• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREDIT SAM PERAH, MASALAH DAN PENANGGULANGANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KREDIT SAM PERAH, MASALAH DAN PENANGGULANGANNYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KREDIT SAM PERAH, MASALAH DAN PENANGGULANGANNYA

PENDAHULUAN

Pada akhir Pelita V telah direncanakan,

bahwa 50% dari kebutuhan susu nasional

sudah harus dipenuhi dari produksi susu dalam negeri. Untuk itu perlu berbagai upaya yang me-ngacu pada peningkatan produksi susu secara cepat . Pada periode tahun 1974 - 1978, kemam-puan produksi susu dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan susu nasional baru mencapai 14,5% (Dit.Jen .Nak, 1981) . Upaya yang telah dilaku-kan pemerintah di samping peningkatan produksi susu, adalah juga penambahan populasi sapi-sapi perah betina .

Adanya impor sapi perah betina, telah me-macu perkembangan populasi clan produksi susu sapi perah dengan cepat dibandingkan de ngan tahun-tahun sebelumnya (1974 - 1978), yakni 2,1 % clan 2,7% berturut-turut untuk perkembangan populasi clan produksi susu (Dit .Jen .Nak, 1981) . Sedangkan pada periode 1979 - 1984 terjadi peningkatan populasi clan produksi SUSU per tahun berturut-turut 21,2% clan 25,9% (Dit .Jen .Nak, 1990) . Kemampuan produksi susu dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional pada tahun 1989 sudah mencapai 44,8% dan pada tahun 1992 menurun menjadi 41,6% (Dit.Jen .Nak, 1992) .

PENYALURAN KREDIT SAM PERAH Sapi-sapi perah betina yang telah diimpor disebar luaskan kepada peternak-peternak ke berbagai daerah melalui sistim kredit . Penyebar luasan kredit sapi perah ini dimaksudkan tidak

hanya untuk meningkatkan produksi susu

nasional, tetapi juga memberikan dampak ter-hadap peningkatan pendapatan para peternak sapi perah dan peluang kesempatan kerja. Oleh

karena itu penyaluran kredit sapi perah

kepada para peternak tidak dibebani dengan persyaratan-persyaratan yang memberatkan, ti-dak perlu agunan, bunga pinjaman yang relatif rendah clan jangka waktu pengembalian kredit yang relatif lama.

Sori Basya Siregar

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan)

Ada dua lembaga yang sangat berperan dalam penyaluran kredit sapi perah kepada para

peter-nak, yakni lembaga perbankan clan kope

rasi/KUD . Lembaga perbankan berperan dalam

penyediaan dana yang dibutuhkan untuk

mengimpor sapi-sapi perah clan koperasi/KUD berperan dalam penyaluran dan pendistribusian sapi-sapi perah serta bertanggung jawab dalam pengembalian kredit tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan . Lembaga perbankan yang telah menyalurkan dananya untuk impor sapi-sapi perah betina adalah BRI pada periode tahun 1979 clan 1989 serta Bukopin pada periode tahun 1987 clan 1992 .

Setiap koperasi/KUD akan menerima kredit sapi harus mengajukan permohonan dengan berbagai persyaratan, antara lain dan terutama adalah sebagai berikut

a. Mempunyai Surat Izin Usaha .

b . Administrasi sudah berjalan dengan baik . c. Penyusunan neraca sudah teratur dengan baik. d . Kelayakan usaha.

e. Rekomendasi dari Kantor Koperasi dan Dinas Peternakan setempat.

f . Telah melunasi pajak usaha .

Sedangkan koperasi/KUD dalam

menya-lurkan kredit sapi perah kepada peternak menen-tukan persyaratan, yaitu

a . Sudah terdaftar sebagai anggota koperasi/ KUD .

b. Mempunyai pengalaman dalam memelihara sapi perah.

c. Kesanggupan dalam memelihara sapi perah . d. Sanggup membayar uang muka sebesar yang

telah ditetapkan oleh koperasi/KUD .

e . Sanggup melunasi kredit yang akan diterima sesuai dengan ketentuan dan jangka waktu yang telah ditetapkan.

