• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI DANA LOKAL ITS 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI DANA LOKAL ITS 2020"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI

DANA LOKAL ITS 2020

(Material Flow Analysis Sampah Plastik di Kota Surabaya dan Denpasar

Utara)

(Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Denpasar Utara)

Tim Peneliti:

IDAA Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D (Teknik Lingkungan/FTSLK/ITS)

Dr. Maria Anityasari, M.Eng (Teknik Industri/FTSPK/ITS)

Mohammad Nur Cahyadi, ST., MT., Ph.D (Teknik Geomatika/FTSLK/ITS)

Ni Made Utami Dwipayanti, ST., MBEnv., Ph.D (Teknik Lingkungan/FT/UDAYANA)

I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA (Teknik Lingkungan/FT/UDAYANA)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN

1. Judul Penelitian : Material Flow Analysis Sampah Plastik di Kota Surabaya dan Kota Denpasar (Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Denpasar Utara)

2. Ketua Tim

a. Nama : I D A A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 197502121999032001

d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I

f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian/ Departemen

No Nama Lengkap Peran

dalam tim Fakultas/Jurusan/ Unit Instansi/Perguruan Tinggi 1. Dr. Maria Anityasari, ST., M.Eng.Sc

Anggota Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem/ Departemen Teknik Sistem dan Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2. Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT

Anggota Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian/ Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3. Mokhamad Nur Cahyadi, ST., M.Sc., Ph.D

Anggota Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan

Kebumian/ Departemen Teknik Geomatika

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

4. Dwi Wulandari Mahasiswa Institut Teknologi

Sepuluh Nopember 5. Abizar Bagas

Patriatama

Mahasiswa Institut Teknologi

Sepuluh Nopember 6. Ni Made Utami Dwipayanti, ST., MBEnv., Ph.D Anggota Luar ITS Universitas Udayana

7. I Gede Herry Purnama, ST., MT. MIDEA

Anggota Luar ITS

Universitas Udayana Teknik Lingkungan

g. Laboratorium : Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) h. Tim :

(3)

3. Dana dan Waktu:

a. Jangka waktu program diusulkan : 3 tahun

b. Biaya yang diusulkan : Rp 148.960.000,- c. Biaya yang disetujui tahun 2020 : Rp 50.000.000,-

Mengetahui,

Kepala Pusat Penelitian Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat

NIP.

Surabaya, 13 September 2020 Ketua tim peneliti

I D A A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D NIP. 197502121999032001

NIP.

Mengesahkan Kepala LPPM ITS

Agus Muhamad Hatta, ST., MSi, Ph.D NIP. 197809022003121002

(4)

Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I RINGKASAN ... vi

BAB II HASIL PENELITIAN... 1

II.1 Laju Timbulan dan Komposisi Sampah di Rumah ... 1

II.1.1 Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga ... 1

II.1.2 Komposisi Sampah Rumah Tangga ... 2

II.2 Aspek Teknis Pengelolaan Bank Sampah ... 5

II.2.1 Sistem Kerja di Bank Sampah ... 5

II.2.2 Laju Timbulan Sampah di Bank Sampah ... 7

II.2.3 Mass Balance Bank Sampah ... 8

II.2.4 MFA Plastik di Kecamatan Sukolilo ... 12

II.3 Data Finansial Bank Sampah dan Pengepul ... 16

II.3.1 Pendapatan dan Biaya Operasional Bank Sampah ... 16

II.3.2 Penentuan Harga Satuan Bank Sampah Induk (BSI) dan Pengepul ... 20

II.4 Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Bank Sampah ... 21

II.4.1 Analisis Partisipasi Masyarakat Nasabah Bank Sampah ... 21

II.4.2 Analisis Partisipasi Masyarakat Non Nasabah Bank Sampah ... 26

BAB III STATUS LUARAN... 29

BAB IV PERAN MITRA (UntukPenelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi) ... 30

IV.1 Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Utara ... 30

IV.2 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Utara ... 30

IV.3 Timbulan Sampah di Bank Sampah ... 32

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 34

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 35

(5)

VI.3 Perhitungan Dampak Lingkungan ... 35

VI.4 Mapping dan Mass Balance Pengolahan Sampah dari Sumber ke Industri ... 35

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ... 37

(6)

Daftar Tabel

Tabel 2. 1 Laju Timbulan Sampah di Kecamatan Sukolilo ... 1

Tabel 2. 2 Reduksi Sampah Melalui Bank Sampah di Kecamatan Sukolilo ... 8

Tabel 2. 3 Persentase Recovery Factor di Kecamatan Sukolilo ... 9

(7)

Daftar Gambar

Gambar 2. 1 Komposisi Sampah di TPS ITS-Keputih ... 3

Gambar 2. 2 Komposisi Sampah di TPS Medokan Semampir ... 3

Gambar 2. 3 Komposisi Rata-rata Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Sukolilo... 4

Gambar 2. 4 Komposisi Plastik di Kecamatan Sukolilo ... 4

Gambar 2. 5 Timbulan Sampah Bank Sampah Sampel ... 6

Gambar 2. 6 Laju Timbulan Sampah di Bank Sampah ... 7

Gambar 2. 7 Laju Timbulan Sampah Plastik di Bank Sampah... 7

Gambar 2. 8 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di Kecamatan Sukolilo ... 11

Gambar 2. 9 MFA Sampah Plastik di Kecamatan Sukolilo... 15

Gambar 2. 10 Proses Pengangkutan Sampah oleh Pengepul ... 17

Gambar 2. 11 Perbandingan Harga Satuan di BSI dan Pengepul ... 20

Gambar 2. 12 Data Pendapatan Nasabah Bank Sampah ... 21

Gambar 2. 13 Inisiasi Pendiri Bank Sampah ... 22

Gambar 2. 14 Alasan Nasabah Bergabung dengan Bank Sampah ... 24

Gambar 2. 15 Pendapatan Nasabah dari Menabung di Bank Sampah ... 25

Gambar 2. 16 Alasan Masyarakat Menjadi Pengurus Bank Sampah ... 25

Gambar 2. 17 Pengelolaan Sampah di Non Nasabah Kecamatan Sukolilo ... 26

Gambar 2. 18 Alasan Non Nasabah Tidak Melakukan Komposting ... 27

Gambar 2. 19 Alasan Non Nasabah Tidak Memilah Sampah ... 27

Gambar 2. 20 Alasan Non Nasabah Menjual ke Rombeng ... 28

Gambar 4. 1 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Dangi Puri Kelod, Denpasar Timur ... 30

Gambar 4. 2 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Banjar Sari, Ubung, Denpasar Utara ... 31

Gambar 4. 3 Komposisi Sampah Plastik Rumah Tangga di Kelurahan Dangi Puri Kelod, Denpasar Timur ... 31

Gambar 4. 4 Komposisi Sampah Plastik Rumah Tangga di Banjar Sari, Ubung, Denpasar Utara ( ... 32

Gambar 4. 5 Komposisi sampah yang dikelola oleh bank sampah di Denpasar Utara ... 33

(8)

Daftar Lampiran

(9)

BAB I RINGKASAN

Bank sampah merupakan salah satu sektor formal dalam upaya mereduksi sampah di Kota Surabaya. Kecamatan Sukolilo dan Denpasar Utara memiliki 100 bank sampah aktif namun terdapat 32 bank sampah yang tidak aktif. Selain itu, Kecamatan Sukolilo dan Denpasar Utara juga memiliki 1 Bank Sampah Induk (BSI) yang melayani seluruh Kota Surabaya. Sebagian besar bank sampah di Kecamatan Sukolilo dan Denpasar Utara menjual sampahnya ke BSI. Tujuan penelitian ini adalah Material Flow Analysis (MFA) aliran sampah dari bank sampah sampai industri daur ulang. Hasil MFA dapat mengetahu besar efektifitas pengurangan sampah melalui bank sampah dan residu yang dihasilkan. Residu yang dihasilkan dilakukan analisis dampak lingkungan terkait pengelolaan sampah daur ulang sampah melalui bank sampah. Selain itu, juga mengevaluasi partisipasi masyarakat terhadap keberlanjutan Bank Sampah di Wilayah Kecamatan Sukolilo dan Denpasar Utara

Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui pengukuran timbulan dan komposisi sampah di 25 KK nasabah dan 50 KK non nasabah. Selain itu, mengumpulkan data timbulan, data finansial, dan data teknis di 8 bank sampah melalui wawancara pengurus bank sampah. Data MFA dapat dilengkapi dengan wawancara ke bank sampah, BSI, pengepul, dan industri daur ulang. Hasil wawancara langsung dapat mengetahui proses, timbulan, residu, dan distribusi dari sampah yang didaur ulang. MFA yang akan digambarkan terfokus pada plastik di Kecamatan Sukolilo.

