• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA

SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN

Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH

NANA SARI

Mahasiswa STIKes U'budiyah Banda Aceh Abstract

Penyebab utama Infertilitas di beberapa Negara berkembang adalah infeksi yang disebabkan karena kuman Gonorrea dan Clamydia. Survey di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam didapatkan informasi permasalahan infertil sebanyak 29 pasangan. Hasil wawancara pada Pasangan Usia Subur sebanyak 10 Pasangan Usia Subur, 8 diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang infertil karena alasan informasi, dan 2 orang mempunyai pengetahuan tentang infertil karena alasan informasi. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur yang berkunjung di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh yaitu sebanyak 44 orang. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 32 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24-29 Agustus 2013 dengan menyebarkan kuesioner. Analisa data menggunakan program SPSS versi 20,0. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan tinggi sebanyak 18 responden (56,3%), pendidikan menengah sebanyak 18 responden (56,3%), usia dewasa muda (22-40 tahun) sebanyak 17 responden (53,1%) dan ada mendapatkan informasi 19 responden (59,4%). Uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan (p=0,022), usia (p=0,005) dan informasi (p=0,006) dengan pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan, usia dan informasi terhadapo pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas. Peneliti menyarakan bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan upaya pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang kesehatan reproduksi khususnya pasangan usia subur tentang infertilitas.

Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan, Usia, Informasi, Infertilitas, Ibu

PENDAHULUAN

Berdasarkan catatan WHO, di dunia ada sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai problem Infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (ketidakmampuan mengandung atau menginduksi konsepsi) baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari setiap 100 pasangan, pada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak dan mereka menginginkan anak kembali seperempatnya atau 15% berada di bawah kesuburan normal.

Di Indonesia kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas pada wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui penyebabnya. pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS. (Samsyiah, 2010).

Selain itu faktor psikokultural mempengaruhi sikap pasangan terhadap masalah ini, sehingga ada upaya-upaya irasional (alternatif, shinse, herbalisme, dll) untuk mempunyai anak. Memang apa yang dilakukan pasangan tidak dapat

disalahkan sepenuhnya, karena ilmu kedokteran yang mutakhir sekalipun belum dapat menjawab seluruh masalah Infertilitas secara memuaskan (www.kompas.com 2007).

Program Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organization (WHO) juga mencakup pelayanan pasangan infertilitas. Hal ini sesuai dengan tujuan program Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia yaitu “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)”. Oleh karena itu kepada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak seyogyanya juga diberikan pelayanan infertilitas agar mereka juga dapat mewujudkan tujuan NKKBS bagi diri dan keluarga (Hartanto, 2002).

Penyebab utama Infertilitas dibeberapa Negara berkembang adalah infeksi yang disebabkan karena kuman gonorrea dan clamydia. Infeksi tersebut dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP), penyumbatan tuba, Infeksi postpartum dan post abortus pada wanita serta epididimitis pada laki-laki (POGI.1996). Seperti halnya penanggulangan penyakit pada umumnya, usaha pertama yang selalu harus diusahakan adalah mencari penyebab Infertilitas (www.kompas.com 2007).

Hasil survey sebuah website wanita menunjukan bahwa gagalnya kehamilan pada pasangan menikah selama 12 bulan, 40 % nya

(2)

disebabkan Infertilitas pada pria, 40 % pada wanita dan 20 % lagi adalah kombinasi keduanya. Jadi tidak benar anggapan bahwa kaum wanita lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak, bahkan penelitian beberapa tahun terakhir ini, 50 % gangguan kesuburan disebabkan oleh pria (Alia, 2005).

