• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

( BAPPEBTI )

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI

(BAPPEBTI)

BAPPEBTI

Jl. Kramat Raya No. 172 Jakarta

Telp. (021) 31924744

Fax. (021) 31923204

Website : http://www.bappebti.go.id

ABILIT

AS KINERJA BADAN PENGA

W

AS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI BAPPEBTI T

AHUN 2020

(2)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

BAPPEBTI

TAHUN 2018

BADAN PENGAWAS

PERDAGANGAN BERJANGKA

KOMODITI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI

(BAPPEBTI)

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) BAPPEBTI Tahun 2020. Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban BAPPEBTI atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai unit Eselon I di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, sebagaimana diatur berdasarkan Pasal 865 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI Tahun 2020 disusun berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan. Kami berharap laporan ini dapat dipergunakan oleh berbagai pihak terkait dalam menilai kinerja BAPPEBTI selama Tahun 2020 dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan kinerja di tahun berikutnya, sehingga tujuan dan sasaran BAPPEBTI dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan laporan ini sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) BAPPEBTI Tahun 2020 ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Jakarta, Maret 2021

KEPALA BAPPEBTI

SIDHARTA UTAMA

(4)

ii Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis BAPPEBTI dalam pembangunan sektor perdagangan adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan, pembinaan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas.

Penilaian capaian kinerja BAPPEBTI Tahun 2020 dapat dilihat dari perbandingan hasil realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target yang telah ditetapkan di awal Tahun 2020 melalui Perjanjian Kinerja BAPPEBTI, berikut capaian IKU BAPPEBTI Tahun 2020:

NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET

2020 Realisasi Capaian (%) 1 Meningkatkan Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK Pertumbuhan Implementasi PBK 2% 5,58% 279,06 Pertumbuhan Implementasi SRG 7% 26% 372,29 Pertumbuhan Implementasi PLK 6% -17% -290,11

Indeks Kepuasan layanan Publik Nilai 75 79,925 106,56

Kepatuhan Pelaku Usaha

Perdagangan Berjangka Komoditi 75% 76% 101,59

Pemenuhan Konsultasi Hukum dan

Litigasi 75% 100% 133,33

Rata – Rata Capaian 117,12

Anggaran BAPPEBTI pada tahun 2020 adalah sebesar Rp 59.075.529.000,- dengan realisasi anggaran berdasarkan kegiatan pada Tahun 2020 adalah sebesar Rp

52,456,941,497 atau 88.80%

Sumber: Bappebti

(5)

iii 1

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya BAPPEBTI 39,818,129,000 34,198,424,144 85.89 Sekretariat 2 Pengawasan PBK 2.683.600.000 2,584,696,500 96.31 Rowaspaberfi 3 Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan PL dan SRG 8,794,600,000 8,245,018,674 93.75 Robinwas SRGPLK 4 Peningkatan Pelayanan Hukum 3.059.000.000 2,770,655,892 90.56 Rorundak 5 Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan PBK, SRG dan PL 4,719,600,000 4,658,146,287 98.70 Ronabangsar TOTAL 59.075.529.000 52,456,941,497 88.80

Sumber: Aplikasi SAS per 31 Desember 2020

BAPPEBTI pada Tahun 2020 menargetkan realisasi anggaran sebesar 100% sesuai dengan Perjanjian Kinerja. Namun BAPPEBTI hanya dapat merealisasikan anggaran sebesar Rp 52,456,941,497 atau sebesar 88,80%. Tidak tercapainya target realisasi anggaran tersebut, dikarenakan banyak kegiatan yang pelaksanaanya ditunda akibat pandemi COVID-19, serta terdapat belanja pegawai yang tidak terealisasi.

Capaian IKU Tahun 2020 sulit bandingkan dengan capaian IKU di Tahun 2019, yang

secara rata-rata sebesar 181.89%, hal ini dikarenakan adanya Renstra baru yang

mengakibatkan adanya perbedaan pada target Indikator Kinerja Utama (IKU). Sedangkan untuk Kinerja Anggaran BAPPEBTI Tahun 2020 adalah sebesar Rp 52,456,941,497

(88.80%) dari pagu anggaran Rp 59.075.529.000, presentase realisasi ini menurun jika

dibandingkan dengan realisasi anggaran pada tahun 2019 yang sebesar 96.6%, hal ini

disebabkan adanya kegiatannya yang ditunda karena pandemi COVID-19

(6)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii Daftar Isi ... iv Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi ... 1

B. Struktur Organisasi ... 3

C. Maksud dan Tujuan ... 5

D. Isu Strategis Organisasi ... 6

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 8

A. Perencanaan Strategis ... 8

B. Rencana Kinerja Tahunan ... 10

C. Perjanjian Kinerja ... 13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 17

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 17

B. Akuntabilitas Keuangan ... 62

BAB IV PENUTUP ... 64

LAMPIRAN

1. Bagan Struktur Organisasi 2. Dokumen Kontrak Kinerja

3. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran 4. Formulir Indikator Kinerja Utama

5. Formulir Rencana Kinerja Tahunan

(7)

v

Tabel 1.1 Data Pegawai Bappebti Tahun 2020 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 4

Tabel 2.1 Sasaran Strategis Indikator BAPPEBTI …………... 10

Tabel 2.2 Rencana Kinerja Tahunan BAPPEBTI Tahun 2020 ... 11

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja BAPPEBTI Tahun 2020 ………... 13

Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama BAPPEBTI Tahun 2020... 18

Tabel 3.2 Perbandingan Indikator Kinerja Utama BAPPEBTI ... 19

Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Utama - I Tahun 2020 ……….……….. 20

Tabel 3.4 Pialang Aktif Bertansaksi s/d Desember 2020 ……....………... 22

Tabel 3.5 Pedagang Aktif Bertansaksi s/d Desember 2020 ……....………... 22

Tabel 3.6 Pertumbuhan Volume Transaksi ……….………... 23

Tabel 3.7 Volume Transaksi Mulitalateral Per Kontrak Komoditi ………... 24

Tabel 3.8 Capaian Indikator Kinerja Utama – 2 Tahun 2020 ….………. 28

Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja Utama – 3 Tahun 2020 ………... 34

Tabel 3.10 Jumlah Pengguna PLK ………...……. 36

Tabel 3.11 Jumlah Penyelenggaraan PLK ………..……... 37

Tabel 3.12 Penyelenggara PLK yang aktif …………..………..…… 37

Tabel 3.13 Capaian Indikator Kinerja Utama – 4 Tahun 2020 ………. 42

Tabel 3.14 Indeks Kepuasan Masyarakat atas Layanan BAPPEBTI ... 43

Tabel 3.15 Capaian Indikator Kinerja Utama – 5 Tahun 2020 ……... 45

Tabel 3.16 Rekapitulasi Pialang Berjangka Peserta SPA yang Dikenakan aturan Kewajiban Bertransaksi di Bursa Berjangka ……….……….. 48

Tabel 3.17 Rekapitulasi Pedagang Berjangka Penyelenggara SPA yang Dikenakan aturan Kewajiban Bertransaksi di Bursa Berjangka ………... 48

