DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA,
KABUPATEN KOTA BARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN.
Oleh
HARTATI
060500095
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Minamas Plantations PT. Langgeng Muaramakmur PKS Bebunga, hingga tersusunnya laporan ini.
Panyusunan lapran ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
4. Bapak Elisa Ginsel Popang, S.TP selaku dosen pembimbing PKL dan dosen pengantar PKL.
5. Ibu Ernita Obeth, SP,M. Agribuss. selaku dosen penguji PKL.
6. Seluruh Staf Dosen, Staf Administrasi dan Teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun diluar jam perkuliahan.
7. Bapak Achmad Nashor selaku Factory Manager PKS Bebunga
8. Bapak Sumarjan Pakondo selaku Koordinator Asisten PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan.
9. Bapak Hidayatullah selaku Asst. Proses Shift I PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan.
10. Bapak Vernando Simatupang selaku Asst. Proses Shift II PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan selama PKL.
4
12. Keluarga-keluarga yang berada di kompleks perumahan Pabrik Kelapa Sawit Bebunga
13. Keluarga tercinta, saudara, sepupu, paman, bibi dan sahabat-sahabat lama yang terus memberikan semangat.
14. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu didalam penyusunan laporan PKL mahasiswa/i Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang memberi motivasi kepada penulis.
Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik Doa mapun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan sumber ilmu pengetahuan bagi kita semua, Amin...
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Hasil yang Diharapkan ... 2
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahan ... 3
B. Manajemen Perusahaan ... 5
C. Lokasi dan Waktu PKL ... 7
III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit ... 8
1. Stasiun Penerimaan ... 8
2. Stasiun Perebusan ... 17
3. Stasiun Bantingan ... 22
4. Stasiun Pengadukan dan Press ... 25
5. Stasiun Pemurnian ... 31
6. Stasiun Penimbunan ... 40
B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit ... .. 42
1. Pemisahan Biji dan Serabut ... .. 42
2. Pemeraman ... 45
3. Pemecahan Biji ... 47
4. Pemecahan Inti dan Cangkang ... 49
5. Pengeringan Inti ... 52
6. Peyimpanan Inti ... 54
C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 55
D. Analisis Minyak Kelapa Sawit ... 63
E. Analisis Inti Sawit ... 69
6
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... .... 77
DAFTAR TABEL
No. Tubuh Utama Halaman
1. Kriteria Buah PT. Langgeng Muara Makmur ... 12
2. Standar Kematangan Buah ... 13
3. Standar TBS yang Masuk ke Pabrik Kelapa Sawit Bebunga ... 14
4. Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Bebunga (Minamas Plantation) ... 73
5. Baku Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 73
6. Standar Mutu Crude Palm Oil di PKS Bebunga... 74
7. Standar Mutu Minyak CPO Menurut SNI ... 74
8. Standar Mutu Crude Palm Oil ... 74
9. Standar Inti Sawit di PKS Bebunga ... 75
8
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Layout Pabrik Bebunga ... 4 2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 6 3. Kurva Perebusan ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Flow Sheet Pabrik Kelapa Sawit ... 80
2. Bunch Reception ... 81
3. Sterilizer Station ... 82
4. Threshing Station and Empty Bunch Treatment ... 83
5. Clarification With System Three Decanter ... 84
6. Kernel Station ... 85
10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan adalah merupakan suatu praktek yang dilakukan mahasiswa di lapangan pada suatu daerah atau lokasi tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Dalam kegiatan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Praktek Kerja Lapangan merupakan bagian sistem itu sendiri, karena Praktek Kerja Lapangan merupakan pelengkap dari suatu rangkaian perkuliahan untuk mencapai hasil akhir yaitu seorang Diploma 3, oleh karena itu kegiatan ini sangat penting untuk mewujudkan seorang Ahli Madya yang siap untuk terjun ke lapangan, agar dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan menguasai kondisi lapangan serta mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang ditekuni di ruang kuliah sehingga terwujudlah seorang Ahli Madya yang profesional di bidangnya, maka dilaksanakanlah praktek kerja lapangan.
