• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:https:// doi.org/10.12345/jikp.v10i1.221

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader

Dalam Pelaksanaan Posyandu

Indirwan Hasanuddin1,*, Jumiarsi Purnamah AL2, Hariadi 3, Sulaeman4

1,2,3,4 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, ITKeS Muhammadiyah Sidrap indirwan.hasanuddin02@gmail.com

*corresponding author

Tanggal Pengiriman: 06 Maret 2021, Tanggal Penerimaan: 24 Juli 2021

Abstrak

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas kulo. Jenis peneitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptik analitik dan rancangan yang digunakan Cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo Tahun 2020. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang.Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan (p=0,007), Dukungan Keluarga dengan (p=0,014), Status Perkawinan dengan (p=0,023) dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo.Diharapkan pihak tenaga kesehatan di Puskesmas Kulo selalu mempertahankan penerapan pelatihan kadernya dengan memberikan penyuluhan pentingnya keaktifan kader posyandu agar kegiatan posyandu dapat berjalan baik, dan diharapkan juga kepada kader posyandu agar dapat meningkatkan keaktifan sebagai tanggung jawab sosial didalam masyarakat.

Kata Kunci: pengetahuan; dukungan keluarga; status perkawinan; keaktifan kader

Abstract

Cadres are community workers who are considered closest to the community. The Ministry of Health holds a training program for health cadres so that village health cadres will have more knowledge. where cadres often work with routine services at the posyandu. So that a posyandu cadre must be willing to work voluntarily and sincerely willing and able to carry out posyandu activities and willing to mobilize the community to carry out and participate in posyandu activities. This study aims to determine the factors related to the activeness of cadres in the implementation of posyandu in the working area of the Kulo Health Center. This type of research is quantitative research using analytical descriptive method and the design used is cross sectional. The location of this study was carried out in the Kulo Health Center Work Area in 2020. The sample of this study was 30 people. Based on the results of the Chi-Square test it showed that there was a relationship between knowledge and p 0.007 Family Support with p 0.014 Marital Status with p 0.023 with the activeness of posyandu cadres in the Kulo Health

(2)

Center Work Area. It is hoped that the health workers at the Kulo Health Center will always maintain the application of cadre training by providing counseling on the importance of posyandu cadres so that posyandu activities can run well and it is also hoped that posyandu cadres can increase activity as a social responsibility in society.

Keywords: knowledge; family support ; marital status ; cadre activity

PENDAHULUAN

Posyandu merupahkan salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2018).

Pelaksaaan kegiatan posyandu peran kader sangat besar karna selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak didalam masyarakat untuk datang ke posyandu dan dapat diharapkan untuk membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan yang ada dimasyarakat keaktifan kader dalam hal ini kehadiran kader sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan posyandu untuk tercapainya tujuan dari posyandu (Kemenkes RI, 2011).

Tujuan diadakanya posyandu adalah supaya meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, pelaksanaan kegiatan ini peran kader bertanggung jawab dalam kegiatan posyandu yang mempunyai pengaruh besar terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi (onthonie, et,al, 2015).

Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan suka rela mengelola posyandu diwilayahnya masing-masing, Akan tetapi berbeda di lapangan menunjukkan masih ada posyandu yang mengalami keterbatasan kader, karna tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan pelaksanaan posyandu sehinggga pelayanan tidak berjalan lancar. Keterbatasan kader disebabkan adanya kader sebagai relawan merasa jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang dapat memotivasi mereka untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya dukungan keluarga serta adanya keterbatasan pengetahuan kader yang dimiliki oleh seorang kader. Berdasarkan penelitian sebelumnya kader yang direkrut oleh staf puskesmas hanya berpendidikan tingkat SD sampai SLTA dengan pengetahuan yang sangat minim dan umumnya tidak bekerja (Afrida, A. 2019).

