BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia identik dengan masa klimakterium yaitu masa
peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium. Klimakterium dibagi
menjadi 4 fase, yaitu premenopause, perimenopause, menopause, dan pasca
menopause. Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan
mengalami fase premenopause, dimana pada fase ini muncul berbagai keluhan
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005)
Pada tahun 2013, jumlah wanita di dunia yang memasuki menpouse
diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang. Saat ini indonesia baru mempunyai
14 juta wanita menopouse. Namun menurut proyeksi penduduk Indonesia
tahun 2000-2013 oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia
di atas 50 tahun adalah 16,9 juta orang. Bahkan pada 2025 di perkirakan akan
ada 60 juta wanita menopouse. Sindrom menopouse di alami oleh banyak
wanita hampir di selurauh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% wanita
di Amerika, 57% wanita di malaysia, 18% wanita di Cina, 10% wanita di
Jepang, dan di Indonesia di perkirakan jumlah orang yang menderita
kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk
(Hawari 2013).
Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita Indonesia yang
memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada
2015. Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya
derajat kesehatan masyarakat.
Menjadi tua seringkali menjadi sesuatu yang menakutkan bagi
setiap orang, khususnya kaum wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal
dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak
cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan. Padahal, masa
tua merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam
kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa
anak-anak dan masa reproduksi (Kasdu, 2004).
Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50
tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2013 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru
mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun
2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari
total penduduk (Depkes RI, 2013).
Di Provinsi Aceh pada tahun 2015 di perkirakan 24,4 juta jiwa
(10%), dan pada tahun 2020 di perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa
(11,34%) jumlah perempuan menopouse (Dinkes NAD, 2013).
Sedangkan jumlah wanita yang berumur 50 tahun ke atas dan
peningkatan secara signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun
2000,jumlah penduduk wanita yang berumur di atas 50 tahun mencapai 15,5
juta jiwa atau 7,6 % dari total penduduk (Admin, 2005).
Tidak ada seorang wanita ingin mengalami salah satu dari sekian
banyak keluhan pada masa premenopause, demikian juga pihak keluarga.
Jika beberapa keluhan tersebut muncul bersamaan, bisa dibayangkan betapa
menurunnya kualitas hidup wanita tersebut. Sebenarnya masa premenopause
tidaklah seseram itu, kalau saja para wanita yang memiliki umur senja
mengetahui dengan benar proses menopause, sehingga bisa lebih siap
menghadapi segala kemungkinan (Suheimi, 2006).
Keterlibatan pemerintah dan juga masyarakat dalam mengatasi
masalah menopause antara lain bekerja sama dengan tim dari berbagai
disiplin ilmu misalnya psikologi dan spesialis obstetri ginekologi melalui
kegiatan posyandu lansia sebagai tempat efektif untuk memberikan
informasi tentang premenopause, menopause, dan pasca menopause (Pakasi,
2004).
Di Kabupaten Nagan Raya berjumlah 146.702 jiwa, wanita menopouse
20,58%, Puskesmas Ujung Fatihah jumlah penduduk 19.475 jiwa, Wanita
menopouse 1,90%, jumlah penduduk Desa Sikuneng 535 jiwa, jumlah
wanita menopause 7,47% (Dinkes Nagan Raya 2013).
Menurut laporan dari yang di dapatkan di Puskesmas Ujung Fatiha
tidak ada ibu usia lanjut dari Desa Sikuneng yang datang berkonsultasi
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada sepuluh
ibu usia lanjut melalui wawancara di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya di temukan 6 ibu mengalami kecemasan menghadapi
menopouse berupa : ibu cemas terjadi gejolak rasa panas yang tiba-tiba
membuat mereka tidak nyaman, cemas dengan ketidak teraturan siklus haid
pada dirinya, cemas timbulnya penyakit setelah terjadinya menopouse,
cemas tidak di hargai lagi, dan cemas di tinggal suami. Sedangkan menurut 4
orang ibu merasa menopouse merupakan proses alami.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui
tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi
menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan kuala Kabupaten Nagan Raya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan ibu
dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan
ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
b. Untuk mengetahui Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
c. Untuk mengetahui Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2014 ?D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek
di lapangan nantinya, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan serta dapat memperoleh gambaran nyata tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse.
2. Bagi instusi pendidikan
Memberi informasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
3. Bagi tempat penelitian
Bagi ibu premenopause di Desa Sikuneng diharapkan dapat
menambah wawasan dan informasi tentang menopause, sehingga dapat
lebih memahami tentang bagaimana cara menghadapi menopause dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesiapan menghadapi menopause 1. Pengertian
Kesiapan berasal dari kata “siap” yang mendapat awalan ke
dan akhiran -an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi
kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan
sesuatu (Poerwodarminto, 2007).
