LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL )
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER
Oleh
NIM. 070 500 127 Febriyanto
PROGRAM STUDI TEKHNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL), yang telah di laksanakan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 20 April 2010 di PT. Perkebunan Nusantara XIII (persero) kebun dan PMS Samuntai, Kec. Long Ikis, Kab. Paser, Propinsi Kalimantan Timur
Menyetujui
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat berkumpul bersama-sama dalam menjalankan Praktek Kerja Lapang hingga saat ini tanpa nya kekurangan satu apapun. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepa kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan apa yang telah di harapkan.
Adapun maksud dari penyusunan laporan PKL ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan Laporan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis.
2. Keluarga besar abang Budi Purwanto yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis
4. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan seluruh staf akademik yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
5. Bapak Mujibu Rahman, S.T.P.,M.Si. selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapang.
6. Ibu Ernita Obeth, SP, M. Agribuss selaku dosen penguji Praktek Kerja Lapang ( PKL )
7. Pak Muhammad Yamin, S.T.P.,M.Si selaku dosen pengantar PKL ke PTP. Nusantara XIII ( Persero ) di samuntai.
8. Bapak Anang Choirul. K selaku General Manajer PTP. Nusantara XIII (persero) samuntai.
9. Bpk. Djoharyanto selaku Manajer Pabrik Samuntai ( PASAM ) 10. Bpk. J. Pasaribu selaku Assisten Kepala Pengolahan ( AKP )
11. Bpk. Haris Seregar selaku pembimbing lapangan sekaligus Mandor Lab. 12. Bapak Ibu dan seluruh staf pabrik pengolahan kelapa sawit di samuntai
(PASAM) dan seluruh staf Laboratorium Pasam.
13. Bapak dan Ibu Staff kantor Distrik PT. Perkebunan Nusantara XIII
14. Bapak Bambang Heriawan selaku Manajer Perkebunan Tabara PT. Perkebunan Nusantara XIII
15. Bapak Sudibyo selaku Mandor I Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara sekaligus sebagai pembimbing PKL di kebun
17. Bapak – bapak Staff kantor Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara 18. Bapak Djohariyanto selaku Manajer di Pabrik Samuntai
19. Bapak Haris Siregar selaku mandor laboratorium, pengolahan minyak dan inti, dan pengolahan limbah di Pabrik Samuntai sekaligus sebagai pembimbing PKL di Pabrik Minyak Sawit Samuntai (PASAM)
20. Bapak Jhonklin Pasaribu selaku Asisten Pengolahan di Pabrik Samuntai 21. Bapak Zaini selaku asisten PML di Pabrik Samuntai
22. Bapak Widodo dan Bapak Pohan selaku Kepala Laboratorium Pengolahan di Pabrik Samuntai
23. Bapak Rahmansyah dan Bapak Sruri selaku Pegawai Laboratorium di Pabrik Samuntai
24. Seluruh Karyawan Pabrik dan Staff Kantor di Pabrik Samuntai
25. Bapak dan Ibu warga Tritura Samuntai Rt 12 dan 13 yang telah menerima penulis dengan sangat baik
26. Bapak Sukono selaku Ketua RT, Keluarga Bang Iwan dan Bang Rahman yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materiil.
27. Teman – teman magang dari SMK N 022 PPU.
28. Teman – teman PKL (Samsuni, Febriyanto, Rusli dan Syauni Arsyad) dan teman – teman POLTANESA angkatan 2007, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta motivasi kepada penulis
Kami selaku mahasiswa Praktek Kerja Lapang ( PKL ) dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas partisipasi dan bimbingannya. Semoga apa yang telah di berikan kepada kami mendapatkan balasan pahala dari ALLAH SWT. Amin! Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini kami buat untuk dapat dijadikan acuan pada praktek yang akan datang maupun untuk panduan para pembaca laporan ini.
Penulis Kampus Sei Kledang, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapang ... 5
C. Hasil yang diharapkan... 5
D. Waktu dan Tempat PKL... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan ... 7
B. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit ( Pasam ) ... 10
III. RANGKAIAN KEGIATAN PKL 1. Pengolahan Minyak sawit ... 12
a. Pemanenan ... 12
b. Penimbunan TBS di Loading Ramp dan Lori ... 18
c. Transportasi Buah ... 21
d. Penerimaan Buah dan sortasi ... 26
j. Penyimpanan Minyak/CPO ... 46
2. Pengolahan Inti Sawit ... 49
a. Pemisahan Biji dan Ampas... 49
b. Pemeraman... 51
c. Proses Pemecah Biji ... 52
d. Pemisahan Inti dan Cangkang ... 54
e. Penyimpanan Inti... 58
3. Pengolahan Limbah Pabrik kelapa Sawit ... 60
a. Pengolahan Limbah Padat ... 60
b. Pengolahan Limbah Cair ... 62
4. Analisis Minyak sawit ... 65
a. Analisis Kandungan ALB... 65
b. Penentuan Kadar Air ... 68
c. Penentuan Kadara Kotoran ... 71
5. Analisis Inti Sawit... 74
a. Analisis Kadar Kotoran Inti Sawit... 74
b. Penentuan Kadar air... 77
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80
B. saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
No Tubuh Utama Halaman
1. Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan .. 13 2. Tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan
Jumlah Berondolan... 14 3. Tabel 3. grafik sistem 3 puncak (Triple Peak System) ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
No Tubuh Utama Halaman
1. Lampiran 1. Gambar Pengumpulan Buah di TPH ( Tempat
Pemungutan Hasil ) ... 87
2. Lampiran 2. Gambar Faraksi 2 ( Matang I ) ... 87
3. Lampiran 3. Gambar proses pengantrian mobil sebelum ditimbang.. . 88
4. Lampiran 4. Gambar Fruit Elevator ... 88
5. Lampiran 5. Gambar Loading Ramp ... 89
6. Lampiran 6. Gambar Auto Phedeer ... 89
7. Lampiran 7. Gambar Hoasting Crane/Tippler ... 90
8. Lampiran 8. Gambar Sand Trap dan Vibrating Screen ... 90
9. Lampiran 9. Gambar Digester dan Screw Press... 91
10. Lampiran 10. Gambar Oil Storage tank ( Tangki Timbun ) ... 91
11. Lampiran 11. Gambar Penimbunan Di Loading Ramp ... 92
12. Lampiran 12. Gambar CBC ( Cake Breaker Conveyer ) ... 92
13. Lampiran 13. Gambar Lori Masuk ke dalam Sterilizer ... 93
14. Lampiran 14. Gambar Incenerator ... 93
15. Lampiran 15. Gambar Pholishing Drum... 94
16. Lampiran 16. Gambar Jembatan Timbang + Proses Penimbang ... 94
20. Lampiran 20. Struktur Organisasi Pabrik Sawit Samuntai PTP. Nusantara XIII ( Persero )... 97 21. Lampiran 21. Skema Proses Pengolahan Buah Sawit PTP. N XIII
(Persero) ... 98 22. Lampiran 22. Skema Proses Pengolahan Minyak / Oil ... 99 23. Lampiran 23. Skema Proses Pengolahan Biji Kernel Sawit ... 100 24. Lampiran 24. Sistem Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Samuntai (Pasam)... 101 25. Lampiran 25. Struktur Organisasi Kebun TABARA tahun 2009... 102 26. Lampiran 26. Struktur Organisasi Tiap Afdeling di perkebunan
TABARA PTP. Nusantara XIII pada tahun 2009... 103 27. Lampiran 27. Struktur Organisasi Kantor Distrik KAL-TIM (DKT) . 104
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas utama industri perkebunan yang sangat menjanjikan di dalam bidang industri perkebunan, bandingkan saja komoditas yang lain seperti komoditas kakao yang sampai saat ini produksi pengolahan masih kalah bagus dengan komoditas kelapa sawit, sampai saat ini kelapa sawit menjadi sangat terkenal bagi kalangan industri setelah industri pertambangan. Dengan ini untuk Meningkatkan nilai tambah dari satu komoditas yang di capai harus melalui tahapan-tahapan atau proses pengolahannya seperti proses pengolahan dalam bentuk bahan mentah, menjadi bahan setengah jadi ataupun barang jadi.
Industri pengolahan minyak kelapa sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan di dalam negeri, hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan berusaha menyiapkan lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengembangkan sumber daya alam yang ada.
Pahan,Yung. 2000.