Hasil menunjukkan bahwa recovery factor (RF) di Kecamatan Sukolilo masih jauh dari standar. RF plastik di Kecamatan Sukolilo sebesar 10,7% dari standar yang dapat direduksi 50%. Reduksi sampah ini melibatkan peran sektor formal dan informal. Sektor formal meliputi bank sampah, TPS, dan industri daur ulang sedangkan untuk sektor informal meliputi rombeng dan pengepul. Melalui pemetaan dapat dianalisis bahwa keberaan informal sektor paling banyak berada di Kampung Pemulung Keputih, sedangkan bank sampah yang aktif relatif jauh dari Kampung Pemulung tersebut. Reduksi yang telah dilakukan menghasilkan MFA dengan residu sebesar 11, 17% dan produk sebesar 88,83% dari 100% raw

(10)

material. Produk yang dihasilkan beranekaragam mulai dari pelet, cacahan PET,

dakron, maupun produk kresek baru.

(11)

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan

BAB II HASIL PENELITIAN

II.1 Laju Timbulan dan Komposisi Sampah di Rumah

Objek sampling timbulan dan komposisi rumah tangga menggunakan kawasan permukiman nasabah dan non nasabah. Kawasan permukiman yaitu perumahan dan perkampungan biasa.

II.1.1 Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga

Laju timbulan sampah di Kecamatan Sukolilo diperolah dari penimbangan sampah yang dihasilkan oleh nasabah dan non nasabah bank sampah. Timbulan ini diukur di perumahan dan perkampungan untuk mewakili kondisi di Kecamatan Sukolilo (Tabel 2.1). Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata timbulan di perumahan dan perkampungan sama yaitu 0,38 kg/orang.hari.

Tabel 2. 1 Laju Timbulan Sampah di Kecamatan Sukolilo Sampling hari ke-

Sumber sampah Berat sampah (kg/hari) Jumlah penduduk (orang) Laju timbulan sampah (kg/orang.hari Laju timbulan per kawasan (kg/orang.hari 1- Perkampungan Keputih Gang I 57,135 135 0,42 0,38 2- Perkampungan Keputih Gang I 58,097 135 0,43 3- Perkampungan Keputih Gang I 60,411 262 0,23 4- Perkampungan Keputih Gang I 58,447 135 0,43 5- Perumahan Perumahan Dosen ITS Blok U 140,710 315 0,44 0,38 6- Perumahan Perumahan Dosen ITS Blok U 139,392 315 0,44 7- Perumahan 142,071 441 0,44

(12)

Sampling hari ke- Sumber sampah Berat sampah (kg/hari) Jumlah penduduk (orang) Laju timbulan sampah (kg/orang.hari Laju timbulan per kawasan (kg/orang.hari Perumahan Dosen ITS Blok U 8- Perumahan Perumahan Wisma Mukti 186,561 507 0,32 9- Perumahan Perumahan Wisma Mukti 167,190 507 0,33 10- Perumahan Perumahan Wisma Mukti 88,687 240 0,37 11- Perumahan Perumahan Wisma Mukti 90,287 240 0,38 12- Perumahan Perumahan Wisma Mukti 86,940 240 0,36

Laju timbulan sampah dipengaruhi oleh jumlah penghuni dan gaya hidup setiap rumah yang berbeda-beda. Kegiatan reduksi melalui bank sampah, pengepul, komposting, dan mendaur ulang dapat mengurangi timbulan yang dihasilkan setiap rumah.

II.1.2 Komposisi Sampah Rumah Tangga

Komposisi sampah rumah tangga dibedakan menjadi sampah sisa makanan, plastik, kertas, karet, besi/logam, kaca, kain, B3, dan residu (Gambar 2.1). Pengukuran komposisi dilakukan dengan memilah dan menimbang setiap hasil pilahan sesuai kategori dan dinyatakan dalam prosentase (%). Prosentase komposisi sampah diperoleh dengan membandingkan berat tiap jenis sampah dan berat total sampah. Komposisi sampah disurvei pada 2 TPS yaitu TPS ITS dan TPS Medokan Semampir. Berikut komposisi sampah di TPS ITS dan TPS

(13)

Medokan Semampir (Gambar 2.1-2.2). Komposisi dari TPS ITS dan TPS Medokan Semampir dirata-rata untuk mendapatkan komposisi sampah di Kecamatan Sukolilo (Gambar 2.3).

Gambar 2. 1 Komposisi Sampah di TPS ITS-Keputih

(14)

Gambar 2. 3 Komposisi Rata-rata Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Sukolilo

Berdasarkan diagram menunjukkan bahwa sampah yang tidak dikomposkan sebesar 36%. Komposisi plastik memiliki urutan terbesar ketiga setelah kertas. Komposisi plastik dibedakan menjadi 7 kategori yaitu PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS, dan plastik campuran. Berikut komposisi plastik di Kecamatan Sukolilo (Gambar 2.4).

(15)

Hasil di atas menunjukkan bahwa penggunaan plastik jenis LDPE paling banyak digunakan di rumah tangga. Jenis plastik LDPE biasa digunakan untuk plastik kresek dengan berbagai warna dan ukuran. Menurut Cabanes et al. (2020), di semua sektor pasar di dunia lebih dari 8 juta ton LDPE dibutuhkan sebagai pengemasan barang. Selain itu, aplikasi LDPE dalam kemasan fleksibel, khususnya sebagai tas belanja. Konsumsi tas belanja di Eropa mencapai 100 miliar tas per tahun yang mana hanya 7% yang hanya di daur ulang. Hal ini menunjukkan bahwa plastik LDPE digunakan di seluruh dunia dan berujung pada sampah yang masih minim pengelolaannya.

II.2 Aspek Teknis Pengelolaan Bank Sampah

Kecamatan Sukolilo memiliki 23 bank sampah aktif dengan jumlah total nasabah 296 orang. Seluruh bank sampah di Kecamatan Sukolilo menjual sampah ke Bank Sampah Induk Kota Surabaya (BSI). BSI tidak hanya menerima sampah dari bank sampah melainkan juga dari individu, perusahaan, dan instansi. Sistem yang diterapkan ada 2 yaitu pembayaran tunai dan ditabung. Pada penelitian ini terfokus pada bank sampah unit di Kecamatan Sukolilo sebanyak 9 buah.

II.2.1 Sistem Kerja di Bank Sampah

Sistem kerja bank sampah yaitu suatu cara peningkatan daya minat masyarakat untuk bergabung menjadi nasabah bank sampah. Sistem bank sampah biasanya hanya ada 2 jenis yaitu menabung atau pembayaran tunai (cash). Semua bank sampah yang diteliti menggunakan sistem menabung hasil penjualan sampah. Hasil tabungan ini akan dikembangkan menjadi berbagai macam seperti tabungan untuk Lebaran atau tabungan rekreasi kampung. Bank sampah yang berada di lingkungan menengah ke bawah biasanya menerapkan sistem tabungan Lebaran yang diambil 1 tahun sekali. Berbeda halnya dengan tabungan rekreasi biasanya berada di lingkungan berpenghasilan menengah. Hasil uang dari bank sampah menjadi biaya untuk rekreasi kampung. Hal seperti ini masih membuat masyarakat kurang berminat sehingga, hampir semua bank sampah yang diteliti menerapkan sistem simpan pinjam. Sistem simpan pinjam pada bank sampah ada yang sudah memiliki SK karena bergabung dengan

(16)

koperasi. Ada beberapa bank sampah yang menerapkan karena inisiatif dari pengurus. Peminjaman ini hanya diperbolehkan untuk nasabah bank sampah saja. Nasabah boleh meminjam uang sebanyak tersedianya uang di tabungan bank sampah. Beberapa bank sampah menerapkan bunga yang rendah dan bahkan ada yang tidak menerapkan sistem bunga. Bank sampah yang tidak menerapkan bunga pinjaman menggunakan sistem saling percaya antara pengurus dan pihak peminjam.

Sebanyak 8 bank sampah yang diteliti terdapat 89% bank sampah yang menerapkan sistem simpan pinjam. Berikut data timbulan sampah untuk bank sampah yang menerapkan simpan pinjam dan hanya menabung saja.