Menurut Chaplin (2005), kesiapan (readiness) adalah tingkat
perkembangan dari kematangan mental atau kedewasaan yang
menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Dapat juga diartikan
sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu.
Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental
atau psikologisnya.
B. Menopouse 1. Pengertian
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang
disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina, 2010).
Menurut Pakasi (2006), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus
yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur.
Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun.
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti
yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani
yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid.
Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang
terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda
umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita
memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
2. Periode menopause dalam fase klimakterium
Menopause merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
perempuan dan umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-60
tahun). Sekitar 1 % perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun
yang disebut menopause prekoks, sementara berhentinya menstruasi antara
usia 40-45 tahun disebut dengan menopause dini (early menopause) yang
terjadi pada 10 % perempuan (Ninsih, 2008).
Rambulangi (2006) menyatakan bahwa, usia seorang perempuan
memasuki masa premenopause antara 40-49 tahun. Berikut ini pembagian
fase klimakterium dibagi menjadi empat fase (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2004), yaitu :
Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan
dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid
yang tidak teratur dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah
darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai nyeri
haid.
b. Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause
dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang
tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik,
Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai keluhan
klimakterik.
c. Menopause
Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang
terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause
biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun (Dorland, 2004).
d. Pasca menopause
Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak
3. Penyebab dan proses terjadinya menopause
Fungsi ovarium akan mulai menurun rata-rata pada saat seorang
perempuan berusia pertengahan empat puluhan. Pada saat usia tersebut,
kondisi kadar hormon yang naik turun akan menyebabkan berbagai
gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal ini,
Pertama, lebih sedikit folikel yang matang, selanjutnya produksi sel
telur mulai berkurang, dan mengakibatkan ovulasi tidak terjadi pada
setiap siklus menstruasi.
Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pola baru perubahan
kadar hormon selama siklus menstruasi. Pertama, jika folikel tidak
matang, hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama dua minggu
pertama siklus. Karena tidak ada sel telur yang matang dalam folikel,
maka folikel itu tidak dapat melepaskan sel telur. Jika ovulasi tidak terjadi,
maka tidak akan ada progeseteron yang diproduksi oleh korpus luteum
pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen akan terus membentuk
lapisan endometrium tanpa diimbangi. oleh efek dari progesteron yang
akan menyebabkan menstruasi yang berat di luar biasanya.
Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur yang matangakan
menyebabkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah sehingga
lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur yang
dibuahi. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak terjadi.
Ketika kadar estrogen dan progesteron menurun, kelenjar
keadaan ini dengan menaikkan produksi Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) untuk menstimulasi ovarium
melakukan fungsi normalnya. Jika ovarium tidak mampu bereaksi
dengan membuat matang folikel dalam setiap siklus, kadar FSH dan
LH yang tinggi ini akan mengganggu operasi normal dari sistem
tubuh lainnya termasuk metabolisme, kimiawi otak, dan keadaan
tulang (Emma, 2005).
4. Dampak kesehatan bagi fisik maupun psikis
Menjelang menopause semua perempuan kerap tidak
mengetahuinya, tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan
adanya perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui
dengan berhentinya siklus menstruasi, selain itu menopause juga sering
disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga
perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).
Kadar hormon estrogen rendah di dalam tubuh akan
menyebabkan keluhan-keluhan di awal masa menopause (Baziad,2004).
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause,
yaitu :
a. Ketidak teraturan siklus haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang
kala menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus
yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang
normal.
b. Gejolak rasa panas (hot flushes)
Arus panas biasanya timbul pada saat darah menstruasi mulai
berkurang dan berlangsung sampai menstruasi benar-benar
berhenti. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar
jari-jari kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara
menyeluruh.
c. Kekeringan vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang
elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada
saat kencing.
d. Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika
menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis
terutama pada daerah sekitar wajah, leher, dan lengan.
e. Keringat dimalam hari
Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh, sehingga
perlu mengganti pakaian dimalam hari, sehingga tidak dapat tidur
f. Sulit tidur
Imsomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause,
tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam hari.
g. Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses
steoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit
kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah
berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Kehilangan 1 % tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan,
tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.
h. Badan menjadi gemuk
Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih
yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan
perilaku makan yang sembarangan.
i. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita
menopause, dari sudut pandang medis ada dua perubahan paling
penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya
kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta
hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Beberapa
keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause
1) Ingatan menuru
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam
mengingat.
2) Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak
pernah dikhawatirkan.
3) Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan.
Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang
sebelumnya dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi
sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam
dirinya.
4) Stres
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, dan
takut termasuk para perempuan menopause. Respon orang terhadap
sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan
suasana hati dan emosi.
5) Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena
kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena
kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan
seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi
masatuanya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi menopause
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan
mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih
baik (Notoatmodjo, 2007).
Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam
mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan
wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap
memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang
berat.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi dan faktor
pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang
bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai
c. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan
pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah
cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat
mengalami menopause (notoatmodjo,2007).
d. Budaya dan lingkungan
Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita
menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang
mayoritas adalah muslimah, umumnya dapat menerima menopause
dengan baik. Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita
menopause tetapi juga dialami oleh wanita premenopause dimana
tanggapan masyarakat tentang menopause akhir-akhir ini semakin
meningkat (Prawirohardjo, 2005).
e. Riwayat kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi
psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat
terjadi pada wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi
masa peralihan atau perubahan-perubahan (Admin, 2004).
f. Umur
Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan
bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause
g. Dukungan keluarga
Menopouse dapat berjalan dengan lancar dengan adanya
kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah
harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang di alami
selalu di pandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat
berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya
suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa
kehadirannya masih sangat di butuhkan oleh keluarga. Seorang suami
yang peka, akan menyadari bahwa istri tidak selincah dulu sehingga
suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah
tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami
alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan
ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopouse
bisa di hadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani
menopouse akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga
yang harmonis. keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:
Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik
tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan
emosi. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan
yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga
keadaan emosi, afeksi/ekspresi (prawihardjo, 2004),
Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat,
kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan sosial sebagai perilaku
yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa
dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia
memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung,
individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan
kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang
akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan
individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi,
bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian
sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada
dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat
h. Olah raga
Olah raga selain dapat menguatkan tulang, juga dapat
mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga
dapat menghilangkan stress. Olah raga yang bisa dilakukan seperti
jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga, dan
sebagainya. Dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu,
minimal 30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha hidup aktif
akan menekan gejala imsomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit
jantung, serta mencegah hot flushes.
Berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi
juga mental. Berolahraga dapat meningkatkan endorphins, serotonin,
dan dopamine pada tubuh yang dapat memberikan perasaan senang
dan tenang. Zat-zat tersebut juga dapat mengatur perasaan gelisah,
stres, dan depresi.
Aktivitas ini dapat dengan lancar mengalirkan darah ke otak dan
ke seluruh tubuh sehingga membuat otot dan mental lebih tenang.
Ingatlah bahwa ketika Anda dapat berpenampilan bagus, maka Anda
akan merasa senang (Admin,2004).
Dalam jangka panjang, memelihara kebugaran fisik akan
menambah kepercayaan diri Anda dan mengubah cara berpikir Anda
terhadap diri Anda sendiri sehingga kesehatan mental pun terjaga.
senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan
pada fisik atau psikologis.
Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk
penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang
mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya
enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Admin, 2004).
Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan
otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga
dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran
pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan
tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
i. Pengkonsumsi Alkohol
Pengaruh alkohol pada reproduksi wanita, berbeda dengan
reproduksi pada pria, meskipun ada beberapa yang sama. Pada wanita,
siklus pertumbuhan hormon berbeda-beda. Untuk wanita yang
memasuki masa premenopause, meminum minuman keras, sangat
yaitu, terhentinya siklus menstruasi dan mempercepat menopause,
peningkatan aborsi, atau siklus bulanan menjadi tidak teratur.
Selain mengganggu sistem reproduksi, alkohol berlebih juga akan
mengganggu regulasi hormonal, misalnya akan membuat penyakit
seperti penyakit jantung, kelainan janin, penyakit pankreas dan
kekurangan gizi. Untuk wanita yang memasuki masa menopause,
akan menyebabkan kadar estradiol menjadi turun, karena hormon
ini tidak lagi disintesis di ovarium. Turunnya kadar estradiol pada
wanita, sering dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena p
enyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu, konsumsi berlebih
alkohol juga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan
resiko terkena kanker payudara.
j. Pola makan
Pola makan adalah kebiasaan seseorang/kelompok dalam memilih
menu makanan untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi Anda yang akan
memasuki fase menopause, cobalah untuk rajin mengonsumsi ikan
yang kaya akan omega-3, seperti salmon atau trout. Konsumsilah
jenis ikan ini setidaknya dua kali dalam seminggu. Omega-3 yang
terkandung di dalam ikan bisa membantu pencegahan penyakit jantung
dan kanker payudara.