Di PTP. Nusantara XIII ( PERSERO ) merupakan salah satu perusahaan yang telah lama berkecimpung di dunia industri kelapa sawit. Perusahaan ini telah menmberikan kontribusi besar terhadap laju perekonomian nasional karena
berperan dalam menyumbang devisa bagi negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar dengan menerapkan konsep pengolahan yang berwawasan lingkungan.
Di Indonesia juga pada saat ini merupakan perkebunan kelapa sawit yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Dengan perkembangan kelapa sawit ini, maka akan membuka peluang kerja yang sangat besar bagi tenaga kerja terampil dibidang perkebunan khususnya kelapa sawit. Untuk menjadi tenaga kerja yang terampil diperlukan suatu kemampuan dari seseorang yang tidak hanya memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, tetapi juga harus memiliki keahlian dibidang pengetahuan lapangan (praktek), sehingga nantinya mampu menjadi tenaga kerja yang terampil yang dapat langsung terjun ke lapangan.
Kelapa Sawit dalam bahasa latinnya ( Elaeis guinensis Jacg) di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona; luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan swasta. Perkebunan sawit yang semula hanya di Sumatra Utara dan daerah istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa provinsi, antara lain; Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. Risza, suyatno,2004
Perkebunan kelapa sawit membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik, dan memerlukan teknologi tinggi dalam upaya meningkatkan produktivitas. Dengan cara demikian tujuan pemerintah untuk menjadikan minyak sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal di negara kita tentu akan terwujud. Minyak atau lemak merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Minyak yang berasal dari hewan disebut minyak hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut nabati. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur di daerah tropis. Daging buah (mesocarp) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak bila diolah.
Pabrik pengolahan minyak sawit selain menghasilkan produk utama berupa minyak sawit CPO, juga menghasilkan produk sampingan berupa biji inti sawit (kernel). Selain itu juga menghasilkan limbah baik padat (abu, cangkang serta padatan lain), cair (minyak dan air), serta limbah gas, dan fraksional hasil pengolahan tandan buah segar (TBS).
Selaras dengan tujuan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mulai membuka diri dengan persaingan global melalui PMA (Penanaman Modal Asing) disamping tersedianya lahan yang sesuai dan cukup luas, komoditi ini sangat menarik minat investor karena produksi perhektar yang tinggi kemudian biaya produksi yang relatif rendah, harga di pasaran yang menggiurkan sehingga dapat menguntungkan bagi para investor. Kemudian dengan berubahnya
pola komsumsi masyarakat dunia dari yang sintetis ke alami, sehingga produk alami khususnya minyak sawit mempunyai prospek yang sangat cerah.
Mutu minyak sawit CPO ditentukan beberapa hal antara lain adalah: panen, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan (penyimpanan) oleh karena itu untuk meningkatkan hasil pengolahan dengan kriteria panen dan cara panen yang memenuhi standar kematangan buah. Anonim. (2006)
Selanjutnya keberhasilan suatu usaha perkebunan juga ditentukan oleh pengaruh kondisi yang sedang berlangsung pada waktu usaha itu dilakukan, antara lain: fluktuasi harga jual komoditas yang berlaku dipasar dan kenaikan harga jual produksi., kenaikan upah dan sebagainya. Maka manajemen kelapa sawit yang baik adalah penglolaan yang baik, terorganisir, tersusun, terarah serta terkendali dalam batas fungsi produksi yang bertumpu pada faktor-faktor sumber daya manusia (tenaga kerja), sumber daya alam (iklim, tanah topografi) dan faktor finansial (keuangan). Riska, dkk (1994).
Setelah melihat perkembangan perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia saat ini adalah semakin meningkat pada khusunya perkebunan kelapa sawit, maka dengan meperhatikan hal tersebut secara dinamisasi peru sahaan akan dapat menambah persentase permintaan tenaga kerja, dan secara langsung juga telah mendorong Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut
akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan dan memperoleh gelar D3 (ahli madya) perkebunan.
B. Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk:
1. Mempraktekan dan membandingkan teori yang di peroleh di bangku kuliah dengan praktek yang di lakukan di kebun dan di Pabrik Samuntai (pasam) PT. Perkubunan Nusantara XIII
2. Mengetahui semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari proses pemanenan sampai dengan pengolahan minyak sawit dan inti sawit.
3. Mengetahui standar mutu CPO dan Kernel di Pabrik Minyak Sawit (Pasam) Pabrik Samuntai.
C. Hasil yang Diharapkan
1. Memberi tambahan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang cara pengolahan kelepa sawit hingga menjadi CPO sesuai dengan standar internasional.
2. Setelah melalukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan mempresentasikan hasil kegiatan yang dilakukan baik pada saat di lokasi kebun maupun di pabrik kelapa sawit (PKS), selain itu mahasiswa diharapkan dapat menjalin jaringan komunikasi
yang baik kepada pihak perusahaan. Disamping dari hal diatas mahasiswa juga diharapkan dapat melaporkan situasi perusahaan tempat dimana PKL. D. Waktu dan Tempat PKL
Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (PERSERO), terhitung mulai Tanggal 1 Maret 2010 sampai Tanggal 20 April 2010. Praktek Kerja Lapang dimulai di Pabrik Kelapa Sawit Samuntai (Pasam) pada tanggal 1 Maret 2010 Sampai dengan 10 April 2010 dan pada Tanggal 11 April 2010 sampai Tanggal 15 April 2010 Praktek Kerja Lapang dilakukan di PT. Tabara Samuntai. Setelah selesai melakukan praktek kerja lapang di kebun TABARA pada tanggal 11 April 2010 s/d 15 April 2010 penulis kembali ke Pabrik Samuntai ( PASAM ).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan PTPN 13 ( PERSERO )
PT.Perkebunan Nusantara XIII (Persero) disingkat PTPN XIII adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didirikan pada tgl. 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dan akte notaris Harun Kamil, SH No.46 tanggal 11 Maret 1996 Dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman R.I melalui keputusan No. C2-8341.IIT.01.01.TII.96 tahun 1996 serta tambahan berita negara RI No. 81,Pada awal operasinya (Maret s/d Juli 1996) Kantor Direksi PTPN 13 menempati Kantor Eks. LO PTP 7 Karena gedung tersebut akan direhab maka Kantor Direksi berpindah sementara waktu ke Kantor PT. POS Indonesia selama tahun 1996 s/d 1998. Kemudian setelah pembangunan gedung Kantor Direksi yang baru selesai maka hingga saat ini Kantor Direksi PTPN 13 pindah ke Jalan Sultan Abdurrachman No. 11 Pontianak, Kalimantan Barat. PTPN 13 merupakan penggabungan dari Proyek Pengembangan 8 (delapan) Eks PTP yaitu PTP VI, VII, XII, XIII, XVIII, XXIV-V, XXVI DAN XXIX yang semuanya berlokasi di Kalimantan. PTPN 13 bergerak pada bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTPN 13 yaitu Kelapa Sawit dan Karet. Arah pengembangan Kelapa Sawit dilakukan melalui usaha horisontal dan vertikal. Pengembangan horisontal melalui perluasan areal terutama Kebun Plasma mengingat luas wilayah Kalimantan dengan iklim tropis sepanjang tahun masih
terbuka untuk memperluas areal perkebunan. Sedang pengembangan yang bersifat vertikal merupakan strategi membangun Down Stream Industry, di mana di dalamnya terdapat Industri Fraksinasi, Refinery, Oleo Kimia, dan Industri Pemanfaatan Sisa Olahan.
Dari sisi manajemen, dalam upaya mewujudkan visinya PTPN 13 melakukan Program Transformasi Bisnis (PTB) yang dicanangkan sejak Mei 2001. Salah satu produk dari PTB adalah Manajemen telah menetapkan Strategic Initiatives (SI) yang merupakan terobosan fundamental dalam upaya meningkatkan pola kerja konvensional (Business as Usual) menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan standar kelas dunia. Dalam proses Transformasi Bisnis, Strategic Initiatives menjadi penting karena menjadi pijakan untuk melakukan lompatan bisnis dalam keseluruhan operasional perusahaan. PTPN 13 berkantor pusat di Pontianak, Kalimantan Barat, sampai dengan akhir tahun ini mempekerjakan karyawan tetap dan honorer sebanyak 13 ribuan orang. Dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN 13 telah menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten. Konsisten pertumbuhan kinerja manajemen PTPN 13 bagi seluruh karyawan merupakan bekal dalam menyambut masa depan PTPN 13. Masa depan tersebut dapat diungkapkan dalam dua kata: sehat dan kelas dunia.