Cakupan keaktifan kader posyandu secara nasional hingga tahun 2010 baru mencapai 78% dari target 80% (Depkes RI, 2012). Cakupan keaktifan kader posyandu dikabupaten sidrap pada tahun 2013 baru mencapai 58,3%dari target nasional 80%, sedangkan pada tahun 2014 baru mencapai 55,7% dari data yang didapatkan, ternyata terjadi penurunan keaktifan kader posyandu ini melakukan kegiatan posyandu, sedangkan pada tahun 2014 dari 3678 kader yang terdaftar hanya 2050 kader yang aktif melakukan kegiatan (Dinkes RI, 2014).

Berdasarkan data profil dinas kesehatan Kabupaten Sidrap pada Tahun 2019, jumlah posyandu tahun 2019 sebanyak 308 unit posyandu yang terdiri dari 14 Kecamatan yaitu Baranti sebanyak 20 posyandu, Pangkajene sebanyak 28 posyandu, Empagae sebanyak 19, Lawawoi sebanyak 31, Bilokka sebanyak 22 posyandu, Kulo 17 posyandu, Rappang 20 posyandu,

(3)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Amparita 27 posyandu, TanruTedong 34 posyandu, Lancirang 20 posyandu, Barukku 27 posyandu, Manisa 13 posyandu, Dongi 24 posyandu, Belawae 6 posyandu (Dinkes, 2019).

Di Kecamatan kulo terdapat 6 desa dengan 17 posyandu dengan jumlah kader posyandu yang aktif sebanyak 65 orang kader dan jumlah kader yang tidak aktif sebanyak 20 orang kader jadi jumlah kader secara keseluruhan sebanyak 85 orang kader yang melaksanakan berbagai kegiatan posyandu untuk mendukung kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak. Agar pelaksanaan kegiatan posyandu tercapai dan berhasil disetiap kegiatannya dibantu oleh kader-kader yang dibimbing dan diarahkan oleh puskesmas. Kader-kader tersebut memiliki tingkat pengetahuan, pendidikan formal yang bervariasi dan sebagian diantaranya juga sudah mengikuti pelatihan khusus bagi Posyandu ( Data Sekunder Puskesmas kulo, 2019). Puskesmas kulo menunjukkan masih ada Posyandu yang kadernya terbatas artinya tidak semua kader aktif Setiap kegiatan Posyandu hal ini dapat menghambat kelancaran pelayanan. Keterbatasan kader disebabkan karena kader putus sekolah. Tertarik untuk bekerja di tempat lain yang memberikan keuntungan finansial, Kader pindah karena ikut suaminya dan tidak mau lagi Menjadi kader, kader yang menjadi relawan merasa jenuh, tidak adanya Reward sehingga kader termotivasi untuk bekerja. Pekerjaan dan faktor lain yang menghambat seperti kurangnya pelatihan dan Pengetahuan dan pendidikan yang terbatas seharusnya dimiliki kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kulo.

METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kulo Kecamatan Kulo. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptik analitik dan rancangan yang digunakan adalah Cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah kader di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo Kecamatan kulo Kabupaten Sidrap dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling.dengan kriteria sampel kader yang bersedia menjadi responden, kader yang sudah lebih dari 1 tahun bergabung menjadi kader posyandu, kader yang hadir saat kegiatan posyandu pada saat penelitian dilaksanakan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan kuesioner dan menggunakan uji analisis chi square dengan menggunakan software komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Keaktifan Kader Posyandu

Pengetahuan

Keaktifan Kader

Total

p

Aktif Tidak Aktif

n % n % n %

Baik 27 90,0 0 0 27 90,0

0,007

Kurang 1 3,3 2 6,7 3 10,0

Total 28 93,3 2 6,7 30 100

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari 28 kader posyandu dengan kategori aktif terdapat 27 kader (90,0%) aktif dengan pengetahuan baik dan terdapat 1 kader (3,3%) dengan