Wanita yang sedang mengalami masa menopause rentan terhadap
penyakit jantung dan kanker payudara. Susu dan produk turunannya
tubuh. Pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh
menurun sehingga penyerapan kalsium ke dalam tubuh menjadi lebih
berat. Oleh sebab itu, asupan kalsium tambahan diperlukan untuk
menambahkan kekuatan tulang. Perut kembung merupakan salah
satu masalah yang harus dihadapi oleh wanita menopause. Untuk
mengatasi masalah ini, tambahkanlah porsi gandum dan sereal ke
dalam diet Anda. Serat yang terkandung di dalam gandum dapat
mencegah konstipasi. Kedelai dan kacang-kacangan yang sangat
dianjurkan untuk wanita menjelang menopause. Kedelai
mengandung zat sejenis dengan estrogen yang disebut dengan
isoflavon yang sangat berguna untuk mengurangi ruam panas dan
rasa panas. Tahu dan tempe adalah dua jenis makanan yang sangat
dianjurkan. Ruam dan rasa panas memang identik dengan
menopause. Selain kedelai, cobalah untuk mengkonsumsi teh herbal
Teh herbal dapat memberikan sensasi relaksasi, sehingga mengurangi
ruam dan rasa panas saat menstruasi yang biasa disebut dengan
C. Kerangka Teori
Kesiaapan menghadapi menopouse dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu : pengetahuan, ekonomi, budaya, riwayat kesehatan,
umur, pendidikan, dukungan keluarga, olah raga, pengkonsumsi alkohol,
pola makan . Dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Gambar 2.1 kerangka teori
Admin, 2004 Pola makan Olah raga Riwayat kesehatan Kasdus, 2004 Pengkonsumsi alkohol Kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse Prawihardjo, 2005 Dukungan keluarga Umur Budaya Notoeatmodjo, 2007 Pendidikan Pengetahuan Ekonomi
D. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Nototmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka
kerangka konsep dari Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse yaitu :
variable Independent variable Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ha : Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2014. Dukungan keluarga Kesiapan ibu menghadapi menopouse Olah Raga Pola makan
2. Ha : Ada pengaruh antara olah raga dengan kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2014.
3. Ha : Ada pengaruh antara pola makan dengan kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan
menggunakan desain cross Sectional. Berdasarkan hal tersebut maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua,
olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi
menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti (Noetoatmodjo, 2005) populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu usia 40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 43 orang.
2. Sampel
Tehnik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu
seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 43 orang ibu usia
40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di desa sikuneng kecamatan Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Nagan Raya.
2. Waktu
Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal 12-13 februari 2014.
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi tentang kesiapan menghadapi menopouse,
dukungan keluarga, olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse. Untuk kesiapan ibu menghadapi menopouse
berjumlah 5 pertanyaan, untuk dukungan keluarga 5 pertanyaan, untuk olah
raga 5 pertanyaan, dengan pilihan jawaban jika ya nilainya 1 dan jika tidak
nilainya 0. Hasilnya dikategorikan sebagai berikut:
Baik : ≥76–100%
Kurang :< 75%
Sedangkan pola makan ibu pertanyaannya berbentuk multiple
choice yang berjumlah 10 pertanyaan dengan alternatif pilihan a, b, dan c.
Jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai, skor tertinggi adalah 2
sedangkan terendah adalah 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden
dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel,
Baik : > 5,41 dari total skor
Cukup : = 5,41 dari total skor
Kurang : < 5,41 dari total skor
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur
yang berlaku yaitu:
a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur
administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi
Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh dan Kepala Desa Sikuneng
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
b. Setelah memperoleh izin dari Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan raya, kemudian peneliti meminta kesediaan
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara
menandatangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan.
c. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan
cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan.
d. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari
F. Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data,
maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara :
a. Editing
Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian
atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan
pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan
data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata
responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan
sudah dijawab dengan benar.
b. Coding
Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan
memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh
diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data.
c. Transfering
Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan
dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian
dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang
tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya
kembali sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar.
d. Tabulating
Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di
bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari
hasil dan data-data responden.
