• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN BELAJAR 2. Identifikasi Kebutuhan, Analisis Pembelajaran dan Perumusan Tujuan Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN BELAJAR 2. Identifikasi Kebutuhan, Analisis Pembelajaran dan Perumusan Tujuan Pembelajaran"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN BELAJAR 2

A.

                   

 

 

     

       

 

Identifikasi Kebutuhan, Analisis Pembelajaran dan

Perumusan Tujuan Pembelajaran

a. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Pembelajaran-2 ini, anda diharapkan dapat:

1. menjelaskan arti dan tujuan identifikasi kebutuhan 2. menjelaskan macam-macam tujuan

3. menjelaskan cara merumuskan tujuan mata pelajaran. 4. menjelaskan pengertian analisis pembelajaran

5. menjelaskan jenis-jenis keterkaitan

6. mempraktikkan teknik penyusunan peta kompetensi mata pelajaran 7. mengidentifikasi karakteristik peserta didik.

8. menjelaskan konsep tujuan khusus pembelajaran.

9. merumuskan tujuan khusus pembelajaran dengan menentukan latar (setting) pembelajaran pada sasaran tertentu.

10. memiliki perbendaharaan kata kerja opersional untuk perumusan tujuan pembelajaran.

b. Uraian Materi Pembelajaran

Pengertian dan Tujuan Identifikasi Kebutuhan

Kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan yang seharusnya ada lazim disebut sebagai kebutuhan. Dikaitkan dalam konteks pembelajaran, kebutuhan yang yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik. Melalui kegiatan identifikasi akan diperoleh sejumlah daftar kebutuhan yang dirupakan dalam bentuk tujuan-tujuan pembelajaran. Kebutuhan peserta didik mencakup sejumlah pengalaman belajar atau kompetensi yang diharapkan dimilikinya baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

(2)

Langkah identifikasi kebutuhan merupakan langkah yang amat penting dalam aktifitas perancangan pembelajaran, analogi dalam disiplin medis adalah diagnosis atau

“general check-up” sebagai sumber data untuk melakukan perlakuan medis. Sesuai

dengan pemahaman di atas, identifikasi kebutuhan dalam perancangan pembelajaran adalah berupa aktifitas mengenali perilaku awal (entry behaviors) dan karakteristik peserta didik. Pertanyaan sederhana dalam tahapan ini adalah “Siapa dan bagaimana profil calon peserta didik/sasaran program pembelajaran yang akan kita rancang?” Tujuan dari identifikasi kebutuhan adalah untuk bahan pertimbangan dalam penentuan preskripsi pembelajaran yang berupa strategi pembelajaran. Kekhasan individu peserta didik dengan segala karakteristiknya adalah aspek yang sangat diperhatikan dalam perancangan pembelajaran.

a. Perilaku awal peserta didik

Perilaku awal peserta didik (entry behaviors) dalam konteks pembahasan ini adalah sejumlah kemampuan atau kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang telah dimiliki pada saat akan mengikuti program pembelajaran. Informasi mengenai perilaku awal tersebut bisa digali dari berbagai sumber data atau instrumentasi antara lain:

• Dokumen nilai hasil belajar (buku rapor, ijazah, DANEM, atau dokumen lain yang disepadankan)

• Hasil pengetesan tulis maupun lisan secara khusus (misalnya: tes masuk ke jenjang atau jenis pendidikan tertentu)

• Rekomendasi dari guru/pengajar.

• Pengamatan (observasi) terhadap peserta didik.

Sebagai perancang pembelajaran, Anda bisa melakukan penggalian informasi perilaku peserta didik sesuai dengan fokus program pembelajaran yang akan dirancang.

b. Karakteristik peserta didik

Kalau aspek perilaku awal peserta didik lebih pada unjuk kerja (performance) yang ditampilkannya, aspek karakteristik peserta didik lebih menekankan pada: minat, motivasi, kebiasaan (habits), riwayat kesehatan, kesenangan, lingkungan sosial budaya, bahasa, dan faktor-faktor lain baik internal maupun eksternal. Sumber informasi terkait dengan karakteristik peserta didik bisa diperoleh dari peserta didik maupun dari sumber data sekunder. Saudara bisa melakukan wawancara, pengamatan, memberikan angket, mempelajari dokumen-dokumen terkait ataupun cara lainnya.