(4)

pengetahuan kurang, sedangkan dari 2 kader posyandu dengan kategori tidak aktif terdapat 2 kader (6,7%) dengan tidak aktif dengan pengetahuan kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,007 dengan bantuan uji chi square tingkat kemaknaan ɑ ≤ 0,05 yang artinya nilai p < ɑ, berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siagian, R (2015) didapatkan hasil uji statistik

Chi-Squere adalah nilai P=0,015 dan ɑ ≤ 0,05 dimana p < ɑ yang artinya ada hubungan

keaktifan kader posyandu dengan pengetahuan kader di Puskesmas Kota Matsum Tahun 2015. Penelitian ini memiliki hasil penelitian yang sama yang artinya variable pengetahuan memiliki hubungan dengan keaktifan kader posyandu, semakin baik pengetahuan seorang kader maka semakin aktif pula dalam melakukan pelayanan di posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhat, S., & Hasanah, R. (2014) didapatkan hasil uji statistik Chi-Squere adalah nilai P=0,032 dan ɑ ≤ 0,05 dimana p < ɑ yang artinya ada hubungan keaktifan kader posyandu dengan pengetahuan kader di Wilayah Kerja Puskesmas Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Penelitian ini memiliki hasil penelitian yang sama yang artinya variable pengetahuan memiliki hubungan dengan keaktifan kader posyandu, semakin baik pengetahuan seorang kader maka semakin aktif pula dalam melakukan pelayanan di posyandu. Yang membedakan dari penelitian sebelumnya yakni dari variable yang diteliti dimana dalam penelitian ini menggunakan variabel pengetahuan , dukungan keluarga dan status perkawinan.

Menurut Harisman, H., & Nuryani, D. D. (2012), pengetahuan kader tentang posyandu dapat diartikan bahwa pemahaman yang dimiliki kader tentang pentingnya kegiatan posyandu dan aktifnya seorang kader mengikuti kegiatan tersebut. Seorang kader harus banyak mendapatkan informasi tentang posyandu baik dari media cetak maupun media informasi, serta tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuannya. Seorang kader posyandu harus mengetahui pengertian posyandu, pembinaan posyandu, kegiatan posyandu dan sistem 5 meja dan kekurangan di posyandu, agar tujuan dan sasaran posyandu tercapai.

Hal ini sejalan dengan pendapat Harisman, H., & Nuryani, D. D. (2012), yang mengemukakan bahwa pengetahuan diperolah melalui proses belajar mengajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk pengalaman, pengenalan, penggunaan, penguasaan dan penilaian terhadap suatu bidang tertentu yang sehubungan dengan berbagai aspek kehidupan.

Menurut asumsi peneliti, Pengetahuan sangat penting dalam memberikan pengaruh pada sikap kader dan tingkah laku kader terhadap pemeliharaan kesehatam masyarakat, terutama bagi pelayanan kesehatan bayi dan balita. Pengetahuan yang dimiliki oleh para kader tercermin dalam kehidupan sehari-hari terutama keaktifan kader dalam menggerakkan masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang posyandu sangat penting.

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa dari 28 kader posyandu dengan kategori aktif terdapat 26 kader (86,7%) aktif dengan dukungan keluarga baik dan 2 kader (6,7%) aktif dengan dukungan keluarga kurang. sedangkan dari 2 kader posyandu dengan kategori tidak aktif terdapat 2 kader (6,7%) tidak aktif dengan dukungan keluarga kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,014 dengan bantuan uji chi square tingkat kemaknaan ɑ ≤ 0,05 yang artinya

(5)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

nilai p < ɑ, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keaktifan kader posyandu.