Penyaluran kredit sapi perah yang terakhir kepada peternak-peternak adalah kredit BRI tahun 1989, yakni sapi perah betina bunting 3 -5 bulan dengan harga pada tingkat peternak Rp . 1 .700 .000/ekor . Jangka waktu

(2)

pengem-balian kredit selama 7 tahun dengan bunga 1,0% per bulan . Tahun pertama ticlak clikenakan pen-cicilan kredit, sehingga jangka waktu pengem-balian berupa pencicilan pokok kredit adalah 6 tahun dengan pembayaran bunga kredit tetap selama 7 tahun . Namun di beberapa daerah se-perti Kabupaten Garut di Jawa Barat, terclapat pula kredit sapi perah yang clikeluarkan oleh Bukopin tahun 1992 . Nilai kredit adalah Rp . 2.000 .000/eko r dengan bunga 1,5% per bulan . Jangka waktu pengembalian clan tata cars

pelunasan, sama dengan kredit BRI tahun

1989.

DAMPAK POSITIF KREDIT SAM PERAH Kredit sapi perah di samping memacu pe-ningkatan populasi sapi perah sehingga mem-berikan dampak terhadap peningkatan produksi susu dalam negeri adalah juga peningkatan pen-dapatan para peternak sapi perah clan peluang kesempatan bekerja . Peningkatan pendapatan

tersebut adalah disebabkan bertambahnya

skala pemilikan . Di daerah Jawa Timur misal-nya rata-rata pemilikan per peternak adalah 2,8 ekor sebelum adanya impor sapi perah clan setelah adanya impor sapi perah atau kredit sapi perah, rata-rata pemilikan sapi perah menjadi 3,05 ekor/peternak . Peningkatan rata-rata pemilikan ini berakibat terhadap adanya pening-katan pendapatan sebesar 7,20% (Dinas Peter-nakan Dati I Propinsi Jawa Timur, 1990) . Walaupun belum diperoleh data kuantitas, na-mun berdasarkan pendamatan yang dilakukan pada beberapa koperasi/KUD di Jawa menun-jukkan adanya peningkatan pendapatan

peter-nak penerima kredit sapi perah .

Dampak kredit sapi perah terhadap peluang kesempatan kerja adalah timbulnya peternak baru clan berkembangnya koperasi/KUD di daerah pemeliharaan sapi perah . Beberapa daerah se-perti Jawa Timur menentukan kebijaksanaan, bah-wa penyebaran sapi-sapi perah impor berupa kredit adalah untuk mengembang-kan daerah-daerah baru pemeliharaan sapi perah clan untuk menambah skala pemilikan pada peternak yang telah memelihara sapi perah (Dinas Peternakan Dati I Propinsi Jawa Timur, 1990) .

Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian be-sar susu yang diproduksikan oleh para peternak disalurkan ke inclustri pengolahan susu melalui koperasi/KUD . Hal ini berarti, bahwa pengem-bangan daerah pemeliharaan sapi perah akan diikuti pula oleh pertambahan jumlah kope-rasi/KUD clan hal ini merupakan penyebaran

SORT BASYA SIREGAR: Kredit Sapi Perah

tenaga kerja. Di daerah Jawa Timur saja misalnya telah terjadi pertambahan 10 buah koperasi/KUD selama periode tahun 1987 - 1990 (Dinas Peter-nakan Propinsi Dati I Jawa Timur, 1990) .

MASALAH PENGEMBALIAN KREDIT SAM PERAH

Impor sapi perah betina yang didistribusikan kepada para peternak melalui sistim kredit, tidak luput dari permasalahan . Sebagian besar kredit sapi perah yang telah disalurkan kepada peter-nak ke berbagai daerah, mengalami kemacetan dalam pengembaliannya sesuai dengan jadwal clan jangka waktu yang telah ditentukan . Hal ini ditunjukkan dengan adanya tunggakan pokok clan bunga yang relatif besar pada peternak penerima kredit. Sebagai contoh dapat clikemukakan tung-gakan kredit yang terjadi di Propinsi Jawa Timur, daerah Bogor clan Garut di Propinsi Jawa Barat sebagaimana terlihat pada tabel-tabel di bawah ini:

Tabel 1 . Tunggakan kredit sapi perah program tahun 1979 -1983 pada posisi bulan Oktober 1990 di daerah Jawa Timur

Sumber data : Dinas Peternakan Propinsi Dati I Jawa Timur (1990)

Kredit sapi perah yang telah disalurkan ke

Propinsi Jawa Timur berjumlah Rp .

