghilangkan stress. Olah raga yang bisa dilakukan seperti

jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga, dan

sebagainya. Dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu,

minimal 30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha hidup aktif

akan menekan gejala imsomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit

jantung, serta mencegah hot flushes.

Berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi

juga mental. Berolahraga dapat meningkatkan endorphins, serotonin,

dan dopamine pada tubuh yang dapat memberikan perasaan senang

dan tenang. Zat-zat tersebut juga dapat mengatur perasaan gelisah,

stres, dan depresi.

Aktivitas ini dapat dengan lancar mengalirkan darah ke otak dan

ke seluruh tubuh sehingga membuat otot dan mental lebih tenang.

Ingatlah bahwa ketika Anda dapat berpenampilan bagus, maka Anda

akan merasa senang (Admin,2004).

Dalam jangka panjang, memelihara kebugaran fisik akan

menambah kepercayaan diri Anda dan mengubah cara berpikir Anda

terhadap diri Anda sendiri sehingga kesehatan mental pun terjaga.

(20)

senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan

pada fisik atau psikologis.

Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk

penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses

masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya

aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang

mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya

enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Admin, 2004).

Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa

manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan

otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,

menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran

mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan

tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

i. Pengkonsumsi Alkohol

Pengaruh alkohol pada reproduksi wanita, berbeda dengan

reproduksi pada pria, meskipun ada beberapa yang sama. Pada wanita,

siklus pertumbuhan hormon berbeda-beda. Untuk wanita yang

memasuki masa premenopause, meminum minuman keras, sangat

(21)

yaitu, terhentinya siklus menstruasi dan mempercepat menopause,

peningkatan aborsi, atau siklus bulanan menjadi tidak teratur.

Selain mengganggu sistem reproduksi, alkohol berlebih juga akan

mengganggu regulasi hormonal, misalnya akan membuat penyakit

seperti penyakit jantung, kelainan janin, penyakit pankreas dan

kekurangan gizi. Untuk wanita yang memasuki masa menopause,

akan menyebabkan kadar estradiol menjadi turun, karena hormon

ini tidak lagi disintesis di ovarium. Turunnya kadar estradiol pada

wanita, sering dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena p

enyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu, konsumsi berlebih

alkohol juga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan

resiko terkena kanker payudara.

j. Pola makan

Pola makan adalah kebiasaan seseorang/kelompok dalam memilih

menu makanan untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi Anda yang akan

memasuki fase menopause, cobalah untuk rajin mengonsumsi ikan

yang kaya akan omega-3, seperti salmon atau trout. Konsumsilah

jenis ikan ini setidaknya dua kali dalam seminggu. Omega-3 yang

terkandung di dalam ikan bisa membantu pencegahan penyakit jantung

dan kanker payudara.

Wanita yang sedang mengalami masa menopause rentan terhadap

penyakit jantung dan kanker payudara. Susu dan produk turunannya

(22)

tubuh. Pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh

menurun sehingga penyerapan kalsium ke dalam tubuh menjadi lebih

berat. Oleh sebab itu, asupan kalsium tambahan diperlukan untuk

menambahkan kekuatan tulang. Perut kembung merupakan salah

satu masalah yang harus dihadapi oleh wanita menopause. Untuk

mengatasi masalah ini, tambahkanlah porsi gandum dan sereal ke

dalam diet Anda. Serat yang terkandung di dalam gandum dapat

mencegah konstipasi. Kedelai dan kacang-kacangan yang sangat

dianjurkan untuk wanita menjelang menopause. Kedelai

mengandung zat sejenis dengan estrogen yang disebut dengan

isoflavon yang sangat berguna untuk mengurangi ruam panas dan

rasa panas. Tahu dan tempe adalah dua jenis makanan yang sangat

dianjurkan. Ruam dan rasa panas memang identik dengan

menopause. Selain kedelai, cobalah untuk mengkonsumsi teh herbal

Teh herbal dapat memberikan sensasi relaksasi, sehingga mengurangi

ruam dan rasa panas saat menstruasi yang biasa disebut dengan

(23)