Dalam wujud nyata kewajiban tersebut maka mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebuanan semester VI (enam) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga, Desa Binturung Lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Perusahan tersebut adalah perusahan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan produk olahan berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan PKL ini :
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat secara langsung masalah yang dihadapi di tempat PKL dan diharapkan dapat membandingkan dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah khususnya tentang Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
2. Dapat mengetahui dan melihat secara langsung bagaimana Pabrik Kelapa Sawit mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak Crude Palm Oil (CPO) dan inti kelapa sawit.
3. Untuk mengetahui standar pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dan standar mutu minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit pada perusahaan tempat PKL.
C. Hasil yang Diharapkan
Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini, diharapkan mahasiswa mendapat pengalaman dan ilmu pengetahuan khususnya tentang proses pengolahan kelapa sawit.
12
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan 1. Nama Perusahaan
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga PT. Langgeng Muaramakmur, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kelapa sawit.
2. Sejarah Perusahaan
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga di bawah PT. Langgeng Muaramakmur didirikan pertama kali di area Pamukan dan Sungai Durian yang terletak di Desa Binturung Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Propensi Kalimantan Selatan. Dibangun mulai sejak tahun 1997 dengan kapasitas olah 45 ton/jam, akan tetapi dikarenakan adanya krisis moneter sehingga menyebabkan pabrik selesai tahun 1999 dan siap beroperasai mengolah TBS pada tanggal 18 April 1999.
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dibangun pertama kalinya menampung TBS Area Sungai Durian dan Pamukan dari :
- PT. Langgeng Muaramakmur: Bebunga Estate, Bakau Estate, Sungai Cengal Estate dan Lanting Estate
- PT. Laguna Mandiri: Rantau Estate, Sekayu Estate, dan Betung Estate - PT. Swadaya Andika: Selabak Estate dan Randi Estate
- PT. Paripurna Swakarsa: Pondok Labu Estate, Binturung Estate dan Sesulung Estate.
Sedangkan extension menjadi 60 ton/jam pada tahun 2004 adanya extension karena tingginya pasokan TBS yang diterima, sehingga
penambahan kapasitas perlu dilakukan. 3. Layout Pabrik
(Sumber: Layout Pabrik PT. Langgeng Muaramakmur, 2009)
14
B. Manajemen Perusahaan
Pabrik Kelapa Sawit PT. Langgeng Muaramakmur memiliki kapasitas olah pabrik 45 ton/jam dengan kapasitas terpasang 60 ton/jam menggunakan sistem pengolahan Conventional System.
Berdasarkan nomor SK: 641/156/SK-PROG. tanggal 26 Januari 1998 PT. Langgeng Muaramakmur berdiri dan dipimpin oleh satu orang Manager, satu orang Koordinator Asisten/Asisten Kepala, dua orang Asisten Proses, satu orang Asisten Maintenance, satu orang Asisten Bulking dan satu orang Kasie Administrasi.
Dengan jumlah Shift 2 (dua) dan jumlah jam per shift 8 jam/hari. Upah tenaga kerja tiap unit di pabrik sebesar Rp 925.000,-/ 25 HOK. Sesuai dengan standar upah karyawan.