Evaluasi terhadap pria penderita infertilitas yang datang ke klinik infertilitas bagian urologi RSUPN Cipto Mangunkusumo menunjukkan, 20-25% penderita tidak diketahui penyebabnya. Penyebab terbanyak infertilitas pria adalah pelebaran pembuluh darah balik atau vena disekitar buah zakar yang disebut varikokel. Varikokel ditemukan pada 40% penderita. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan salah satu pusat penanggulangan infertilitas terkenal di Baylor College of Medicine, Amerika Serikat yaitu 42%. Penyebab lain dari infertilitas pada pria adalah sumbatan/obstruksi pada saluran sperma. Hal ini terjadi pada 15% penderita. Pada 20% sisanya, infertilitas diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya gangguan hormon, kelainan bawaan, pengaruh obat, gangguan ereksi/ejakulasi, radiasi, keracunan pestisida, gangguan imunologi, operasi di daerah panggul dan lain-lain (www.kompas.com 2007).

Pada wanita penyebab infertilitas terbanyak adalah karena tertutupnya saluran tuba sebanyak 30%, 25% disebabkan karena gangguan ovulasi, masalah serviks sebanyak 15%, masalah-masalah endokrin seperti tumor hipofisis dan kelainan kongenital juga dapat menyebabkan infertilitas pada wanita, hal ini terjadi sebanyak 10% penderita (POGI,1996).

Menurut survey yang dilakukan peneliti di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh jumlah Pasangan Usia Subur yang bekunjung sebanyak 44 pasangan, dan survey permasalahan infertil sebanyak 29 pasangan mempunyai masalah infertil. Menurut survey dengan cara wawancara pada Pasangan Usia Subur, pada Pasangan Usia Subur yang berkunjung sebanyak 10 Pasangan Usia Subur, 8 diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang infertil karena alasan informasi, dan 2 orang mempunyai pengetahuan tentang infertil karena alasan informasi

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pembahasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu “Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas Di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh Tahun 2013?

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh tahun 2013.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan Pasangan Usia Subur. b. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap

pengetahuan Pasangan Usia Subur.

c. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan Pasangan Usia Subur.

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam meneliti.

2. Bagi petugas kesehatan

Sebagai sumbangan pemikiran tentang pasangan yang mengalami Infertil ditinjau dari aspek pengetahuan tentang Infertilitas sehingga bidan dapat memberikan bantuan berupa konseling atau bimbingan dengan demikian meningkatkan mutu layanan reproduksi wanita. 3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai masukan untuk institusi pendidikan agar para pengajar lebih memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasisiwa mengenai faktor-faktor yang pengaruhi pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang infertilitas.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan: Hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Variabel ini diukur dengan menyebarkan kuesioner. Hasil ukur

Pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas Usia Informasi Pendidikan

(3)

dikategorikan Tinggi jika x > 5,71 Rendah jika x < 5,71. Hasil ukur tersebut berskala ordinal. 2. Pendidikan: Jenjang pendidikan formal yang

telah diselesaikan ibu. Variabel ini diukur dengan menyebarkan kuesioner dengan hasil ukur Tinggi (PT/Diploma), Menengah (SMA/sederajat) dan Dasar (SD/SLTP). Skala ukur ordinal.

3. Usia: Jumlah umur yang dihitung dari lahir. Variabel diukur dengan menyebarkan kuesikoner dengan hasil ukur Remaja akhir (18-21 tahun), Dewasa muda (22-40 tahun), Dewasa tengah (41-65 tahun). Skala ukur nominal.

4. Informasi: Segala bentuk informasi yang didapatkan ibu tentang sunat perempuan baik dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat maupun media informasi. Variabel ini diukur dengan menyebarkan kuesioner. Hasil ukur ada jika mendapatkan informasi dan tidak jika jika tidak mendapatkan informasi. Skala ukur nominal.

Hipotesa

1. Ada pengaruh antara pendidikan terhadap pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh tahun 2013.

2. Ada pengaruh antara usia terhadap pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh tahun 2013.

3. Ada pengaruh antara informasi terhadap pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh tahun 2013.

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan.

Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur yang berkunjung di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh yaitu sebanyak 44 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling berjumlah 32 orang.

Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh pada tanggal 24-29 Agustus 2013.