Tabel 3.18 Capaian Indikator Kinerja Utama – 6 Tahun 2020 ………... 55

Tabel 3.19 Saksi Ahli Tahun 2020 ……… 56

(8)

vi Tabel 3.21 Penanganan Perkara Tahun 2020 ………... 61 Tabel 3.22 Realisasi Anggaran BAPPEBTI Berdasarkan Kegiatan Periode Tahun 2020 .. 63

(9)

vii

Gambar 3.1 Rumus Pertumbuhan Implementasi PBK ...19

Gambar 3.2 Pelaksanaan Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK di Bogor ...26

Gambar 3.3 Kepala Bappebti Membuka Ujian Profesi Calon Pialang Berjangka di Bekasi ...27

Gambar 3.4 Pelaksanaan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi di Yogyakarta ....28

Gambar 3.5 Rumus Pertumbuhan Implementasi SRG ...28

Gambar 3.6 Mendag Melakukan Launching Implementasi SRG untuk Komoditi Ikan dan Pelepasan Ekspor Perdana dari Gudang SRG yang dikelola PT. Perinus (persero) di Benoa ... 31

Gambar 3.7 Pertemuan Kelompok Kerja Sistem Resi Gudang di Jakarta ... 31

Gambar 3.8 Bappebti Menyelenggarakan Pertemuan Teknis Dengan Dinas Yang Membidangi Perdagangan di Kabupaten/Kota Melalui Video Conference di Gedung Bappebti, Jakarta ...33

Gambar 3.9 Rumus Implementasi PLK ...33

Gambar 3.10 Kepala Bappebti Menyerahkan Dokumen Persetujuan Sebagai Penyelenggara Pasar Lelang Komoditas Kepada Koperasi Assosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (apkarkusi) ...39

Gambar 3.11 Pertemuan Teknis Pasar Lelang Komoditas di Padang ...40

Gambar 3.12 Rumus Indeks Kepuasan Layanan Publik ...42

Gambar 3.13 Kegiatan Pertemuan Teknis Bulan Desember 2020 di Bandung ...44

Gambar 3.14 Rumus Kepatuhan Pelaku Usaha ... 45

Gambar 3.15 Rumus Hukum dan Litigasi Pemenuhan Konsultasi ...54

(10)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Peran Strategis BAPPEBTI

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011, Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2011, dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 650/MPP/Kep/10/2004 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pasar Lelang dengan Penyerahan Kemudian (Forward) Komoditi Agro, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) memiliki kewenangan membina, mengatur, mengawasi dan mengembangkan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar Lelang (Forward) Komoditi Agro di Indonesia.

BAPPEBTI memiliki peranan untuk mewujudkan kegiatan PBK yang teratur, wajar, efisien, dan efektif serta dalam suasana persaingan yang sehat, serta untuk melindungi kepentingan semua pihak dalam PBK dan mewujudkan kegiatan PBK sebagai sarana pengelolaan risiko harga dan pembentukan harga yang transparan. BAPPEBTI juga berperan dalam mengambangkan Sistem Resi Gudang yang merupakan salah satu instrumen penting dan efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan. SRG dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang. SRG juga bermanfaat dalam menstabilkan harga pasar dengan memfasilitasi cara penjualan yang dapat dilakukan sepanjang tahun. Untuk itu SRG dapat digunakan oleh Pemerintah dalam hal pengendalian harga dan persediaan nasional. Selain itu, BAPPEBTI berperan di bidang Pasar Lelang yang dapat berfungsi sebagai wadah untuk mempertemukan secara langsung pembeli dengan penjual dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan dengan harapan terwujudnya sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, BAPPEBTI memiliki tugas

(11)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 2 menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan, pembinaan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan, pembinaan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan, pembinaan dan pengawasan

perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang sistem resi gudang

dan pasar lelang komoditas;

4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan dan supervisi di bidang sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan, pembinaan, dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang, dan pasar lelang komoditas;

6. Pelaksanaan administrasi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, organisasi BAPPEBTI terdiri atas 1 (satu) Kepala BAPPEBTI yang dibantu oleh 5 (lima) Unit Eselon II, yaitu:

Sekretariat; Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan; Biro

Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik; Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar; dan Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas.

Agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BAPPEBTI tetap berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan dan pencapaian kinerja BAPPEBTI perlu dipantau secara berkala. Pemantauan dimaksud salah satunya dituangkan dalam bentuk Laporan Kinerja Triwulanan. Dengan adanya Laporan Kinerja Triwulanan, Pimpinan Unit dapat mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan bahan dalam menentukan langkah selanjutnya untuk pencapaian kinerja secara optimal.

Penyusunan Laporan Kinerja Triwulanan juga merupakan amanat Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor : 794/M-DAG/KEP/08/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Perdagangan Nomor :

(12)

01 Pendahuluan

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 3

DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi BAPPEBTI berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, memiliki tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan, pembinaan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, BAPPEBTI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan, pembinaan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas; 2. Pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan, pembinaan dan pengawasan

perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang sistem resi gudang

dan pasar lelang komoditas;

4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan dan supervisi di bidang sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan, pembinaan, dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang, dan pasar lelang komoditas;

6. Pelaksanaan administrasi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut , susunan organisasi BAPPEBTI terdiri atas 1 (satu) Kepala Bappebti yang dibantu oleh 5 (lima) Unit Eselon II, yaitu:

1. Sekretariat;

2. Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan; 3. Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik;

4. Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar; dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 3

01 Pendahuluan 01 Pendahuluan

(13)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 4 5. Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang

Komoditas.

Tabel 1.1 Data Pegawai Bappebti Tahun 2020 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

UNIT S3 S2 S1 D3 SMA Jumlah

Kepala Bappebti 1 1 Sekretariat Bappebti 16 15 3 1 35 Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan 6 14 0 20

Biro Pengawasan Pasar

Berjangka dan Fisik 1 10 10 0 21

Biro Pembinaan dan

Pengembangan Pasar 9 8 0 17

Biro Pembinaan dan Pengawasan SRG dan PLK

9 14 23

Total Pegawai 2 50 61 3 1 117

Secara umum dapat dijabarkan tugas dan jumlah pegawai dari masing-masing unit Eselon II di BAPPEBTI, yaitu:

1. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan. Dalam menjalankan kegiatannya, Sekretariat Bappebti didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang pegawai.

2. Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan, pemberian pelayanan hukum, litigasi, pemeriksaan, penyidikan, dan penetapan sanksi terhadap pelanggaran administratif di bidang perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas. Untuk menunjang tugas tersebut, Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan memiliki kekuatan SDM sebanyak 20 (dua puluh) orang pegawai.

3. Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan perdagangan berjangka komoditi. Dalam menjalankan tugasnya, Biro

(14)

01 Pendahuluan

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 5

Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik didukung oleh SDM sebanyak 21 (dua puluh satu) orang pegawai.

4. Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan dan pengembangan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang, pasar lelang komoditas dan pengembangan data dan teknologi informasi. Untuk dapat menyelesaikan tugasnya, Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar memiliki SDM sebanyak 17 (Tujuh belas) orang pegawai.

5. Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan dan pengawasan sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas. Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas memiliki SDM sebanyak 23 (Dua puluh tiga) orang pegawai.

C. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor

794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP dilingkungan Kementerian Perdagangan, dimana setiap unit di Kementerian Perdagangan wajib menyusun laporan triwulan. Tujuan dari laporan ini adalah untuk dapat mengetahui capaian kinerja secara berkala, dan hambatan atau kendala yang dihadapi dalam mencapai target capaian kinerja, sehingga dapat diperoleh solusi atau kebijakan yang diambil untuk mencapai target kinerja tahunan.

Oleh karena itu, BAPPEBTI dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus menunjukkan kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh pihak yang terlibat. Serta menyampaikan hambatan dan kendala dalam pencapaian kinerja agar dapat diantipasi di masa yang akan datang. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2020 diharapkan dapat menunjukkan tingkat capaian kinerja, serta hambatan atau kendala yang dihadapi oleh Bappebti dalam proses pencapaian kinerja di periode ini, sehingga dapat menjadi referensi untuk mencapai target kinerja BAPPEBTI Tahun Anggaran 2021

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 5

01 Pendahuluan 01 Pendahuluan

(15)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 6

D. Isu Strategis Organisasi

1. Transaksi multilateral di bidang PBK masih kurang likuid

PBK pada dasarnya adalah sebuah industri yang seharusnya dapat dijadikan sebagai sarana lindung nilai (hedging) para eksportir, importir maupun pedagang komoditi lainnya dari adanya fluktuasi harga komoditi. Selain itu, diharapkan PBK juga dapat dijadikan sebagai sarana pembentukan harga yang efektif dan transparan sehingga harga yang ada di Bursa Berjangka dapat dimanfaatkan bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) dan pelaku usaha dalam mencari referensi harga dan juga sebagai salah satu alternatif investasi. Manfaat PBK tersebut dapat terwujud apabila transaksi kontrak berjangka multilateral likuid. Namun saat ini transaksi multilateral masih belum likuid dan pertumbuhan transaksinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Total volume transaksi PBK Tahun 2020 meningkat menjadi 13.215.668 Lot dibandingkan Tahun 2019 yang hanya sebesar 11.122.638 Lot, sedangkan nilai transaksi PBK Tahun 2020 meningkat menjadi Rp 203.630.888.929 dibandingkan Tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 141.660.946.547.868. Namun peningkatan total transaksi tersebut masih didominasi oleh transaksi Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), dimana share transaksi multilateral hanya sebesar 16,82% dari toral transaksi.

2. Pemanfaatan Gudang SRG yang masih belum optimal

SRG sudah berjalan di Indonesia sejak Tahun 2008, berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 2006 Tentang SRG sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 Tahun 2018 Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/11/2011 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang; dan Peraturan Bappebti. Sampai dengan akhir tahun 2020, Pemeritah sudah membangun 123 Gudang SRG melalui Dana Stimulus Fiskal, APBN-P, dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun demikian, pemantauan gudang SRG pada tahun 2020 baru terdapat 55 (lima puluh lima) gudang yang statusnya dikelola oleh pengelola gudang SRG. Dari 55 gudang tersebut terdapat 28 gudang yang telah menerbitkan

(16)

01 Pendahuluan

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 7

resi gudang. Hal ini tentu menjadi perhatian dimana sebanyak 68 gudang yang telah dibangun pemerintah belum beroperasi sebagaimana tujuan awal pembangunan yaitu untuk pelaksanaan SRG.

3. Pasar Lelang belum menjadi sarana Pemasaran yang efektif dan efisien

Penyelenggaraan Pasar Lelang di Indonesia merupakan sebuah upaya positif dalam memajukan sektor perdagangan dan pertanian, khususnya para petani produsen yang selama ini cenderung terpinggirkan oleh mekanisme sistem perdagangan konvensional.

Pasar Lelang sendiri saat ini belum menjadi sarana pemasaran yang efektif dan efisien. Hal ini dapat tercermin dari setiap penyelenggaraan Pasar Lelang, dimana pelaku transaksi (penjual/pembeli) didominasi oleh orang-orang yang sama, komoditi yang diperdagangkan juga masih sangat beragam dan bukan merupakan komoditi unggulan di daerahnya. Selain itu komposisi penjual lebih banyak dari pembeli. Kendala lain yang dihadapi Pasar Lelang saat ini adalah Buyer/pembeli masih kesulitan menemukan Seller/Penjual yang mampu menyediakan barang yang dibutuhkan dalam skala besar.

Selain beberapa kendala diatas, pelaksanaan revitalisasi pasar lelang yang belum optimal serta masih ditemui adanya gagal serah atau gagal bayar masih menjadi permasalahan yang harus segera ditindaklanjuti dalam rangka terciptanya perdagangan yang fair dan dapat dipercaya.

4. Perdagangan pasar fisik Aset Kripto belum dapat diimplementasikan sepenuhnya. Bappebti telah menerbitkan beberapa Peraturan Bappebti dalam rangka Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka, namun demikian kelembagaan yang dibutuhkan masih belum terbentuk seluruhnya, yakni Bursa Berjangka Aset Kripto, Lembaga Kliring Berjangka dan Pengelola Tempat Penyimpanan. Selain itu masih perlu dilakukan kajian untuk memberikan masukan yang lebih rasional dan layak terkait ketentuan persyaratan modal bagi lembaga penyelenggara dalam rangka penyempurnaan peraturan penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di Bursa Berjangka.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 7

01 Pendahuluan 01 Pendahuluan

(17)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 8

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis

1. Visi dan Misi

Sesuai dengan Perencanaan Strategis (Renstra) BAPPEBTI yang telah disusun dengan mengacu pada kebijakan Kementerian Perdagangan dan Kebijakan Presiden dalam hal ini pemerintah, maka telah ditetapkan visi Pemerintah yaitu ”Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong.”

Untuk dapat mewujudkan visi di atas, maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan misi yang telah tercantum dalam Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2020-2024, yaitu:

1) Meningkatkan Kinerja Perdagangan Luar Negeri; 2) Meningkatkan Kinerja Perdagangan Dalam Negeri; dan

3) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (good governance) di Sektor Perdagangan.

Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Kementerian Perdagangan tahun 2020-2024, sebagaimana tercantum dalam Permendag No. 46 Tahun 2020 maka Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) berkontribusi dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui tujuan, yaitu:

“Peningkatan peran Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) dalam meningkatkan Konsumsi Nasional yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi”

2. Tujuan dan Sasaran

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi diatas, Kementerian Perdagangan memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam mendukung visi dan misi Pemerintah Republik Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian Perdagangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang berdasarkan hasil identifikasi potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi. Untuk itu Kementerian Perdagangan menetapkan 3 (tiga) tujuan yang akan dicapai, yaitu:

1) Peningkatan kinerja ekspor non-migas dan jasa; untuk menciptakan surplus neraca perdagangan yang ditopang oleh ekspor non-migas bernilai tambah dan jasa sehingga mendukung peningkatan nilai tambah ekonomi

(18)

02 Perencanaan Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 9

dalam memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

2) Peningkatan konsumsi nasional untuk pertumbuhan ekonomi; melalui stabilisasi harga dan barang kebutuhan pokok, konsumen berdaya dan pelaku usaha bertanggung jawab, peningkatan pasar produk dalam negeri, dan optimalisasi peran Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas sehingga mendukung peningkatan nilai tambah ekonomi dalam memperkuat ketahanan ekonomi untukpertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

3) Terwujudnya tata kelola pemerintahan di Kementerian Perdagangan

yang baik dan berkualitas; melalui peningkatan kinerja Kementerian

Perdagangan yang bersih, akuntabel dan professional, serta peningkatan kapabilitas Sumber Daya Manusia perdagangan.