Berikut jumlah tenaga kerja dari tiap-tiap unit pabrik:
1. Proses Shif 1 : 29 orang
2. Proses Shif 2 : 28 orang
3. Laboratorium : 11 orang
4. Driver : 15 orang
5. Bulking Station : 14 orang
6. Maintenance Bengkel dan Elektrik : 19 orang 7. Kantor Grading Riset : 1 orang
8. Keamanan (Satpam) : 9 orang
9. Kantor : 11 orang
10. Pengiriman CPO : 3 orang
Note :
Laboratorium dan pengiriman di handle langsung oleh Koordinator Assisten
Achmad Nashor
Factory Manager
Achmad Subakir
Koordinator Asisten
Vernado S
Ass. Proses Shiff II
Suma rjan Pakondo
Asst. Proses Shift I Very Lesnarno PAsst. Maintenance
Heldi Rosadi Asst. Bulking Sahrir Gunawan H Kasie Administrasi Yessa A Mau Mandor Pengiriman
Nur Mashudi Huda
Mandor Laborat
Hasyim Asyári
Mandor Prosses Shift II
M Supaát
Mandor Prosses Shift I
Suge ng Hariyadi
Mandor Bengkel
Arbani Surya
Ka Satpam Sudaryo Agung Pembukuan
Gunanto
Mandor Elektrik
Suma rji Catur P
Ka Gudang
Loth Anprang Sir
Mandor Bulking
STRUKTUR ORGANISASI PKS BEBUNGA TAHUN 2008
RW Utomo
Mandor Mill Upkeep
(Sumber: Pabrik Kelapa Sawit, PT. Langgeng Muaramakmur, 2008)
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Langgeng Muaramakmur. Keterangan:
1. Manager Pabrik (Factory Manager)
Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga yang membawahi seluruh karyawan, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi.
2. Kasie Administrasi
Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua hal yang ada di Kantor Besar, seperti
16
pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan, dan office boy.
3. Koordinator Asisten
Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah manager, Koordinator Asisten membawahi semua Asisten.
4. Asisten Proses
Asisten Proses atau Pengolahan merupakan bawahan dari Koordinator Asisten. Asisten Proses/Pengolahan adalah pemegang jabatan tertinggi di pabrik. Setiap Asisten Proses/Pengolahan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipegangnya.
5. Asisten Maintenenance
Asisten Maintenenance memiliki tanggung jawab pada keadaan pabrik yang melakuakan perawatan, perbaikan, dan kebersihan di dalam pabrik.
6. Asisten Bulking
Asisten Bulking bertanggung jawab dalam proses pengiriman atau penjualan produk yang berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). 7. Mandor
Mandor adalah pembantu Asisten Proses/Pengolahan yang bertugas di lapangan untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan yang bekerja. C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Minamas Plantation PT. Langgeng Muaramakmur, Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan selama 3 (tiga) bulan, dari tanggal 03 Maret sampai dengan 30 Mei 2009.
III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Pengolahan Minyak Sawit 1. Stasiun Penerimaan
a. Jembatan Timbang (Weight Bridge) 1) Tujuan
Untuk mengetahui fungsi jembatan timbang dan kapasitas terpasang jembatan timbang di PKS Bebunga.
2) Dasar Teori
Menurut Purba dkk (2005) buah diterima di PKS pertama-tama melalui jembtan timbang. Secara umum jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses (pengolahan buah masuk), menghitung rendemen dan mencatat produksi TBS kebun penyuplai. Jembatan timbang haruslah akurat dan secara rutin dikalibrasi.
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik biasanya dilakukan menggunakan truk dan trailer yang ditarik wheel tractor. Setiap truk trailer yang sampai di pabrik harus di timbang di toledo (timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah (Sunarko, 2007).
Menurut Anonim (2008) jembatan timbang (Weight bridge) berfungsi untuk menimbang TBS yang masuk kedalam pabrik dan untuk menimbang produksi yang diangkut keluar dari pabrik berupa CPO, IKS, janjangan kosong, solid dan lainnya.
18
3) Waktu dan Tempat - Waktu : 7 Maret 2009 - Tempat: Jembatan Timbang 4) Alat dan Bahan
- Alat : Timbangan Indikator, Komputer, Mesin Printer, alat tulis. - Bahan: Truk yang berisi TBS yang diangkut dari unit atau kebun. 5) Prosedur Kerja
- Buah diangkut dari unit atau kebun dengan menggunakan truk besar atau kecil.