(3)

Hasil pengumpulan data perilaku awal dan karakteristik peserta didik yang telah Anda peroleh menjadi acuan ketika Saudara:

• Memilih metode pembelajaran • Memilih media pembelajaran

• Menetukan langkah evaluasi hasil belajar dan lainnya.

Macam-macam tujuan pembelajaran

Dilihat dari cakupannya, tujuan pembelajaran dipilah dalam dua kategori yaitu Tujuan Umum Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus. Tujuan umum pembelajaran bisa disepadankan dengan tujuan satu satuan pelajaran, satu tujuan umum pembelajaran akan dicapai melalui sejumlah tujuan-tujuan khusus pembelajaran. Pemetaan pengalaman belajar atau kompetensi yang akan dijabarkan dalam tujuan-tujuan khusus pembelajaran kita bahas pada kegiatan belajar 3 mengenai Analisis Instruksional.

Khasanah lain yang erat hubungannya dengan pembahasan tujuan pembelajaran adalah Taksonomi Tujuan Pendidikan. Benjamin S Bloom (dalam Suparman 2001) mengklasifikasi menjadi tiga kawasan (domain) yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Secara herarkis enam jenjang tujuan pendidikan adalah:

• Pengetahuan • Pemahaman • Penerapan • Analisis • Sintesis • Evaluasi

Sedangkan Gagne (dalam Munandir 1989) memilah menjadi tiga kategori yaitu: • Keterampilan intelek

• Informasi verbal • Siasat kognitif

Kawasan afektif sering dikenal dengan sikap atau perilaku dan kawasan psikomotor berkenaan dengan gerak yang membutuhkan koordinasi otot

(neuromuscular coordination).

Merumuskan tujuan mata pelajaran

Ada beberapa rambu di dalam merumuskan tujuan pembelajaran, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yakni:

(4)

a. Dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja operasional (bisa diukur) b. Memperlihatkan aktifitas yang bisa diamati.

c. Aktifitas berorientasi pada peserta didik.

d. Tujuan berorientasi pada hasil belajar bukan proses belajar.

e. Tujuan pembelajaran berfungsi sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Beberapa contoh rumusan tujuan mata pelajaran yang memnuhi kriteria tersebut di atas adalah:

a. Ranah Kognitif

1) Pada akhir semester mahasiswa jurusan Teknologi Pembelajaran yang menempuh mata kuliah Produksi Media Video dapat menjelaskan langkah-langkah penulisan naskah media video.

2) Pada akhir semester siswa kelas VII SMP dapat menjelaskan konsep Teorema Phytagoras.

b. Ranah Afektif

1) Pada akhir semester siswa kelas IX M.Ts dapat mendukung anjuran tidak mencontek saat ujian akhir sekolah.

2) Pada akhir semester mahasiswa jurusan Filsafat dapat memadukan pandangan Filsafat Barat dan Filsafat Timur untuk kepentingan Pembangunan Nasional.

c. Ranah Psikomotor

1) Pada akhir semester siswa Taman Kanak-kanak B dapat melipat kertas berbentuk segi enam.

2) Pada akhir semester siswa kelas X SMK Jurusan Otomotif dapat mendemonstrasikan penggantian filter oli

(5)

Analisis Pembelajaran

Anda telah mempraktikkan perumusan tujuan umum pembelajaran sesuai dengan bidang garap/bidang studi yang Anda pilih, selanjutnya ada satu langkah yang sangat strategis dalam merancang pembelajaran sebelum Anda merumuskan tujuan khusus pembelajaran yakni analisis pembelajaran. Atwi Suparman (2001) mendefinisikan analisis pembelajaran sebagai proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Melalui analisis pembelajaran kita bisa memetakan sejumlah perilaku atau kompetensi dan keterkaitannya. Analisis pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam proses mendiasian pembelajaran yaitu untuk menentukan cakupan (scope) dan urutan (sequence) pembelajaran.

Jenis-jenis Keterkaitan

Pada langkah analisis pembelajaran terdapat empat keterkaitan atau struktur perilaku/ kompetensi yaitu: hierarkikal, procedural, pengelompokan dan kombinasi. Struktur Hierarkikal

Struktur perilaku atau kompetensi hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku atau kompetensi yang menunjukan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain.

Contoh:

1. Kemampuan menghitung operasi pengurangan dua bilangan atau lebih didahului dengan kemampuan menghitung operasi penjumlahan.