Tabel 2. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Kader Posyandu

Dukungan Keluarga

Keaktifan Kader

Total

p

Aktif Tidak Aktif

n % n % n %

Baik 26 86,7 0 0 26 86,7

0,014

Kurang 2 6,7 2 6,7 4 13,3

Total 28 93,3 2 6,7 30 100

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustina , Desy ., (2013) didapatkan hasil uji statistik Chi-Squere adalah nilai P=0,005 dan ɑ ≤ 0,05 dimana p < ɑ yang artinya ada hubungan keaktifan kader posyandu dengan dukungan keluarga kader di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Tahun 2013. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dimana terdapat hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan kader posyandu yang artinya selain dukungan dari petugas kesehatan kader posyandu juga memerlukan dukungan dari keluarganya sendiri agar supaya kader posyandu semangat dalam memberikan pelayanan di posyandu

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harisman, H., & Nuryani, D. D. (2012) didapatkan hasil uji statistik Chi-Squere adalah nilai P=0,015 dan ɑ ≤ 0,05 dimana p < ɑ yang artinya ada hubungan keaktifan kader posyandu dengan dukungan keluarga kader di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012.

Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan (Setiadi, 2013).

Menurut Agustina (2013), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memegang orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Menurut asumsi peneliti Dukungan keluarga merupakan dukungan yang paling diharapkan kader dalam melaksanakan tugasnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terkait seperti keluarga, bidan desa atau sebagain petugas kesehatan dapat mengakibatkan turunnya aktivitas Posyandu. Kenyataan ini mengakibatkan banyak posyandu yang tidak aktif. Akibat dari kondisi tersebut maka muncul sikap di masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin atau sulit untuk dilaksanakan, namun masih ada kelompok masyarakat yang merasa posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengaktifkan posyandu. Jadi, semakin baik dukungan yang diberikan keluarga terhadap kader posyandu maka dapat meningkatkan semangat dan keaktifan kader posyandu.

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa dari 28 kader posyandu dengan kategori aktif terdapat 25 kader (83,3%) aktif dengan status perkawinan menikah terdapat 3 kader (10,0%) dengan status perkawinan belum menikah, sedangkan dari 2 kader posyandu dengan kategori tidak aktif terdapat 2 kader (6,7%) tidak aktif dengan belum menikah.

(6)

Tabel 3.Hubungan antara status perkawinan dengan Keaktifan Kader Posyandu. Status Perkawinan Keaktifan Kader Total p

Aktif Tidak Aktif

n % n % n %

Menikah 25 83,3 0 0 25 83,3

0,023

Belum Menikah 3 10,0 2 6,7 5 16,7

Total 28 93,3 2 6,7 30 100

Hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,023 dengan bantuan uji chi square tingkat kemaknaan ɑ ≤ 0,05 yang artinya nilai p < ɑ, berarti ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan keaktifan kader posyandu. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Dian Pratiwi, P., & Sarita, S. (2018). Hasil analisis uji statistik dengan menggunkan chi square menunjuhkan bahwa p value = 0,001 < ɑ = 0,05 maka Ha diterima. Ini berarti ada hubungan antara status perkawinan dengan keaktifan kadr posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 pada kepercayaan 95% ( ɑ = 0,05).

Penelitian ini didukung oleh pendapat Rifai (2010), Menyatkan bahwa dalam pelaksanaan posyandu di lapangan (penyuluhan) kader yang telah menikah lebih diterima keberadaanya di masyarakat dibanding dengan kader yang belum menikah. Penelitian lain oleh Nilawati (2012) yang menyimpulkan bahwa status perkawinan berkorelasi terhadap keaktifan kader posyandu dalam upaya revitalisasi di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Menurut asumsi peneliti, status perkawinan merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang kader dalam menjalankan kegiatan posyandu. Kader yang telah menikah akan memiliki sikap dan penampilan yang lebih dewasa sehingga pekerjaanya sebagai kader tidak tergantung pada orang lain dan akan lebih muda mempengaruhi masyarakat sasaranya. Seseorang yang sudah menikah akan lebih banyak mengetahui pengalaman dalam melakukan kegiatan diposyandu.