C. Kerangka Teori

Kesiaapan menghadapi menopouse dapat di pengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu : pengetahuan, ekonomi, budaya, riwayat kesehatan,

umur, pendidikan, dukungan keluarga, olah raga, pengkonsumsi alkohol,

pola makan . Dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Gambar 2.1 kerangka teori

Admin, 2004 Pola makan Olah raga Riwayat kesehatan Kasdus, 2004 Pengkonsumsi alkohol Kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse Prawihardjo, 2005 Dukungan keluarga Umur Budaya Notoeatmodjo, 2007 Pendidikan Pengetahuan Ekonomi

(24)

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Nototmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka

kerangka konsep dari Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse yaitu :

variable Independent variable Dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

1. Ha : Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2014. Dukungan keluarga Kesiapan ibu menghadapi menopouse Olah Raga Pola makan

(25)

2. Ha : Ada pengaruh antara olah raga dengan kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2014.

3. Ha : Ada pengaruh antara pola makan dengan kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan

menggunakan desain cross Sectional. Berdasarkan hal tersebut maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua,

olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi

menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti (Noetoatmodjo, 2005) populasi dalam penelitian ini adalah semua

ibu usia 40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 43 orang.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu

seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 43 orang ibu usia

40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya.

(27)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di desa sikuneng kecamatan Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Nagan Raya.

2. Waktu

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal 12-13 februari 2014.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berisi tentang kesiapan menghadapi menopouse,

dukungan keluarga, olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse. Untuk kesiapan ibu menghadapi menopouse

berjumlah 5 pertanyaan, untuk dukungan keluarga 5 pertanyaan, untuk olah

raga 5 pertanyaan, dengan pilihan jawaban jika ya nilainya 1 dan jika tidak

nilainya 0. Hasilnya dikategorikan sebagai berikut:

Baik : ≥76–100%

Kurang :< 75%

Sedangkan pola makan ibu pertanyaannya berbentuk multiple

choice yang berjumlah 10 pertanyaan dengan alternatif pilihan a, b, dan c.

Jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai, skor tertinggi adalah 2

sedangkan terendah adalah 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden

dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel,

(28)

Baik : > 5,41 dari total skor

Cukup : = 5,41 dari total skor

Kurang : < 5,41 dari total skor

E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur

yang berlaku yaitu:

a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur

administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi

Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh dan Kepala Desa Sikuneng

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

b. Setelah memperoleh izin dari Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan raya, kemudian peneliti meminta kesediaan

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara

menandatangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan.

c. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan

cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan.

d. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari

(29)

F. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data,

maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara :

a. Editing

Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian

atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan

pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan

data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata

responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan

sudah dijawab dengan benar.

b. Coding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan

memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh

diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data.

c. Transfering

Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan

dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian

dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang

tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya

kembali sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar.

d. Tabulating

Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di

(30)

bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari

hasil dan data-data responden.

G. Definisi operasional No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Skala ukur

Hasil ukur Variabel Dependen

1. Kesiapan Ibu dalam menghadapi

menopause

Persiapan

mental, seorang ibu dalam masa menopouse

Wawancara ≥ 75-100% > 75%

kuesioner Ordinal - Siap - Tidak siap

Variabel Independen

1. Dukungan Keluarga Motivasi yang di berikan kelurga

Wawancara ≥ 75-100% > 75%

kuesioner Ordinal -Mendukung -Tidak mendukung 2. Olah raga Aktifitas Fisik

yang dilakukan ibu

Wawancara ≥ 75-100% > 75%

kuesioner Nominal - Ada - Tidak ada 3. Pola Makan Kebiasaan ibu

dalam mengkonsumsi makanan Wawancara > 5,41dari total skor = 5,41 total skor < 5,41 dari total skor

kuesioner Ordinal -Baik -Cukup - Kurang

H. Analisa Data

Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah

analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi

(31)

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti.

Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam

tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori

dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut:

P = 100% N f x Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui

uji Chi-Squaer Tes ( ), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan

statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p <

0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan

menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006).

Rumus : x2 =∑[( )] Keterangan :

x2 = Chi-Squaer test

(32)

E = Frekuensi harapan

Aturan yang berlaku untuk uji (Chi-square), untuk program komputerisasi

seperti SPSS adalah sebagai berikut :

1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang 5,

maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2) Bila pada tabel kontngency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah continuty

Correction.

3) Bila tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2 3x3 dan

lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah pearson Chi-Square.

4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel denagn nilai frekuensi

harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Ujung Sikuneng teletak di Kecamatan Kuala Kabupatean Nagan

Raya, terdapat jumlah penduduk 535 jiwa, yang terdiri dari 149 KK, jumlah

laki-laki 258 jiwa, dan perempuan 277 jiwa, batas-batas wilayah penduduk

sikuneng sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Bintang, sebelah barat

berbatAsan dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah utara berbatasan dengan

Desa Blang Baro, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulo Ie, luas

wilayah Desa Sikuneng 830 m, panjang 500 m.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 12-13 Februari 2014. Dari data

yang dikumpulkan terdapat 43 responden yang dijadikan sampel dari seluruh

populasi yaitu seluruh ibu yang umurnya 40-45 di Desa Sikuneng Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya, data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari

hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai

berikut :

(34)

1. Analisa Univariat

a. Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse .

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014 No Kesiapan Ibu Menghadapi

Menopouse Frekuensi (%)

1. Siap 16 37,2

2. Tidak siap 27 62,8

Jumlah 43 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43

responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak siap dalam

menghadapi menopouse yaitu sebanyak 27 responden (62,8%).

b. Dukungan keluarga

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi dukungan kelurga terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014

No Dukungan keluarga Frekuensi (%)

1. Baik 22 28,2

2. Cukup 23 29,5

3. Kurang 33 42,3

Jumlah 78 100

(35)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43

responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak mendapat

dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%).

c. Olah raga

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi olah raga terhadap Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014

No Olah raga Frekuensi (%)

1 2. Ada tidak ada 15 28 34,9 65,1 Jumlah 43 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden

yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan menghadapi

menopouse yang tidak ada olah raga yaitu sebanyak 28 responden

(65,1%).

d. Pola makan

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi pola makan terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014

No Pola makan frekuensi (%)

1 Baik 13 30,2

2 Cukup 12 27,9

3 Kurang 18 41,9

Jumlah 43 100

(36)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden

yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan dalam

menghadapi menopouse yang memiliki pola pola makan kurang yaitu

sebanyak 18 respoden (41,9%).

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh dukungan kelurga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Tabel 4.5

Pengaruh dukungan keluraga terhadap Kesiapan Ibu dalam

Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014

No

Dukungan keluarga

Kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse Jumlah Uji Statistik Siap Tidak siap

f % f % f % p-value 1. Dukung 13 86,7 2 13,3 15 100 0,000 2. Tidak mendukung 3 10,7 25 89,3 28 100 Jumlah 16 37,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p<0,05

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang

memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden (86,7%) yang siap

dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada

dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam

menghadapi menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

(37)

berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi

menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014.

b. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Tabel 4.6

Pengaruh olah raga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014

No

Olah raga

Kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse Jumlah Uji Statistik Siap Tidak siap

f % f % f % p-value 1. Ada 8 53,3 7 46,7 15 100 0,103 2. Tidak ada 8 28,6 20 71,4 28 100 Jumlah 16 37,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p>0,05

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang ada

olah raga terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi

menopouse, dari 28 responden yang tidak ada olah raga terdapat 8

responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang

berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan

(38)

menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014.

d. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Tabel 4.7

Pengaruh pola makan terhadap Kesiapan Ibu dalam

Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014

No

Pola makan

Kesiapan ibu dalam

menghadapi menopouse Jumlah Uji

Statistik Siap Tidak siap

f % f % f % p-value 1. Baik 3 23,1 10 76,9 13 100 0,363 2. Cukup 6 50,0 6 50,0 12 100 3 Kurang 7 38,9 11 61,1 18 100 Jumlah 16 32,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p>0,05

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang

memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam

menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan

cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari

18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden

(38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang

berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan

(39)

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2014.

C. Pembahasan

1. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan

keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam

menghadapi menopouse dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 15

responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden

86,7% responden yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28

responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden

(10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang

berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi

menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014.

Menurut Friedman (2008), keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga

berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan

(40)

dalam menghadapi menopouse. Bila salah satu dari anggota keluarga

mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan

terganggu.

Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,(2008)

adalah, mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah

kesehatan yang terjadi dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang

tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota

keluarga, memelihara lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai

sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator

identitas anggota. terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien,

misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian

pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan

balik seperti dorongan bagi anggota keluarga. Keluarga bertindak sebagai

sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan

penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian

yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford,

1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang

(41)

ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai

dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan.

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk

keluarga (dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti

dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau

dukungan sosial keluarga eksterna. Dukungan keluarga adalah sebuah

proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan

sosial berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan.

Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian

dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga,

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Yani (2011),

tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi

menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki

hubungan signifikan (p>0,05). Kompensasi tingkat pengetahuan memiliki

hubungan (p=0,061), hubungan dengan dukungan keluarga dan

(42)

faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse di

Wilayah kerja puskesmas Garut .

Dari literatu dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti

berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Pada

penelitian ini di temukan masalah yaitu terdapat 2 responden yang

mempunyai dukungan keluarga baik namun tidak siap dalam menghadapi

menopouse, hal tersebut dikarenakan keluarga hanya memberikan

kenyamanan fisiknya saja yaitu sering mengajak ibu jalan-jalan pagi,

tetapi tidak memberikan support, penghargaan, dan perhatian.

2. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa Informasi

merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu

dalam menghadapi menopouse. hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas,

dari responden yang ada melakukan olah raga dari 15 responden

terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse.

Dari 28 responden yang tidak melakukan olah raga terdapat 8 responden

(28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103

yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

(43)

menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa

manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan

otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,

menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran

mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan

tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan peneliti

sebelumnya, tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam

menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

olahraga memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi

menopouse, kompensasi tingkat olahraga tidak memiliki hubungan

(p=0,308), dalam menghadapi menopouse di RW 02 Kelurahan

Srangseng Sawah Jakarta Selatan (Piere, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan hasil peneliti sebelumnya

diatas peneliti berasumsi bahwa olahraga adalah salah satu faktor yang

tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Hal

ini dikarenakan olah raga salah satu dari kegiatan fisik ibu, yang bisa di

(44)

menggunakan sepeda, mengerjakan pekerjaan rumah, dan pekerjaan di

luar rumah. Dari penelitian ini 8 responden yang tidak ada melakukan

olahraga namun siap menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan

olahraga mudah dilakukan.

3. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang

memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap

dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola

makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi

menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang

terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi

menopouse.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363

yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan

ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

Pola makan adalah bagian dari pencegahan menopouse dini

pada wanita. Disarankan untuk banyak makan makanan yang

bersumber dari kedelai yang banyak kandungan phytoestrogen,

(45)

bermanfaat untuk membantu dan mengatasi penurunan hormon

estrogen pada perempuan yang cukup nsignifikan ketika masa ini

berlangsung.