Dan ada juga searah laen tentang berdiri nya PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri berdasarkan
1996 tentang penyertaan modal Negara RI untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XIII (lembaran Negara tahun 1996 nomor 24) dan bergerak dibidang agribisnis dengan komoditi Kelapa sawit dan Karet.Akta Notaris Harun kamil, SH No. 46 tanggal 11-22 Juli 1996 tentang pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara 13. Berita Acara Serah Terima Asset dan Personil Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV, VIII, IX, XI, dan XII (Persero) kepada Direksi PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) tanggal 22 April 1996 di Pontianak. PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) wilayahnya meliputi Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dimana PMS Rimba Belian adalah salah satu unit usaha yang terletak di wilayah Kalimantan Barat.
Visi Perusahaan
Menjadikan PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) sebagai perusahaan Agribisnis berbasis pengetahuan (Knowledge Company) dengan standar kelas dunia.
Misi Perusahaan
Menghasilkan Produk dan Jasa Agribisnis dalam bidang Kelapa Sawit, Karet dan Produk Turunannya yang mampu bersaing di Pasar Global serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Values Perusahaan
2. Kami selalu menghasilkan Produk Berkualitas 3. Kami menghargai dan Menjunjung Tinggi Integritas
B. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit Samuntai ( Pasam )
Pabrik Minyak Sawit (PMS) Samuntai memiliki kapasitas design 60 ton TBS/jam dan dibangun diatas tanah seluas 9,2 ha yang lokasinya terletak di :
Desa : Samuntai Kecamatan : Long Ikis Kabupaten : Pasir
Propinsi : Kalimantan Timur
Produk yang dihasilkan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit dengan produksi Ton 53.780.283 CPO/tahun dan 7.854.307 Inti Sawit/tahun serta dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Anonim, 2009)
B. 1. KEBIJAKAN MUTU
1. Manajemen bertujuan menghasilkan Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit yang memenuhi spesifikasi teknis SNI 291992 (CPO) dan SNI 01-0002-1987 (Inti Sawit) serta persyaratan pelanggan.
2. Untuk hal diatas manajemen menerapkan SMM ISO 9001 : 2000.
3. Manajemen benar-benar menerapkan SMM yang diberlakukan, dipelihara, dan dikembangkan agar dapat selalu menampung perkembangan SMM dan kemajuan teknologi, serta melakukan Tinjauan
4. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dengan kompetensi tinggi untuk kelancaran pelaksanaan tugas. (Anonim, 2009)
B. 2. SASARAN MUTU 1. Umum
Manajemen berusaha memperbaiki kinerja pabrik secara keseluruhan dari kapasitas olah, mutu produk sampai pengolahan limbah dan SDM.
2 Tercapainya kapasitas kualitas hasil olahan :
CPO : ALB toran
Kernel : Kadar Air = 7 %, Kadar Kotoran
3 Tercapainya Kapasitas Pabrik secara terus menerus pada tingkat dari kapasitas terpasang.
4. Tercapainya Losses CPO
5. Tercapainya biaya olah / Kg Minyak + Inti sebesar Rp. 433,11 (termasuk biaya penyusutan)
6. Terwujudnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 )
7. Mutu Limbah : BOD 100 ppm, COD 350 ppm, TSS 250 ppm, Lemak 25 ppm, Nitrogen 50 ppm, pH 6,0 – 9,0. (Anonim, 2009)
III. RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG
1. Pengolahan Minyak Sawit
Pengolahah minyak kelapa sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain :
A Pemanenan. 1. Tujuan
Untuk memanen buah sesuai dengan kriteria matang panen agar mendapatkan jumlah TBS yang maksimal dan menjaga kualitas TBS agar tetap tinggi dan kandungan ALB cukup rendah.
2. Dasar teori
Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak setelah berumur 5,5 bulan setelah penyerbukan, dalam pemanenan perlu diperhatikan, sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik.
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen di tentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. (Fauzi. Y dkk, 2008).
buah, persentase produksi, dan kondisi CPO yang akan dihasilkan sesuai anggaran yang sudah direncanakan. ( Pahan. 2000).
Pemanenan dilakukan di kebun TABARA dengan menilik hasil pengamatan berdasarkan fraksi buah / tingkat kematangan buah. TBS dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria yaitu fraksi 1, 2 dan 3. Dasar kriteria ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan Umur Tanaman Menghasilkan Jumlah Brondolan di Piringan < 10 Tahun 5 10 Sumber : Risza 2004
Perbandingan persentase jumlah berondolan tiap fraksi dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan.
Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan 00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih
hitam
0 Mentah Berondolan 1% – 12,5% buah
luar
1 Kurang Matang Berondolan 12,5% – 25% permukaan luar
2 Matang I Berondolan 25% – 50%
permukaan luar
3 Matang II Berondolan 50% – 75%
permukaan luar
4 Lewat Matang I Berondolan 75% – 100% 5 Lewat Matang II Buah dalam ikut
memberondol
6 Tandan Kosong Semua buah membrondol, busuk
Kriteria matang panen untu mengetahui banyaknya minyak dalam tiap tandan buah kelapa sawit dan juga untuk mengetahui kualitas buahnya maka perlu diketahui keadaan TBS yang masuk kepabrik.
Untuk keperluan ini maka diperlukan sortasi sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam delapan fraksi:
1. Fraksi 00 - Sangat Mentah
Tidak ada buah yang lepas dari tandan atau membrondol dan buah sawit masih berwarna hitam.
2. Fraksi 0 - Mentah
Untuk tandan yang beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 10 brondolan, sedangkan tandan yang beratnya dibawah 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 5 brondolan.
3. Fraksi 1 – Kurang Matang
Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jumlah buah yang membrondol lebih 10 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar, sedang tandan yang beratnya 10 kg jumlahbuah yang membrondol 5 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar.
4. Fraksi 2 - Matang I
25-50 % buah lapisan luar telah membrondol 5. Fraksi 3 - Matang II
6. Fraksi 4 – Lewat Matang I
75-100 % buah lapisan luar telah membrondol 7. Fraksi 5 - Lewat Matang II
Buah dalam sudah ada yang ikut membrondol 8. Fraksi 6 - tandan kosong
Buah telah habis memberondol sehingga hanya tersisa hanya tandan yang telah membusuk
3. Alat dan Bahan a. Alat 1. Dodos 2. Egrek 3. Parang 4. Argo 5. Karung 6. Kapak panen 7. Gancu 8. Ikat eggrek 9. Pipa eggrek 10. Pikulan 11. Alat tulis
b. Bahan
1. Tandan Buah Segar ( TBS ) 2. Brondolan
4. Prosedur kerja
1. Dalam proses pemanenan alat dodos yang biasanya dilakukan untuk pohon sawit yang yang mempunyai ketinggian rata-rata 2-5 meter dipanen dengan cara jongkok, tanaman yang memiliki ketinggian 5-10 meter dipanen dengan cara berdiri alat yang digunakan dalam proses ini adalah kapak siam, sementara untuk tanaman yang memiliki ketinggian rata-rata diatas 10 meter menggunakan alat egrek/arit bergagang panjang.
2. Mandor panen harus menghitung jumlah tandan yang akan di panen sehari sebelum kegiatan panen berlangsung
3. Tandan yang di potong adalah tandan yang sudah memenuhi kriteria matang panen
4. Semua tandan yang telah matang harus segera di panen.
5. Brondolan yang jatuh ke tanah di kutip dan di kumpulkan setelah di bersihkan dari sampah
6. Brondolan yang bersih di tumpuk di TPH dengan alas goni atau di masukan ke dalam karung
7. Pelepah yang telah di potong harus di kumpulkan agar pelepah nantinya tidak mengganggu proses pemenenan
8. TBS yang sudah panen di kumpulkan dengan menggunakan pikulan ke TPH yang berada di pinggir jalan.
5. Organisasi Panen
Di PTP. Nusantara XIII pada umumnya adalah 5/7 dan 6/7 dengan rotasi 7 hari yang artinya :
5/7 = panen dilaksanakan selama buah yang terdapat pada tandan telah membrondol.
Di PTP. Nusantara XIII dilakukan ancak panen sehari sebelum di lakukan panen. Ancak panen dapat ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Penentuan ancak panen didasarkan pada kondisi topografi lapangan. 2. Areal berbukit dan rendahan dilaksanakan dengan sistem ancak giring. 3. Areal datar dilaksanakan dengan sistem ancak tetap/ladang.