G. Definisi operasional No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Skala ukur
Hasil ukur Variabel Dependen
1. Kesiapan Ibu dalam menghadapi
menopause
Persiapan
mental, seorang ibu dalam masa menopouse
Wawancara ≥ 75-100% > 75%
kuesioner Ordinal - Siap - Tidak siap
Variabel Independen
1. Dukungan Keluarga Motivasi yang di berikan kelurga
Wawancara ≥ 75-100% > 75%
kuesioner Ordinal -Mendukung -Tidak mendukung 2. Olah raga Aktifitas Fisik
yang dilakukan ibu
Wawancara ≥ 75-100% > 75%
kuesioner Nominal - Ada - Tidak ada 3. Pola Makan Kebiasaan ibu
dalam mengkonsumsi makanan Wawancara > 5,41dari total skor = 5,41 total skor < 5,41 dari total skor
kuesioner Ordinal -Baik -Cukup - Kurang
H. Analisa Data
Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti.
Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam
tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori
dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut:
P = 100% N f x Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui
uji Chi-Squaer Tes ( ), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan
statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p <
0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan
menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006).
Rumus : x2 =∑[( )] Keterangan :
x2 = Chi-Squaer test
E = Frekuensi harapan
Aturan yang berlaku untuk uji (Chi-square), untuk program komputerisasi
seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang 5,
maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bila pada tabel kontngency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah continuty
Correction.
3) Bila tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah pearson Chi-Square.
4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel denagn nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Ujung Sikuneng teletak di Kecamatan Kuala Kabupatean Nagan
Raya, terdapat jumlah penduduk 535 jiwa, yang terdiri dari 149 KK, jumlah
laki-laki 258 jiwa, dan perempuan 277 jiwa, batas-batas wilayah penduduk
sikuneng sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Bintang, sebelah barat
berbatAsan dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah utara berbatasan dengan
Desa Blang Baro, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulo Ie, luas
wilayah Desa Sikuneng 830 m, panjang 500 m.
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 12-13 Februari 2014. Dari data
yang dikumpulkan terdapat 43 responden yang dijadikan sampel dari seluruh
populasi yaitu seluruh ibu yang umurnya 40-45 di Desa Sikuneng Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya, data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari
hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai
berikut :
1. Analisa Univariat
a. Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse .
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2014 No Kesiapan Ibu Menghadapi
Menopouse Frekuensi (%)
1. Siap 16 37,2
2. Tidak siap 27 62,8
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43
responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak siap dalam
menghadapi menopouse yaitu sebanyak 27 responden (62,8%).
b. Dukungan keluarga
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi dukungan kelurga terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No Dukungan keluarga Frekuensi (%)
1. Baik 22 28,2
2. Cukup 23 29,5
3. Kurang 33 42,3
Jumlah 78 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43
responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak mendapat
dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%).
c. Olah raga
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi olah raga terhadap Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No Olah raga Frekuensi (%)
1 2. Ada tidak ada 15 28 34,9 65,1 Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden
yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan menghadapi
menopouse yang tidak ada olah raga yaitu sebanyak 28 responden
(65,1%).
d. Pola makan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi pola makan terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No Pola makan frekuensi (%)
1 Baik 13 30,2
2 Cukup 12 27,9
3 Kurang 18 41,9
Jumlah 43 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden
yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan dalam
menghadapi menopouse yang memiliki pola pola makan kurang yaitu
sebanyak 18 respoden (41,9%).
2. Analisa Bivariat
a. Pengaruh dukungan kelurga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Tabel 4.5
Pengaruh dukungan keluraga terhadap Kesiapan Ibu dalam
Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No
Dukungan keluarga
Kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse Jumlah Uji Statistik Siap Tidak siap
f % f % f % p-value 1. Dukung 13 86,7 2 13,3 15 100 0,000 2. Tidak mendukung 3 10,7 25 89,3 28 100 Jumlah 16 37,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p<0,05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang
memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden (86,7%) yang siap
dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada
dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam
menghadapi menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi
menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2014.
b. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Tabel 4.6
Pengaruh olah raga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No
Olah raga
Kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse Jumlah Uji Statistik Siap Tidak siap
f % f % f % p-value 1. Ada 8 53,3 7 46,7 15 100 0,103 2. Tidak ada 8 28,6 20 71,4 28 100 Jumlah 16 37,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p>0,05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang ada
olah raga terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi
menopouse, dari 28 responden yang tidak ada olah raga terdapat 8
responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang
berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan
menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2014.
d. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Tabel 4.7
Pengaruh pola makan terhadap Kesiapan Ibu dalam
Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2014
No
Pola makan
Kesiapan ibu dalam
menghadapi menopouse Jumlah Uji
Statistik Siap Tidak siap
f % f % f % p-value 1. Baik 3 23,1 10 76,9 13 100 0,363 2. Cukup 6 50,0 6 50,0 12 100 3 Kurang 7 38,9 11 61,1 18 100 Jumlah 16 32,2 27 62,8 43 100 Signifikasi : p>0,05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang
memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam
menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan
cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari
18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden
(38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang
berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2014.