Banayak mengkonsumsi anti oksidan. Karena makanan yang

banyak mengandung anti oksidan ini bermanfaat untuk menjaga sistem

kekebalan tubuh dan juga bersifat mengusir racun dari dalam tubuh

dan menunda tanda-tanda penuaan.

Untukmengurangi pengeroposan dan patah tulang dengan

asupan susu, keju, kacang-kacangan, serta roti. Makan buah-buahan

dan sayuran seperti, pepaya, kedelai bengkoang, dan terong untuk

pencegahan penuaan dan serangan radikal bebas (Mary Courtney

Moore, 2005)

Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan oleh Viqi (2010),

tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi

menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi

menopouse. Kompensasi tingkat pendidikan memiliki hubungan

(p=0,000), hubungan dengan tingkat ekonomi ibu menunjukkan

hubungan yang signifikan (p<0,05) dalam menghadapi menopouse di

Kecamatan Layung Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan penelitian sebelumnya

(46)

mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse, pada

penelitian ini di temukan 7 responden yang pola makannya kurang

namun siap menghadapi menopouse hal ini dikarenakan kebiasan

ibu-ibu di Desa Sikuneng adalah banyak mengkonsumsi sayur-sayuran yang,

dan buah buahan yang mengandung banyak anti oksidan dan juga

banyak ibu-ibu yang memproduksi tempe dan tahu. Maka dapat

disimpulkan bahwa pola makan tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam

(47)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB IV sebelumnya,

peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam

menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,0040 < α- value (0,05).

2. Tidak ada pengaruh olahraga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi

menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.,

ditandai dengan p-value (0,103) < α- value (0,05).

3. Tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam

menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,363) < α- value (0,05).

B. Saran

1. Bagi peneliti

Sebagai pengetahuan pembelajaran melakukan penelitian

sekaligus mangaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama

perkuliahan dan semoga peneliti ini dapat bermanfaat bagi penelitian

(48)

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pengetahuan dan sumber pustaka untuk peneliti

berikutnya.

3. Bagi tempat penelitian

Perlu peningkatan frekuensi dukungan keluarga terhadap

kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse misalnya dengan

melakukan penyuluhan-penyuluhan oleh petugas kesehatan disaat

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Admin.2005. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. www.mkia-kr.ugm.ac.id. Diakses tanggal 26 Februari 2010.

Arikunto, S., 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 8.

Chaplin, J.P., 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman : 418.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dorland. 2004. Kamus Kedokteran. Edisi 29. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Halaman : 1323.

Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2013. Data penduduk

Dinkes Nad, 2013, profil kesehatan provinsi

Emma, S.W. 2005. Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause. Gramedia. Jakarta.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Hartono, M. 2005. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis.Puspa Suara. Jakarta.

Kasdu, D, 2008. Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Puspa Swara.

Kasdus, B. 2004.Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Jakarta.

(50)

Lestari, D. 2010. Seluk Beluk Menopause.Cetakan pertama.Garailmu. Yogyakarta.Halaman : 35.

Hawari, M.L. 2013.Seminar Menjelang Menopause Tetap Aktif, Sehat, dan

Bahagia. Jakarta.

Melani.2007. Siapkan Diri Sebelum Menopause Datang. Puspa Suara. Jakarta.

Mary Courtney Moore, 2005. Terapi diet dan nutrisi wanita menopouse, hipokrates, jakarta.

Ninsih, E., Affandi, B., 2008. Stimulasi Ovarium dan Hubungnnya dengan Umur

Terjadinya Menopause. Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.32 no.4.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Halaman : 242).

Notoatmodjo, S., 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 121.

Pakasi. 2006. Menopause, Masalah, dan Penanggulangannya. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman : 6.

Piere, 2011. faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi

menopouse.

Prawirohardjo. 2004. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Halaman : 331.

Poerwodarminto.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta.

Sarwono .2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta.

___________, 2005.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

______________, 2006.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 23.

(51)

Menopause.Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.30 no.2. Yayasan Bina

Pustaka. Jakarta. Halaman : 84.