4. Persentase panen yang dilaksanakan 5 hari dalam 7 hari. 5. 6/7 = panen dilaksanakan selama 6 hari dalam 7 hari. 6. Hasil yang di capai
Hasil yang di dapat dari pemanenan berupa tandan buah segar dan brondolan yang siap di angkut ke pabrik untuk proses lebih lanjut atau diolah menjadi minyak. Adapun kriteria matang panen yang di tentukan
oleh pihak pabrik yaitu dapat dilihat pada tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan yang terdapat dipenjelasan diatas.
B. Penimbunan TBS di Loading Ramp dan Lori. 1) Tujuan
a) Kapasitas loading ramp pada perusahaan PTP. Nusantara XIII (Persero) di samuntai yaitu 30 Ton sedangkan kapasitas Lori dalam 1 buah sebasar 2,5 ton/TBS, lori yang sudah terisi penuh diperkirakan rata-rata 30 ton
b) Menampung semua TBS dan brondolan yang telah di grading atau sortasi sebelum di isi kedalam lori.
2) Dasar Teori
TBS pada loading ramp tidak boleh ditahan terlalu lama karena enzim-enzim lipase (enzin pembentuk asam) akan lebih aktif kerjanya pada TBS yang belum direbus, apalagi jika buah tersebut luka atau terlalu matang (over ripe), sehingga aktifitas enzim akan bertambah cepat, dan akan menaikkan kadar FFA (Free Fatty Acid) pada CPO. untuk mengurangi kecepatan aktifitas enzim maka bisa diterapkan seperti prinsip FIFO (First In First Out) dalam pendistribusian TBS kedalam lori. ( Olivia, 2006 )
Setyamidjaja (2003) juga menambahkan bahwa sesampainya buah dipabrik, buah harus segera ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5-5 ton setiap lori. Lori merupakan komponen pendukung di stasiun penerimaan TBS, gunanya adalah sebagai alat angkut atau tempat TBS yang akan direbus. Lori terbuat dari besi yang pada bagian bawah dan dindingnya berlubang. Fungsi lubang lori adalah untuk memudahkan keluarnya uap dan air hasil perebusan, serta agar TBS tersebut dapat merata matangnya. Pengisian lori harus sesuai dengan kapasitasnya, jika pengisian kurang maka akan mempengaruhi kapasitas olah pabrik, sehingga merugikan biaya produksi. ( Pahan, 2000).
3) Alat dan bahan 1) Alat : a. Gancu b. Lori c. Tojok d. Mobil pengangkut, e. Loading Ramp
f. Pintu penggerak Hidrolik Pump. 2) Bahan
a. Tandan buah segar ( TBS ). b. Brondolan
4) Prosedur Kerja
a. Lakukan penimbangan terhadap mobil pengangkutan
b. Setelah proses penimbangan di lakukan mobil pengangkut menuju ke loading ramp.
c. Setelah itu TBS yang ada di mobil pengangkutan di jatuhkan di loading ramp menggunkan gancu
d. Setelah loading ramp penuh, kemudian pintu loading ramp dibuka agar TBS masuk ke lori-lori yang telah disediakan, sebelum lori menuju ke proses perebusan. Adapun prosedur kerja menurunkan TBS dari loading ramp dengan menggunakan pintu penggerak hidrolik pump adalah :
1) Tekan breaker pada posisi On. 2) Hidupkan Hydrolic Pump
3) Tarik/tekan handle penggerak hidrolik untuk membuka dan menutup pintu loading ramp
4) Buka dan tutup pintu sedikit-sedikit agar buah tidak meluncur terlalu banyak dan terlalu cepat jatuh ke lori.
5) Tutup kembali pintu loading ramp apabila isis lori sudah cukup 6) Isi kan TBS ke lori secara FIFO.
5) Hasil yang di capai
Dengan adanya loading ramp sendiri memudahkan untuk mendistribusikan buah kedalam lori sebelum dilakukan perebusan. Kapasitas loading ramp pada perusahaan PTP. Nusantara XIII (Persero) di samuntai Ternyata telah mencapai kapasitas yang tentukan yaitu 30 Ton dengan kapasitas Lori dalam 1 buah sebasar 2,5 ton/TBS, lori yang sudah terisi penuh diperkirakan rata-rata 30 ton, daya tampung dari loading ramp yang memiliki 12 pintu.
C. Transportasi buah.
a. Tujuan Transportasi buah
Untuk memudahkan mengangkut semua TBS yang telah di panen yang jumlah angkutan nya mencapai 1-2 ton untuk mobil pick up, sedangkan 7-8 ton untuk mobil truk untuk dibawa menuju ke pabrik agar kandungan ALB (asam lemak bebas) pada minyak sawit tidak tinggi.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003), buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas/ALB (free fatty acid) tinggi
Buah yang telah dipanen harus segera dikumpulkan dan diangkut ke TPH yang terdekat. Tandan-tandan tersebut disusun rapi di TPH dan kemudian
diangkut mobil ke pabrik. Truk mulai mengangkut TBS sekitar jam 9.00 pagi ke pabrik, semakin dekat lokasi dengan pabrik maka akan semakin cepat pula mobil tersebut sampai ke pabrik.
Pengangkutan dari kebun ke pabrik berpengaruh terhadap mutu TBS yang diterima pabrik. Buah kelapa awit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera dapat diolah, buah yang tidak segar jika diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar ALB tinggi. Untuk menghindari terbentuknya ALB pengolahan akan segera dilakukan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. ALB pada kelapa sawit diakibatkan oleh kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemprosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang sangat aktif yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol bilamana struktur buah matang tersebut rusak.
Buah kelapa sawit yang sudah matang dan segar mengandung 0,1 % asam lemak. Tetapi buah – buah pecah atau memar dapat mengandung ALB sampai 50%, hanya dalam beberapa jam saja. Bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam 24 jam kandungan ALB dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya ALB buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu 90oC-100oC sebelum pelepasan daging buah. Dengan cara ini asam lemak yang terbentuk akan sedikit saja.
Adapun cara untuk menghindari terbentuknya ALB tersebut, pengangkutan buah kepabrik harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dan secepat mungkin. Oleh karena itu buah dari kebun harus segera diangkut dengan alat angkutan yang tepat dan dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya ( Anonim, 2009 ).
c. Alat dan bahan 1) Alat : a. Truk angkut/pick up b. Jojok c. Gancu. d. Karung. 2) Bahan. 1. TBS hasil panen. 2. Brondolan d. Cara Kerja
1. Setelah buah selesai dipanen dan diangkut ke pinggir jalan angkut, maka truk/pick up yang bertugas mengangkut TBS langsung mengumpulkan TBS di jalur jalan angkut, untuk dibawa ke pabrik agar seegera mungkin di olah di pabrik.
2. Pengangkutan dilakukan dengan dengan mobil truk dan pick up yang masing-masing berkapasitas 7-8 ton untuk truk, dan 1,5-2,5 ton untuk
pick up. Di pabrik, sebelum buah dibongkar di loading ramp, truk pengangkut harus melalui proses penimbangan terlebih dahulu.
e. Hasil yang dicapai
Dengan adanya cara ini dapat memudahkan proses pengangkutan apabila dalam keadaan cuaca yang buruk atau terjadi hujan dan jalan akan menjadi licin dan susah untuk dijangkau truk yang bermuatan besar, di perkebunan TABARA untuk menanggulangi masalah ini di sediakan pick up untuk melangsir buah yang terdapat pada medan yang susah untuk di jangkau tersebut. Sebenarnya semua kendala-kendala yang sering diahadapi oleh perusahaan tersebut adalah merupakan faktor utama dalam keberhasilan perusahaan, apabila jalan poros sudah baik atau sudah beraspal, maka kemungkinan besar buah akan cepat terangkut dan tingkat kehilangan minyak pada buah pun akan rendah, sehingga kerugian dalam proses selanjutnya akan sedikit terhindari.
D. Penerimaan buah dan sortasi.
a) Tujuan Penerimaan Buah dan Sortasi buah.
1) Menerima dan menyortasi kembali TBS yang telah masuk ke dalam pabrik pengolahan minyak sawit.