16 .053.004.645 . Dari jumlah tersebut terdapat tunggakan sebesar Rp . 11 .901 .835.31 4 berupa tunggakan pokok clan bunga pada posisi bulan Oktober 1990 . Tunggakan tersebut mencapai 74,1 % dari kredit pokok .

Tunggakan kredit sapi perah di daerah Bogor adalah berdasarkan data yang diperoleh dari ko-perasi susu (KPS Bogor) berupa kredit Bukopin (tahun 1987/1988) clan kredit BRI (1989), seba-gaimana terlihat pada tabel berikut : .

Program kredit pokok clan bungsTunggakan tunggakan dariPersentasi plafond kredit 1%1 1 . PUSP II 286 .931 .000 29,1 2. PUSP III 646 .559.000 62,1 3. PUSP IV : 1 .590 .366.377 120,7 4. Kredit Koperasi I : 1 .243 .926.994 24,5 5. Kredit Koperasi X - XXX : 8.134.051 .943 106,5 Jumlah :11 .901 .835.314 74,1

(3)

Tabel 2 . Tunggakan kredit sapi perah Bukopin dan BRI per Maret 1993 di daerah Bogor

Untuk menanggulangi tunggakan kredit yang terjadi pada peternak di daerah Bogor khususnya kredit yang telah melampaui batas

waktu pengembalian, KPS Bogor terpaksa

melunasinya ke lembaga perbankan de ngan menyisihkan sebagian dari sisa hasil usahanya.

Di daerah Garut terdapat 5 buah KUD

yang melakukan penyebaran kredit sapi perah kepada peternak . Jumlah tunggakan yang ter jadi pada kelima KUD tersebut pada posisi bulan Oktober 1992, terlihat sebagai berikut

Tabel 3. Tunggakan kredit sapi perah Bukopin tahun 1987/1988 pada bulan Oktober 1992 di daerah Garut

Surnber data : Departemen Koperasi Kabupaten Garut (1992) Tunggakan kredit sapi perah program Bukopin

tahun 1987/1988 di daerah Garut pada

posisi Oktober 1992 adalah sebesar

Rp . 346 .190 .474 atau 16,9% dari plafond kredit yang berjumlah Rp .2 .043 .419.235.

WARTAZOA Vo1: 4 No . 1-2, Pebruari 1995

Adanya tunggakan kredit sapi perah se-bagaimana yang dicontohkan di atas telah menimbulkan permasalahan rumit bagi kope rasi/KUD yang dibebani tanggung jawab dalam pengembalian kredit sapi perah sesuaa. dengan jangka waktu clan jadwal yang telah ditetapkan . Walaupun telah dilakukan berbagai upaya antara lain pembentukan Tim Kelompok Kerja (Pokja), Inpres No. 9/1989 clan pengenaan Dana Tang-gung Renteng (DTR), namun masalah tunggakan kredit peternak masih belum teratasi secara tun-tas. Memang sebagian koperasi/KUD ada yang sudah melunasi kredit sapi perah ke bank pem-beri kredit terutama kredit yang sudah lewat jangka waktu pengembaliannya . Namun hal ini

bukan berarti, bahwa kredit yang telah

dibayarkan koperasi/KUD itu sudah lunas . Kepada peternak-peternak penerima kredit sapi perah tetap dibebani tanggung jawab untuk melunasi kredit yang telah diterimanya kepada kope-rasi/KUD yang bersangkutan . Terjadinya tung-gakan kredit pada sebagian besar peternak adalah karena ketidakmampuan para peternak itu untuk mencicil kreditnya sesuai dengan jadwal clan jangka waktu yang telah ditetapkan . Hal ini di-sebabkan oleh berbagai faktor, namun terutama adalah sebagai berikut

1 . Harga penjualan susu peternak yang tidak berimbang dengan harga pakan

Biaya produksi yang terbesar pada pe-meliharaan sapi perah adalah pada biaya pakan clan terutama pakan konsentrat . Penelitian yang telah dilakukan terhadap pemeliharaan sapi perah di daerah Pangalengan Jawa Barat menunjuk-kan, bahwa biaya rata-rata pakan mencapai 70,1 % dari keseluruhan biaya produksi (Siregar, 1985) . Oleh karena itu perimbangan yang se-makin sempit antara harga per liter susu dengan harga per kg pakan konsentrat akan memberikan dampak yang semakin tidak menguntungkan .