2

1

2. Kompetensi menyunting (editing) gambar dalam produksi media video didahului dengan pemahaman tentang kaidah kontinyuitas dalam bahasa gambar.

Menghitung  pengurangan  dua  bilangan  

(6)

2

1

Struktur Prosedural

Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasayarat untuk yang lain.

Contoh:

1. Dalam mengoperasikan telephon seluler untuk mengirim pesan singkat (SMS=short messaging service) setidaknya ada enam perilaku khusus yang terstruktur secara prosedural.

1 2 3 4 5 6

Keenam perilaku tersebut dilakukan secara berurutan, namun bisa dipelajari secara terpisah antara perilaku satu dengan yang lain.

Peserta didik bisa secara terpisah mempelajari bagaimana menyalakan perangkat HP, memilih menu/fitur SMS, menyusun kalimat untuk SMS dan mengirim SMS.

2. Dalam mengoperasikan kamera video untuk menghasilkan gambar yang bagus (artistik) ada sepuluh perilaku yang terstruktur secara prosedural.

Menyunting  (editing)  video  

Memahami  kaidah  kontinyuitas  bahasa  gambar  

Mengaktifkan   perangkat   telephone   seluler   (menekan   tombol  power   ON)   Mengetahui   pilihan   fitur/menu   untuk  SMS       Memilih   fitur/menu   SMS   Memilih   nomor   /nama   tujuan   (tergantun g  jenis  HP)       Menulis   pesan         Mengirim pesan    

(7)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(7) (8) (9) (10)

Perilaku menyiapkan tripod bisa dipelajari secara terpisah dengan belajar mengatur komposisi gambar, demikian juga belajar membidikkan kamera kearah obyek bisa dilakukan tersendiri dengan melakukan white balancing, namun bila dirangkai sebagai seri aktifitas perekaman gambar maka urutannya dimulai seperti pada bagan di atas. Untuk kepentingan analisis pembelajaran ini urutan perilaku pada struktur prosedural ditunjukkan dengan memberikan garis penghubung secara horizontal, berbeda dengan struktur herarki yang ditunjukkan dengan penghubung garis vertikal.

Struktur Pengelompokan

Dalam struktur pengelompokan, perilaku khusus tidak bersifat hierarki atau pun prosedural, tetapi berdiri sendiri, tidak ada ketergantungan terhadap tiap perilaku dan tetap memiliki hubungan yang artinya semua perilaku ini berada dalam satu kelompok yang tujuan umunya sama. Sebagai contoh : menjelaskan organ tubuh manusia = umum, maka organ mata, paru-paru, telinga, jantung = khusus. Seseorang mampu menjelaskan organ manusia secara umu m dapat dipelajari dengan menguasai organ-organ yang ada tanpa harus organ mana dahulu yang menjadi prasyarat bagi organ lain atau organ yang memiliki urutan yang harus dipelajari, melainkan organ mana saja terlebih terlebih dahulu dikuasai diperbolehkan, tidak ada ketergantungan, berdiri sendiri dan tetap dalam satu kelompok. Menyiapkan   tripod  sesuai   dengan   spesifikasi  dan   tujuan   pengambilan   gambar  (angle   kamera)     Menempat-­‐ kan  kamera   pada   dudukan   tripod  secara   benar     Memasti-­‐ kan   tersedia-­‐ nya  catu   daya  listrik     Memasti-­‐ kan   tersedia-­‐ nya   kaset/me mory  card   (utk  tipe   camcorder ))     Mengaktif kan     (menghid upkan)   camcorder     Mengatur   kalibrasi   warna   (White   Balance)     Membidik kan   kamera   kea  rah   obyek         Mengatur   komposisi   gambar       Mengekse kusi   (merekam )  bidikan   kamera.     Mengecek   hasil   perekam-­‐ an   camcorder  

(8)

Struktur Kombinasi

Penjabaran perilaku umum ke dalam bentuk perilaku khusus dalam struktur kombinasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai struktur, artinya penggunaan struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan secara bersama, atau salah satu atau salah duanya. Struktur mana yang akan dikombinasikan dalam struktur kombinasi tergantung dari sifat perilaku tersebut. Ada suatu perilaku yang memang mengharuskan hierarkikal, ada perilaku yang mengharuskan prosedural, dan ada juga perilaku yang mengharuskan pengelompokan. Sebagai contoh : melakukan lari cepat.