3) Memastikan bahwa buah yang diolah adalah buah yang bermutu baik yakni pada buah normal dengan fraksi 1, 2, dan 3.
b) Dasar Teori
Buah yang akan diproses harus memiliki tingkat kematangan buah yang cukup atau sesuai dengan standarnya. Sehingga apabila hasil grading tidak sesuai dengan standart tingkat kematangan buah yang diolah, maka pihak pabrik berhak memberikan peringatan terhadap pihak kebun, khususnya pemanen. ( Olivia, 2006 )
c) Alat dan bahan
1. Alat : Gancu, tojok, Argo, skop, alat tulis menulis, ember, jembatan timbang (Weigh Bridge).
2. Bahan : Tandan Buah Segar ( TBS ) dan Brondolan. d) Cara Kerja
Setelah truk pengangkut buah melalui proses pengangkutan dan penimbangan, buah akan di bongkar diloading ramp untuk dilakukan proses sortasi pada waktu yang bersamaan dengan pembongkaran buah. Di Pabrik Samuntai ( PASAM ) terdapat 2 ( dua ) buah loading ramp, yang pertama loading ramp bagian timur dikhususkan untuk penimbunan buah dari kebun plasma, disini pada waktu pembongkaran buah langsung di sortasi oleh petugas sortasi, sementara untuk loading ramp bagian barat
dikhususkan untuk penimbuanan buah dari kebun inti, disini tidak lagi dilakukan sortasi karena buah telah di sortasi oleh krani muat pada waktu buah akan dimuat ke truk, kecuali yang terlewat dan terlihat oleh petugas. e) Hasil yang dicapai
Menurut PTP. Nusantara XIII penerimaan buah dan sortai sangat penting dilakukan karena dengan adanya proses tersebut maka, pihak perusahaan akan mengetahui buah-buah yang matang dan tidak matang dan ada juga yang kelewat matang (busuk). Sedangkan apabila di perusahaan tersebut mengetahui bahwa buah yang dibawa tidak memenuhi kriteria maka akan di kenakan denda (sanksi) yang telah di sepakati sebelumnya. Adapun kriteria yang di tentukan di dalam pabrik PASAM adalah : Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan
00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih hitam
0 Mentah Berondolan 1% – 12,5% buah
luar
1 Kurang Matang Berondolan 12,5% – 25% permukaan luar
2 Matang I Berondolan 25% – 50%
permukaan luar
3 Matang II Berondolan 50% – 75%
permukaan luar
4 Lewat Matang I Berondolan 75% – 100% 5 Lewat Matang II Buah dalam ikut
memberondol
6 Tandan Kosong Semua buah membrondol, busuk
Sehingga apabila mendapatkan kriteria matang panen yang telah ditentukan diatas yanitu fraksi 1, 2, dan 3 maka di dalam penyortiran di loading ramp tidak dilakukan lagi. Adapun cara untuk menghitung persentase kematangan buah setelah pamanenan seperti rumus berikut: Rumus :
Jumlah buah yang disortir - Total jumlah seluruh janjangan x 100% Target yang di dapat per orag
% Total buah normal / 1 truk = 727-350 x 100 % 650
= 58 kg
Biasanya rata-rata muatan truk mini atau mobil pick up yaitu sebanyak 350 janjang per muatan, sedangkan 727 Ha menyatakan luas kebua TABARA yang dalam 1 Ha mencapai 121 Pokok pohon kelapa sawit.
E. Perebusan. a) Tujuan
1. menonaktifkan/Menghentikan aktifitas enzim yang terdapat di dalam buah.
2. Melunakkan daging buah.
3. Menghentikan naiknya kandungan ALB pada buah.
4. Memudahkan proses penebahan/pelapasan berondolan dari tandannya. 5. menghitung jumlah TBS yang di olah setiap hari.
b) Dasar Teori
Proses perebusan dengan menggunakan uap (steam) adalah untuk merebus TBS dengan cara perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi ada 2 peristiwa perpindahan yaitu perpindahan panas secara konveksi (dari uap ke brondolan), dan perpindahan panas secara konduksi yaitu panas atau kalor masuk ke dalam kernel dan lapisan bawah dari TBS. ( Olivia, 2006 ) Sterilizer adalah merupakan alat atau media perebusan TBS yang berbentuk tabung/slinderis dengan kapasitas tampung lori 4 buah atau sekitar 40 ton. Tabung Sterilizer terbuat dari plat timah, aluminium dan campuran seng steinlees, sehingga pada saat terjadi perebusan kemungkinan besar tidak akan terjadi kontaminasi dari tabung tersebut. (Pahan, 2000).
Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan bantuan transfer carriage/tombol suplay, dan seleng. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8-3 kg/cm2. Setiap ton TBS memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap. Tekanan uap harus berada antara 2,8-3 kg/cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90 menit. Selanjutnya gunakan sistem perebusan triple peak. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan
bermacam-macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar (Risza, 2004).
c) Alat dan bahan 1) Alat
a) Sterilizer 3 buah b) Lori
c) Transfer carriage d) Seleng Penarik Lori 2) Bahan
a) TBS b) Brondolan d) Cara kerja
TBS yang telah ditimbun di loading ramp dan telah melalui proses sortasi oleh petugas sortasi dimasukkan ke dalam 12 buah lori yang berkapasitas 2.5 ton/lori, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam ketel perebusan untuk selanjutnya dilakukan proses perebusan. Di PASAM terdapat 3 (tiga) buah sterilizer, yang masing-masing mampu merebus sebanyak 12 buah lori sekali masuk. Perebusan dilakukan untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tandan serta untuk
menghentikan kerja enzim-enzim. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 (tiga) puncak (Triple Peak System).
Grafik 1 : grafik sistem 3 puncak (Triple Peak System) e) Hasil yang dicapai
Dari proses perebusan yang baik diperoleh buah yang memiliki kandungan air yang rendah, buah mudah lepas dari tandan, dan sedikit buah yang masih tertinggal di tandan.
Bila kapasitas lori 2,5 ton, sedangkan kapasitas steriliser 12 lori dan jumlah sterilizer ada 3 buah maka banyaknya buah dalam sekali proses adalah:
= 2,5 x 12 x 3 = 90 ton
Dengan asumsi bahwa perebusan berlangsung selama 90 menit, maka dalam sehari banyaknya buah yang direbus adalah :
16 60 24jamx menit kali proses 2,0 1,0 20 7,5 Kg/cm 2 45-65 menit 0,5 1,5 5 3,0
= 16 kali proses x 90 ton = 1.440 ton TBS yang direbus dalam sehari.
F. Penebahan buah. a. Tujuan
Untuk melepas berondolan dan buah dari tandannya dan memudahkan proses pelumatan dan pengepresan pada stasiun pressing. Mempercepat proses pentransferan buah, dan brondolan yang sudah di rebus dari Sterilizer.
b. Dasar Teori
Threshing adalah proses pelepasan brondolan dari janjang atau tandannya dengan cara membanting TBS yang sudah direbus tersebut di dalam drum (slinder) yang berputar (thresher). Brondolan yang lepas akan lewat pada kisi-kisi thresher kemudian dibawa ke stasiun press oleh conveyor dengan bantuan elevator. Sedangkan janjang kosong akan dibawa ketempat pembuangan dengan bantuan Empty Bunch Conveyor (EBC). Putaran yang digunakan adalah 14 – 15 rpm. ( Olivia, 2006 )
Setelah proses perebusan buah (sterilisasi) segera dilakukan pelepas buah dari tandan dengan mesin perontok buah berupa bejana silinder (berputar 25-35 rpm). Pada proses ini kehilangan masih mungkin terjadi karena buah terbanting dalam mesin perontok buah dan mengeluarkan minyak yang dapat diserap oleh tandan kosong. Buah yang lepas diangkut
ke stasiun penggilingan (digester) melalui fruit elevator. Sedangkan tandan kosong dibawa ke kebun digunakan sebagai pupuk.
Tippler adalah sebagai pengganti hoisting crane crane untuk membalikkan lori, hanya saja kapasitas lori yang digunakan pada sistem ini antara 5 sampai 10 Tandan Buah Segar. Guna pembalikan ini adalah untuk menuangkan lori agar cook fruit bunch diangkut dengan cook fruit bunch scraper menuju ke atas drum trhesser. Kemudian diumpan langsung ke drum stripper (auto feeder).
Risza (2004), menjelaskan bahwa setelah perebusan, lori ditarik keluar, kemudian diangkut ke atas dengan hoisting crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (berondolan) jatuh ke bawah dan melalui conveyor serta elevator dibawa menuju ketel adukan (digester).
c. Alat dan bahan 1. Alat
a. Lori
b. Hosting Crane c. Thresser
e. Fruit Elevator
f. Empty Bunch Conveyor ( EBC ) g. Transfer Carriage.
2. Bahan
a) TBR ( Tanda Buah Rebus ) b) Brondolan yang telah direbus d. Cara Kerja
1) TBS direbus dalam sterelizer selama 90 menit.