Berikut diutarakan harga konsentrat clan harga susu serta perimbangannya di beberapa daerah pemeliharaan sapi perah . Dari tabel tersebut terlihat, bahwa perimbangan antara harga per kg konsentrat dengan harga pen-jualan per liter susu yang paling tinggi adalah di daerah Klaten dengan perimbangan 1 : 2,67. Penelitian yang telah dilakukan pada sapi perah yang sedang berproduksi susu di daerah Pa-ngalengan menunjukkan, bahwa rata- rata susu yang diproduksikan adalah 11,7 I/ekor/hari de-ngan pemberian konsentrat 7,1 kg/ekor/hari (Siregar, 1985) . Dengan demikian konversi kon-Narna KUD Tunggakan pokokdan bunga

(Rp) Persentase tunggakan dari plafond kredit (%) 1 .Bayongbong 67 .915 .104 16,8 2. Cisurupan 98 .389 .723 17,1 3. Cikajang 78 .971 .220 17,6 4. Samarang 68 .521 .838 16,3 5 . Cilawu 32 .392 .589 16,6 Jumlah 346.190.474 16,9 Uraian I . Dari peternak Bukopin (Rp) ke KPS: BRI (Rp) Jumlah(Rp) 1 . Pokok : 189 .175 .060 183 .885 .579 373.060 .640 2 . Bunga : 108 .362 .620 133 .371 .157 241 .733 .778 Jumlah 297.537 .680 317 .256 .736 614.794 .418 II . Dari KPS ke Bank 1 . Pokok 64 .860 .000 139 .830 .000 204.690 .000 2. Bunga 24 .977 .866 132 .399 .287 157 .377 .153 Jumlah 89 .837 .866 272 .229 .287 362 .067 .153

(4)

sentrat pada sapi perah yang sedang berproduksi susu di daerah Pangalengan adalah 1 : 1,65 yang berarti 1 kg konsentrat hanya mampu mengha-silkan 1,65 Itr susu . Oleh karena itu apabila perimbangan harga antara 1 kg konsentrat dengan harga 1 Itr susu (1 : 1,65) maka tidak akan ada lagi perolehan keuntungan clan sudah merugi-kan . Daryono dkk (1989) dalam penelitian usahatani sapi perah di daerah Pangalengan mendapatkan, bahwa biaya pakan konsentrat dari keseluruhan biaya produksi rata-rata 54,56% . Dengan demikian perimbangan antara 1 kg konsentrat dengan harga 1 liter susu supaya memberikan sejumlah keuntungan bagi peter-nak haruslah di atas 1 : 100 (1,65)/54,56 = 1 3,0. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan perimbangan antara harga konsentrat dengan harga penjualan susu peternak di negara Jepang yang sudah tergolong maju pemeliharaan sapi perahnya adalah berkisar antara 1 : 9,0 sampai dengan 1 : 13,5 (Dit .Jen .Nak, 1991) .

Tabel 4. Harga pakan konsentrat, harga susu clan perimbang-annya di beberapa daerah pemeliharaan sapi perah

2 . Jumlah pemilikan rata-rata sapi perah induk yang relatif sedikit clan skala usaha yang rela-tif kecil

Jumlah pemilikan rata-rata sapi perah in-duk peternak penerima kredit sebagian besar masih di bawah 6 ekor clan tergolong dalam Skala usaha kecil . Skala usaha yang masih kecil berakibat pada perolehan keuntungan yang relatif kecil, sehingga keuntungan yang diperoleh itu belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya apalagi untuk mencicil kreditnya .

Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut ini Skala usaha yang diutarakan pada Tabel 5 di atas didasarkan pada rataan pemilikan di bawah 6 ekor induk/peternak tergolong Skala usaha kecil, pemilikan 6 - 10 ekor induk/peternak ter-golong Skala usaha menengah clan pemilikan di atas 10 ekor induk/peternak tergolong Skala

SORT BASYA S%REGAR: K)-edit Sapi Perah

usaha besar . Dari tabel tersebut terlihat, bahwa penclapatan berupa keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan sapi perah pada Skala usaha kecil clan menengah belum mampu untuk me-menuhi kebutuhan hidup . Dengan demikian adalah tidak mungkin bagi peternak Skala usaha kecil clan menengah untuk mencicil kreditnya dari usaha sapi perahnya. Tunggakan kredit yang terjadi pada umumnya adalah pada peternak Skala usaha kecil clan menengah .