Untuk mencapai tujuan yaitu Peningkatan Peran Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) dalam meningkatkan Konsumsi Nasional yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi, terdapat 1 (satu) sasaran strategis yang harus dicapai dan menjadi kewajiban yang harus dicapai oleh BAPPEBTI, yaitu :

”Optimalnya peranan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar lelang Komoditas (PLK)”

Sasaran strategis ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan keberadaan sistem dan sarana PBK, SRG, dan PLK. Karena PBK mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional Indonesia di era perdagangan bebas saat ini yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan lindung nilai (hedging) dan sarana pembentukan harga (price discovery) yang wajar dan transparan serta alternatif investasi bagi pelaku usaha. Lalu SRG merupakan salah satu instrumen keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh para petani, kelompok tani, Gapoktan, koperasi tani maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai sarana tunda jual dan pembiayaan perdagangan karena dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditi) yang disimpan di gudang, tanpa dipersyaratkan jaminan lainnya. Serta PLK diharapkan dapat meningkatkan daya saing petani/produsen, menciptakan insentif bagi peningkatan produksi dan mutu serta meningkatkan pendapatan semua pihak yang terlibat, terutama para petani atau produsen. Melalui Pasar Lelang, pembentukan harga yang transparan dapat digunakan sebagai harga acuan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 9

(19)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 10 3. Sasaran dan Strategis BAPPEBTI

2.1 Sasaran Strategis Indikator BAPPEBTI

Sasaran Strategis Indikator

“Optimalnya peranan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan

Pasar lelang Komoditas (PLK)”

1. Pertumbuhan nilai transaksi perdagangan berjangka komoditi

2. Pertumbuhan nilai resi gudang yang diterbitkan

3. Pertumbuhan realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas

Indikator pertama menggambarkan banyaknya pertumbuhan nilai transaksi dari hasil perdagangan berjangka komoditi (PBK). Pertumbuhan nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi diukur melalui pertumbuhan nilai transaksi multilateral PBK dan pertumbuhan nilai transaksi SPA PBK. Semakin tinggi nilai transaksinya, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PBK. Sehingga multiplier effect ekonomi keberadaan PBK bisa dirasakan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indikator kedua menggambarkan banyaknya resi gudang yang diterbitkan untuk pengguna SRG dalam kegiatan transaksi. Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan diukur melalui nilai resi gudang yang diterbitkan dan pertumbuhan nilai transaksi resi gudang. Adapun semakin tinggi nilai resi gudang yang diterbitkan, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan SRG.

Indikator ketiga menggambarkan banyaknya realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas (PLK). Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari transaksi PLK yang bisa terealisasikan. Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang diukur melalui nilai transaksi dan pertumbuhan nilai transaksi pasar lelang. Semakin tinggi realisasi nilai transaksi PLK, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PLK.

B. Rencana Kinerja Tahunan

Pada tahun 2020 BAPPEBTI telah menetapkan Program (Outcome), yaitu

Meningkatnya Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK, serta BAPPEBTI

telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 10

3. Sasaran dan Strategis BAPPEBTI

2.1 Sasaran Strategis Indikator BAPPEBTI

Sasaran Strategis Indikator

“Optimalnya peranan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan

Pasar lelang Komoditas (PLK)”

1. Pertumbuhan nilai transaksi perdagangan berjangka komoditi

2. Pertumbuhan nilai resi gudang yang diterbitkan

3. Pertumbuhan realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas

Indikator pertama menggambarkan banyaknya pertumbuhan nilai transaksi dari hasil perdagangan berjangka komoditi (PBK). Pertumbuhan nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi diukur melalui pertumbuhan nilai transaksi multilateral PBK dan pertumbuhan nilai transaksi SPA PBK. Semakin tinggi nilai transaksinya, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PBK. Sehingga multiplier effect ekonomi keberadaan PBK bisa dirasakan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indikator kedua menggambarkan banyaknya resi gudang yang diterbitkan untuk pengguna SRG dalam kegiatan transaksi. Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan diukur melalui nilai resi gudang yang diterbitkan dan pertumbuhan nilai transaksi resi gudang. Adapun semakin tinggi nilai resi gudang yang diterbitkan, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan SRG.

Indikator ketiga menggambarkan banyaknya realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas (PLK). Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari transaksi PLK yang bisa terealisasikan. Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang diukur melalui nilai transaksi dan pertumbuhan nilai transaksi pasar lelang. Semakin tinggi realisasi nilai transaksi PLK, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PLK.

B. Rencana Kinerja Tahunan

Pada tahun 2020 BAPPEBTI telah menetapkan Program (Outcome), yaitu

Meningkatnya Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK, serta BAPPEBTI

telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 10

3. Sasaran dan Strategis BAPPEBTI

2.1 Sasaran Strategis Indikator BAPPEBTI

Sasaran Strategis Indikator

“Optimalnya peranan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan

Pasar lelang Komoditas (PLK)”

1. Pertumbuhan nilai transaksi perdagangan berjangka komoditi

2. Pertumbuhan nilai resi gudang yang diterbitkan

3. Pertumbuhan realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas

Indikator pertama menggambarkan banyaknya pertumbuhan nilai transaksi dari hasil perdagangan berjangka komoditi (PBK). Pertumbuhan nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi diukur melalui pertumbuhan nilai transaksi multilateral PBK dan pertumbuhan nilai transaksi SPA PBK. Semakin tinggi nilai transaksinya, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PBK. Sehingga multiplier effect ekonomi keberadaan PBK bisa dirasakan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indikator kedua menggambarkan banyaknya resi gudang yang diterbitkan untuk pengguna SRG dalam kegiatan transaksi. Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan diukur melalui nilai resi gudang yang diterbitkan dan pertumbuhan nilai transaksi resi gudang. Adapun semakin tinggi nilai resi gudang yang diterbitkan, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan SRG.

Indikator ketiga menggambarkan banyaknya realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas (PLK). Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari transaksi PLK yang bisa terealisasikan. Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang diukur melalui nilai transaksi dan pertumbuhan nilai transaksi pasar lelang. Semakin tinggi realisasi nilai transaksi PLK, maka mengindikasikan semakin efektif dan bermanfaat keberadaan PLK.