- Sopir / kernet terlebih dahulu melapor ke pos satpam serta menyerahkan Surat Pengantar Barang, kemudian truk menuju jembatan timbang
- Truk dan buah di timbang secra bersamaan dengan menggunakan timbangan elektrik ( Indikator)
- Setelah proses penimbangan, buah (TBS) ditumpahkan ke dalam hopper loading ramp, lalu truk yang kosong kembali kejembatan timbang dan ditimbang kembali truk yang kosong, maka akan diperoleh berapa berat buah yang masuk dengan mengetahui berat bruto (berat truk dan buah) dikurang berat truk kosong.
6) Hasil yang Dicapai
Ada 2 jenis truk yang mengangkut TBS dari kebun. Truk type P.S 6 ton TBS/truk sedangkan truk type Hino 12 ton TBS/truk, rata-rata TBS masuk dalam satu hari adalah 900 ton TBS. Kapasitas jembatan timbang adalah 40 ton.
7) Pembahasan
Jembatan Timbang berfungsi untuk menimbang banyaknya buah yang masuk ke pabrik dan menimbang hasil produksi (Palm Oil dan kernel) yang diangkut keluar pabrik. Jumlah berat
TBS/kernel dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah/kernel) dengan tarra (berat truknya saja).
Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah berat dari bahan yang digunakan dan dihasilkan sehingga dapat digunakan untuk: mengetahui/menetapkan start proses pengolahan, menghitung kapsitas olah pabrik secara aktual dan menghitung ekstrasi pengolahan. Unit dari jembatan timbang terdiri dari timbangan mekanis, timbangan elektrik dan lantai jembatan timbang. Kapasitas jembatan timbang di PKS Bebunga 40 ton. Di PKS Bebunga menggunakan jenis timbangan elektrik ”Avery Berkes model L225’’ sebanyak 2 Unit. Buah yang masuk ke PKS Bebunga dikirim dari unit kebun antara lain Bebunga Estate, Bakau Estate dan Sungai Cengal Estate. Estimasi buah
masuk ke PKS dapat diketahui dari taksasi potong buah masing-masing kebun penyuplai.
Pada waktu penimbangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
- Petugas harus memeriksa kelayakan penimbangan untuk mencegah kecurangan timbangan, maka sopir, kernet dan barang-barang berat harus diturunkan dan beratnya ditera dengan tabel berat untuk truk dan nomor kendaraannya.
20
- Truk masuk dan keluar timbangan harus perlahan-lahan untuk menghindari beban kejut yang dapat merusak timbangan. - Jarum penunjuk timbangan harus menunjukan angka nol pada
saat beban kosong.
- Timbangan harus berfungsi dengan baik dan diusahakan agar lantai penimbangan selalu bersih.
Hal-hal diatas perlu dilakukan dan diperhatikan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara pabrik dengan kebun penyuplai.
b. Grading/Sortasi Buah 1) Tujuan
Untuk memperoleh data mutu TBS yang menggambarkan totalitas TBS yang diolah di pabrik, sehingga dapat mempertahankan mutu dari CPO yang dihasilkan.
2) Dasar Teori
Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu, perlu dilakuakan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun kebun pihak ketiga, (Sunarko, 2007).
Berikut kriteria TBS yang disortasi di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.
Tabel 1. Kriteria Buah PT. Langgeng Muaramakmur.
Kreteria buah Kondisi TBS
Jumlah brondolan per Kg janjang Segi penampakan (visual
TBS) A. TBS Layak
Proses Unripe (Mentah)
Brondolan yang lepas dari
janjang 0%
Warna buah masih
hitam/hijau, bila ditekan
masih terasa keras, daging buah putih, dan jika buah di cungkil kandungan minyak masih sedikit.
Under Ripe (kurang masak)
Brondolan yang lepas dari
janjang kurang dari 2 brondolan per Kg janjang
Warna buah jingga
kehitam-hitaman dan warna daging buah kuning muda
Ripe (Masak) Brondolan yang lepas dari
janjang 2 brondolan per Kg janjang.