Pengumpulan Data

Data primer didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data sekunder didapatkan dari Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam.

Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa data univariat menggunakan teknik analisa deskriptif dalam bentuk persentase untuk masing-masing sub variabel. 2. Analisa bivariat

Untuk mengukur hubungan variabel independen dan dependen akan dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan program komputer yaitu menggunakan Statistical Package for the social sciences (SPSS) versi 20,0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam

Darussalam Banda Aceh Tahun 2013

No Pengetahuan F %

1 Tinggi 18 56,3

2 Rendah 14 43,8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 32 sebagian besar pengetahuan tinggi sebanyak 18 responden (56,3%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam

Darussalam Banda Aceh Tahun 2013

No Pendidikan F %

1 Tinggi 7 21,9

2 Menengah 18 56,2

3 Dasar 7 21,9

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar pendidikan menengah sebanyak 18 responden (56,2%).

(4)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Usia Responden di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam

Banda Aceh Tahun 2013

No Usia F %

1 Remaja akhir 9 28,1

2 Dewasa muda 17 53,1

3 Dewasa tengah 6 18,8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar usia dewasa muda (22-40 tahun) sebanyak 17 responden (53,1%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Informasi yang Didapatkan Responden di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis

Zam Darussalam Banda Aceh Tahun 2013

No Informasi F %

1 Ada 19 59,4

2 Tidak 13 40,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar ada mendapatkan informasi tentang fertilitas sebanyak 19 responden (59,4%).

Tabel 5.5

Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas di Yayasan Klinik

Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh Tahun 2013

No Pendidikan Pengetahuan Total P-value Tinggi Rendah f % f % f % 1 Tinggi 6 85,7 1 14,3 7 100 0,022 2 Menengah 11 61,1 7 38,9 18 100 3 Dasar 1 14,3 6 87,5 7 100 Total 18 56,2 14 43,8 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 7 responden yang berpendidikan tinggi dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 85,7%, dari 18 responden yang berpendidikan menengah dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 61,1% dan dari 7 responden yang berpendidikan dasar dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 14,3%. Berdasarkan uji chi square test diperoleh nilai p = 0,022. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian ada perngaruh pendidikan terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas.

Tabel 5.6

Pengaruh Usia Terhadap Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin

Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari dari 17 responden dengan umur pada kategori dewasa muda (22-40 tahun) memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 82,4%, 9 responden dengan umur pada kategori remaja akhir (18-21 tahun) memiliki pengetahuan tinggi 33,3% dan dari 6 responden dengan umur dewasa tengah (41-65 tahun) memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 16,7%. Berdasarkan uji chi square test diperoleh nilai p = 0,005. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian ada pengaruh usia terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas.

Tabel 5.7

Pengaruh Informasi dengan Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin

Hj. Darneilis Zam Darussalam Banda Aceh Tahun 2013 No Informasi Pengetahuan Total P-value Tinggi Rendah f % f % f % 1 Ada 15 78,9 4 21,1 19 100 0,006 2 Tidak 3 23,1 10 76,9 13 100 Total 18 56,2 14 43,8 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 19 responden yang mendapat informasi dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 78,9% dan dari 13 responden dengan yang tidak mendapatkan informasi miliki dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 23,1%. Berdasarkan uji chi square test diperoleh nilai p = 0,006. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas. No Usia Pengetahuan Total P-value Tinggi Rendah f % f % f % 1 Remaja akhir 3 33,3 6 66,7 9 100 0,005 2 Dewasa muda 14 82,4 3 17,6 100 17 3 Dewasa tengah 1 16,7 5 83,3 100 6 Total 18 56,2 14 43,8 100 32

(5)

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 responden yang berpendidikan tinggi dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 85,7%, dari 18 responden yang berpendidikan menengah dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 61,1% dan dari 7 responden yang berpendidikan dasar dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 14,3%. Berdasarkan uji statistik diperoleh ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas (p 0,022).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Erfandi (2009), Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga seseorang dapat membuat keputusan lebih baik dalam bertindak. Tingkat pendidikan dipercaya mempengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala awal dari suatu penyakit, sehingga keinginan untuk segera mendapatkan perawatan.