2) Setelah TBS selesai di rebus, TBS yang yang berada di lori-lori di tarik keluar dari sterelizer menggunakan transfer carriage.
3) Buah diangkat dengan alat hosting crane menuju ke auto feeder tujuannya adalah untuk menampung buah rebus sebelum dilakukan proses selanjutnya.
4) Buah dijatuhkan ke mulut Auto feeder sebelum masuk ke dalam thresser, sehingga saat buah jatuh maka proses penebahan atau proses pelapasan buah dari tandan nya telah dimulai.
5) Buah dimasukkan ke mesin perontok/penebah atau sering juga disebut dengan alat thresser.
6) Buah yang telah terlepas dari tandan akan jatuh melalui sekat-sekat/lubang-lubang yang berada di dalam thresser dan akan ditampung oleh Conveyor Under Thresser sebelum dibawa oleh fruit elevator untuk di transfer ke stasiun kempa/dibawa ke mesin pelumat (digester).
7) Setelah biji terlepas dari tandanya, maka tandan kosong nya akan dibawa ke tempat penimbunanan sementara melalui Empty Bunch Coveyer ( EBC ) atau nama lain yang sering digunakan di perusahaan PTP. Nusantara XIII (persero) adalah “Krapyak”.
8) Ada juga tankos tadi dibawa ke Incenator( tempat pembakaran tankos) dan kemudian abunya digunakan sebagai pupuk pada pohon kelapa sawit.
e Hasil yang dicapai
Pada perusahaan yang kami lakukan PKL yaitu di PTP. Nusantara XIII ( PERSERO ) di desa Samuntai memiliki kapasitas alat penebah yaitu sebesar 30 ton TBS dan kapasitas lori sebesar 2,5 ton TBS. sedangkan proses penebahan harus berlangsung sempurna sehingga tidak ada lagi berondolan buah yang masih melekat pada tandan. Kecepatan putaran yang digunakan dalam mesin ini adalah (berputar 25-35 rpm).
G. Pelumatan buah. 1. Tujuan
Memudahkan proses pelumatan dan pengepresan buah pada stasiun pressing sehingga daging buah dapat terpisah dari biji sawit dengan sempurna.
2. Dasar Teori
1) Pelumat buah (digester)
Ketel adukan (Digester) berfungsi untuk melumatkan buah masak sehingga daging buah terpisah dari daging.
Menurut Anonim (2009) Digester merupakan pengadukan brondolan dari Thresher sampai homogen. Screw Press merupakan pengepressan terhadap brondolan yang homogen untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan Nut yang pecah minimal.
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk ( stirring arms ) sebanyak 6 tingkatan yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau di bagian atas digunakan untuk mengaduk dan melumatkan sedangkan pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong brondolan keluar dari digester.
Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian daging buah telah terlepas dari dagingnya. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90-95oC dengan menggunakan uap jenuh yang bertekanan 3 kg/cm2
Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai melebihan 100
yang diinjeksikan langsung. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau digester.
0
2) Alat pengempa (screw press)
C karena apabila itu terjadi maka minyak dan air akan bersatu sehingga akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak nantinya. (Siahaan. Dkk, 2007)
Berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Mengekstrasi minyak (Crude
Oil) semaksimal mungkin dan Nut pecah seminimal mungkin.
3) Pemecah ampas kempa (Cake Breaker Conveyor)
Berfungsi untuk memecah cake yang menggumpal dari hasil pressan, sehingga serat (fiber) dan biji (nut) dapat terpisahkan. 4) Penyaring getar (Vibrating Screen)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah :
a. Sebelum saringan getar dioperasikan, pastikan tidak ada saringan yang robek.
b. Buang semua sampah yang tertinggal di saringan. c. Hidupkan dulu conveyor baru vibrating screen. d. Bersihkan lingkungan kerja dari ceceran minyak.
e. Saringan harus bersih dari ampas sebelum saringan getar dimatikan.
f. Pada posisi saringan berhenti maka isolating valve pada posisi tertutup.
3. Alat dan bahan a) Alat
1. Fruit Distributing Conveyer 2. Digester
3. Conveyer Under Thresser 4. Screw Press
5. Bottom Cross Conveyer 6. Fruit Elevator
b) Bahan
1. TBR ( Tanda Buah Rebus ) 2. Brondolan yang telah direbus 4. Cara Kerja
a) Buah dari thresser yang selesai dipisahkan dari tandan, langsung dibawa conveyor under thresser.
b) kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bottom cross conveyor c) lalu dilanjutkan ke Fruit Elevator untuk dibawa oleh Fruit
Distributing Conveyor yang akan mendistribusikan buah ke stasiun kempa.
d) Disini buah dimasukkan ke digester untuk dilakukan pencacahan buah atau pelumatan buah dengan menggunakan pisau pengaduk buah. Pisau pengaduk ini berfungsi untuk merajang hingga buah terlepas antara daging dan biji, yang akan dibawa ke Screw Press untuk proses ekstraksi minyak.
e) Suhu digester harus dijaga pada suhu 900C-950
5. Hasil yang dicapai
C agar proses berjalan lancar dan maksimal.
ton, masing-masing mempunyai 3 biji untuk digester dan 3 biji untuk screw press, apabila ingin mengetahui setiap kapasitas masing-masing alat berarti perhitungannya adalah :
= 10 ton : 3 unit = 3,3 ton/unit.
Berarti dalam setiap masing-masing alat yang ada di perusahaan tersebut mempunyai kapasitas alat sebesar 3,3 ton/unit dari alat digester maunpun alat screw press. Tetapi dalam kenyataan yang didapat di lapangan ternyata minyak yang didapat tidak mencapai 10 ton itu disebabkan oleh alat yang tidak berjalan sempurna dalam memisahkan minyak kasar dan lumpur yang terbawa ke fat-pit dan juga karena alat pada perusahaan ini sudah terlalu tua sehingga tidak memungkinkan unuk digunakan karena mesin yang ada di PTP. Nusantara XIII sering rusak sehingga proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak berjalan dengan sempurna.
H. Ekstraksi Minyak 1. Tujuan
1. Memisahkan antara minyak kasar dengan pasir dan cangkang halus. 2. Memudahkan proses pemurnian minyak.
2. Dasar Teori
Setyamidjaja (2003), menuliskan bahwa minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan-bahan
lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi.
Ada tiga alat yang berperan penting dalam klarifikasi yaitu: 1) Vibrating screen
Fungsi vibrating screen yaitu untuk memisahkan kotoran yang lolos dari sand trap tank dengan ayakan 20 mesh dan 40 mesh.
Cairan dari sand trap tank dialirkan ke ayakan getar. Setiap kotoran yang lebih besar dari 20 mesh, akan dikeluarkan bertahap dari ayakan.
2) Crude oil tank
Fungsi dari crude oil tank yaitu untuk menampung sementara cairan minyak kasar hasil ayakan dan penambahan suhu cairan melalui pipa uap pemanas injeksi sekaligus membuang pasir halus yang dapat diendapkan sebelum dikirim ke continuous settling tank.
Cairan minyak kasar dari ayakan dialirkan ke crude oil tank sisi pertama, kemudian cairan dari sisi pertama over flow ke sisi sekat kedua dan over flow kembali ke sekat ketiga. Pasir atau material lain yang mengendap pada sisi pertama dan kedua dapat dibuang melalui kran penguras dan pemanasan dilakukan pada sekat pertama dengan injeksi uap panas.
Fungsi clarifier tank ialah sebagai alat pemisah minyak dengan sludge dengan cara pengendapan.
Proses pengendapan dan pemisahan minyak dari kotoran di stasiun klarifikasi bardasarkan prinsip gaya sentrifugal dan berdasarkan berat jenis. Minyak dengan berat jenis lebih kecil bergerak keatas over flow masuk ke skimmer oil dan ditampung di wet oil tank. Sedangkan sludge dengan berat jenis lebih berat bergerak secara over flow ke sludge tank.