Warna buah jingga
kehitam-hitaman, bila
ditekan keluar minyak
berwarna kuning tua/oranye dan warna daging buah kuning tua/oranye
Over Ripe Brondolan yang lepas dari
janjang lebih dari 38-68
brondolan per Kg janjangan
¾ brondolan lepas dari janjang (75%) dan warna buah jingga/kuning tua.
Long Stalk Janjang buah dimana
tangkai panjang lebih dari 3 cm.
TBS Tidak Layak Proses
Restan > 3 hari
75% brondolan lepas dari
janjang
Warna buah hitam, tekstur buah lembek, tangkai buah hitam dan berkerut, dan
kadar minyak sudah
banyak berkurang. Empty Bunch
(janjang kosong)
Jika brondolan yang lepas dari janjang sudah 90%
Lebih hampir tidak ada
brondolan normal yang
tertinggal Rotten Bunch
(janjang busuk)
Jika brondolan yang lepas dari janjang 25% telah busuk
Pada umumnya
gangangnya sudah busuk (berserat)
22
Sortasi dilakukan sesuai dengan kreteria panen yang dibagi dalam beberapa fraksi. Berikut kontribusi derajat kematangan buah terhadap efesiensi pengolahan.
Tabel 2. Standar Kematangan Buah (Pahan, 2006)
No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 00 (F-00) 0 (F-0) 1 (F-1) 2 (F-2) 3 (F-3) 4 (F-4) 5 (F-5) Brondolan Tankos Panjang tangkai TBS 0,00% < 5,00% 0,00 % > 90,00 % 0,00% < 3,00% < 2,00% 9,50% 0,00% < 2,5 cm Sangat mentah Mentah Kurang mentah Matang Matang Lewat matang Terlalau matang - - - Tidak ada 1-12,5% 12,5-25% 25-50% 50-75% 75-100% Buah dalam ikut
brondol
(sumber: Panduan lengkap kelapa Sawit, Iyung Pahan 2007)
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 7 Maret 2009
- Tempat : Lantai Loading Ramp 4) Alat dan Bahan
- Alat : Truk, gancu, Kertas Kerja Pemeriksaan, promulir ratel, alat tulis, data BJR sensus kebun.
- Bahan : TBS yang diangkut dari unit atau kebun. 5) Prosedur Kerja
- Pilih truk angkut buah yang akan digrading secara acak, memberitau sopir kalau buah akan digrading dan meminta Surat Pengantar Buah (SPB) untuk mencatat data TBS yang akan digrading.
- Amati kenampakan TBS di atas truk sebelum ditumpah di hopper.
- Dari janjang yang ditumpah ke atas lantai loading ramp dilakukan grading buah minimal 200 janjang dengan memilih secara acak 100 janjang normal dan kelompokkan janjang menjadi 10 kelompok, masing-masing dalam 1 kelompok ada 10 janjang.
- Lakukan grading buah di atas lantai loading ramp dengan memperhatikan keadaan buah, apakah buah termasuk buah unripe, under ripe, empty bunch, long stalk, freshness dan
contamination.
- Hasil pemeriksaan grading buah dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu buah.
6) Hasil yang Dicapai
Dari hasil grading diperoleh data sebagai berikut:
Dari 10 kelompok TBS yang berisi 10 janjang kelapa sawit terdapat buah unripe 0% dan empty bunch 0%, sedangkan under ripe 2%, long stalk 0% dan cut stalk 0%.
7) Pembahasan
Dari data grading yang diperolah, buah yang masuk kedalam pabrik kelapa sawit memenuhi standar buah yang lanyak untuk diproses. Standar TBS yang masuk ke dalam pabrik kelapa sawit dikelompokan sebagai berikut:
Tabel. 3 Standar TBS yang Masuk ke Pabrik Kelapa Sawit Bebunga
Kriteria buah Jumlah brondolan per janjang
Batas toleransi
1 2 3
Unripe (mentah) Under ripe (kurang matang)
0-4 brondolan 5-9 brondolan
0 % < 5 %
24
1 2 3
Ripe (matang)
Empty bunch (janjang kosong)
Long stalk (ganggang panjang)
Old bunch (buah restan)
10 atau lebih brondolan brondolan yang lepas per janjang > 95%
panjang ganggang lebih dari 5 cm
lebih dari 48 jam setelah panen
> 95 % 0 %
0 %
0 %
(sumber: Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, PT. Langgeng Muaramakmur, 2009)
c. Loading Ramp 1) Tujuan
Untuk mengetahui fungsi Loading ramp dan kapasitas tampung Loading ramp di PKS Bebunga.