Penelitian yang dilakukan Bahri (2010), tentang hubungan pendidikan pasangan usia subur dengan pengetahuan tentang infertilitas di Klinik Arba Kabupaten Dharmasraya tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pendidikan pus dengan pengetahuan mengenai infertilitas dengan hasil uji Chi-Square P=0,001 untuk pendidikan . Variabel pendidikan memiliki hubungan yang terbesar terhadap pengetahuan tentang infertilitas.

Peneliti berasumsi bahwa responden dengan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang tinggi tentang infertilitas. Sedangkan pada responden dengan pendidikan dasar cenderung memiliki pengetahuan yang rendah. Sehingga hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendidikan tinggi lebih mempengaruhi pengetahuan responden. Hal ini disebabkan karena pendidikan tinggi dan menengah

memberi pengaruh pada kemampuan ibu dalam menerima informasi yang didapatkan baik langsung maupun tidak langsung dari petugas kesehatan. Ini dapat dilihat dari responden dengan pendidikan tinggi mayoritas berpengetahuan juga tinggi.

2. Pengaruh Usia Terhadap Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari dari 17 responden dengan umur pada kategori dewasa muda (22-40 tahun) memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 82,4%, 9 responden dengan umur pada kategori remaja akhir (18-21 tahun) memiliki pengetahuan tinggi 33,3% dan dari 6 responden dengan umur dewasa tengah (41-65 tahun) memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 16,7%. Berdasarkan uji statistik diperoleh ada pengaruh usia terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas (p 0,005).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Erfandi (2009), usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Potter dan Perry (2009), menyatakan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh usia, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dan semakin baik adaptasi seseorang yang ditunjukkan melalui perilaku. Umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku yaitu seseorang akan berubah seiring dengan perubahan (kematangan) kehidupannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2010), tentang pengetahuan dan sikap pasangan usia subur tentang infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010. Dari hasil penelitian diperoleh, suami berumur 26-35 tahun sebanyak 22 orang (73,3%), istri berumur 26-30 tahun sebanyak 14 orang (46,7%). Berdasarkan pengetahuan pasangan usia subur menunjukkan mayoritas pasangan usia subur mempunyai pengetahuan cukup tentang

(6)

infertilitas yaitu suami sebanyak 19 orang (63,3%), istri sebanyak 16 orang (53,3%).

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden tentang infertilitas dapat dipengaruhi oleh usia. Sebagian besar responden berpengetahuan tinggi terdapat pada ibu dengan umur dewasa muda. Hal ini menunjukkan bahwa usia reproduktif lebih mempengaruhi pengetahuan ibu. Ini ditandai dengan kemampuan ibu yang baik dalam menjawab pertanyaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pada kategori tinggi banyak terdapat pada responden dengan usia dewasa muda, sedangkan pada dewasa tengah cenderung berpengetahuan rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh penurunan daya ingat pada responden dewasa tengah. Sedangkan pada dewasa muda merupakan usia yang produktik dalam mendapatkan informasi.

3. Pengaruh Informasi Terhadap Pengetahuan Responden Tentang Infertilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa bahwa dari 19 responden yang mendapat informasi dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 78,9% dan dari 13 responden dengan yang tidak mendapatkan informasi miliki dijumpai berpengetahuan tinggi sebanyak 23,1%. Berdasarkan uji statistik diperoleh ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas (p 0.006).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2005), pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Misalkan seorang seorang anak yang jika ke dokter selalu diimunisasi dengan disuntik, maka anak akan cenderung menangis jika melihat seorang dokter.