Ada 3 perilaku yang didalamnya terdapat perilaku khusus. Start, lari, dan finish merupakan perilaku yang berdiri sendiri walau dalam pelaksanaannya secara berurutan. Namun sebelum benar-benar menguasai start maka harus mampu menguasai atau menjelaskan teknik start dengan baik dan benar. Begitu juga sebelum benar-benar melakukan lari maka harus menguasai dan mampu menjelaskan teknik lari dengan baik dan benar karena lari tidak sembarang lari, begitu juga dengan melintas garis finish.

Teknik Penyusunan Peta Kompetensi

Anda bisa melakukan pemetaan kompetensi dalam rangka menganalisis

pembelajaran mata diklat/kuliah/pelajaran dengan teknik sederhana seperti berikut: Menjelaskan   organ  mata   Menjelaskan   organ  paru-­‐ paru   Menjelaskan   organ  telinga   Menjelaskan   organ  jantung  

Merangkaikan  start,  lari   Dan  melintas  garis  finish  

Lari   Melintasi  garis   finish   Melakukan   start   Menjelaskan   teknik  start   Menjelaskan   teknik  lari   Menjelaskan   teknik  melintasi   garis  finish      

(9)

1. Tuliskanlah perilaku umum berdasarkan daftar tujuan umum pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam mata diklat/kuliah/pelajaran yang Anda kembangkan. 2. Jabarkanlah setiap perilaku umum pada point 1 menjadi perilaku-perilaku khusus

antara 5-10 perilaku atau bahkan lebih bila diperlukan.

3. Susunlah perilaku-perilaku khusus tersebut berawal atas dasar kedekatan dengan perilaku umum kemudian terus sampai akhir perilaku khusus yang memiliki hubungan jauh dengan perilaku umum.

4. Tambah atau kurangilah perilaku khusus bila diperlukan, ( melengkapi/ menyempurnakan daftar perilaku khusus)

5. Tulislah setiap perilaku khusus kedalam sepotong kertas kecil (bisa sebesar kartu nama) sehingga tersedia banyak potongan kertas atau ketik dalam format

text box dalam aplikasi MS Word.

6. Susunlah potongan-potongan kertas di atas meja atau lantai dengan alas kertas polos seukuran sekitar 40 X 50 cm atau kotak-kotak dalam text box dalam layar komputer (mirip bermain game solitare) berdasarkan empat karakteristik, mana yang hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi.

7. Pastikan kembali setiap perilaku khusus telah mengarah pada perilaku khusus. Jika perlu tambahkan perilaku khusus lain yang sekiranya ada hubungannya. Setelah itu potongan-potongan kertas direkatkan dengan kertas alas dengan lem/atau doble selotape.

8. Buatlah garis penghubung satu perilaku dengan perilaku lain sesuai dengan jenis struktur perilaku.

9. Telitilah antara perilaku umum yang satu dengan perilaku umum lainnya atau adanya keterkaitan perilaku khusus dengan perilaku khusus lain yang berada pada perilaku umum lainnya.

10. Berikan penanda nomor dari tiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh menuju ke yang terdekat dengan perilaku umum.

11. Diskusikanlah bagan yang telah disusun dengn para pihak untuk memperoleh masukan-masukan mengenai: kelengkapan perilaku khusus sebagai penjabaran setiap perilaku umum, kelogisan urutan perilaku khusus menuju perilaku umum dan ketepatan struktur hubungan.

Karakteristik peserta didik

Mengenali karakteristik peserta didik dalam aktifitas perancangan pembelajaran merupakan point yang sangat penting. Latar belakang peserta didik sangatlah beragam dan unik, baik sisi psikis, fisik, maupun lingkungan. Peserta didik yang kita hadapi (kita rancang program pembelajarannya) adalah pribadi unik—mereka memiliki minat, perhatian dan gaya belajar tidak sama demikian pula ragam kultur dan pola pergaulan

(10)

keseharian di keluarga maupun lingkungan dimana mereka tinggal sangat bervariasi. Kekhasan karakteristik peserta didik menjadi sumber informasi untuk menentukan preskripsi pendekatan atau sistem pembelajaran.

Variabel kedua terkait dengan atribut yang melekat pada peserta didik adalah kemampuan atau perilaku awal (entry behavior). Pengalaman belajar yang dimiliki peserta didik pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran harus diidentifikasi secara cermat untuk keperluan penyusunan bahan ajar yang sesuai.