B. Rencana Kinerja Tahunan

Pada tahun 2020 BAPPEBTI telah menetapkan Program (Outcome), yaitu

Meningkatnya Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK, serta BAPPEBTI

telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

(20)

02 Perencanaan Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 11

Tabel 2.2 Rencana Kinerja Tahunan BAPPEBTI Tahun 2020 OUTPUT

No Uraian/Sasaran Indikator Kinerja

Rencana Tingkat Capaian

Satuan Unit Es. II

1 Meningkatnya Pelayanan Dukungan Teknis dan Administratif Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi 1. Persentase Kepuasan layanan penyusunan program, anggaran dan pelaporan

80 Persentase

Sekretariat 2. Nilai tata kelola

pengelolaan keuangan 75 Nilai 3. Persentase kepuasan layanan kepegawaian dan operasional perkantoran 80 Persentase 4. Persentase kepuasan publik terhadap layanan kerjasama dan informasi publik Bappebti 75 Persentase 2 Meningkatnya pembinaan dan pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar lelang komoditas

1. Jumlah Pelaku Usaha PBK yang Patuh dalam Pelaksanaan Transaksi 32 Perusahaan Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik 2. Jumlah Pelaku Usaha

PBK yang Patuh dalam Kegiatan Operasional, Keuangan dan APU PPT

54 Perusahaan

3. Persentase Pelaku Usaha yang Telah Menindak Lanjuti Rekomendasi Hasil Audit

60 Persentase 3 Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas 1. Jumlah Pengelola Gudang yang telah menerbitkan Resi Gudang 50 Pelaku Biro Pembinaan dan Pengawasan SRG dan PLK 2. Jumlah Pengguna Pasar

Lelang yang berpartisipasi 200 Pelaku 3. Persentase Pemahaman Peserta Pelatihan di Bidang SRG dan PLK 70 Persentase 4. Jumlah Lembaga SRG dan PLK yang Patuh

dalam kegiatan operasional

50 Jumlah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 11

(21)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 12 OUTPUT

No Uraian/Sasaran Indikator Kinerja

Rencana Tingkat Capaian

Satuan Unit Es. II 5. Jumlah Daerah yang

telah memanfaatkan gudang SRG dengan Warehouse Management System (WMS) 6 Daerah 6. Peningkatan ekspor

melalui instrumen SRG 2 Persentase

4 Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap Pelaku Usaha di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas 1. Regulasi di bidang PBK, SRG, dan PLK yang diuji publik 7 Peraturan Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan 2. Rekomendasi Tindaklanjut Proses Penegakan Hukum di Bidang PBK, SRG dan PLK yang sesuai ketentuan 70 Dokumen 3. Konsultasi hukum tentang Peraturan di Bidang PBK, SRG dan PLK 27 Dokumen 4. Berperkara di Badan Peradilan dan/atau Penyelesaian Perselisihan di Bidang PBK, SRG, dan PLK 10 Dokumen 5 Meningkatnya hasil pembinaan PBK dan pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas 1. Hasil analisis pengembangan

kelembagaan dan produk perdagangan

berjangka/sistem resi gudang/pasar lelang yang direkomendasikan 5 Analisis Biro Pembinaan dan Pengembang an Pasar 2. Jumlah perizinan yang

diterbitkan di bidang PBK 550 Izin 3. Jumlah akses platform

layanan informasi harga 10000 Akses 4. Persentase pemahaman

peserta pelatihan teknis pelaku usaha PBK

70 Persentase

5. Persentase Peserta Lulus Ujian Profesi yang Mengajukan Ijin Sebagai Wakil Pialang Berjangka

82 Persentase

(22)

02 Perencanaan Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 13

C. Perjanjian Kinerja

Dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra, Bappebti telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2020 dengan berbagai indikator output seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Bappebti Tahun 2020

No Sasaran Program Indikator Kinerja Target

1 Meningkatkan Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK Pertumbuhan Implementasi PBK 2% Pertumbuhan Implementasi SRG 7% Pertumbuhan Implementasi PLK 6% Indeks Kepuasan layanan Publik Nilai 75 Kepatuhan Pelaku Usaha Perdagangan

Berjangka Komoditi 75%

Pemenuhan Konsultasi Hukum dan Litigasi 75% Dari tabel di atas terlihat bahwa Bappebti telah menetapkan 6 (enam) indikator kinerja dalam mendukung tercapainya sasaran program yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020.

1) Pertumbuhan Implementasi PBK

Berdasarkan UU No.32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Option atas Kontrak Berjangka. Ada dua manfaat utama dari perdagangan berjangka komoditi, yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (Risk Management) melalui kegiatan lindung-nilai atau "hedging" dan sarana pembentukan harga (price

discovery).

Manfaat pertama adalah sebagai kegiatan lindung-nilai menggunakan Kontrak Berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin dampak (risiko) yang diakibatkan gejolak harga. Manfaat kedua adalah sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan karena transaksi hanya dilakukan oleh/melalui Anggota Bursa, mewakili Nasabah atau dirinya sendiri, yang berarti antara pembeli dan penjual Kontrak Berjangka tidak saling kenal/mengetahui secara langsung. Harga yang terjadi di Bursa umumnya dijadikan sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan produsen/pengusaha kecil, untuk melakukan

transaksi di pasar fisik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 13

(23)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 14 Oleh karena itu penting untuk mengukur sejauh mana impementasi PBK dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat besarnya manfaat dari PBK. Berdasarkan pertimbangan ini maka ditetapkan indikator sasaran program Bappebti yang kesatu adalah Pertumbuhan Implementasi PBK

2) Pertumbuhan Implementasi SRG

Di Indonesia, sistem resi gudang ini diatur dengan UU No. 9 Tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang. Definisi resi gudang menurut UU tersebut adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola Gudang. Sistem Resi Gudang merupakan salah satu alternatif pembiayaan bagi petani di Indonesia, dimana dengan menyimpan barangnya di gudang SRG maka pengelola gudang akan menerbitkan resi gudang yang dapat dijadikan agunan ke Bank sehingga petani akan mendapat pembiayaan. Berdasarkan pada data yang tercatat pada saat ini, bahwa dari 123 jumlah Gudang SRG pemerintah yang memiliki pengelola gudang yaitu 55 gudang. Dari 55 Gudang tersebut terdapat 28 gudang yang aktif menerbitkan resi gudang. Total Gudang Swasta dengan pengelola gudang adalah 92 gudang.

Dengan adanya peningkatan implementasi SRG diharapkan dapat diperoleh gambaran secara komprehensif untuk meningkatkan pemanfaatan gudang SRG sehingga dapat menjaga kontinyuitas produksi dan cadangan pangan baik di tingkat daerah maupun nasional, mencapai stabilitas harga pangan, dan membuat inflasi terkendali terutama di daerah. Disamping itu melalui pemanfaatan SRG dapat menambah alternatif pembiayaan mengingat resi gudang dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan di perbankan. Berdasarkan pertimbangan ini maka ditetapkan indikator sasaran program Bappebti yang kedua adalah Pertumbuhan Implementasi SRG.