Gambar 2. 5 Timbulan Sampah Bank Sampah Sampel

Hasil Gambar 2.5 menunjukkan bahwa bank sampah yang hanya menerapkan sistem menabung memiliki timbulan yang lebih sedikit dibandingkan dengan simpan pinjam. Hal ini karena bank sampah sistem menabung melakukan penimbangan 2-3 bulan sekali sedangkan sistem simpan pinjam setiap bulan melakukan penimbangan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sistem kerja simpan pinjam dapat meningkat keaktifan nasabah dalam menabung di bank sampah.

(17)

II.2.2 Laju Timbulan Sampah di Bank Sampah

Keaktifan nasabah merupakan faktor utama yang menentukan jumlah timbulan di bank sampah. Keaktifan nasabah sangat dipengaruhi oleh sistem yang dijalankan bank sampah. Sebanyak 9 bank sampah di Kecamatan Sukolilo melakukan jadwal penimbangan yang beranekararagam mulai dari sebulan sekali sampai 3 bulan sekali. Frekuensi penimbangan ini juga mempengaruhi laju timbulan yang masuk ke bank sampah. Berikut hasil penimbangan total sampah dan total plastik di bank sampah (Gambar 2.4-2.5). Hasil menunjukkan bahwa sekitar 30% total timbulan sampah yang ada di bank sampah dalam bentuk plastik baik lembaran maupun non lembaran. Timbulan

Gambar 2. 6 Laju Timbulan Sampah di Bank Sampah

(18)

Jumlah penduduk Kecamatan Sukolilo sebesar 114. 309 jiwa dengan timbulan per orang sebesar 0,38 kg/hari. Sebanyak 8 bank sampah yang dilakukan penelitian mampu mereduksi sampah sebesar 18.849,27 kg/tahun. Rata-rata per bulan sebesar 201 kg/bulan dengan 11x penimbangan. Bank sampah tersebut melayani nasabah sebesar 296 KK atau setara 1.184 orang. Kegiatan bank sampah mampu mereduksi sampah sebesar 3,74 kg/orang/bulan. Kecamatan Sukolilo memiliki 22 bank sampah aktif, sehingga hasil reduksi per orang per bulan akan dikalikan dengan total nasabah untuk menentukan reduksi total di bank sampah (Tabel 2.2).

Tabel 2. 2 Reduksi Sampah Melalui Bank Sampah di Kecamatan Sukolilo

Parameter Jumlah Satuan

Jumlah Bank Sampah 22 Unit

Jumlah total nasabah 296 KK

Jumlah anggota dalam 1 KK

4 Orang/KK

Jumlah masyarakat yang dilayani bank sampah

1184 Orang

Rata-rata reduksi per orang per bulan

3,74 kg/orang/bulan

Total reduksi per tahun

48.665,73 kg/tahun

Reduksi rata-rata tiap bank sampah

201,1 kg/bulan

Reduksi rata-rata plastik tiap bank sampah

60,3 kg/bulan

II.2.3 Mass Balance Bank Sampah

Hasil pengukuran timbulan dan komposisi sampah di rumah tangga dapat membentuk suatu mass balance eksisting. Mass balance eksisting mampu

(19)

menggambarkan pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukolilo (Gambar 4.23). Reduksi eksisting melalui bank sampah di Kecamatan Sukolilo juga dapat diketahui. Keberadaan bank sampah di Kecamatan Sukolilo mampu mereduksi sampah sebesar 201,1 kg/bulan atau 60,3 kg/bulan untuk sampah plastik. Kegiatan bank sampah ini hanya mampu mereduksi 0,34% dari total sampah di Kecamatan Sukolilo. Selain itu, hanya mampu mereduksi sebesar 0,81% dari total timbulan sampah kering. Reduksi di TPS Kecamatan Sukolilo lebih besar dibandingkan di bank sampah. Reduksi melalui TPS sebesar 1,32% dari seluruh timbulan di Kecamatan Sukolilo

Mengacu pada komposisi sampah dan recovery factor secara ideal potensi reduksi di Kecamatan Sukolilo dapat ditingkatkan. Persentase recovery

factor memiliki nilai jauh lebih tinggi dari reduksi eksisting melalui bank

sampah (Tabel 2.3). Nilai recovery factor plastik di German dan Belgia mencapai 100% karena menggunakan sistem tertutup. Pada beberapa negara lainnya seperti Jepang (82%), Perancis (70%), Inggris (60%), dan Korea Selatan (51%). Rata-rata daur ulang eksisting yang telah dilakukan sebanyak 48% untuk Jerman; 46,2% Inggris; 44,5% Belgia; 26,5% Perancis; 16% Jepang; dan 13,5% Korea Selatan (Jang et al., 2020). Nilai daur ulang di negara-negara tersebut sangat berbeda jauh dengan kondisi di Indonesia tepatnya di Surabaya (Tabel 2.3).

Tabel 2. 3 Persentase Recovery Factor di Kecamatan Sukolilo Jenis Sampah % RF* % RF di sumber

(Bank Sampah, Rombeng) % RF di TPS Total %RF Dapat dikomposkan 80 6 6 Plastik 50 1,79 8,91 10,7 Kertas 50 1,43 8,76 10,19 Besi/logam 90 0,27 5,74 6,01 Kaca 70 0,17 0,17 Lain-lain 0,18 0,18 *Tchobanoglous et al., 1993

(20)

Recovery factor eksisting di Kecamatan Sukolilo masih sangat jauh

dibandingkan dengan standar RF yang bisa direduksi dari setiap jenis sampah. Kondisi ini disebabkan karena partisipasi masyarakat dalam memilah sampah yang dihasilkan masih rendah. Tabel 2.3 menunjukkan bahwa RF lebih besar terjadi di TPS dibandingkan di sumber sampah. Nilai RF yang masih kecil menjadi tugas bersama untuk meningkatkannya sehingga butuh kesadaran dari masayarakat dan fasilitas yang memadai untuk pemilahan. Kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kecamatan Sukolilo dapat dilihat pada Gambar 2.8.

(21)

Timbulan Sampah di Kecamatan Sukolilo 43.437,4 kg/hari (100%) Sampah Basah 25.135 kg/hari (57,86%) Sampah Kering 18.302,4 kg/hari (42,14%) Komposting 1.508,1 kg/hari (6%) Dibakar 434,8 kg/hari (1,73%) TPS 23.192,1 kg/hari (92,27%) TPS 8.482,6 kg/hari (46,35%) Bank Sampah 342,3 kg/hari (1,87%) Rombeng 9.043,2 kg/hari (49,41%) TPS 31.674,7 kg/hari (72,92%) Dibakar 434,4 kg/hari (2,4%)

(22)

II.2.4 MFA Plastik di Kecamatan Sukolilo

Jumlah bank sampah yang ada di Kecamatan Sukolilo sebanyak 67 buah, tetapi dalam penelitian ini terfokus pada 21 bank sampah. Sebanyak 67 bank sampah yang tersebar belum termasuk Bank Sampah Induk (BSI) karena posisinya selaras dengan pengepul. Aliran material ini menggunakan periode satu tahun yaitu 2019 dengan satuan ton/tahun. Berdasarkan hasil analisis dan survei lapangan total timbulan bank sampah adalah 0,11 ton/tahun dengan 11 kali penimbangan dalam setahun. Seluruh bank sampah di Kecamatan Sukolilo menjual sampah ke BSI.

Pada penelitian ini hanya terfokus pada jenis sampah plastik yang ada di Kecamatan Sukolilo maupun yang masuk ke kecamatan ini melalui pengepul-pengepul yang tersebar dalam kecamatan. Menurut survei lapangan, bank sampah lebih banyak menjual ke BSI karena hampir semua jenis sampah laku sedangkan pengepul hanya secara umum. Komposisi BSI terdiri atas plastik non lembaran, kertas, dan lain-lain. Sampah jenis lain-lain terdiri atas logam, plastik lembaran, gembos, jelantah, kaca, dan bak campur. Klasifikasi di BSI juga berlaku pada pengepul 1. Aliran material dari BSI beraneka ragam mulai dari di jual ke pengepul 2 (pengepul besar), home industry, dan industri. Sedangkan, perseorangan atau tukang gerobak yang melakukan pemilahan lebih memilih menjual ke pengepul langsung dibandingkan melalui bank sampah. Hal ini karena harga jual di pengepul relatif lebih tinggi.