3. Alat dan Bahan a) Alat
1. Screw press 2. Sandtrap
3. Vibro screen/ Vibrating screen 4. Crude oil tank
5. CBC ( Cake Breaker Conveyer ) b) Bahan
a. Crude oil b. Sludge c. Biji
4. Cara Kerja
a. Setelah buah mengalami proses pelumatan melalui digester, kemudian buah langsung di transfer/dikirim ke dalam alat pengepresan dengan menggunakan screw press tujuannya adalah untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut).
b. Dari alat pengepresan akan dihasilkan minyak kasar dan serat bercampur biji sawit, tapi diproses kali ini hasil yang didapat oleh proses pengepresan ini tanpa memecahkan inti sawit sehingga inti yang dihasilkan masih utuh.
c. Minyak kasar akan masuk ke dalam saluran pipa minyak yang menuju ke crude oil tank sedangkan serat yang bercampur biji akan masuk ke dalam CBC (Cake Breaker Conveyor).
d. Kemudian minyak tadi akan masuk ke dalam sand trap tank. Sand trap tank ini sendiri bertujuan untuk memisahkan antara minyak kasar (crude oil) dengan pasir dan cangkang halus.
e. Kemudian crude oil akan masuk lagi ke vibrating screen (saringan bergetar) yang terdiri atas dua tingkat yakni 20 mesh dan 40 mess. Tujuan dari alat ini juga untuk memisahkan crude oil ( minyak kasar ) dari fibre halus (ampas) yang masih terikut oleh alat tersebut.
5. Hasil yang dicapai
Kapasitas mesin press adalah 10 ton. Bila kapasitas olah pabrik 60 ton/jam. Berarti : = 120 10 24 60 ton jam x ton kali
Jadi seharusnya dalam sehari mesin press akan beroperasi maksimal 120 kali/hari. Tetapi dalam kenyataan yang didapat di lapangan ternyata mesin press yang beroprasi tidak mencapai 120 kali itu disebabkan oleh alat pada perusahaan ini sudah terlalu tua sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan karena mesin yang ada di PTP. Nusantara XIII sering rusak sehingga proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak berjalan dengan sempurna.
I. Pemurnian Minyak 1. Tujuan
Memisahkan antara minyak kasar dengan air dan lumpur sebelum disimpan ke tangki timbun (storage tank) sehingga nantinya setelah minyak dapat di jual ke perusahaan lainnya salah satunya yaitu perusahaan Alam Raya (AR).
2. Dasar Teori
Risza (2004). Menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO).
Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal, dan pemanasan/penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun ( Storage Tank ).
3. Alat dan Bahan o Alat
a. Crude oil tank b. Sludge oil tank
c. CST ( continue settling tank ) d. Purifier Tank
e. Vacuum Dryer f. Oil Tank o Bahan
a. Minyak Sawit ( Crude Oil ) 4. Cara Kerja
a. Setelah dipisahkan dari daging buah, minyak kasar di saring dengan vibro energizer untuk menyaring sisa-sisa serat yang kecil,
c. untuk disalurkan ke CST (Continous Setling Tank) untuk dilakukan proses pengendapan, di CST minyak kasar akan di pisahkan antara lumpur dan pasir serta kotoran – kotoran lainnya.
d. Minyak yang berada di bagian bawah langsung dialirkan ke Sludge Oil Tank, untuk dilakukan proses sentrifugasi/pemisahan antara kotoran (pasir, lumpur, air) dengan minyak, dengan menggunakan alat yang bernama strainer dan pre cleaner.
e. selanjutnya diteruskan pada sludge separator, minyak yang dihasilkan dari sludge separator akan ditampung di tangki sementara untuk kemudian dialirkan kembali ke CST, untuk kotoran yang tersaring dikumpulkan di Sludge Oil Recovery ( Fat-pit ) untuk mengutip minyak yang tersisa. Minyak yang tersisa akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel skala pabrik.
f. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke Oil Tank untuk diproses dengan menggunakan Oil Purifier untuk proses pemurnian minyak
g. selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan Vacum Dryer.
h. Kemudian minyak yang dihasilkan dari vacum drier ditampung menggunakan weighing machine untuk dialirkan ke oil storage tank /
tangki timbun dan kemudian diangkut ke IT3M (Instalasi Tangki Timbun Tanah Merah).
5. Hasil yang di capai
Di PTP. Nusantara XIII Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian adalah minyak yang siap disimpan di dalam tangki timbun dan telah siap untuk dipasarkan. Minyak yang dihasilkan masih dalam bentuk minyak sawit kasar (crude palm oil). Biasanya minyak sawit yang telah selesai diproses akan di kirim ke berbagai tempat salah satu nya Perusahaan yang bernama Alam raya ( AR ) yang bertempat di daerah grogot tapi dalam bentuk produk setengah jadi yaitu minyak sawit kasar.
J. Penyimpanan Minyak /CPO 1. Tujuan
Menampung sementara CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan ALB CPO yang di simpan tidak naik. Di PMS Samuntai sendiri memilki 2 unit Oil Storage Tank, yang masing-masing mempunyai kapasitas sebesar 2000 ton/unit
2. Dasar Teori
Menurut Naibaho(1998), bahwa penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan
menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi dan penyimpanan perlu di lakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Minyak ini di tampung dalam tangki-tangki penampungan dan sudah siap di jual kepada konsumen (Setyamidjaja, 2003)
3. Alat dan bahan 1) Alat
a. Oil Storage Tank 2) Bahan
a. Crude palm oil ( CPO ) 4 Prosedur Kerja
a) Pipa minyak sawit dari oil transfer tank ke dalam tangki timbun b) Pisahkan penimbunan minyak sawit yang sesuai standar.
c) Buka kran uap pemanas hingga suhu minyak sawit dalam tangki timbun mencapai 50-550
d) Pastikan pipa pemanas tidak dalam keadaan bocor.
C, agar minyak di dalam tangki timbun ( Oil Storage Tank ) tidak mengendap.
e) Lakukan analisa mutu minyak sawit setiap hari, setiap 2 jam sekali agar tujuannya untuk mengetahui kandungan ALB pada minyak tidak naik.
f) Cek isi didalam tangki timbun setiap hari untuk mengetahui hasil produksi minyak dengan cara : Meteran, thermometer, ampher dan alat sampling.
g) Tutup kran inut dan Out lat tangki timbun melalui menhok sampai kemeja ukur, dan catat ke dalam CPO dan tangki timbun, ulangi pengukur isis CPO selama 3 kali.
h) Ukur suhu dibagian atas, tengah, dan bawah tangki bila tangki timbun penuh, ukur juga suhu bagian bawah dan atas apabila isi tangki setengah namun ukur suhu dibagian tengah jika ketinggian isi tangki timbunan hanya 3 meter.
5 Hasil yang dicapai
Dengan adanya oil storage tank/tangki timbun ini agar minyak yang dihasilkan dapat di tampung terlebih dahulu sebelum dijual. Tapi dengan adanya alat ini juga dapat menjaga kandungan ALB pada CPO yang di simpan tidak naik.
2. Pengolahan Inti Sawit
Pengolahan inti sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain :
1) Pemisahan biji dan ampas. a. Tujuan
Untuk menghasilkan inti sawit sebelum diolah menjadi minyak inti sawit (PKO) serta untuk mengolah ampas yang terdiri dari serabut dan biji. b. Dasar Teori
Sisa pengepresan, yang berupa ampas, dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya, digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat-serat dan bahan-bahan lain yang kering dan ringan terhembus ke luar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk dipakai sebagai bahan bakar ketel uap (Setyamidjaja, 2003).
c. Alat dan Bahan 1) Alat
a. CBC (cake breaker conveyor) b. Depericarper
c. Blower
e. Cyclone 2) Bahan
a. Serat pressan b. Biji
d. Cara Kerja
1. Ampas yang masih bercampur dengan biji yang berasal dari mesin pengepres akan melewati CBC (Cake Brake Conveyor).
2. Gumpalan ampas bercampur biji akan dipecah oleh pisau-pisau pada CBC.
3. Kemudian ampas dan biji akan masuk ke dalam depericarper.
4. Di dalam depericarper serat dicacah sehingga akan menjadi lebih halus dan akan terisap ke atas oleh blower dan akan terhembus keluar oleh cyclone.
5. Sementara biji akan terbawa ke polishing drum untuk dibersihkan dari serat/ampas dan kotoran yang masih ikut terbawa.
e. Hasil yang dicapai
Agar biji dapat terpisah dari ampasnya, sehingga memudahkan agar nantinya biji tadi dapat dipecah menggunakan ripple miil, tetapi biji yang yang didapat telah bersih dari serat. Sehingga biji tadi dapat di proses lebih
lanjut lagi untuk di ambil intinya. Sedangkan serabutnya di jadikan bahan bakar ketel uap.
