• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau istilah umum disebut sebagai ada gagasan yang ingin disampaikan. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam menggunakan bahasa. Karya sastra dikatakan baik apabila gagasan yang dipaparkan pengarang dalam paparan teks sampai pada hati dan pikiran pembaca. Kemudian masuk pada pokok permasalahan skripsi ini yaitu bagaimana cara pengarang memaparkan gagasan-gagasannya dengan media bahasa. Penggunaan bahasa pada setiap pengarang mempunyai gaya khas masing-masing. Bahkan pada satu pengarang dengan berbagai karya-karyanya banyak dijumpai penggunaan gaya bahasa yang berbeda-beda. Keadaan demikian dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat karya itu diciptakan. Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa Gorys Keraf (1985 : 113) menyatakan gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata terbagi menjadi tiga yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada terbagi menjadi tiga bagian yaitu gaya bahasa sederhana, gaya bahasa mulia dan bertenaga, dan gaya bahasa menengah. Gaya bahasa berdasarkan strukur kalimat terbagi atas emapt jenis yaitu klimaks, antiklimaks,

(2)

antitesis, dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi dua jenis yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terbagi diantaranya aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton polisidenton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pernyataan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortesis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Gaya bahasa kiasan terdiri dari persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, dan fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme, satire, inuendo,antifrasis, dan pun atau paronomasia

Gaya bahasa dalam karya sastra lebih lanjut dibahas dalam kajian stilistika. Menurut Aminuddin (1995:37) “kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori dan cara kerja tertenu”. Herman Dipidu memaparkan berbagai definisi mengenai stilistika yang tidak dapat dilepaskan dari linguistik atau ilmu bahasa.1 Ia memaparkan menurut Starcke, Junus, Simpson, Child dan Fowler, Wynne dan Crystal, Darwis, dan Fabb.

Burhan Nurgiyantoro (2013) dalam buku yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi mendeskripsikan bahwa pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalisme Rusia dan Strukturalisme Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya,

(3)

melainkan pada hubungan antar unsurnya. Masalah unsur dan hubungan antar unsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Unsur bahasa misalnya, terdiri atas unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis, maka dalam studi linguistik pun dikenal adanya studi fonetik, fonemik, morfologi, dan sintaksis.

Subjek kajian ini, teks prosa Indrawijaya, adalah bagian cerita dari Udyogaparwa yang dapat dijumpai dalam buku Sěkar Sumawur 1 pada halaman 62-74. Buku Sěkar Sumawur 1 merupakan buku yang memuat kutipan-kutipan dari beberapa parwa (Zoetmulder, 1958:7). Teks prosa Indrawijaya menjadi salah satu kutipan dari Udyogaparwa. Menurut penelitian Aminullah (2015:1) yang berjudul Udyogaparwa Jawa Kuna, Udyogaparwa Jawa Kuna merupakan salah satu prosa naratif Jawa Kuna yang termasuk sastra parwa.2 Belum ada kejelasan tentang waktu penulisan Udyogaparwa, (Zoetmulder 1958:111-112) dalam teks Udyogaparwa tidak ada data positif yang memberikan pembaca suatu indikasi, tidak ada tanggal pada bagian penutup dan tidak ada kata pengantar yang menyebut nama seorang raja.

Telah dikatakan sebelumnya, prosa Indrawijaya merupakan kutipan dari Udyogaparwa Jawa Kuna, meskipun berupa kutipan tidak mudah bagi tugas seseorang yang mencoba memberikan pengertian mengenai sifat-sifat khas yang melekat pada sastra Jawa Kuna (Zoetmulder 1958:80).3 Segi bahasa dan makna

2

Berikut merupakan pernyataan dari Zoetmulder (1985:80), bagi satu kelompok karya sastra pengaruh Sanskerta tidak dapat diragu-ragukan sedikit pun. Yang saya maksudkan ialah sastra parwa. Parwa-parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungan dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa Sanskerta.

3

Sastra Jawa Kuna dari jaman yang sama juga mengandung kumpulan ucapan yang bersifat didaktis, entah mengenai hukum sopan-santun, penetapan mengenai hukum tradisi dalam agama, pedoman mengenai etika sosial atau perorangan serta kata-kata mutiara (Zoetmulder, 1985:105).