Timbulan sampah plastik di BSI dikategorikan berdasarkan harganya dan penyusunannya. Sedangkan plastik yang direduksi di TPS maupun yang dijual ke rombeng adalah secara umum. Berdasarkan komposisi sampah plastik di Kecamatan Sukolilo sebesar 10,86%. Sebesar 0,6% sampah plastik dijual ke bank sampah, 2,4% dibakar, 26% dijual ke rombeng, 71% dibuang ke TPS. Sebanyak 8,9% sampah plastik di TPS dipilah oleh tukang gerobak. Jenis sampah yang dijual ke bank sampah kemudian disetor ke BSI dan dipilah berdasarkan jenis dan harganya. Sebesar 0,6% sampah plastik yang masuk ke BSI terdapat 3% HDPE tutup galon; 28,4% PET; 3,2% PP; 15,4% HDPE; dan 50% LDPE (Gambar 2.9). Kegiatan di BSI menghasilkan residu sebesar 0,4% (BSI, 2020). Residu berasal dari pembersihan label pada botol plastik. Residu

(23)

dibuang di TPS melalui tukang gerobak yang bertugas di wilayah tersebut. Residu yang dihasilkan dari BSI sangat kecil dibandingkan oleh penelitian Putri

et al. (2018), bahwa residu dari bank sampah mencapai 9,5%. Residu dari BSI

hampir sama dengan residu dari Bank Sampah Sicanang Medan yang merupakan Pusat Bank Sampah di Medan. Residu yang dihasilkan dari proses pemilahan sebesar 0,17%, namun di bank ini melakukan pencacahan sebelum dijual (Khair

et al., 2019). Menurut penelitian tersebut residu berasal dari pengukuran

rata-rata 2 bank sampah di Wilayah Jakarta. Semua sampah yang masuk dari bank sampah di Kecamatan Sukolilo yang telah diklasifikasikan menjadi data keluar dari BSI. Timbulan PET 2,83 ton/tahun di jual langsung ke industri daur ulang, sedangkan jenis PP, HDPE, dan LDPE sebesar 6,87 ton/tahun ke pengepul 2 dan HD tutup 0,3 ton/tahun ke home industry. Home industry mengubah HD tutup menjadi berbagai kerajinan furniture seperti kursi, meja, dan jam dinding.

Timbulan yang masuk ke pengepul kecil berasal dari rombeng dan pemilahan dari TPS, pada pengepul kecil tidak ada residu yang dihasilkan karena hanya proses proses pemilahan berdasarkan kategori dan kadang langsung disetor ke pengepul besar. Pengepul kecil banyak berada di kampung pemulung Keputih. Pengepul ini tidak hanya mendapatkan sampah dari wilayah sekitar melainkan dari kawasan lain. Sehingga banyak sampah masuk ke wilayah Sukolilo. Sebesar 182,5 ton/tahun sampah plastik masuk ke Sukolilo melalui pengepul kecil. Sama halnya dengan pengepul kecil, keberadaan pengepul besar juga memiliki andil dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Sukolilo. Pada kampung pemulung tidak hanya pengepul kecil melainkan pengepul besar juga beraktifitas. Aktifitas pengepul besar lebih spesifik yaitu mengepres dan mencacah sampah plastik kemudian di jual ke industri daur ulang. Seluruh pengepul kecil akan menjual ke pengpul besar dan pengepul besar juga mendatangkan sampah dari wilayah lain sebesar 365 ton/tahun. Pada pengepul besar menghasilkan residu air limbah sebesar 0,6%. Seluruh hasil pengepresan atau pencacahan sampah plastik dikirim ke industri daur ulang.

Sebelum dilakukan pengolahan pihak industri melakukan penyortiran untuk memisahkan antara plastik yang akan diolah dan sampah. Menurut data perusahaan dan Widyarsana et al. (2020), pengolahan yang terjadi di industri

(24)

menghasilkan residu sekitar 10-30% dan mayoritas 17%. Total residu yang dihasilkan dari pengolahan daur ulang plastik sebesar 11,17%. Sebanyak 100% bahan baku yang masuk menghasilkan produk 88,83%. Penelitian Khair et al. (2019), menyebutkan bahwa 100% input bank sampah akan menghasilkan 87,4% bahan daur ulang, 12,6% air limbah, dan 0,2% residu. Kegiatan bank sampah di Kota Medan berbeda jauh dari Kecamatan Sukolilo karena melakukan pencacahan di bank sampah sebelum dijual. Menurut data industri plastik produk PP menghasilkan pelet PP dengan berbagai warna seperti merah, putih tembok, hitam, dan hijau. PET yang dihasilkan dalam bentuk gilingan PET, karung,

polybag, produk tas belanja, PSF (dakron), dan strapping bend. Hasil MFA dari

100% raw material menghasilkan produk plastik sebesar 88,83% dengan residu sebesar 11,17%. Residu yang dihasilkan merupakan akumulasi dari bank sampah sampai industri daur ulang.

Menurut Putri et al. (2018), bahwa 100% sampah plastik mampu menghasilkan 86,3% produk daur ulang dan sebanyak 13,7% residu dibuang ke lingkungan. Hasil MFA dapat digunakan sebagai gambaran kesimpulan awal daur ulang plastik yang ada di Jakarta. Melalui MFA dapat diketahui bahwa sumber daur ulang plastik berasal dari bank sampah dan pemulung yang efisien mengumpulkan sampai 34,2%. Hasil MFA dapat mengetahui 24% telah di daur ulang, 62% ke TPA, dan 14% tidak termanfaatkan. Sama halnya dengan penelitian Widyarsana et al. (2020), bahwa MFA mampu mengetahui bahwa sebesar 11,49% sampah telah di daur ulang, 54,06% dibuang ke TPA, dan 34,45% tidak dikelola. Sampah yang tidak dikelola dibuang begitu saja ke tanah kosong, dibuang ke badan air, atau dibakar. Hal ini akan menimbulkan dampak bagi lingkungan.

(25)
(26)

II.3 Data Finansial Bank Sampah dan Pengepul

II.3.1 Pendapatan dan Biaya Operasional Bank Sampah

Pendapatan bank sampah di Kecamatan Sukolilo beraneka ragam yang disebabkan oleh jumlah dan keaktifan nasabah. Jumlah nasabah yang banyak dan aktif dapat meningkatkan pendapatan dari bank sampah. Tidak semua bank sampah di Kecamatan Sukolilo mengambil keuntungan dengan menetapkan harga sendiri. Ada beberapa yang memberikan harga ke nasabah sesuai dengan harga dari pihak pengepul. Data finansial bank sampah meliputi pendapatan rata-rata per bulan, pihak investor, keuntungan yang diterima, dan biaya yang digunakan untuk operasional (Tabel 2.4). Seluruh bank sampah di Kecamatan Sukolilo memiliki investor Bank Sampah Induk (BSI) (Gambar 2.9). BSI bekerjasama dengan PLN distribusi untuk mensupport dana. Selama setahun BSI memberikan sembako 2x ke nasabah bank sampah. Pemberian sembako merupakan program dari PLN yang disalurkan melalui BSI. Pemberian dilakukan setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri dan akhir tahun. Setiap bank sampah hanya diberikan 2-3 sembako untuk diberikan ke nasabah yang tidak mampu. Keuntungan yang diterima bank sampah biasanya berasal dari selisih harga yang diberikan untuk nasabah dan pengepul. Ada beberapa bank sampah yang memotong setiap pendapatan nasabah sebagai biaya operasioanl. Bank sampah yang tidak mengambil keuntungan dari penjualan biasanya kebutuhan operasional berasal dari bunga simpan pinjam. Keuntungan bank sampah digunakan untuk kegiatan operasional seperti membeli karung, tali rafia, ATK, konsumsi saat pemilahan.

Bank Sampah Belimbing Berseri memiliki pendapat paling besar dibandingkan yang lain. Rata-rata pendapatannya dari Rp 796.583 setiap bulannya dengan jumlah nasabah 15 orang. Jumlah nasabah dari bank sampah ini paling sedikit dibandingkan yang lainnya. Namun, pendapatan paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah nasabah tidak mempengaruhi secara signitiikan keuntungan yang didapatkan oleh nasabah. Hal yang sangat mempengaruhi adalah keaktifan nasabah. Nasabah dari bank sampah ini sangat aktif menabung setiap bulannya dan latar belakang sosial adalah pedagang

(27)

sehingga sisa-sisa atau bahan yang harusnya dibuang dikumpulkan ke bank sampah. Hasil dari bank sampah tidak dikembalikan ke nasabah dalam bentuk uang melainkan digunakan untuk biaya operasional misalnya pembangunan gudang bank sampah, menggantikan lampu di kampung, dan iuran khas sampah.