2) Pemeraman. a. Tujuan
Mengeringkan biji agar lebih mudah dipecah saat berada di ripple mill sehingga proses selanjutnya akan lebih mudah lagi.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003), biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya
c. Alat dan bahan 1. Alat a. Silo Notten b. Ripple mill c. Polishing Drum d. Destoner e. Blower
f. Airlock Dust Cyclone 2. Bahan
a. Biji d. Cara Kerja
1. Biji dari polishing drum akan masuk ke dalam destoner untuk dipisahkan dengan kotoran berat yang terikut.
2. Kemudian biji akan terisap keatas oleh blower.
3. Lalu biji akan masuk ke dalam Airlock Dust Cyclone yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur masuknya biji ke dalam silo ( Silo Inti ). 4. Lalu biji akan masuk ke dalam silo notten yang berfungsi sebagai
tempat pemeraman/penampungan biji sementara agar nantinya biji lebih mudah dipecah di Ripple Mill
e. Hasil yang dicapai
Dalam proses ini hasil yang didapat berupa biji yang telah terpisah dengan ampasnya dan Biji yang di hasilkan adalah biji yang kering sehingga mudah untuk di pecah dan tidak ditemukan lagi benda-benda asing yang terbawa (batu, paku dll)
3) Proses Pemecahan Biji a. Tujuan
Memecahkan biji sehingga terpisah antara inti/kernel dengan cangkang/tempurung memudahkan proses pemisahan di clay bath (sebagai tempat untuk memudahkan proses pemisahan biji dari cangkang).
b. Dasar Teori
Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan sering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998).
c. Alat dan Bahan 1) Alat
a. Ripple mill b. Blower c. Silo notten
d. Conveyer atas dan bawah e. Timba inti
f. LTD I dan II 2) Bahan
d. Prosedur Kerja
1) Kernel dibawa/dibawa ke blower untuk menuju ke silo notten(alat penampung)
2) Setelah ditampung ke silo notten, kemudian kernel dipecah menggunakan ripple mill
3) Setelah kernel dipecah, kernel dibawa ke Conveyer Under Threser atau conveyer bawah sebelum ditampung oleh timba inti setelah itu kernel yang berada di timba inti tadi akan jatuh ke dalam conveyer atas, sebelum dilakukan proses pemisahan antara LTDS I (yaitu ampas nya) dan LTDS II (biji inti).
4) Setelah biji inti dan ampas terpisah, maka biji akan menuju ke ayakan tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan cangkang dan kernel yang masih terikut dalam proses tadi.
5) Setelah selesai diayak, kemudian inti tadi dibawa ke blower cangkang basah.
6) Kemudaian setelah selesai di proses pemisahan cangkang tadi, kernel tersebut dibawa ke conveyer inti.
e. Hasil yang dicapai
Dari Proses ini pemecahan biji akan menghasilkan kernel yang terpisah seluruhnya dari cangkang sehingga akan mempermudah proses pemisahan di clay bath.
4) Pemisahan inti dengan cangkang a. Tujuan
Untuk memisahkankan biji sehingga terpisah antara inti/kernel dengan cangkang/tempurung menggunakan bantuan dari air. setelah di lakukan proses pemisahan inti dan cangkang di peroleh inti sawit yang bersih dan bebas dari cangkang.
b. Dasar Teori
Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan sering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998).
c. Alat Dan Bahan 1. Alat
a) Airlock Dust Cyclone b) Blower
c) conveyor Cracshell d) elavator Crack shell e) Timba inti
f) LTDS (Light tenera durt seperator) I g) LTDS II h) Clay bath 2. Bahan a) Kernel b) Cangkang c) Kalsium karbonat. d. cara Kerja
1. Jalankan Airlock Dust Cyclone 2. Jalankan blower LTDS I dan LTDS II 3. Jalankan Claybath
4. Jalankan conveyer inti I dan II 5. Jalankan Elevator I dan II 6. Jalankan Conveyer Crack shell 7. Jalankan elevator crack shell
masing-masing memiliki tingkat 2 % terhadap contoh berdasarkan analisa laboratorium. Adapun cara kerja dari proses pemisahan inti cangkang adalah :
a. Biji dari polishing drum akan masuk ke dalam destoner untuk dipisahkan dengan kotoran berat yang terikut.
b. Kemudian biji akan terisap ke atas oleh blower.
c. Lalu biji akan masuk ke dalam Airlock Dust Cyclone yang mengatur masuknya biji ke dalam silo ( Silo Inti ).
d. Lalu biji akan masuk ke dalam silo notten yang berfungsi sebagai tempat pemeraman/penampungan biji sementara agar nantinya biji lebih mudah dipecah di Ripple Mill
e. Dari ripple mill kernel bersama cangkang akan jatuh ke dalam Crack Shell Conveyer dan akan dibawa naik melalui Crack Shell Elevator akan menuju kembali ke Crack Shell Conveyer sebelum menuju ke LTDS I.
f. Setelah masuk ke LTDS I akan masuk lagi ke LTDS II g. Kemudian kernel tadi akan masuk kedalam Claybath. e. Hasil yang dicapai
Kernel tadi akan masuk ke dalam Claybath yang telah bercampur dengan kalsium. Tujuan nya dari alat ini adalah untuk memisahkan antara
kernel inti dan biji, sedangkan kalsium bertujuan untuk mencuci agar kandungan pada minyak pada kernel tetap stabil. Adapun prosedur pemisahannya adalah cangkang yang telah terlepas dari bijinya akan terapung keatas menuju ketempat pembuangan cangkang sedangkan kernel nya akan jatuh ke bawah menuju ke conveyer.
5) Sortasi Inti a. Tujuan
Ingin mendapatkan inti/kernel yang bebas dari kotoran sebelum dilakukan proses pengemasan.
b. Alat dan bahan 1. Alat : a. Ayakan b. Karung c. Ember d. Tali e. Silo Notten 2. Bahan a. Kernel
c. Cara kerja
Dari bucking truk inti keluar dan terjadi penumpukan di gudang. Di dalam gudang, kernel diambil lalu biji kadar air dan ALB nya, setelah kernel mencukupi standar mutu barulah kernel tadi di kemas dengan karung goni berkapasitas 50 kg. Sebelum dikemas kernel tadi di ayak terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kadar kotoran yang ada pada kernel.
d. Hasil yang dicapai
Mendapatkan kernel yang telah bersih dari kotoran sehingga setelah dinyatak bersih kernel siap dikemas untuk dijual ke perusahaan lain salah satunya perusahaan minyak kelapa sawit alam raya yang terletak di tanah grogot.
6) Penyimpanan Inti a) Tujuan
1) Menampung sementara produksi kernel.
2) Stasiun akhir tempat sortasi kernel dilaksanakan.
3) Membersihkan kernel dari biji maupun kotoran yang masih ikut terangkut.
4) Melakukan proses pengemasan terhadap kernel.
b) Dasar Teori
Inti sawit dapat tahan lama disimpan selama 6 bulan. Sedangkan inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu dengan kandungan air 7% dan terdapat inti pecah 15% menunjukkan kecepatan pembentukkan asam lemak (Naibaho, 1998).
c) Alat dan bahan 1. Alat
a. Gudang penyimpanan kernel. b. Karung.
c. Blower. d. Ayakan. e. Silo Notten.
f. Tali untuk mengikat karung. g. Sekop.
2. Bahan 1. Kernel. d) Prosedur Kerja.
1) Dari kernel conveyor inti, kernel akan masuk ke dalam blower. 2) Dalam blower, kernel akan terisap ke atas.
4) Dari silo penyimpanan, kernel akan jatuh ke bawah. 5) Setelah itu kernel disortasi menggunakan ayakan.
6) Kernel yang sudah disortasi dan dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam karung-karung pengemasan dan diikat kuat.
7) Kernel yang telah selesai dikemas kemudian disimpan di gudang penyimpanan kernel. Karung-karung berisi kernel disusun rapi.
e) Hasil yang dicapai
Di PTP. Nusantara XIII (PERSERO) di Samuntai proses penyimpanan kernel dimasukan ke dalam karung. Karung goni memiliki kapasitas 50 kg dan apabila penyimpanan kernel tidak mencapai 50 Kg petugas akan diberi sangsi, dan otomatis akan berdampak pada proses penjualan nantinya. Kemudian penyimpanan harus juga disimpan di gudang yang bersih agar tidak terserang jamur yang dapat merusak mutu kernel yang dihasilkan.
3. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Pengolahan limbah pabrik kelapa sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses seperti :
A. Pengolahan limbah padat( Pemanfaatan Tandan Kosong ) 1. Tujuan
a. Memanfaatkan kembali limbah hasil pengolahan. b. Mengurangi jumlah limbah terbuang.