Tabel 5 . Kontribusi usaha pemeliharaan sapi perah terhadap kebutuhan hidup peternak berdasarkan skala usaha

Sumber data : Puslitbangnak, 1993

3. Kemampuan berproduksi susu yang rendah Sumber utama pemeliharaan sapi perah adalah susu yang diproduksikan oleh sapi induk laktasi . Oleh karena itu selain faktor harga, kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi in-duk laktasi akan sangat menentukan besarnya penerimaan. Kemampuan berproduksi susu yang relatif rendah umumnya terdapat pada sapi perah induk yang clipelihara di daerah-daerah dataran rendah . Penelitian yang telah dilakukan di daerah Bogor clan Klaten yang merupakan dataran ren-dah mendapatkan kemampuan berproduksi susu dari sapi perah induk ma-sing-masing 8,9 Itr/ ekor/hari clan 11 ,0 Itr/ekor/hari (Puslitbangnak, 1993) . Sedangkan penelitian yang telah di-lakukan di daerah Garut clan Lembang yang meru-pakan dataran tinggi mendapatkan kemampuan berproduksi susu dari sapi- sapi perah induk masing-masing adalah 15,2 Itr/ekor/hari clan 16,3 Itr/ekor/hari (Siregar clan Praharani, 1992) . -Pad'

Daerah peme-liharaan sapi perah Harga konsentrat (Rp/kg) Harga Perimbangan susu antara (Rp/Itr) konsentrat dengan Sumber harga data susu

1 . Bogor 200 525 1 : 2,63 Puslitbangnak (a), 1993 2. Garut 200 360 1 : 1,80 Puslitbangnak (al, 1993 3. Lembang 185 375 1 : 2,02 Siregar, 1992 4. Klaten 160 427 1 : 2,67 Puslitbangnakl", 1993 5. Banyumas 195 420 1 : 2,15 Puslitbangnak('), 1993 6. Jawa Timur 245 370 1 : 1,51 PuslitbangnaO ), 1993

Uraian

A

Skala usaha

B c

1 . Rataan pemilikan induk sapi perah

(ekor/peternak) 2,3 7,3 20,5 2 . Rataan pendapatan

dari usaha sapi

perah (Rp/bln) 59 .268,05 330.000,28 1 .362 .699,90 3 . Rataan kebutuhan

hidup peternak

(Rp/bln) 276 .455,44 623.948,31 1 .091 .393,43 4. Kontribusi usaha

sapi perah terhadap

(5)

kenyataannya makin rendah kemampuan ber-produksi susu dari sapi-sapi perah induk yang dipelihara akan semakin kecil keuntungan yang diperoleh clan akan semakin sedikit ke-mungkinannya untuk mencicil kredit. Hal inilah yang terjadi pada sebagian besar peternak

pe-nerima kredit di daerah dataran rendah . 4. Adanya kematian sapi kredit

Sapi-sapi perah yang dikreditkan kepada peternak dilinclungi dengan asuransi ternak . Apa-bila terjadi kematian sapi selama satu tahun setelah penerimaan kredit akan dilakukan peng-gantian berupa uang dengan nilai separuh dari nilai kredit sapi perah . Dengan demikian peter-nak yang mengalami kematian sapi tidak akan mampu untuk membeli sapi perah bunting lagi dengan nilai uang yang diterimanya . Sudah barang tentu peternak yang mengalami musibah demikian ini, tidak akan sanggup membayar bunga pinjamannya apalagi mencicil kredit po-koknya.

ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA Permasalahan-permasalahan yang diutara-kan di atas perlu dicaridiutara-kan upaya penanggu-langannya yang tepat, agar kemacetan kredit yang telah terjadi dapat ditanggulangi sebaik-baiknya clan tidak terulangnya lagi kemacetan kredit di waktu-waktu mendatang. Harga susu yang tidak berimbang dengan harga pakan dapat ditanggulangi dengan meningkatkan harga susu dalam batas-batas daya beli konsumen . Hat ini masih memungkinkan dilihat dari besarnya per-bedaan harga susu pada konsumen clan peternak. Di daerah Bogor misalnya pada permulaan Januari 1993 harga susu pada peternak hanya Rp . 540/Itr, sedangkan pada konsumen sudah mencapai antara Rp . 800 - Rp 1000/Itr. Dalam periode tahun yang sama harga susu pada peter-nak rata-rata Rp . 427/1tr di Klaten clan Rp . 420/Itr di daerah Banyumas; sedangkan harga pada konsumen susu berkisar antara Rp . 600 - Rp. 750/Itr di daerah Klaten clan Rp . 750 - Rp. 1000/ Itr di daerah Banyumas . Adanya perbedaan harga susu yang masih cukup besar antara peternak dengan konsumen, masih memberi peluang un-tuk meningkatkan harga susu pada tingkat peter-nak . Hal ini penting untuk dipikirkan oleh koperasi/KUD yang menyerap sebagian besar susu yang diproduksikan peternak, agar

penda-WARTAZOA Vol. 4 No. 1-2, Pebruari 1995

patan peternak sapi perah penerima kredit khu-susnya dapat lebih ditingkatkan . Dengan demi-kian kesanggupan peternak tersebut dalam men-cicil kreditnya dapat lebih ditingkatkan .

Upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi harga susu yang sudah tidak berimbang dengan harga pakan adalah menge fisienkan biaya pakan agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pemeliharaan sapi perah non produktif. Tindakan ini akan berakibat pada pengurangan jumlah penggunaan pakan, se-hingga jumlah biaya produksi akan lebih ren-dah. Dengan demikian pendapatan akan me-ningkat .

Pada kenyataannya, semakin tinggi skala usaha akan semakin besar keuntungan yang diperoleh clan akan semakin besar pula kemung kinannya untuk dapat mencicil kredit . Ternyata pula, bahwa sebagian besar tunggakan kredit adalah pada para peternak skala usaha kecil clan menengah dengan rataan pemilikan induk sapi perah berada di bawah 10 ekor. Oleh karena itu skaah satu alternatif yang dapat diajukan dalam penanggulangan tunggakan kredit sapi perah adalah dengan meningkatkan skala usaha melalui penambahan pemilikan sapi perah induk kepada peternak penerima kredit. Dalam hal ini kepada peternak penunggak kredit diberi penambahan sapi perah bunting untuk me-ningkatkan skala usahanya . Pemberian kredit baru ini ticlak melalui kredit perbankan, namun dalam bentuk pemberian sapi perah dengan pengembalian sapi perah pula. Bentuk pemberian kredit ini telah dilakukan pada sapi potong se-belum kredit sapi melalui perbankan diperkenal-kan kepada masyarakat . Pemberian kredit berupa sapi clan pengembaliannya dalam bentuk sapi dikenal dengan Sumba Kontrak . Penyaluran jenis kredit berupa Sum-ba Kontrak berdasarkan

pengalaman yang lalu, tidak menimbulkan

masalah yang berarti, sebab para peternak ticlak dibebani dengan bunga clan cicilan pokok berupa uang setiap bulannya .

Pemberian kredit sapi perah berupa Sumba Kontrak telah dilakukan oleh Dinas Peternakan Kodya Semarang dalam upaya pengembangan populasi sapi perah clan produksi di Kodya Serna-rang . Dalam hal ini kepada peternak-peternak sapi perah diberi kredit sapi perah betina umur 1,5 tahun dengan pengembalian 2 ekor sapi perah betina umur 1 ;5 tahun . Jangka waktu pengembalian ditetapkan 5 tahun .

Selain di Kotamadya Semarang, di daerah Banyumas dilakukan pula pemberian kredit sapi

(6)

perah kepada peternak sejenis Sumba Kontrak . Kepada peternak diberikan 2 ekor induk sapi perah dengan pengembalian 4 ekor anak betina sapi perah dalam jangka waktu pengembalian 5 tahun . Kelihatannya pemberian kredit sapi perah kepada peternak sejenis Sumba Kontrak sebagaimana diutarakan di dua daerah tadi tidak mengalami hambatan yang berarti dalam pengembalian kredit dan dapat memacu perkem-bangan populasi sapi perah .