Gambar 2. 10 Proses Pengangkutan Sampah oleh Pengepul

Bank Sampah Tunas Muda memiliki pendapatan yang paling rendah dengan jumlah nasabah 18 orang. Hal ini disebabkan keaktifan nasabah kurang yang dibuktikan dengan jadwal penimbangan hanya 3 bulan sekali. Pada bank sampah lain dengan jumlah nasabah yang sama memiliki pendapatan yang lebih besar dengan kegiatan berlangsung 1-2 bulan sekali. Penghasilan Bank Sampah Tunas Muda hanya Rp 62.266 per bulan. Pada Bank Sampah Masidosi 1,2,3,4,5, dan 6 merupakah satu manajemen tetapi memiliki pengurus yang berbeda-beda. Kegiatan penimbangan pada bank sampah ini memiliki jadwal yang sama karena pihak BSI akan mengambil dalam waktu yang bersama.

(28)

Tabel 2. 4 Data Finansial Bank Sampah

No Bank Sampah Jumlah Nasabah Jadwal Penimbangan Pendapat Perbulan Bank Sampah

Keuntungan Investor Pengeluaran operasional

1 Masidosi 1 15 1 bulan sekali Rp 218.617

10% dari total pendapatan per bulan

BSI Rp 15.000-Rp 30.000 untuk konsumsi

2 Masidosi 2 25 1 bulan sekali Rp 293.266

10% dari total pendapatan per bulan

BSI Rp 15.000-Rp 30.000 untuk konsumsi

3 Masidosi 3 28 1 bulan sekali Rp 246.850

10% dari total pendapatan per bulan

BSI Rp 15.000-Rp 30.000 untuk konsumsi

4 Masidosi 4 20 1 bulan sekali Rp 257.585

10% dari total pendapatan per bulan

BSI Rp 15.000-Rp 30.000 untuk konsumsi

5 Masidosi 6 20 1 bulan sekali Rp 231.361

10% dari total pendapatan per bulan

BSI Rp 15.000-Rp 30.000 untuk konsumsi

6 Menur Nadhif 40 1 bulan sekali Rp 441.736 Rp 500.000-Rp 600.000 / tahun BSI

Tidak ada pengeluaran biaya operasional

(29)

No Bank Sampah Jumlah Nasabah Jadwal Penimbangan Pendapat Perbulan Bank Sampah

Keuntungan Investor Pengeluaran operasional

7 Tunas Muda 18 3 bulan sekali Rp 62.266 - BSI Tidak ada pengeluaran biaya operasional

8 Belimbing

Berseri 15 1 bulan sekali Rp 796.583 - BSI

Seluruh uang dari nasabah digunakan untuk operasional dan khas kampung

(30)

II.3.2 Penentuan Harga Satuan Bank Sampah Induk (BSI) dan Pengepul

Berdasarkan hasil survei ke lapangan, harga BSI dan pengepul didasarkan atas harga dari industri daur ulang. Harga di pengepul mayoritas lebih mahal dibandingkan di BSI pada tahun 2019-2020 (sebelum pandemi berlangsung) (Gambar 2.11). Menurut wawancara dengan pihak pengepul harga plastik turun drastis karena permintaan diperusahaan berkurang. Harga beli pengepul untuk plastik PP sekitar Rp 7.000-Rp 8.000 saat kondisi normal tetapi, saat pandemi turun menjadi Rp 1.000. Pada kondisi normal aqua gelas (PP), botol hijau/biru (PET), dan koran memiliki perbedaan harga yang jauh. Harga di pengepul jauh lebih mahal. Pada jenis tutup botol/galon harga di BSI lebih mahal daripada di pengepul. Perbedaan ini karena BSI menjual langsung ke home industry sehingga tidak melalui banyak distributor.

Gambar 2. 11 Perbandingan Harga Satuan di BSI dan Pengepul

Menurut Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI) (2019), bahwa harga minyak mentah secara tidak langsung mempengaruhi harga plastik daur ulang. Harga minyak yang turun menyebabkan harga virgin material juga turun. Harga virgin PET turun dari US$ 1.100 per ton (Rp 16.346.000,00) menjadi US$ 800 per ton (Rp 11.888.000,00). Murahnya harga virgin

material membuat industri lebih memilih menggunakan virgin material dibandingkan material daur ulang. Harga PET daur ulang juga mengalami penurunan dari US$ 900 per ton

(Rp 13.374.000,00) menjadi US$ 700 per ton (Rp 10.402.000,00). Menurut Jiang et al. (2015), berbeda pendapat dengan ADUPI bahwa pengembalian harga minyak mentah internasional tidak terlalu berpengaruh dengan harga plastik daur ulang. Hal ini karena permintaan dan

(31)

minyak mentah bukanlah bahan baku plastik daur ulang, melainkan terbuat dari virgin

material yang disintesis dari minyak mentah (Gu et al., 2020). Harga produk plastik yang

terbuat dari virgin material sangat dipengaruhi oleh harga minyak internasional. Menurut Chen et al. (2019) penggunaan plastik daur ulang dapat mengurangi potensi resiko yang berkaitan dengan harga minyak mentah. Keadaan ini mampu mengurangi biaya pabrik untuk bahan baku. Harga daur ulang relatif lebih murah yang mampu menghemat harga 20-50% dari

virgin material (Gu et al., 2016).

II.4 Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Bank Sampah II.4.1 Analisis Partisipasi Masyarakat Nasabah Bank Sampah

Menurut data Badan Pusat Statistika (2019), pendapatan rata-rata buruh atau karyawan di Kota Surabaya sebesar Rp. 3.550.000. Nominal ini digunakan sebagai minimal pendapatan nasabah di Surabaya Timur. Hasil survei ke nasabah (Gambar 2.12) menunjukkan bahwa mayoritas berpenghasilan di bawah Rp. 3.550.000. Sebanyak 95% dari nasabah merupakan berpenghasilan rendah yang mayoritas hanya kepala keluarga saja yang bekerja. Hasil survei menunjukan bahwa keberadaan bank sampah berada pada ekonomi menengah ke bawah sampai menengah. Hal ini sesuai dengan penelitian Wulandari et al. (2017), bahwa keberadaan bank sampah mampu menambah pemasukan orang-orang miskin yang ada di perkotaan. Oleh sebab itu, banyak ibu-ibu bergabung menjadi nasabah untuk menambah pemasukan keluarga.

(32)

Penduduk yang bergabung sebagai nasabah memilah sampah di sumber dan menjual sampah mereka ke bank sampah. Sebanyak 22 bank sampah terdapat di Kecamatan Sukolilo yang saling berkomitmen untuk mengurangi timbulan sampah yang ada. Selain menambah pemasukan, alasan nasabah tersebut mendirikan bank sampah adalah adanya lomba green and

clean dan peduli terhadap lingkungan (Gambar 2.13).

Gambar 2. 13 Inisiasi Pendiri Bank Sampah

Hasil prosentase menunjukkan 45% alasan berdirinya bank sampah karena peduli terhadap lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan. Sebesar 45% alasan berdirinya bank sampah untuk memenuhi persyaratan green and clean. Program Surabaya Green and Clean (SGC) dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 2005. Program SGC diinisiasi oleh Pemkot (DKRTH), pihak media (Jawa Pos), dan pihak swasta yakni Yayasan Unilever Indonesia (YUI). Setiap tahunnya program SGC memiliki tema yang berbeda-beda sesuai tujuan yang ingin dicapai. Penilaian progam ini dilaksanakan berdasarkan tiga kategori yaitu kampung pemula, berkembang, dan maju. Penilaian kategori pemula memuat tentang enam elemen yaitu kebersihan dan pengelolaan sampah, penghijauan, urban farming, kesehatan, kebiasaan, dan administrasi lingkungan. Pada kategori berkembang dan maju akan dinilai dengan tujuh elemen yaitu dengan penambahan penilaian Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Program ini merupakan bentuk strategi sosialisasi, edukasi, dan apresiasi pada masyarakat yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan (Kumalasari, 2015). Sebesar 13%

(33)

pemulung di kampung, menambah pemasukan, dan mampu meningkatkan kegiatan sosial. Kegiatan pemulung dianggap negatif bagi masyarakat karena banyak barang-barang yang masih dapat dipakai diambil secara langsung oleh pemulung. Sehingga, masyarakat merasa terganggu dan tidak aman dengan adanya pemulung yang berdatangan di sekitar rumah mereka. Menurut Sembiring dan Nitivattananon (2010), pemulung selalu dikaitkan dengan lingkungan tidak higienis, kegiatan kriminal, tunawisma, pengangguran, dan kemiskinan. Padahal, keberadaan pemulung sebagai informal sektor berperan penting dalam mereduksi sampah di sumber. Sebanyak 2915 orang bekerja sebagai informal sektor di Bandung yang mampu mereduksi sampah 13% dari timbulan sampah. Keberadaan pemulung di Negara Chili mampu mereduksi 70% dari sampah daur ulang, sehingga total sampah yang dapat didaur ulang sebesar 10,1% dari timbulan sampah. Kegiatan pemulung mampu mereduksi biaya pengelolaan sampah sebesar 12 juta dolar setiap tahunnya. Hal yang sama terjadi di Kairo, bahwa pemulung mampu menangani sepertiga dari seluruh sampah kota. Sebanyak 80% dari reduksi dari pemulung di daur ulang menjadi produk baru. Kegiatan pemulung menjadi solusi spontan padat karya dengan modal rendah dan berperan penting untuk mereduksi sampah terutama di negara berkembang (Navarrete-Hernandez, 2018).