Pengumpulan data karakteristik dan kemampuan awal peserta didik bisa dilakukan dengan sejumlah teknik antara lain: tes, kuesioner, wawancara, ataupun pengamatan. 1. Pengertian Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan Pembelajaran Khusus (specific instructional objective ) adalah tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebagai penjabaran dari tujuan pembelajaran umum atau dengan kata lain bahwa pecapaian tujuan pembelajaran khusus diasumsikan akan mencapai tujuan pembelajaran umum yang sudah dirumuskan. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective. Dalam program

applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi seluruh Indonesia

Tujuan Instruksional Khusus disebut sasaran belajar (Suparman, 2001: 129). Tujuan Pembelajaran Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh peserta didik.

2. Teknik Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus

Degeng (dalam http://pgpaud.ac.id) menyatakan ada banyak sekali preskripsi untuk merumuskan tujuan khusus pembelajaran. Sebagaian besar berpijak pada karya klasik Mager (1975) yang memasukkan 3 komponen utama dalam suatu rumusan tujuan: perilaku, kondisi, dan derajat (kriteria) keberhasilan. Instructional Development Institute (IDI) menambahkan satu komponen yang perlu juga dispesifikasi dalam rumusan tujuan, yaitu: sasaran (audience). Komponen-komponen ini lebih mudah diingat dengan bantuan mnemonik ABCD, untuk komponen audience, behavior, conditions, dan

degree (criterion). Romiszowski (1981) menambahkan lagi satu komponen penting,

yaitu: spesifikasi tes atau instrumen untuk mengukur perilaku. Gagne dan Briggs (1979), juga dalam Gagne, Briggs, Wager (1988), membuat modifikasi lain dengan memasukkan kapabilitas belajar tertentu dalam suatu rumusan tujuan khusus. Apakah itu informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, atau ketrampilan motorik. Ini dimaksudkan untuk memudahkan spesifikasi kondisi-kondisi belajar yang diperlukan.

(11)

Berikut diuraiakan empat komponen dengan akronim “ABCD”

Audience adalah peserta didik (siswa, mahasiswa, warga belajar, santri, taruna atau

sebutan lain pada satuan pendidikan tertentu) yang akan memperoleh treatmen pembelajaran. Pada rumusan TKP perlu dijelaskan secara spesifik siapa peserta didiknya. Informasi siapa peserta didik adalah penting agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti program pembelajaran tersebut dapat menempatkan diri.

Behavior atau perilaku (kompetensi) spesifik yang akan ditampilkan sebagai unjuk

kerja oleh peserta didik setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Perilaku ini terdiri dari dua bagian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini menunjukkan bagaimana peserta didik menampilkan sesuatu seperti mendefinisiakan, menyebutkan, menjelaskan, dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang ditampilkan oleh peserta didik berupa isi ajar.

Condition atau kondisi menurut Degeng (dalam http://pgpaud.ac.id) adalah “sesuatu” yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika peserta didik menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan. Sesuatu yang dimaksud sebagai kondisi dalam tujuan khusus pembelajaran bisa berupa: bahan dan alat , informasi, atau lingkungan. Lebih lanjut dike-mukakan bahwa penyebutan kondisi dalam suatu rumusan tujuan khusus pengajaran diperlukan, apabila:

(1) Adanya atau adanya kondisi (apakah itu bahan, alat, informasi, atau lingkungan) memiliki pengaruh yang berarti pada kemampuan mahasiswa dalam menampilkan perilaku seperti yang ditetapkan dalam rumusan tujuan.

(2) Mahasiswa tidak punya cara lain untuk mengetahui apa yang menjadi kondisi dalam suatu rumusan tujuan khusus pengajaran.

Contoh:

Mahasiswa dapat menerjemahkan kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, tanpa menggunakan kamus.

Sedangkan kondisi tidak diperlukan bila:

(1) Kondisi itu tidak memberi pengaruh pada kemampuan mahasiswa dalam menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam rumusan tujuan khusus pengajaran. (2) Kondisi itu terlalu nyata dan berlebihan bila dimasukkan dalam suatu rumusan tujuan.

Contoh:

Diberikan kertas dan pensil, mahasiswa dapat menuliskan langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimental.

(12)

Diasumsikan bahwa mahasiswa telah terbiasa dengan lingkungan kelas yang normal – mereka tahu kertas dan pensil, tahu pula bagaimana menggunakannya, dan saat itu mereka membawa kertas dan pensil ke kelas.