(52)

Lampiran 1

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bersedia menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse Di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga

dapat dipergunakan seperlunya.

Kuala, Februari 2014

(53)

Lampiran 2

KUESIONER

I. IDENTITAS RESPONDEN

No. Responden: Tanggal :

Nama :

Pekerjaan :

Umur :

Petunjuk

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang benar.

II. KUESIONER PENELITIAN A. variabel dependen :

kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

1. Apakah selama ini ibu pernah merasa takut dalam memghadapi

menopouse.

a. Ya

b. tidak

2. apakah selama ini ibu merasakan perasaan cemas

a. ya

(54)

3. apakah ibu pernah membayangkan hal-hal yang negativ yang tertjadi pada

saat ibu menopouse

a. ya

b. tidak

4. apakah ibu mengalami stres selama menghadapi masa menopouse.

a. ya

b. tidak

5. apakah ibu pernah berpikir bahwa ketika ibu mengalami menopouse, ibu

tidak berfungsi lagi bagi suami.

a. ya

b. tidak

B. Variabel Idependen : Dukungan keluarga

1. Apakah suami anda pernah menanyakan tentang perubahan yang

anda alami selama ini.

a. Ya

b. tidak

1. Anak saya selalu mengeluh dengan perubahan keadaan emosi

saya.

a. ya

(55)

2. Suami saya selalu memberi semangat saat mengalami

kecemasan.

a. ya

b. tidak

3. Suami bersedia menemani saat saya susah tidaur.

a. ya

b. tidak

4. Keluarga selalu menyediakan waktu luang untuk saya, karna

mereka memahami apa yang sedang saya alami saat ini

ii. Ya

iii. tidak

Olah Raga

1. Untuk mengurangi rasa panas pada tubuh bagian atas (dada,

leher, dan wajah) ibu selalu melakukan olah raga.

a. Ada

b. Tidak ada

2. Untuk menjaga kebugaran ibu setidaknya berolah raga seminggu 3

kali.

a. Ada

b. Tidak ada

3. Selama saya berolahraga penyakit jantung saya terasa lebih baik.

a. Ada

(56)

4. Olahraga yang sering saya lakukan adalah senam erobik.

a. ada

b. tidak ada

5. Selama saya melakukan olahraga saya merasakan banyak manfaat

seperti meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,

dan merangsang pernafasan dalam.

a. Ada

b. Tidak ada

Pola makan

1. Karena mengeluarkan banyak keringat ibu harus banyak minum...

a. Susu

b. air kelapa

c. Air putih

2. Untuk mengurangi keluhan menghadapi menopouse ibu harus

mengkonsumsi sayur

a. Seminggu sekali

b. Setiap hari

c. Kapan selera

3. Mengkonsumsi buah-buahan setiap hari dapat mengurangi

a. Gejala demam

b. Gejala menopouse

(57)

4. Untuk mengurangi keropos tulang harus banyak mengkonsumsi…

a. Air putih

b. Susu

c. Ikan

5. Untuk mencegah penyakit jantung dan kanker payudara Ibu

sebaiknya banyak mengkonsumsi ikan yang banyak mengandung

a. Omega-3.

b. Protein

c. gizi

6. Wanita menopouse dianjurkan untuk mengkonsumsi…

a. kedelai

b. sayur bayam

c. kacang panjang

7. Berapa kali sebaiknya wanita menopouse mengkonsumsi ikan yang

mengandung omega-3 dalam seminggu?.

a. 2 kali

b. 3 kali

c. 4 kali

8. Untuk mengatasi perut kembung pada wanita menopouse harus

mengkonsumsi…

a. Buah

b. Telor

(58)

9. Jenis-jenis ikan yang banyak mengandung omega-3 adalah…

a. Lele

b. Gabus

c. salmon

10. Teh herbal berfungsi untuk…

a. Memberikan sensasi relaksasi

b. Mehilangkan rasa haus

(59)