Partisipasi masyarakat dalam keberlanjutan bank sampah (Gambar 2.14) adalah menjadi nasabah. Alasan nasabah mau bergabung dengan bank sampah agar lingkungan menjadi bersih.. Seiring berjalannya waktu, kesadaran masyarakat untuk melindungi lingkungan menjadi meningkat. Mereka menyadari dengan lingkungan yang bersih maka kesehatan keluarga meningkat dan mengurangi resiko banjir (Wulandari et al., 2017). Hal yang sama juga didukung oleh penelitian Wulandari et al. (2017), bahwa adanya bank sampah mampu membantu ekonomi keluarga. Keberadaan bank sampah penting bagi ibu rumah tangga untuk menambah pemasukan keluarga yang berpenghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Selain itu, nasabah menjelaskan bahwa keuntungan yang diterima dari bergabung dengan bank sampah adalah dapat meminjam uang. Proses peminjaman uang hanya berlaku bagi nasabah bank sampah tanpa ada batas peminjaman (sesuai ketersediaan uang). Kegiatan ini diminati oleh nasabah karena pinjaman yang diberikan tanpa bunga atau dengan bunga yang rendah dibandingkan di tempat lain. Adanya simpan pinjam ternyata mampu meningkatkan jumlah nasabah di bank sampah.

(34)

Gambar 2. 14 Alasan Nasabah Bergabung dengan Bank Sampah

Tabungan Lebaran akan diberikan pada saat sebelum Lebaran sehingga uang diambil satu tahun sekali. Pada tabungan rekreasi hasil penjualan sampah akan digunakan sebagai pembiayaan untuk rekreasi kampung. Sistem tabungan Lebaran dan tabungan rekreasi disesuaikan kembali dengan kebutuhan nasabah. Mayoritas bank sampah yang memiliki nasabah golongan menengah ke bawah menggunakan uang untuk tabungan Lebaran, sedangkan yang golongan menengah menggunakan uang untuk tabungan rekreasi. Melalui kegiatan bank sampah, nasabah menjadi termotivasi untuk tidak membuang sampah yang bernilai ekonomis seperti plastik, kertas, logam, dan jelantah. Pendapatan nasabah bank sampah setiap bulannya dari menyimpan sampah beragam (Gambar 2.15) sesuai dengan jumlah sampah yang ditabung. Mayoritas nasabah hanya mengumpulkan sampah yang bisa dijual dari kegiatan sehari-sehari atau diberi orang yang tidak bergabung. Beberapa nasabah ada yang mengambil dari kampung atau perumahan yang tidak dilayani bank sampah untuk menambah pemasukan.

Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa pendapatan per bulan nasabah dari kegiatan bank sampah sangat kecil. Program bank sampah belum sepenuhnya mengangkat mereka keluar dari kemiskinan, tetapi nasabah merasa mendapatkan keuntungan lain. Mereka merasa dengan adanya bank sampah tidak ada lagi barang yang dibuang dengan percuma dan mampu menghilangkan kegiatan pemulung di pemukiman mereka (Wulandari et al., 2017). Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya keuntungan ekonomi yang dirasakan dengan adanya bank sampah melainkan juga kenyamanan dan kebersihan lingkungan.

(35)

Gambar 2. 15 Pendapatan Nasabah dari Menabung di Bank Sampah

Berdasarkan hasil survei (Gambar 2.16) bahwa mayoritas pengurus bank sampah bekerja secara sukarela (sosial). Para pengurus tidak mendapatkan gaji yang diberikan per bulan. Sebanyak 76% masyarakat berkenan menjadi pengurus bank sampah karena sadar terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena mayoritas pengelola dari bank sampah tersebut adalah kader lingkungan atau ibu RT/RW.

Gambar 2. 16 Alasan Masyarakat Menjadi Pengurus Bank Sampah

Mereka meluangkan waktu untuk mengajak warga bergabung dan menabung di bank sampah. Cara yang diterapkan berbeda-beda seperti menjemput sampah dan melakukan simpan pinjam

(36)

tetapi mayoritas merupakan mantan RT atau RW yang telah mempelopori berdirinya bank sampah di wilayah tersebut.

II.4.2 Analisis Partisipasi Masyarakat Non Nasabah Bank Sampah

Berdasarkan hasil survei non nasabah sebanyak 47% orang tidak memilah sampah dan langsung membuang ke TPS (Gambar 2.17). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti malas, tidak ada waktu, dan tidak ada tempat untuk menyimpan sampah tersebut (Gambar 5.18). Sebanyak 51% non nasabah yang memilah sampahnya dengan perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan yang dilakukan meliputi 26% menjualnya ke rombeng, 19% diberikan ke tukang sampah, dan 6% melakukan kompos secara individu. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% non nasabah memiliki kesadaran untuk memilah sampahnya sendiri. Hasil survei menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang membakar sampahnya sebanyak 2%. Keadaan ini biasanya disebabkan sampah menumpuk sedangkan belum waktunya pengambilan dari tukang sampah.

Gambar 2. 17 Pengelolaan Sampah di Non Nasabah Kecamatan Sukolilo

Sebanyak 6% non nasabah yang telah mengelola sampahnya dengan komposting. Alasan tidak melakukan komposting beranekaragam (Gambar 1.18) dengan prosentase paling besar karena tidak ada waktu (47%). Sebanyak 27% non nasabah tidak melakukan komposting karena tidak ada fasilitas yang menunjang. Selebihnya, 13% karena malas dan 12% tidak mengetahui prosedur pembuatan komposting. Potensi non nasabah mau melakukan

(37)

menjelaskan bahwa alasan terbesar masyarakat tidak melakukan komposting karena tidak memiliki waktu (46,2%). Sebanyak 33,7% karena tidak mengetahui prosedur; 9,5% malas; 4,4% tidak ada tempat; dan 6,2% lain-lain. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa sebanyak 33,3% masyarakat melakukan pengomposan karena kesadaran terhadap lingkungan. Sebesar 44,4% karena perintah RT; 3,7% pengaruh tetangga; dan 18,5% lain-lain.

Gambar 2. 18 Alasan Non Nasabah Tidak Melakukan Komposting

Sebanyak 72% non nasabah yang membuang sampahnya langsung ke TPS menunjukkan bahwa 31% penyebabnya adalah tidak adanya waktu memilah (Gambar 2.19)

(38)

Selanjutnya, sebanyak 46% tidak memiliki tempat untuk menyimpan karena rumah yang sempit. Hal ini menjadi alasan bahwa masyarakat tidak mau memilah karena tidak ada tempat untuk mengumpulkan sampah tersebut. Sebanyak 8% non nasabah tersebut malas untuk memilah sehingga langsung membuang sampah ke TPS.

Terdapat 14% non nasabah menjual sampah mereka ke rombeng karena selain peduli terhadap lingkungan juga mampu menambah pemasukan. Menurut hasil survei menunjukkan bahwa sebesar 25% non nasabah menjual sampah ke rombeng karena tidak ada bank sampah di wilayah sekitar (Gambar 2.20).