C. Pembahasan
1. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan
keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam
menghadapi menopouse dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 15
responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden
86,7% responden yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28
responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden
(10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi
menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2014.
Menurut Friedman (2008), keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan
dalam menghadapi menopouse. Bila salah satu dari anggota keluarga
mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan
terganggu.
Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,(2008)
adalah, mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah
kesehatan yang terjadi dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang
tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota
keluarga, memelihara lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai
sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas anggota. terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien,
misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian
pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan
balik seperti dorongan bagi anggota keluarga. Keluarga bertindak sebagai
sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan
penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian
yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford,
1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang
ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai
dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang
oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk
keluarga (dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti
dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau
dukungan sosial keluarga eksterna. Dukungan keluarga adalah sebuah
proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan
sosial berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan.
Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian
dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga,
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Yani (2011),
tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi
menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki
hubungan signifikan (p>0,05). Kompensasi tingkat pengetahuan memiliki
hubungan (p=0,061), hubungan dengan dukungan keluarga dan
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse di
Wilayah kerja puskesmas Garut .
Dari literatu dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti
berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Pada
penelitian ini di temukan masalah yaitu terdapat 2 responden yang
mempunyai dukungan keluarga baik namun tidak siap dalam menghadapi
menopouse, hal tersebut dikarenakan keluarga hanya memberikan
kenyamanan fisiknya saja yaitu sering mengajak ibu jalan-jalan pagi,
tetapi tidak memberikan support, penghargaan, dan perhatian.
2. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa Informasi
merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu
dalam menghadapi menopouse. hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas,
dari responden yang ada melakukan olah raga dari 15 responden
terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse.
Dari 28 responden yang tidak melakukan olah raga terdapat 8 responden
(28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103
yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan
otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga
dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran
pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan
tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan peneliti
sebelumnya, tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam
menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
olahraga memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi
menopouse, kompensasi tingkat olahraga tidak memiliki hubungan
(p=0,308), dalam menghadapi menopouse di RW 02 Kelurahan
Srangseng Sawah Jakarta Selatan (Piere, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan hasil peneliti sebelumnya
diatas peneliti berasumsi bahwa olahraga adalah salah satu faktor yang
tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Hal
ini dikarenakan olah raga salah satu dari kegiatan fisik ibu, yang bisa di
menggunakan sepeda, mengerjakan pekerjaan rumah, dan pekerjaan di
luar rumah. Dari penelitian ini 8 responden yang tidak ada melakukan
olahraga namun siap menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan
olahraga mudah dilakukan.
3. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang
memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap
dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola
makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi
menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang
terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi
menopouse.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363
yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan
ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Pola makan adalah bagian dari pencegahan menopouse dini
pada wanita. Disarankan untuk banyak makan makanan yang
bersumber dari kedelai yang banyak kandungan phytoestrogen,
bermanfaat untuk membantu dan mengatasi penurunan hormon
estrogen pada perempuan yang cukup nsignifikan ketika masa ini
berlangsung.
Banayak mengkonsumsi anti oksidan. Karena makanan yang
banyak mengandung anti oksidan ini bermanfaat untuk menjaga sistem
kekebalan tubuh dan juga bersifat mengusir racun dari dalam tubuh
dan menunda tanda-tanda penuaan.
Untukmengurangi pengeroposan dan patah tulang dengan
asupan susu, keju, kacang-kacangan, serta roti. Makan buah-buahan
dan sayuran seperti, pepaya, kedelai bengkoang, dan terong untuk
pencegahan penuaan dan serangan radikal bebas (Mary Courtney
Moore, 2005)
Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan oleh Viqi (2010),
tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi
menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi
menopouse. Kompensasi tingkat pendidikan memiliki hubungan
(p=0,000), hubungan dengan tingkat ekonomi ibu menunjukkan
hubungan yang signifikan (p<0,05) dalam menghadapi menopouse di
Kecamatan Layung Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil penelitian, pembahasan, dan penelitian sebelumnya
mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse, pada
penelitian ini di temukan 7 responden yang pola makannya kurang
namun siap menghadapi menopouse hal ini dikarenakan kebiasan
ibu-ibu di Desa Sikuneng adalah banyak mengkonsumsi sayur-sayuran yang,
dan buah buahan yang mengandung banyak anti oksidan dan juga
banyak ibu-ibu yang memproduksi tempe dan tahu. Maka dapat
disimpulkan bahwa pola makan tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB IV sebelumnya,
peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,0040 < α- value (0,05).