Lampiran 3

TABEL SKORING A. Variabel Dependen

Tabel 1. Variabel kesiapan ibu dalam menghadapi menpouse

No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse 1 1 0 Siap ≥ 75-100% Tidak siap <75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0 B. Variabel Independen

Tabel 2. Variabel dukungan keluarga

No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Dukungan keluraga 1 1 0 Dukung ≥ 75-100% Tidak mendukung <75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0

(60)

Tabel 3. Variabel olah raga No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Olah raga 1 1 0 Ada ≥ 75-100% Tidak tidak ada<75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0

Tabel 5. Variabel pola makan No Variabel No urut Pertanyaan Bobot skor Rentang A B C 1 Pola makan 1 0 1 2 Baik : > 5,41 dari total skor Cukup: = 5,41 dari total skor Kurang : < 5,41 dari total skor 2 2 1 2 0 3 3 0 2 1 4 4 0 2 1 5 5 2 1 0 6 6 2 0 1 7 7 2 1 0 8 8 0 1 2 9 9 0 1 2 10 10 2 0 1

(61)

Frequency Table

kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid siap 16 37.2 37.2 37.2 tidak siap 27 62.8 62.8 100.0 Total 43 100.0 100.0 dukungan keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid dukung 15 34.9 34.9 34.9 tidakmendu kung 28 65.1 65.1 100.0 Total 43 100.0 100.0 Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 15 34.9 34.9 34.9 tidak ada 28 65.1 65.1 100.0 Total 43 100.0 100.0 Polamakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 19 44.2 44.2 44.2 cukup 11 25.6 25.6 69.8 kurang 13 30.2 30.2 100.0 Total 43 100.0 100.0

(62)

dukungan keluarga * kesiapan ibu dalam menghadapi

menopouse

Crosstab

kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse

Total

siap tidak siap

dukungan keluarga dukung Count 13 2 15 Expected Count 5.6 9.4 15.0 % within dukungan keluarga 86.7% 13.3% 100.0% tidakmendu kung Count 3 25 28 Expected Count 10.4 17.6 28.0 % within dukungan keluarga 10.7% 89.3% 100.0% Total Count 16 27 43 Expected Count 16.0 27.0 43.0 % within dukungan keluarga 37.2% 62.8% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 24.117a 1 .000 Continuity Correctionb 20.975 1 .000 Likelihood Ratio 25.917 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 23.556 1 .000

N of Valid Cases 43

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.58. b. Computed only for a 2x2 table

Gambar

Gambar 2.1 kerangka teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
TABEL SKORING   A.  Variabel Dependen
Tabel 3. Variabel olah raga  No  Variabel  No urut  pertanyaan  Bobot skor  Rentang  A  B  1  Olah raga  1  1  0  Ada  ≥ 75-100%  Tidak tidak  ada&lt;75%  2 2 1 0 3 3 1 0  4  4  1  0  5  5  1  0

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat kesamaan antara peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang yaitu sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah sektor perusahaan non keuangan yang terdaftar

Yuda Permana selaku residen bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin untuk pemeriksaan klinis penelitian ini serta dukungan yang berarti kepada saya selama penyusunan Karya Tulis

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat

Salah satu media pembelajaran yang cukup efektif yaitu interactive whiteboard, aplikasi yang berjalan pada sebuah jaringan yang memungkinkan menggambar secara bersamaan antara

Dengan kata lain, guru dan siswa-siswi dapat memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata pelajaran, serta

Intermedia Capital (MDIA) berencana untuk melakukan penerbitan obligasi global dimana sebagian besar dana hasil penerbitan surat utang tersebut akan dialokasikan untuk melakukan

Iringan udhar, bayangan kayon membesar lalu tampil tokoh Kebo Marcuwet dan Jaka Umbaran dari gawang tengah, iringan berubah menjadi Palaran balungan Perang Kebo

Menurut Arikunto (2010) survei merupakan salah satu jenis pendekatan penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat baik