Gambar 2. 20 Alasan Non Nasabah Menjual ke Rombeng

Sebanyak 25% menunjukkan bahwa non nasabah memilih untuk menjual ke rombeng karena harga yang relatif lebih mahal dibandingkan bank sampah. Sebanyak 17% beranggapan bahwa penyetoran di bank sampah dianggap sulit karena harus mengantar pada saat penimbangan. Beda halnya dengan rombeng yang datang ke rumah-rumah untuk membeli sampah dari masyarakat. Sebanyak 25% non nasabah yang memilah berpotensi bergabung dengan bank sampah jika terdapat fasilitas di sekitar mereka.

(39)

BAB III STATUS LUARAN

Luaran wajib dari penelitian ini adalah publikasi di seminar internasional 2 buah dan 1 jurnal internasional. Seminar inernasional belum dilaksanakan masih pengiriman abstrak dan persiapan. Sedangkan, untuk jurnal internasional masih under review. Status luaran wajib dapat dilihat pada Lampiran 1.

(40)

BAB IV PERAN MITRA

(UntukPenelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi) Kerjasama penelitian ini dilaksanakan dengan Universitas Udayana, Bali. Kontribusi yang telah diberikan adalah memberikan suplai data terkait penelitian mulai dari timbulan dan komposisi sampah di masyarakat, peran bank sampah, pengepul, dan industri daur ulang dalam menunjang daur ulang sampah. Data yang telah didapatkan sebagai berikut:

IV.1 Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Utara

Laju timbulan sampah di Denpasar, diperoleh dari data penelitian sebelumnya yang melakukan survey di rumah tangga di Denpasar Utara (Mahardika, 2011) dan Denpasar Timur (Andyka, 2018). Dari dua data penelitian tersebut diketahui bahwa timbulan sampah rumah tangga adalah sebesar 1,05 kg/kapita/hari atau 10,375 liter/hari untuk Denpasar Utara dan 0,69 kg/kapita/hari atau 6,02 liter/kapita/hari untk Denpasar Timur. Rerata dari kedua hasil tersebut adalah 0,87 kg/kapita per hari atau 5,2 liter/kapita/hari. Dengan total jumlah penduduk di Kecamatan Denpasar Utara sebanyak 194.600 jiwa (BPS, 2015), maka diperkirakan total timbulan sampah adalah 169 ton/hari atau sekitar 1.595 m3/hari.

IV.2 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Utara

Komposisi sampah di Denpasar Utara diwakili dari hasil penelitian Andyka (2018) dan Mahardia (2011), yaitu seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Dangi Puri Kelod, Denpasar Timur (Adnyka, 2018) 0,537 0,124 0,093 0,077 0,073 0,059 0,021 0,016 Sampah organik Plastik Logam Kertas Sampah sisa pembangunan Jenis Lainnya

(41)

Gambar 4. 2 Komposisi Sampah Rumah Tangga di Banjar Sari, Ubung, Denpasar Utara (Mahardika, 2011)

Dari kedua penelitian ini (Gambar 4.1 dan 4.2) dapat terlihat bahwa komposisi sampah terbesar dari rumah tangga adalah sampah organic yaitu antara 53-71%, sedangkan pada urutan kedua adalah sampah plastik dengan persentasi sekitar 12,4-12,5%. Penduduk Denpasar yang sebagian besar beretnis Bali, pada umumnya memiliki timbulan sampah organik yang sangat tinggi karena aktivitas upacara agama secara rutin setiap harinya. Dengan perkiraan timbulan sampah di Kecamatan Denpasar Utara sebesar 169 ton/hari, maka sampah timbulan sampah plastik perhari di kecamatan ini adalah 21,2 ton per hari. Sedangkan, untuk komposisi sampah plastik dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4. Gambar sersebut terlihat bahwa komposisi terbesar adalah plastik jenis PET (63% di Denpsasar Timur) dan LDPE (76% di Denpasar Utara).

Gambar 4. 3 Komposisi Sampah Plastik Rumah Tangga di Kelurahan Dangi Puri Kelod, Denpasar Timur(Adnyka, 2018) 0,633 0,195 0,120 0,052 PET (polyyethilene terephthalate) HDPE (high density poluethylene)

Gelas ale-ale/montea dll PS (polystryrene)

(42)

Gambar 4. 4 Komposisi Sampah Plastik Rumah Tangga di Banjar Sari, Ubung, Denpasar Utara (Mahardika, 2011)

IV.3 Timbulan Sampah di Bank Sampah

Jumlah sampah yang dikelola bank sampah di kota Denpasar juga sangat tergantung dari jumlah nasabah yang aktif. Terdapat 1639 nasabah yang dilayani oleh 12 bank sampah di Denpasar dalam studi ini. Dari dua bank sampah induk yang observasi, total jumlah sampah yang dikelola oleh masing-masing bank sampah tersebut pada tahun 2019 adalah 149,6 ton/tahun di Bank Sampah Bali Wastu Lestari dan 15,2 ton/tahun di Bank Sampah Abukasa serta sekitar 9,9 ton/6 bulan di Bank Sampah Sarana Gathi (BS Mandiri). Grafik berikut menunjukkan komposisi sampah yang dikelola oleh kledua bank sampah induk ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa komposisi terbesar sampah yang terserap oleh bank sampah indul dan bank sampah mandiri di Denpasar Utara adalah jenis sampah kertas (45-59,5%) dan diikuti dengan jenis sampah plastic (25-33,5%), jenis sampah botol kaca (2-15%) dan jenis sampah logam (3,5 -10%) (Gambar 4.5).

(43)

Gambar 4. 5 Komposisi sampah yang dikelola oleh bank sampah di Denpasar Utara

Khusus untuk sampah plastik, komposisi jenis-jenis sampah plastik yang dikelola oleh bank sampah induk di Kecamatan Denpasar Utara dapat dilihat pada gambar berikut. Dari gambar terlihat bahwa komposisi timbulan terbesar adalah jenis plastic PET (58,4%), dan yang terbesar kedua adalah plastic jenis PE (LDPE) (13,6%), lalu plastik jenis emberan yang biasanya merupakan plastik jenis PP (12,5%) (Gambar 4.6).

Gambar 4. 6 Komposisi Plastik di Bank Sampah 0,253 0,305 0,335 0,457 0,504 0,595 0,055 0,102 0,035 0,156 0,081 0,028 0,080 0,007 0,008 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

Bali Wastu Lestari Abukasa Sarana Gathi

(44)

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian adalah:

1. Kegiatan survey ke masyarakat juga memiliki halangan, seperti masyarakat yang tidak bersedia menyimpan sampahnya untuk ditimbang dengan alasan tidak memiliki tempat dan berbau, sehingga langsung dibuang.

2. Tidak seluruh pengepul bersedia diwawancara. Banyak pengepul yang tidak berada di lokasi sehingga hanya karyawan saja sehingga tidak mengerti pendapatan serta tentang teknis pengepul. Selain itu, juga pengepul besar tidak bersedia diwawancarai sehingga pindah ke pengepul yang lain. Padahal, pengepul tersebut merupakan pengepul terbesar di kawasan itu.

3. Data sampah di pengepul tidak dicatat dengan rapi seperti di bank sampah. Sehingga, data sampah masuk dan keluar hanya diperoleh dari perkiraan Sehingga, tidak dapat mengetahui dengan jelas sampah masuk dankeluar dengan akurat

4. Data dari industri juga terbatas. Banyak industri yang menolak proposal untuk meminta data dengan alasan belum dapat menerima proposal penelitian. Sehingga, untuk sampel industri hanya beberapa saja.

(45)

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

VI.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah Plastik di Denpasar Utara

Kondisi eksisting pengelolaan sampah dianalisis dari sumber sampah yaitu rumah tangga baik nasabah maupun non nasabah bank sampah. Pengelolaan diketahui dari kuisioner yang disebar ke masyarakat. Selain kuisioner, juga dilakukan survei timbulan dan komposisi sampah di sumber. Komposisi sampah secara general diklasifikasikan menjadi kategori plastik yaitu PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS, dan plastik multilayer. Selain dilakukan survei di sumber sampah juga dilakukan survei ke sektor yang ikut berperan dalam pengelolaan sampah seperti bank sampah, TPS/TPS3R, dan pengepul. Data dari sektor formal dan informal digunakan sebagai acuan besar reduksi sampah sebelum masuk ke TPA. Data ini juga digunakan untuk menganalis aliran material menggunakan aplikasi STAN 2.6

VI.2 Material Flow Analysis (MFA) Sampah Plastik dari Denpasar Utara

Data material flow analysis didapatkan dari data timbulan sampah yang ada disetiap unit. Material digambarkan dari sumber sampah sampai industri daur ulang dan digambarkan dengan kombinasi sektor formal dan informal. Hasil MFA dapat dapat menunjang circular ekonomi sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan di pemerintah atau sektor terkait dalam pengelolaan sampah.