3) Pertumbuhan Implementasi PLK

Pasar Lelang Komoditas adalah pasar fisik terorganisasi bagi pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi Komoditas melalui sistem lelang dengan penyerahan komoditas. Pasar Lelang Komoditas (PLK) berfungsi sebagai sarana pemasaran komoditi yang efisien dan berperan dalam pembentukan harga yang wajar, adil dan transparan. Keberadaan Pasar Lelang Komoditas dapat menjadi wadah untuk mempertemukan secara langsung pembeli dengan penjual dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan dengan harapan terwujudnya sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien. Berdirinya PLK bertujuan

(24)

02 Perencanaan Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 15

memperpendek mata rantai perdagangan, memberikan kepastian harga, membangun dan memperluas jaringan usaha, serta menjamin penyerahan komoditas sesuai kebutuhan. Salah satu terobosan dari Bappebti dalam menyelenggarakan pasar lelang dan menjawab tantangan revolusi industry 4.0 adalah dengan membuat sistem pasar lelang terpadu (SPLT). SPLT merupakan system yang dapat diimplementasikan dalam penyelenggaraan PLK. Implementasi ini dilakukan tidak hanya pada proses industri di hulu, tetapi juga sampai proses pemasaran di hilir untuk menghasilkan model perdagangan yang lebih efisien, praktis, serta aman dalam bertransaksi. Oleh karena itu diperlukan suatu indikator yang dapat menghitung pertumbuhan bisnis PLK di Indonesia. Berdasarkan pertimbangan ini maka ditetapkan indikator sasaran program Bappebti yang ketiga adalah Pertumbuhan Implementasi PLK.

4) Indeks Kepuasan Layanan Publik BAPPEBTI

Sebagaimana amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Bappebti memiliki kewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik. Untuk itu berbagai terobosan dan perbaikan telah dilakukan oleh Bappebti untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelaku usaha PBK, SRG, dan PLK maupun semua masyarakat umumnya. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu untuk mengetahui sejauh mana dampak yang dihasilkan dari perbaikan tersebut melalui pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM). Sehingga nantinya akan diperoleh Indeks kepuasan layanan publik Bappebti.

Pengukuran Indeks kepuasan layanan publik Bappebti dilakukan dengan menilai persepsi pengguna layanan dengan metode survey melalui kuesioner sesuai pedoman yang telah ditetapak oleh Kemenpan yang tercantum dalam Permenpan No. 14 tahun 2017. Ada tiga kelompok layanan publik yang dinilai dalam perhitungan Indeks kepuasan layanan publik Bappebti yaitu:

a. Layanan perizinan;

b. Layanan publikasi (website, brosur, buletin, informasi harga, dll); dan c. Layanan pengaduan dan konsultasi

5) Kepatuhan Pelaku Usaha Perdagangan Berjangka Komoditi

Dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap integritas pelaku usaha dan kepatuhan penyampaian laporan keuangan Pialang Berjangka, peran yang dilakukan oleh Bappebti menjadi sangat penting untuk mewujudkan kepatuhan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 15

(25)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 16 Pialang Berjangka terhadap peraturan perundangundangan yang dilihat dari aspek integritas keuangan para Pelaku Usaha sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Sehingga terwujud Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, efesien, efektif, dan terlindunginya masyarakat dari tindakan yang merugikan serta memberikan kepastian hukum kepada semua pihak dalam suasana persaingan yang sehat. Berdasarkan pertimbangan ini maka ditetapkan indikator sasaran program Bappebti yang kelima adalah Kepatuhan Pelaku Usaha Perdagangan Berjangka Komoditi.

6) Pemenuhan Konsultasi Hukum dan Litigasi

Bappebti sebagai regulator pada bidang PBK, SRG, dan PLK sesuai amanat undang-undang wajib memberikan perlindungan pada kepentingan masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang merugikan serta memberikan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka. Oleh karena itu, maka Bappebti sebagai satu-satunya regulator i harus mampu memberikan layanan kepada pelaku usaha, maupun kepada masyarakat secara umum terkait dengan memberikan layanan konsultasi hukum yang berkaitan dengan bidang PBK, SRG, dan PLK.

Dalam dunia bisnis PBK, SRG, dan PLK memungkinan untuk timbulnya perselihan dan permasalahan dalam bidang PBK, SRG, dan PLK baik perselisihan antar pelaku usaha, ataupun pelaku usaha yang melakukan gugatan terhadap Bappebti. Oleh karena itu Bappbeti berhak untuk menempuh proses penyelesaian atas perselisihan, sengket, dll yang terjadi sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, karena berfungsi sebagai pembuat aturan, maka dalam hal berperkara di peradilan Bappebti dimungkinkan untuk mengambil perananan sebagai pihak ahli yang dapat memberikan pendapat atas aturan hukum yang mengatur PBK, SRG, dan PLK.

Kedua hal ini merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh Bappebti untuk memberikan kepastian hukum, dan memberikan rasa aman kepada seluruh pelaku usaha dibidang PBK, SRG, dan PLK. Berdasarkan pertimbangan ini maka ditetapkan indikator sasaran program Bappebti yang ke enam adalah Pemenuhan Konsulatasi Hukum dan Litigasi

Untuk dapat melakukan program dan kegiatan dalam rangka mendukung capaian sasaran kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020,

BAPPEBTI memiliki anggaran sebesar Rp 59.075.529.000

(26)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 17

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja

BAPPEBTI Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah Jo. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP dilingkungan Kementerian Perdagangan, telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2020 beserta Kontrak Kinerja yang berisi tentang target capaian kinerja di tahun 2020 serta target antara di setiap 3 (tiga) bulan atau triwulan dan tahunan di dalam Laporan Kinerja Akuntabilitas. Indikator kinerja utama tersebut disusun dengan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2020-2024, Rencana Strategis BAPPEBTI tahun 2020-2024 dan Kontrak Kinerja Eselon I BAPPEBTI dengan Kementerian Perdagangan. BAPPEBTI memiliki Program Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi, dengan Sasaran Meningkatnya Pembinaan, Pengaturan, Pengawasan dan Pengembangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang.

Dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020, BAPPEBTI menetapkan 1 (satu) sasaran program dan 6 (enam) indikator sasaran program. Indikator Sasaran Program merupakan alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu program. Indikator Sasaran Program ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran program (outcome). Sedangkan Indikator Sasaran Kegiatan merupakan alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari suatu kegiatan. Indikator Sasaran Kegiatan ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan (output).

Kinerja Bappebti pada tahun 2020 didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategsi BAPPEBTI, dan Perjanjian Kinerja BAPPEBTI Tahun 2020. Capaian kinerja BAPPEBTI sampai dengan 31 Desember 2020 adalah sebagai berikut:

(27)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 18 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2020

NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET

2020 Realisasi Capaian (%) 1 Meningkatkan Implementasi Pemanfaatan PBK, SRG, dan PLK Pertumbuhan Implementasi PBK 2% 5,58% 279,06 Pertumbuhan Implementasi SRG 7% 26% 372,29 Pertumbuhan Implementasi PLK 6% -17% -290,11

Indeks Kepuasan layanan Publik Nilai 75 79,925 106,56

Kepatuhan Pelaku Usaha

Perdagangan Berjangka Komoditi 75% 76% 101,59

Pemenuhan Konsultasi Hukum dan

Litigasi 75% 100% 133,33

Rata – Rata Capaian 117,12

Berdasarkan tabel diatas, rata-rata persentase capaian indikator kinerja utama BAPPEBTI pada tahun 2020 adalah sebesar 117,12%. Capaian IKU BAPPEBTI pada tahun 2020, memiliki 5 (lima) indikator yang nilai capaiannya di atas 100 % yaitu Pertumbuhan Implementasi PBK, Pertumbuhan Implementasi SRG, Indeks Kepuasan Layanan Publik, Kepatuhan Pelaku Usaha Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Pemenuhan Konsultasi Hukum dan Litigasi. Namun di tahun 2020 terdapat 1 (satu) indikator yang tidak tercapai target kinerjanya yaitu Pertumbuhan Implementasi PLK.