Menurut Setiawati (2008), yang menyatakan bahwa informasi kesehatan merupakan serangkaian informasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku yang sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor yaitu sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku. Perilaku berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa

informasi-informasi tentang sesuatu hal yang bisa merubah perilaku terlebih dahulu. Informasi tentang penyakit yang bisa dialami, komplikasi yang dapat terjadi bahkan dapat mengakibatkan kematian perlu diinformasikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2010), tentang pengetahuan dan sikap pasangan usia subur tentang infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010. sumber informasi yang didapat suami mengenai infertilitas terbanyak berasal dari tenaga kesehatan seperti bidan dan matri kesehatan sebanyak 21 orang (70%), sumber informasi yang didapat istri terbanyak berasal dari tenaga kesehatan seperti bidan dan mantri kesehatan sebanyak 23 orang (76,7%).

Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden yang mendapatkan informasi memiliki pengetahuan yang tinggi dibadingkan responden yang tidak mendapatkan informasi mayoritas berpengethauan kurang. Hal ini bisa disebabkan responden yang mendapatkan informasi memiliki wawasan kesehatan yang lebih baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pada kategori tinggi banyak terdapat pada responden yang mendapatkan informasi kesehatan tentang infertilitas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh (p 0,022).

2. Ada pengaruh usia terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh (p 0,005).

3. Ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam Darussalam Banda Aceh (p 0,006).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Institusi diharapkan agar dapat menyediakan referensi pustaka sebagai upaya peningkatan pengetahuan mahasiswa kebidanan dalam memberikan penyuluhan kepada

(7)

masyarakat khususnya pasangan usia subur tentang infertilitas.

2. Bagi Petugas Kesehatan agar dapat meningkatkan upaya pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang kesehatan reproduksi khususnya pasangan usia subur tentang infertilitas dengan memanfaatkan alat komunikasi dan edukasi (KIE) seperti brosur, poster leaflet dan berbagai bentuk media informasi lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai data awal melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Alia, F. (2005). Faktor Infertilitas dan Permaslahannya : Sumut skripsi SKM Universitas Sumatra Utara.

Bahri, Samsul. (2010). Hubungan Pendidikan Pasangan Usia Subur dengan Pengetahuan tentang Infertilitas di Klinik Arba Kabupaten Dharmasraya tahun 2009. Journal from SUPTAKBPP

/ 2012-04-05 16:04:03

Vol. 3 No. 5 tahun 2010. http://amanah.akbid.info (26/8/13) Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor

-Faktor Yang Mempengaruhi.

http://forbetterhealth.wordpress.com. (25/8/13)

Hartanto, Hanafi. (2002). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. cetakan ke lima. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kompas. (2007). Infertil Apaan Tuh. (Http//www. Kompas.com//kompas cetak/0507/22/ muda 1916331. KTM.

Natalia. (2010). Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

tahun 2010.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456 789/18753. (26/8/13).

Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Cetakan pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

__________.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. POGI .(1996). Perbandingan Akurasi Salin:

Instruction Tohitygraphy Terhadap Evolusi Kavum Uteri Pada Wanita Subfertilitas. Batam

Potter dan Perry. (2009). Fundamental Of Nursing : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Setiawati. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta Tran Info Media.

Syamsiyah. (2010). Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Bareng Jombang. Skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Pelanggan ”, maka terdapat beberapa variabel

atau Suatu Korporasi yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum dalam Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Tipikor Semarang (Studi Kasus No:

Adapun saran yang ingin dikemukakan penulis sehubung dengan sistem pakar identifikasi penyakit pada tanaman pisang, diharapkan dapat bermanfaat bagi masarakat

Dalam tinjauan kimia protein adalah senyawa organik yang kompleks berbobot molekul tinggi berupa polimer dengan monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida.

Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut (meliputi pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 3 Panjunan

Beberapa upaya yang telah dilakukan yaitu (1) membentuk tim pemantauan SIK/data tingkat pusat yang rutin melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola

2) Untuk mengetahui tingkat prestasi pegawai Fakultas Psikologi UIN Jakarta... 3) Untuk mengetahui hubungan antara disiplin kerja dengan prestasi kerja pegawai