Degree atau derajad keberhasilan peserta didik. Derajad atau kriteria keberhasilan

penting sekali untuk mempreskripsikan perilaku minimal dan kriteria ini harus dikemukakan dalam rumusan tujuan khusus. Rumusan tujuan khusus pembelajaran yang tidak mencantumkan derajad keberhasilan berdampak pada tidak dimilikinya kepastian dalsam penyusunan tes atau evaluasi hasil belajar. Degeng (dalam

http://pgpaud.ac.id) memberikan penjelasan bahwa derajat keberhasilan diperlukan dalam semua rumusan tujuan khusus pengajaran, kecuali dalam rumusan tujuan yang menuntut ketepatan 100%. Apabila tambahan kata “dengan benar” dalam rumusan tujuan sama sekali tidak mengubah arti tujuan itu, maka penyebutan derajat keberhasilan seperti itu secara eksplisit tidak diperlukan. Di samping itu, penyebutan derajat keberhasilan “dengan benar” atau semua ungkapan yang senada, kurang dapat diterima dengan akal. Ini merupakan tabahan kata yang berlebihan karena dalam suatu rumusan tujuan yang menuntut ketepatan 100% toleransi kesalahan tidak ada. Bandingkan 2 contoh berikut:

(1) Mahasiswa dapat menghitung 1 sampai dengan 20.

(2) Mahasiswa dapat menghitung 1 sampai dengan 20 dengan benar.

Dalam contoh ini, tambahan kata “dengan benar” sebagai kriteria keberhasilan tidak diperlukan karena kata “menghitung” mengasumsikan bahwa semua bilangan termasuk di dalamnya dan bahwa semua bilangan itu berada dalam urutan. Jadi, diperlukan ketepatan 100%.

Kata kerja opersional

Kata kerja operasional atau kata kerja yang unjuk kerjanya dapat diamati, diperlukan dalam merumusan tujuan pembelajaran pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa rumusan tujuan pembelajaran khusus tidak berpotensi ditafsirkan secara beragam. Berikut daftar contoh kata kerja yang diadaptasi dari taxonomi tujuan belajar.

Tabel 2.1.

DAFTAR CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL RANAH KOGNITIF Pengetahuan ( C-1 ) Pemahaman ( C-2 ) Penerapan ( C-3 ) Analisis ( C-4 ) Sintesis ( C-5 ) Penilaian ( C-6 ) Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menganalisis Mengaudit Memecahkan Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Membandingkan Menyimpulkan Menilai

(13)

Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Manandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifiksi Menghitung Membangun Mengurutkan Membiasakan Mencegah Menggambarkan Menggunakan Menilai Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Memerinci Menominasikan Mendiagramkan Mengkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur Melatih Mentransfer Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengkombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan Tabel 2.2

CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL RANAH AFEKTIF Menerima ( A-1 ) Menanggapi ( A-2 ) Menilai ( A-3 ) Mengelola ( A-4 ) Menghayati ( A-5 ) Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromi Menyenangi Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasi Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi

(14)

Mematuhi Meminati Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Memperjelas Mengusulkan Menekankan Menyumbang Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasikan Merembuk Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan Tabel 2.3.

CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL PSIKOMOTOR Menirukan ( P-1 ) Memanipulasi ( P-2 ) Pengalamiahan ( P-3 ) Artikulasi ( P-4 ) Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkn Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengonstruksi Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur Mengalihkan Mengantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Mensketsa Melonggarkan Menimbang

(15)

Rangkuman

Langkah Identifikasi Kebutuhan yang meliputi perilaku awal dan karakteristik peserta didik memegang peranan penting dalam perancangan pembelajaran. Data untuk keperluan ini bisa digali dari dokumen-dokumen seperti: buku rapor, transkrip nilai, DANEM, hasil tes, hasil observasi, rekomendasi para pihak maupun angket. Tujuan identifikasi kebutuhan adalah untuk penentuan preskripsi strategi pembelajaran berupa pemilihan metode pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Berdasarkan perilaku awal dan karakteristik peserta didik perancang pembelajaran bisa merumuskan tujuan-tujuan mata pelajaran secara tepat sesuai dengan kriteria pada ranah belajar yang disasar (kognitif, afektif maupun psikomotor).Rumusan tujuan pembelajaran pada level mata pelajaran juga digunakannya kata kerja yang operasional atau bisa diamati/diukur.