(4)

positif dari teks prosa Indrawijaya menjadi alasan utama dalam penelitian ini. Segi bahasa yang dimaksudkan adalah bentuk gaya bahasa yang digunakan pada prosa Indrawijaya. Tentang gaya bahasa khususnya bahasa Jawa Kuna, sudah dilakukan pengamatan berdasar pada teori-teori linguistik, serta beberapa penelitian terkait. Sebagai hasilnya, telah didapatkan berbagai gaya bahasa yang beranekaragam. Alat utama untuk menghasilkan tentunya melalui bahasa. Untuk itulah, yang akan dibahas pada penelitian ini adalah penggunaan gaya bahasa dalam teks Prosa Indrawijaya.

Adapun lebih dari itu, hasil penelitian ini juga dipandang perlu sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya yang bersifat lebih mendalam dan luas. Misalnya penelitian lanjut yang dilakukan pada naskah atau teks lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian ini perlu dilakukan sebagai pengetahuan bagi para pembaca, juga sebagai referensi bahan diskusi para peminat ilmu linguistik Jawa Kuna di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah skripsi ini adalah bagaimana gaya bahasa simile yang digunakan dalam teks prosa Indrawijaya? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah mengungkap gaya bahasa simile dalam teks prosa Indrawijaya.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat praktis :

1. Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman dan pendalaman pembaca tentang simile pada Teks Prosa Indrawijaya. Manfaat Teoretis :

2. Memberi masukan kepada ilmu bahasa khususnya Bahasa Jawa dalam bidang gaya bahasa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan selanjutnya tidak menyimpang dari topik yang dipilih dan untuk menghindari kesalahan penafsiran yang terjadi pada pembaca maka diberikan batasan masalah pada penelitian ini. Batasan masalah juga berfungsi untuk mempermudah pembaca dalam memahami judul penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Analisis difokuskan pada analisis gaya bahasa simile. Data diambil dari buku Sěkar Sumawur 1 yang ditulis oleh P.J Zoetmulder. Tidak semua prosa dalam buku Sekar Semawur, namun hanya satu prosa saja yaitu teks prosa Indrawijaya. Lebih khusus pada teks prosa Indrawijaya yang dijadikan objek penelitian adalah satuan lingual kebahasaan yang memiliki gaya bahasa.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait Udyogaparwa Jawa Kuna dilakukan oleh Zakaria Pamuji Aminullah (2015) dalam skripsi yang berjudul “Udyogaparwa Jawa Kuna”. Penelitian tersebut memeparkan suntingan teks dan terjemahan Udyogaparwa. Selanjutnya penelitian lain terkait Udyogaparwa oleh Soeharto Mangkusudarmo

(6)

(1997) dalam tesis yang berjudul “Suntingan Teks, Terjemahan dan Analisis Struktur Teks Kakawin Indrawijaya”. Terlepas dari gaya bahasa, penelitian tersebut mendeskripsikan kedudukan kata dalam konteks berupa kalimat. Penelitian terkait gaya bahasa dilakukan oleh Marsono (1996) dalam disertasi yang berjudul “Suntingan Teks, Terjemahan, Struktur Teks, Analisis Intertekstual, dan Semiotik dalam Lokajaya”. Selanjutnya Arsanti Wulandari (2002) dalam laporan penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Serat Nitipraja”.

Berbagai paparan penelitian yang dijelaskan nantinya akan dijadikan sebagai referensi. Sehingga tujuan penelitian dapat terjawab dengan bukti berupa analisis dan deskripsi dalam wujud kesimpulan.

1.7 Kerangka Teori

Gaya bahasa secara umum, dapat dikatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Menurut Keraf (1985:113) “gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Dalam Tarigan (1985:5) dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori stilistika. Istilah stilistika berasal dari bahasa Latin yaitu style yang artinya gaya. Stilistika merupakan ilmu yang kajiannya terhadap wujud performasi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra

(7)

(Nurgiyantoro, 1995: 279). Beberapa pakar linguistik telah mencoba memberikan batasan mengenai gaya bahasa. Menurut Keraf (1985:113) “gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang terdiri atas 21 jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya bahasa.

Tarigan (1985:5) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Tarigan membagi gaya bahasa menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga belas macam.