Dibandingkan dengan IKU Bappebti pada periode sebelumnya, terdapat perubahan indikator yang sangat signifikan. Pada periode Tahun 2020-2024 dilakukan perbaikan IKU Bappebti, dimana indikator yang ditetapkan lebih mewakili output kinerja Bappebti secara menyeluruh. IKU Bappebti pada periode Sebelumnya adalah sebagai berikut :

(28)

03 Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 19

Tabel 3.2 Perbandingan Indikator Kinerja Utama Bappebti

No Indikator Kinerja Utama

Target akhir periode (2019) Realisasi akhir periode (2019) Capaia n (%)

1. Jumlah Hari Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha PBK Setelah Dokumen Lengkap Dan Benar

18 hari 6 hari 166,67

2 Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan Berjangka Komoditi Yang Dievaluasi Kegiatannya Dan Pelaporan Keuangannya

78

Perusahaan Perusahaan 78 100 3 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di

Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi Sistem Resi Gudang, dan Pasar lelang

9 Peraturan 14 Peraturan 155

4 Pertumbuhan volume transaksi perdagangan Berjangka Komoditi

8 % 26.08 % 326

5 Pertumbuhan Jumlah Penyelenggaraan pasar lelang

9 % 21,18 % 235

6 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang di terbitkan secara kumulatif

15 % 17.9 % 119.3

Pada tabel diatas, Indikator Kinerja (IK) 1, 2, 3 dan 5 tidak lagi dijadikan IKU Bappebti karena indikator tersebut lebih bersifat kegiatan dan lebih cocok menjadi indikator di unit teknis (eselon II), sedangkan IK 4 dan 5, disesuaikan lagi dan dijadikan Indikator Kinerja sasaran strategis Bappebti.

Pada IKU Bappebti 2020-2024 indikator dibuat lebih bersifat outcome dan mencakup berbagai unsur yang menjadi tugas dan fungsi Bappebti. Berikut penjelasan atas Capaian Indikator KInerja Utama (IKU) BAPPEBTI periode Tahun 2020:

IK-1: Pertumbuhan Implementasi PBK

Dalam menghitung capaian Capaian Indikator Kinerja Utama – 1 (IK-1) yaitu Pertumbuhan Implementasi PBK menggunakan rumus sebagai berikut :

Gambar 3.1 Rumus Pertumbuhan Implementasi PBK

Σ Pertumbuhan Implementasi PBK = 25 % A + 25 % B + 25 % C + 25 % D

A = Pertumbuhan rekomendasi hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk B = Pertumbuhan jumlah kontrak yang diperdagangkan

C = Pertumbuhan pelaku usaha PBK yang aktif bertransaksi D = Pertumbuhan volume transaksi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 19

(29)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 20 Berdasarkan perhitungan capaian IK-1 tahun 2020, diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.3

Capaian Indikator Kinerja Utama - I Tahun 2020

No Indikator Kinerja Utama Target 2020 Realisasi 2020 Persentase

Capaian (%) Unit Terkait 1. Pertumbuhan

Implementasi PBK

2% 5,58% 279,06 Ronabangsar & Rowaspaberfi

Sumber: Ronabangsar & Rowaspaberfi

Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Manfaat PBK adalah sebagai sarana Lindung nilai (Hedging), pembentukan harga (Price Discovery), dan sarana investasi.

Industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka pertama di Indonesia, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta yang kemudian diikuti dengan berdirinya Bursa Berjangka yang kedua, yaitu PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia pada tahun 2009.

Dasar Hukum Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

4. Peraturan Bappebti, Peraturan Kepala Bappebti, dan Surat Edaran Kepala Bappebti yang mengatur tentang teknis penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pencapaian indikator kinerja Pertumbuhan Implementasi PBK tahun 2020, didukung oleh kegiatan sebagai berikut::

A. Pertumbuhan rekomendasi hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk

Selama tahun 2020, diperoleh 5 (lima) rekomendasi hasil analisis, yang terdiri dari : - Desk Research sebanyak 2 (dua) hasil, yaitu:

1) Desk Research Potensi Pemanfaatan PLB sebagai Gudang SRG dan

2) Desk Research tentang Ketentuan Modal Minimum Lembaga Dalam Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 20

Berdasarkan perhitungan capaian IK-1 tahun 2020, diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.3

Capaian Indikator Kinerja Utama - I Tahun 2020

No Indikator Kinerja Utama Target 2020 Realisasi 2020 Persentase

Capaian (%) Unit Terkait 1. Pertumbuhan

Implementasi PBK

2% 5,58% 279,06 Ronabangsar & Rowaspaberfi

Sumber: Ronabangsar & Rowaspaberfi

Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Manfaat PBK adalah sebagai sarana Lindung nilai (Hedging), pembentukan harga (Price Discovery), dan sarana investasi.

Industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka pertama di Indonesia, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta yang kemudian diikuti dengan berdirinya Bursa Berjangka yang kedua, yaitu PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia pada tahun 2009.

Dasar Hukum Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

4. Peraturan Bappebti, Peraturan Kepala Bappebti, dan Surat Edaran Kepala Bappebti yang mengatur tentang teknis penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pencapaian indikator kinerja Pertumbuhan Implementasi PBK tahun 2020, didukung oleh kegiatan sebagai berikut::

A. Pertumbuhan rekomendasi hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk

Selama tahun 2020, diperoleh 5 (lima) rekomendasi hasil analisis, yang terdiri dari : - Desk Research sebanyak 2 (dua) hasil, yaitu:

1) Desk Research Potensi Pemanfaatan PLB sebagai Gudang SRG dan

2) Desk Research tentang Ketentuan Modal Minimum Lembaga Dalam Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 20

Berdasarkan perhitungan capaian IK-1 tahun 2020, diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.3

Capaian Indikator Kinerja Utama - I Tahun 2020

No Indikator Kinerja Utama Target 2020 Realisasi 2020 Persentase

Capaian (%) Unit Terkait 1. Pertumbuhan

Implementasi PBK

2% 5,58% 279,06 Ronabangsar & Rowaspaberfi

Sumber: Ronabangsar & Rowaspaberfi

Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Manfaat PBK adalah sebagai sarana Lindung nilai (Hedging), pembentukan harga (Price Discovery), dan sarana investasi.

Industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka pertama di Indonesia, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta yang kemudian diikuti dengan berdirinya Bursa Berjangka yang kedua, yaitu PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia pada tahun 2009.