Menjabarkan perilaku umum ke dalam perilaku-perilaku khusus secara sitematis dan logis dengan mengorganisasikannya berdasarkan kategori keterkaitannya (hierakis, prosedural, rumpun dan kombinasi) adalah inti dari kegiatan analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam proses mendiasian pembelajaran yaitu untuk menentukan cakupan (scope) dan urutan (sequence) pembelajaran.

Teknik pemetaan kompetensi seperti yang telah anda cermati cukup membantu menyederhanakan kegiatan analisis pembelajaran dari mata diklat/kuliah/pelajaran yang sedang anda kembangkan. anda bisa jadi asyik mempraktekkan teknik pemetaan di atas, silakan dicoba.

Pengenalan karakteristik peserta didik (learner) mutlak dilakukan dalam perancangan pembelajaran, dengan mengenal sebanyak mungkin jati diri mereka perlakuan yang akan kita kenakan adalah sebijaksana mungkin. Implikasi dalam layanan pembelajaran atas pribadi yang unik tersebut adalah individualized

instruction—pembelajaran yang memahami karakteristik peserta didik. Perumusan

tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan-tujuan khusus senantiasa berorientasi pada unjuk kerja perilaku peserta didik. Pilihan kata-kata kerja yang bisa diukur/diamati akan sangat berkaitan dengan langkah evaluasi pembelajaran yang akan kita bahas pada kegiatan belajar 3.

(16)

Sumber Rujukan

 

Media cetak:

Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Penerbit IKIP Malang dengan Biro Penerbitan IPTPI

Dick, W., Carey, L., and Carey, J.O., 2001. The Systematic Design of Instruction (fifth edition). Longman.

Munandir. 1989. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Pusat Antar Universitas, Ditjen Dikti Depdikbud.

Pribadi, B.A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat, Jakarta.

Smaldino, SE., Lowther, D.L., and Russel, J.D. 2011. Instructional Technology and Media for Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar (dialaihbahasakan oleh: Arif Rahman). Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Suparman, A. 2001. Desain Instruksional. PAU PPAI Ditjen Dikti Depdiknas. Laman:

http://instructionaldesign.org.

http://tpers.net http://pgpaud.ac.id

(17)

Latihan Soal

Silakan anda menjawab soal latihan di bawah ini pada lembar kertas tersendiri, usahakan tidak melihat kunci jawaban yang tersedia. Berikan nilai atas jawaban Anda, bila 80% benar, silakan untuk melanjutkan ke Kegiatan Belajar-3 dan bila belum agar Anda untuk mencermati lagi uraian materi di atas.

1. Berikan definisi identifikasi kebutuhan untuk keperluan perancangan pembelajaran.

2. Sebutkan aspek-aspek yang diperhatikan dalam identifikasi kebutuhan dan berikan penjelasannya.

3. Berikan rasional hubungan antara identifikasi kebutuhan dengan penentuan strategi pembelajaran?

4. Berikan masing-masing 2 contoh rumusan tujuan mata pelajaran pada jenjang: PAUD, SD, SMP dan SMA sesuai dengan kriteria perumusan tujuan pembelajaran.

5. Jelaskanlah pengertian dan urgensi analisis instruksional dalam perancangan pembelajaran.

6. Berikanlah penjelasan jenis-jenis keterkaitan atau struktur perilaku/ kompetensi dalam analisis instruksional.

7. Identifikasilah karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.

8. Jelaskan konsep tujuan pembelajaran khusus dengan bahasa Anda.

9. Rumuskan contoh tujuan pembelajaran khusus yang memenuhi kriteria “ABCD” dengan menentukan latar (setting) pembelajaran yang nda pilih sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

kepercayaan terdiri dari sejumlah besar pernyataan mental dan verbal yang menggambarkan pengetahuan dan penilaian khusus seseorang mengenai sesuatu (orang lain,

PEI,AKSANAAN PENJANJIAN Tf, NYIAI'AN IXLAN ANTARA. D n*i!cuu!Motrdqiiscb

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan

[r]

(2) Seberapa besar pengaruh Brain Gym terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU Bacem Tahun Ajaran 2014/2015?Adapun yang menjadi tujuan

Gaplek yang telah kering dapat digiling dan disaring menghasilkan tepung gaplek atau cassava flour dan dapat digunakan untuk bahan ekspor makanan ternak atau untuk membuat

penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas VIII MTs.. Ma’arif NU Bacem, sebanyak

shit<t st.d: RoltDjtr