Menurut Keraf (1985:130), berdasarkan langsung tidaknya, makna gaya bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 1985 : 130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Sedangkan gaya bahasa kiasan membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba untuk menemukan ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tersebut (Keraf, 1985 : 136). Gaya bahasa retoris terdiri

(8)

atas aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks dan oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan terdiri atas persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, inuendo, satire, antifrasis, pun atau paronomasia.

Gaya bahasa yang dianalisis dalam penelitian ini dikhususkan pada gaya bahasa simile. Perumpamaan dapat menggunakan kata pembanding dan ada juga yang tanpa kata pembanding tetapi menggunakan perantara benda lain diungkapkan oleh Pradopo (1995: 62-65), sedangkan menurut Keraf (1985: 138) mengungkapkan bahwa persamaan merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit, bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Maka dalam penelitian gaya bahasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa simile. Melalui beberapa pengertian simile yaitu perbandingan yang menyatakan sesuatu sama dengan hal lain dan menyamakan satu dan hal lain dengan menggunakan kata pembanding dikombinasikan sehingga didapati beberapa unsur pembentuk simile dalam suatu kalimat. Namun setelah didapati unsur-unsur pembentuk simile yaitu pebanding, pembanding, dan kata pembanding, pada penelitian ini meninjau kalimat yang mengandung simile dilihat dari cara penulis mengungkapkan makna. Makna yang dimaksudkan pada skripsi ini adalah makna secara keseluruhan, yaitu makna denotatif dan konotatif.

(9)

Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luat bahasa atau yang dadasarkan pada konvensi tertentu (Kridalaksana, 2001:40).

1.8 Metode Penelitian

Langkah pertama penelitian diawali dengan pengumpulan data yang diambil dari sumber data tertulis. Sumber data tertulis diambil dari buku Sěkar Sumawur 1 (1958) halaman 62-69. Adapun pengumpulan data yang diambil dari sumber data tertulis menggunakan metode simak. Dalam metode simak diawali dengan menyalin teks prosa Indrawijaya. Tahap selanjutnya dilakukan penerjemahan teks prosa Indrawijaya dari bahasa Jawa Kuna ke bahasa Indonesia. Setelah dilakukan alih bahasa, kemudian klasifikasi gaya bahasa. Setelah klasifikasi gaya bahasa dilakukan tahap analisis data, yaitu menarasikan data yang mengandung gaya bahasa. Tahap terakhir dilakukan pemaparan hasil analisis. Pemaparan hasil analisis diharapkan menjawab apa yang menjadi rumusan dalam penelitian, sehingga tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi yaitu menyimpulkan gaya bahasa simile dalam teks prosa Indrawijaya. Tahap pemaparan hasil akan disajikan dalam bentuk deskripsi.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian mengenai Gaya Bahasa Simile dalam Teks Prosa Indrawijaya memuat empat bab. Bab I pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dam sistematika penulisan. Bab II teks dan terjemahan teks prosa Indrawijaya yang

(10)

memuat pengantar terjemahan dan terjemahan teks prosa Indrawijaya. Bab III analisis stilistis gaya bahasa dalam teks prosa Indrawijaya yang berisi pengantar analisis stilistis gaya bahasa dalam teks prosa Indrawijaya dan analisis gaya bahasa simile berdasarkan penanda simile yang terdapat pada teks prosa Indrawijaya yaitu kadi, salwir/lwir, yayā, dan kwa. Bab IV penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi kualitas pelayanan KB yang dilaksanakan oleh BKKBN, FK-UI, POGI, Pusat Kajian Wanita UI, dan Population Council pada tahun 1995 di daerah perkotaan (Kecamatan

Berdasarkan hasil analisis datanya menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

yang jelek, sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik, tetapi apabila masih terdapat pohon-pohon dewasa berkualitas baik yang dijadikan pohon induk dan didukung dengan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandanus tectorius, asam asetat glasial, asam asetat anhidrida,. katalis asam sulfat, LiCl,

Stations) pada stasiun data kampus baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa yang dioperasikan sejak bulan Agustus 2013 hingga sekarang. Pengolahan dan

Peserta dari Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pengetahuan awal lebih baik mengenai cempaka dibandingkan pengetahuan peserta dari Kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara, sehingga

Departemen Teknik Kimia UI Page 5 Dengan menggunakan matriks tersebut, maka untuk mengetahui nilai d, R, dan a dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI dengan