2. Tidak ada pengaruh olahraga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi
menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.,
ditandai dengan p-value (0,103) < α- value (0,05).
3. Tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,363) < α- value (0,05).
B. Saran
1. Bagi peneliti
Sebagai pengetahuan pembelajaran melakukan penelitian
sekaligus mangaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama
perkuliahan dan semoga peneliti ini dapat bermanfaat bagi penelitian
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pengetahuan dan sumber pustaka untuk peneliti
berikutnya.
3. Bagi tempat penelitian
Perlu peningkatan frekuensi dukungan keluarga terhadap
kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse misalnya dengan
melakukan penyuluhan-penyuluhan oleh petugas kesehatan disaat
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2005. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. www.mkia-kr.ugm.ac.id. Diakses tanggal 26 Februari 2010.
Arikunto, S., 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 8.
Chaplin, J.P., 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman : 418.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dorland. 2004. Kamus Kedokteran. Edisi 29. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Halaman : 1323.
Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2013. Data penduduk
Dinkes Nad, 2013, profil kesehatan provinsi
Emma, S.W. 2005. Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause. Gramedia. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Hartono, M. 2005. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis.Puspa Suara. Jakarta.
Kasdu, D, 2008. Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Puspa Swara.
Kasdus, B. 2004.Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Jakarta.
Lestari, D. 2010. Seluk Beluk Menopause.Cetakan pertama.Garailmu. Yogyakarta.Halaman : 35.
Hawari, M.L. 2013.Seminar Menjelang Menopause Tetap Aktif, Sehat, dan
Bahagia. Jakarta.
Melani.2007. Siapkan Diri Sebelum Menopause Datang. Puspa Suara. Jakarta.
Mary Courtney Moore, 2005. Terapi diet dan nutrisi wanita menopouse, hipokrates, jakarta.
Ninsih, E., Affandi, B., 2008. Stimulasi Ovarium dan Hubungnnya dengan Umur
Terjadinya Menopause. Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.32 no.4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Halaman : 242).
Notoatmodjo, S., 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 121.
Pakasi. 2006. Menopause, Masalah, dan Penanggulangannya. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman : 6.
Piere, 2011. faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi
menopouse.
Prawirohardjo. 2004. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Halaman : 331.
Poerwodarminto.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta.
Sarwono .2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta.
___________, 2005.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
______________, 2006.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 23.
Menopause.Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.30 no.2. Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta. Halaman : 84.
Lampiran 1
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bersedia menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse Di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga
dapat dipergunakan seperlunya.
Kuala, Februari 2014
Lampiran 2
KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden: Tanggal :
Nama :
Pekerjaan :
Umur :
Petunjuk
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang benar.
II. KUESIONER PENELITIAN A. variabel dependen :
kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
1. Apakah selama ini ibu pernah merasa takut dalam memghadapi
menopouse.
a. Ya
b. tidak
2. apakah selama ini ibu merasakan perasaan cemas
a. ya
3. apakah ibu pernah membayangkan hal-hal yang negativ yang tertjadi pada
saat ibu menopouse
a. ya
b. tidak
4. apakah ibu mengalami stres selama menghadapi masa menopouse.
a. ya
b. tidak
5. apakah ibu pernah berpikir bahwa ketika ibu mengalami menopouse, ibu
tidak berfungsi lagi bagi suami.
a. ya
b. tidak
B. Variabel Idependen : Dukungan keluarga
1. Apakah suami anda pernah menanyakan tentang perubahan yang
anda alami selama ini.
a. Ya
b. tidak
1. Anak saya selalu mengeluh dengan perubahan keadaan emosi
saya.
a. ya
2. Suami saya selalu memberi semangat saat mengalami
kecemasan.
a. ya
b. tidak
3. Suami bersedia menemani saat saya susah tidaur.
a. ya
b. tidak
4. Keluarga selalu menyediakan waktu luang untuk saya, karna
mereka memahami apa yang sedang saya alami saat ini
ii. Ya
iii. tidak
Olah Raga
1. Untuk mengurangi rasa panas pada tubuh bagian atas (dada,
leher, dan wajah) ibu selalu melakukan olah raga.