Dasar Hukum Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

4. Peraturan Bappebti, Peraturan Kepala Bappebti, dan Surat Edaran Kepala Bappebti yang mengatur tentang teknis penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pencapaian indikator kinerja Pertumbuhan Implementasi PBK tahun 2020, didukung oleh kegiatan sebagai berikut::

A. Pertumbuhan rekomendasi hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk

Selama tahun 2020, diperoleh 5 (lima) rekomendasi hasil analisis, yang terdiri dari : - Desk Research sebanyak 2 (dua) hasil, yaitu:

1) Desk Research Potensi Pemanfaatan PLB sebagai Gudang SRG dan

2) Desk Research tentang Ketentuan Modal Minimum Lembaga Dalam Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

(30)

03 Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 21

- Analisis Pengembangan Kelembagaan 1 (satu) hasil: Penyusunan Modul & Materi Tatap Muka Program Pelatihan Peningkatan Profesi Wakil Pialang Berjangka (P4WPB).

- Analisis Pengembangan Produk sebanyak 2 (dua) hasil, yaitu:

1) Mata Uang Rupiah Terhadap Mata Uang Asing Sebagai Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka dan

2) Gula Kristal Putih dan Bawang Putih sebagai Barang yang Dapat Disimpan di Gudang SRG.

Pertumbuhan rekomendasi hasil analisis pada tahun 2020 ini tidak tumbuh karena rekomendasi hasil analisis tahun 2019 berjumlah 7 analisis, sedangkan capaian tahun 2020 hanya sebanyak 5 (lima) analisis. Hal ini disebabkan karena adanya pemotongan anggaran di tahun 2020 akibat pandemi COVID19 sehingga target 7 Analisis diubah menjadi 5 Analisis.

B. Pertumbuhan jumlah kontrak yang diperdagangkan

Total jumlah kontrak tahun 2020 adalah 11 kontrak, yang terdiri dari : 1. Tanggapan atas Pengajuan Kontrak On Exchange CFD BKDI 2. Tanggapan atas Pemberitahuan Penambahan Koin Baru Tokokripto

3. Tanggapan atas Permohonan Persetujuan Proposal Komoditi Batubara BKDI 4. Tanggapan atas Permohonan Persetujuan Komoditi Bijih Nikel BKDI

5. Persetujuan Proposal Kontrak Minyak Mentah (Crude Oil) US PT. BKDI

6. Tanggapan atas Pemberitahuan Penambahan Koin Baru Tokokripto (Origin Protocol)

7. Persetujuan Perubahan dan Pembatalan Kontrak Derivatif Saham Tunggal Asing PT. BKDI

8. Persetujuan Kontrak Berjangka Minyak Mentah US PT. BKDI

9. Persetujuan Perubahan Jam Perdagangan Kontrak Logam Mulia dan Kontrak Mata Uang Asing SPA PT. BBJ

10. Persetujuan Proposal BKDI Komoditi Syariah Batubara PT. BKDI

11. Rekomendasi Usulan Penambahan Daftar Bursa dan Kontrak Berjangka Luar Negeri dalam rangka Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri

Jumlah Kontrak yang diperdagangkan mengalami pertumbuhan sebesar 29,41% dimana pada tahun 2019 terdapat 34 kontrak yang meningkat menjadi 44 Kontrak pada tahun 2020.

C. Pertumbuhan pelaku usaha PBK yang aktif bertransaksi

Pelaku usaha PBK yang dalam hal ini adalah Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka tidak selalu bertransaksi setiap bulannya. Data keaktifan Pialang dan Pedagang Berjangka dalam bertransaksi adalah sebagaimana dalam tabel berikut.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2020 21

(31)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BAPPEBTI 2020 22 Tabel 3.4

Pialang Aktif Bertransaksi sd Desember 2020 No Bulan Jumlah

Pialang AKTIF % aktif pertumbuhan

1 JANUARI 62 59 95.16% 0.00% 2 FEBRUARI 62 59 95.16% 0.00% 3 MARET 61 60 98.36% 1.69% 4 APRIL 60 59 98.33% -1.67% 5 MEI 62 60 96.77% 1.69% 6 JUNI 62 60 96.77% 0.00% 7 JULI 62 60 96.77% 0.00% 8 AGUSTUS 62 59 95.16% -1.67% 9 SEPTEMBER 64 60 93.75% 1.69% 10 OKTOBER 64 61 95.31% 1,56% 11 NOVEMBER 66 63 95.45% 0,14% 12 DESEMBER 66 62 93.94% -1,51% RATA-RATA 63 60 95,91% Tabel 3.5

Pedagang Aktif Bertransaksi sd Desember 2020

Hingga Desember 2020 rata-rata pialang yang aktif bertransaksi adalah sebanyak 60 (enam puluh) perusahaan sementara untuk pedagang peserta SPA adalah sebanyak 17 (tujuh belas) perusahaan sehingga total pelaku usaha yang aktif sebanyak 77 perusahaan. Untuk pialang berjangka prosentase pialang yang aktif bertransaksi sebanyak rata-rata 95,91 % sementara untuk pedagang SPA sebanyak rata-rata 97,55%.

No Bulan

Jumlah pedagang

SPA

AKTIF % aktif pertumbuhan

1 JANUARI 17 17 100.00% 0.00% 2 FEBRUARI 17 17 100.00% 0.00% 3 MARET 17 17 100.00% 0.00% 4 APRIL 17 17 100.00% 0.00% 5 MEI 17 17 100.00% 0.00% 6 JUNI 17 17 100.00% 0.00% 7 JULI 17 17 100.00% 0.00% 8 AGUSTUS 17 16 94.12% -5.88% 9 SEPTEMBER 17 16 94.12% 0.00% 10 OKTOBER 17 16 94.12% 0.00% 11 NOVEMBER 17 16 94.12% 0.00% 12 DESEMBER 17 16 94.12% 0.00% RATA-RATA 17 17 97,55%

Gambar

Tabel 1.1 Data Pegawai Bappebti Tahun 2020  Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Bappebti Tahun 2020
Gambar 3.1 Rumus Pertumbuhan Implementasi PBK
Gambar   3.2  pelaksanaan Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK  di Bogor pada tanggal 9  Juli 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan tersebut dalam bentuk uraian ilmiah yang berjudul “Analisis Penilaian Kredit Dan Laporan Keuangan Calon Debitur Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada

Peneliti juga melihat bahwa kajian mengenai analsisis kosakata gender dalam QS al- Nisa>’ dengan analisis leksikologi sangat luas, namun penulis mengharapkan ada

Membawa dokumen Kualifikasi Asli serta Hard Copynya dari data-data isian formulir kualifikasi yang diinput di dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website

Analisis: Domain expert melakukan analisis terhadap apa yang akan dimunculkan dalam MMI dan bagaimana hal tersebut dipresentasikan dalam format multimedia (foto, teks,

Praktisi pendidikan menyimpulkan bahwa produk modul layak dengan predikat sangat baik; (3) ada perbedaan signifikan nilai keterampilan berpikir kritis siswa antara pretes

Lampiran Keputusan Kepala SD Negeri 2 Keude Trumon Kecamatan Trumon No. Guru wajib hadir dan pulang sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan.. 2. Dilarang meninggalkan jam

Rangka cetak yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk memadatkan pasir cetak yang yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya..

Setelah melakukan penelitian yang dilakukan pada pegawai di UPT Puskesmas SindangJayaKota Bandung, maka dapat diketahui hasil penelitian yaitu