Kader yang telah menikah atau telah mempunyai bayi dan anak akan tetap aktif mengingat bayinya harus selalu ditimbang dan dikontrol pertumbuhan dan perkembangannya sehingga ia akan tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Maka akan lebih muda dari kader itu sendiri karena disamping ia melaksanakan tugasnya sebagai kader ia juga dapat langsug membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya untuk ditimbang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo maka ditarik kesimpulan bahwa, ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo dan dan hubungan antara status perkawinan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kulo. eneliti menyaranakn agar pihak puskesmas tetap mempertahankan kegiatan pelatihan kader, sehingga lebih meningkatkan pengetahuan dan keaktifan dalam menjalankan peran serta tugas kader posyandu dalam memberikan pelayanan kesehatan, Diharapkan juga kepada kader posyandu agar lebih

(7)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

meningkatkan peran sertanya terutama dalam peningkatan pelaksanaan kegitan diposyandu sebagai tanggung jawab sosial di dalam masyarakat agar kegiatan posyandu berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Desy ., 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Jurnal Keperawatan .di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Tahun 2013 .

Afrida, A. (2019). Faktor Yang Memengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Institut Kesehatan Helvetia Medan).

Agustina, 2013 kader posyandu http://Arhamsyah.blogspot.com

Depkes RI, (2012) Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembaangan. Jakarta:Departemen Kesehatan R1.

Dian Pratiwi, P., & Sarita, S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Dinkes RI . 2014 Riset Kesehatab Dasar (Riskesdas) Provinsi Sulawesi Selatan. Dinkes SIDRAP, (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Sidrap.

Harisman, H., & Nuryani, D. D. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu di desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012. Jurnal Dunia Kesmas, 1(4).

Kemenkes RI, (2018). Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI (2011) Pedoman Umum Pengelolahan Posyandu, Kementrian Kesehatan RI.

Nilawati, 2012 Promosi Kesehatan da Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Onthonie, H., Ismanto, A. Y., & Onibala, F. (2015). Hubungan Peran Serta Kader Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. JURNAL KEPERAWATAN, 3(2).

Rifai, 2010 posyandu: Upaya Kesehatan Berbsis Masyarakat.

Setiadi, 2013. Buku ajar keperawatan keluarga: Riset,Teori dan prktek.Jakarta:EGC

Siagian, R., 2015 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Stikes Sumatera Utara.

Suhat, S., & Hasanah, R. (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu (Studi di Puskesmas Palasari Kabupaten Subang). KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 73-79.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Zimmerman (2002), salah satu fase dalam regulasi diri dalam belajar adalah fase forethought (perencanaan) yakni fase dimana seorang pembelajar akan

Hasil studi menunjukkan bahwa, dengan variabel lain sama, skenario dengan suhu injektat yang lebih tinggi dari normalnya memiliki performa produksi yang lebih

Review pengendalian hasil pemrosesan memastikan bahwa output sistem tidak hilang, salah arah, atau rusak dan bahwa tidak terjadi pelanggaran privasi. Eksposur sejenis ini dapat

Perhitungan debit bulanan ini bertujuan untuk mendapatkan taksiran besarnya debit andalan sungai, yaitu banyaknya air yang tersedia yang diperkirakan terus-menerus ada dalam

Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus

Berdasarkan data yang ada, mereka yang bekerja sebagai kusir andong yang berada di Kelurahan Kutowinangun Lor, kebanyakan mereka berasal dari luar kecamatan tempat

Lembaga survei Media Research Center (MRC) merupakan lembaga yang sering melakukan survei setiap ada pilkada di Indonesia, tak terkecuali di Aceh, namun dari hasil

Setelah pemekarkan wilayah administrasi pemerintahan, Kecamatan Dumai Barat menjadi 4 kelurahan yang memanjang dari timur ke barat, yaitu Pangkalan Sesai, Simpang