VI.3 Perhitungan Dampak Lingkungan

Analisis ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi seberapa besar limbah yang dihasilkan dari pengelolaan sampah. Analisis dampak lingkungan diperoleh dari residu yang dihasilkan dari MFA dan penggunaan bahan bakar untuk proses produksi. Pengelolaan sampah dimulai dari bank sampah sampai industri daur ulang. Data pemakaian listrik, kuantitas air limbah, dan sampah (residu) menjadi bahan utama untuk analisis limbah yang dibuang ke lingkungan. Data kuantitas yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan data sekunder dari IPCC atau jurnal sehingga didapatkan besarnya kemungkinan limbah/polutan yang akan dibuang ke lingkungan. Hasil emisi dibandingkan dengan penelitian lain.

VI.4 Mapping dan Mass Balance Pengolahan Sampah dari Sumber ke Industri

Data pengolahan dari sumber sampai industri daur ulang di mapping karena berada pada kota yang berbeda. Data mapping digunakan untuk mengetahui secara spesifik data

(46)

dibuat mass balance untuk mengetahui secara spesifik data reduksi plastik di Kecamatan Sukolilo

(47)

BAB VII DAFTAR PUSTAKA

[1] Cabanes, A., Strangl, M., Ortner, E., Fullana, A., Buettner, A. 2020. Odorant composition of post-consumer LDPE bags originating from different collection systems.Waste

Management, 104, 228-238.

[2] Jang, Y.-C., Lee, G., Kwon, Y., Lim, J., Jeong, J. 2020. Recycling and Management Practices ff Plastic Packaging Waste Towards A Circular Economy in South Korea. Resources,

Conservation and Recycling, 158, 104798.

[3] Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S. A. 1993. Integrated Solid Waste Management:

Engineering Principles and Issues. New York: Graw Hill International Editions.

[4] Putri, A. R., Fujimori, T., Takaoka, M. 2018. Plastic Waste Management in Jakarta, Indonesia: Evaluation of Material Flow and Recycling Scheme. Journal of Material Cycles and Waste

Management.

[5] Khair, H., Siregar, I. Y. Rachman, I., Matsumoto, T. 2019. Material Flow Analysis of Waste Bank Activities in Indonesia: Case Study of Medan City. Indonesian Journal of Urban and

Environmental Technology, 3(1), 28-40.

[6] Widyarsana, I. M.W., Damanhuri, E., Agustina, E. 2020. Municipal Solid Waste Material Flow in Bali Province, Indonesia. Journal of Material Cycles and Waste Management. [7] Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI). 2019. Industri Daur Ulang Turun, Industri Daur

Ulang Kian Tertekan. https://ekonomi.bisnis.com/read/20191203/257/1177321/harga-jual-turun-industri-daur-ulang-kian-tertekan. (Diakses 20 Mei 2020).

[8] Jiang, J., Marsh, T. L., Tozer, P. R. 2015. Policy Induced Price Volatility Transmission: Linking the U.S. Crude Oil, Corn, and Plastics Markets. Energy Economics, 52, 217–227. [9] Gu, F., Wang, J., Guo, J., Fan, Y. 2020. Dynamic Linkages between International Oil Price,

Plastic Stock Index, and Recycle Plastic Markets in China. International Review of

Economics & Finance, 68, 167–179.

[10] Chen, Y., Cui, Z., Cui, X., Liu, W., Wang, X., Li, X., Li, S. 2019. Life Cycle Assessment of End-of-Life Treatments of Waste Plastics in China. Resources, Conservation and Recycling,

146, 348–357.

[11] Gu, F., Hall, P., Miles, N. J. 2016. Development of Composites based on Recycled Polypropylene for Injection Moulding Automobile Parts using Hierarchical Clustering Analysis and Principal Component Estimate. Journal of Cleaner Production, 137, 632–643.

(48)

[12] Badan Pusat Statistika. 2019. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Surabaya Tahun 2019. Surabaya: BPS Kota Surabaya.

[13] Wulandari, D., Utomo, S. H., Narmaditya, B. S. 2017. Waste Bank: Waste Management Model in Improving Local Economy. International Journal of Energy Economics and

Policy.

[14] Kumalasari, V. 2015. Evaluasi Program Surabaya Green and Clear Berbasis Sustainable

Development (Studi pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya). Jurnal Administrasi Publik, 3(10).

[15] Sembiring, E., Nitivattananon, V. 2010. Sustainable Solid Waste Management Toward an Inclusive Society: Integration of The Informal Sector. Resources, Conservation and

Recycling, 54(11), 802–809.

[16] Navarrete-Hernandez, P., Navarrete-Hernandez, N. 2018. Unleashing Waste-Pickers’ Potential: Supporting Recycling Cooperatives in Santiago de Chile. World Development,

101, 293–310.

[17] Dhokhikah, Yeny, Trihadiningrum, Y., Sunaryo, S. 2015. Community Participation in Household Solid Waste Reduction in Surabaya, Indonesia. Resources, Conservation and

Recycling, 102, 153–162.

[18] BPS. 2015. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Masing-masing Kecamatan dan Desa di Kota Denpasar, 2015." from

https://denpasarkota.bps.go.id/statictable/2016/07/25/201/penduduk-menurut-jenis-kelamin-dan-rasio-jenis-kelamin-di-masing-masing-kecamatan-dan-desa-di-kota-denpasar-2015.html.

(49)

BAB VIII LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Daftar Luaran

Program : Penelitian Kerjasama Perguruan Tinggi Dana Lokal ITS Nama Ketua Tim : I D A A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D

Judul : (Material Flow Analysis Sampah Plastik di Kota Surabaya dan Denpasar Utara)

(Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Denpasar Utara)

1.Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status Kemajuan*)

1 Material Flow Analysis of PET Plastic in Surabaya Waste Bank

International Journal of Environmetal Science and Technology

under review

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Artikel Konferensi

No Judul Artikel Nama Konferensi (Nama

Penyelenggara, Tempat, Tanggal)

Status Kemajuan*)

1 Environmental impact of recycling plastic from waste banks in Surabaya, Indonesia

International Conference of Innovation on Science and Technology for Sustainable Development, Bali, 14 Oktober 2020

Submitted abstract

2 The plastic waste management in coastal area (case study: Sukolilo, Surabaya) Joint International Conference on Sustainable Coastal Management, Surabaya, 30 November 2020 Persiapan

(50)

3. Paten

No Judul Usulan Paten Status Kemajuan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review

4. Buku

No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published

5. Hasil Lain

No Nama Output Detail Output Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Tesis yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

1 Dwi Wulandari 03211850020002 Pemetaan dan

Material Flow Analysis Sampah dari Bank Sampah di Surabaya Timur Lulus 2020

Gambar

Tabel 2. 1 Laju Timbulan Sampah di Kecamatan Sukolilo  Sampling hari ke-
Gambar 2. 1 Komposisi Sampah di TPS ITS-Keputih
Gambar 2. 3  Komposisi Rata-rata Sampah Rumah Tangga di Kecamatan  Sukolilo
Gambar 2. 5 Timbulan Sampah Bank Sampah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maharaja Sri Jayasakti adalah seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai raja pada masa pemerintahan kerajaan Bali Kuno yang berkisar dari tahun 1055 M sampai tahun 1072

Adapun teknik penyikatan yang baik adalah harus sederhana, tepat, efisien, dan dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi, terutama saku gusi dan interdental, teknik

menggunakan teknik analisis, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data-data, terutama dari Alquran dan Tafsir dan dari buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian

Aktivitas enzim terbaik dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen domba, akan tetapi keenambelas isolat yang diperole h mempunyai potensi untuk dijadikan probiotik

Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Program Keluarga berencana Dalam Menekan Laju pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Pnt. Berita yang diajukan adalah berita yang bisa dipertanggungjawabkan & diajukan secara tertulis. Warta Jemaat selalu diterbitkan setiap hari Minggu. Batas waktu pengajuan

Perihal ini sejalan dengan studi yang dicoba oleh Wulandari dkk di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Muid Kabupaten Melawi pada tahun 2016 memberi tahu jika bunda dengan

Dari hasil wawancara yang ditunjukkan, nilai severity dan occurrence yang telah dilakukan pembobotan oleh expert akan menjadi input pada proses perhitungan House of Risk fase 1