Terhadap kemampuan berproduksi susu yang masih rendah, dapat ditanggulangi secara ber-tahap dengan melakukan seleksi . Sapi perah yang berproduksi susu rendah dan tidak ekono-mis untuk dipelihara, sebaiknya dikeluarkan dan diganti dengan sapi perah yang berproduksi susu lebih tinggi . Sapi perah yang tidak eko-nomis lagi untuk dipelihara adalah sapi yang berproduksi susu hanya mampu untuk menutupi biaya pemeliharaan dirinya sendiri .

Seleksi harus dilakukan secara terus menerus agar kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah yang dipelihara setahap demi setahap mengalami peningkatan .

Terhadap kematian sapi-sapi kredit se-baiknya tidak diganti dengan bentuk uang, tetapi dalam bentuk sapi . Dengan demikian pe ternak yang sapi perah kreditnya mati, tidak merasa dirugikan . Hal ini akan terlaksana apa-bila pihak koperasi/KUD dilibatkan dalam pe-ngaturan asuransi sapi perah kredit .

DAFTAR PUSTAKA

Daryono, J .M., Atmaja dan A.B.D. Martanegara . 1989 . Analisa kombinasi usahaternak sapi perah dengan usahatani sayuran di ke camatan Pangalengan, Bandung . Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslit-bang Peternakan, Bogor.

SORT BASYA SIREGAR: Kredit Sapi Perah

Departemen Koperasi Kabupaten Garut .

1992. Laporan Perkembangan Kredit Sapi Perah Program Koperasi . Departemen Ko-perasi Kabupaten Garut, Garut.

Dinas Peternakan Propinsi Dati I Jawa Timur. 1990. Evaluasi Pengembangan Sapi Perah di Jawa Timur. Dinas Peternakan Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Timur, Surabaya. Dit .Jen .Nak . 1981 . Buku Statistik Peternakan .

Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta . Dit.Jen.Nak . 1990. Buku Statistik Peternakan.

Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta . Dit .Jen .Nak . 1991 . Pengalama n Tarunatani

Ma-gang di Jepang clan Pelaksanaan Usahatani Setelah Magang . Direktorat Jenderal Peter-nakan, Jakarta .

Dit.Jen .Nak. 1992 . Buku Statistik Peternakan . Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta . Puslitbangnak . 19931x1 . Penelitian Sistem

Usa-hatani Sapi Perah di Pulau Jawa. Puslitbang Peternakan, Bogor.

Puslitbangnak. 19931b1 . Laporan Penelitian Sistem Usahatani Sapi Perah di Daerah Cile-but, Bogor. Puslitbang Peternakan, Bogor

(belum diterbitkan) .

Siregar, S.B. 1985 . Upaya peningkatan keun-tungan peternak dalam pemeliharaan sapi perah di daerah Pangalengan, Jawa Barat.

Ilmu clan Peternakan No. 10: 439 - 443 . Siregar, S.B clan L. Praharani. 1992.

Pengem-bangan usahatani sapi perah di daerah Jawa Barat. Prosiding Pengolahan clan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Gambar

Tabel 1 . Tunggakan kredit sapi perah program tahun 1979 - -1983 pada posisi bulan Oktober 1990 di daerah Jawa Timur
Tabel 3. Tunggakan kredit sapi perah Bukopin tahun 1987/1988 pada bulan Oktober 1992 di daerah Garut
Tabel 4. Harga pakan konsentrat, harga susu clan perimbang- perimbang-annya di beberapa daerah pemeliharaan sapi perah

Referensi

Dokumen terkait

Data curah hujan yang dipakai untuk perhitungan dalam debit banjir adalah hujan yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) pada waktu yang sama (Sosrodarsono, 1989).. Data

SDM Jumlah 2 Meningkatnya Kehandalan Peralatan dan Fasilitas 2.1 OEE (Overall Equipment Effectiveness) 2 Komite

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

Keinginan-keinginan ini di dalam novel misteri adalah motif kasus, motif juga merupakan elemen yang penting dalam novel misteri, karena motif adalah alasan dari

Jumlah objek pada proses pelacakan menggunakan particle filter berbanding lurus dengan waktu pemrosesan, sedangkan pada pelacakan dengan metode Histogram of Oriented Gradient

Penerapan model group investigation, perubahan positif pada siswa kelas IPS 4 berupa peningkatan terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar pada

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

Berfokus pada pengambilan Lopi Sandeq sebagai tema penciptaan tugas akhir penciptaan seni lukis, alasan pertama ialah penulis berasal dari daerah Mandar Sulawesi