a. Ada
b. Tidak ada
2. Untuk menjaga kebugaran ibu setidaknya berolah raga seminggu 3
kali.
a. Ada
b. Tidak ada
3. Selama saya berolahraga penyakit jantung saya terasa lebih baik.
a. Ada
4. Olahraga yang sering saya lakukan adalah senam erobik.
a. ada
b. tidak ada
5. Selama saya melakukan olahraga saya merasakan banyak manfaat
seperti meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,
dan merangsang pernafasan dalam.
a. Ada
b. Tidak ada
Pola makan
1. Karena mengeluarkan banyak keringat ibu harus banyak minum...
a. Susu
b. air kelapa
c. Air putih
2. Untuk mengurangi keluhan menghadapi menopouse ibu harus
mengkonsumsi sayur
a. Seminggu sekali
b. Setiap hari
c. Kapan selera
3. Mengkonsumsi buah-buahan setiap hari dapat mengurangi
a. Gejala demam
b. Gejala menopouse
4. Untuk mengurangi keropos tulang harus banyak mengkonsumsi…
a. Air putih
b. Susu
c. Ikan
5. Untuk mencegah penyakit jantung dan kanker payudara Ibu
sebaiknya banyak mengkonsumsi ikan yang banyak mengandung
a. Omega-3.
b. Protein
c. gizi
6. Wanita menopouse dianjurkan untuk mengkonsumsi…
a. kedelai
b. sayur bayam
c. kacang panjang
7. Berapa kali sebaiknya wanita menopouse mengkonsumsi ikan yang
mengandung omega-3 dalam seminggu?.
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
8. Untuk mengatasi perut kembung pada wanita menopouse harus
mengkonsumsi…
a. Buah
b. Telor
9. Jenis-jenis ikan yang banyak mengandung omega-3 adalah…
a. Lele
b. Gabus
c. salmon
10. Teh herbal berfungsi untuk…
a. Memberikan sensasi relaksasi
b. Mehilangkan rasa haus
Lampiran 3
TABEL SKORING A. Variabel Dependen
Tabel 1. Variabel kesiapan ibu dalam menghadapi menpouse
No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse 1 1 0 Siap ≥ 75-100% Tidak siap <75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0 B. Variabel Independen
Tabel 2. Variabel dukungan keluarga
No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Dukungan keluraga 1 1 0 Dukung ≥ 75-100% Tidak mendukung <75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0
Tabel 3. Variabel olah raga No Variabel No urut pertanyaan Bobot skor Rentang A B 1 Olah raga 1 1 0 Ada ≥ 75-100% Tidak tidak ada<75% 2 2 1 0 3 3 1 0 4 4 1 0 5 5 1 0
Tabel 5. Variabel pola makan No Variabel No urut Pertanyaan Bobot skor Rentang A B C 1 Pola makan 1 0 1 2 Baik : > 5,41 dari total skor Cukup: = 5,41 dari total skor Kurang : < 5,41 dari total skor 2 2 1 2 0 3 3 0 2 1 4 4 0 2 1 5 5 2 1 0 6 6 2 0 1 7 7 2 1 0 8 8 0 1 2 9 9 0 1 2 10 10 2 0 1
Frequency Table
kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid siap 16 37.2 37.2 37.2 tidak siap 27 62.8 62.8 100.0 Total 43 100.0 100.0 dukungan keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid dukung 15 34.9 34.9 34.9 tidakmendu kung 28 65.1 65.1 100.0 Total 43 100.0 100.0 Olahraga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid ada 15 34.9 34.9 34.9 tidak ada 28 65.1 65.1 100.0 Total 43 100.0 100.0 Polamakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid baik 19 44.2 44.2 44.2 cukup 11 25.6 25.6 69.8 kurang 13 30.2 30.2 100.0 Total 43 100.0 100.0
dukungan keluarga * kesiapan ibu dalam menghadapi
menopouse
Crosstab
kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Total
siap tidak siap
dukungan keluarga dukung Count 13 2 15 Expected Count 5.6 9.4 15.0 % within dukungan keluarga 86.7% 13.3% 100.0% tidakmendu kung Count 3 25 28 Expected Count 10.4 17.6 28.0 % within dukungan keluarga 10.7% 89.3% 100.0% Total Count 16 27 43 Expected Count 16.0 27.0 43.0 % within dukungan keluarga 37.2% 62.8% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 24.117a 1 .000 Continuity Correctionb 20.975 1 .000 Likelihood Ratio 25.917 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 23.556 1 .000
N of Valid Cases 43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.58. b. Computed only for a 2x2 table