2) Dasar Teori
Tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukan ke dalam Loading and Storage ramp. Setiap bays dari loading ramp menampung TBS sebanyak 8 ton. Di dalam bays,
TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainya, setelah bersih TBS dimasukan kedalam lori-lori rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS (Sunarko, 2007).
Menurut Naibaho (1998) Loading ramp berperan untuk memuat buah ke dalam lori. Akan tetapi loading ramp dipergunakan sebagai wadah penimbunan sementara. Setiap pintu dapat menampung 8-15 ton tergantung pada disain dari alat tersebut. Kapasitas loading ramp umumnya berkisar 20-30% dari kapasitas olah setiap hari.
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 7 Maret 2009 - Tempat : Loading Ramp 4) Alat dan Bahan
- Alat : Loading Ramp, gancu dan truk.
- Bahan : TBS yang diangkut dari unit /kebun yang telah ditimbang dan dilakukan sortasi.
5) Prosedur Kerja
- TBS yang dari kebun atau unit terlebih dahulu ditimbang di jembatan penimbangan.
- Setelah ditimbang truk menuju tempat penampungan buah yaitu loading ramp.
- Di loading ramp buah dimasukan ke dalam hopper, dan buah jatuh ke dasar loading ramp.
- TBS yang di timbun di loading ramp dimasukkan ke dalam lori, setiap lori berisi 2,5 ton.
- Lori kemudian ditarik dengan menggunakan kapstan menuju transfer troly.
6) Hasil yang Dicapai
Penampungan TBS yang akan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil), yang masing-masing pintu loading ramp berkapasitas
18 ton TBS/pintu, sehingga dari 30 pintu dari 2 unit loading ramp adalah 540 ton TBS yang tertampung di loading ramp.
26
7) Pembahasan
Loading Ramp adalah suatu bangunan dengan lantai plat
dengan kemiringan 27° yang dilengkapi pintu-pintu keluar buah yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS. Loading ramp merupakan tempat pengumpulan buah sebelum diolah, didalam loading ramp buah diisi secara berurutan, ini bertujuan untuk memudahkan proses pengisian buah kedalam lori, di PKS Bebunga dilengkapi dengan dua unit loading ramp di sisi kanan dan kiri yang masing-masing sisi
berjumlah 15 pintu dengan kapasitas tampung ± 18 ton/pintu. Dilantai loading ramp perlu mendapat perhatian dan pengawasan agar buah jangan sampai berserakan di lantai dengan tujuan agar brondolan tidak tergilas truk/traktor, karena buah yang tergilas (terluka) akan menyebabkan tingginya losses pada kondensat dan kadar asam lemak bebas (ALB/FFA) akan meningkat.
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer) 1) Tujuan
Untuk mengetahui efektivitas perebusan buah dan metode perebusan di PKS Bebunga.
2) Dasar Teori
Metode Sterilisasi secara sederhana adalah memasak/merebus buah dengan uap bertekanan 2,5 – 2,8 kg/cm2 dan temperatur 120 – 1300 C, waktu yang dibutuhkan dalam satu kali rebusan adalah 80 – 90 menit.
Tandan Buah Segar (TBS) dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2. Proses perebusan berlangsung sekitar 1 jam (Sunarko, 2007).
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam Sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfir dengan suhu uap 1250 C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandanya (Fauzi dkk, 2007).
Menurut Anonim (2008) tahapan sistem rebusan Triple Peak secara lengkap sebagai berikut :
13 menit : Pemasukan uap pertama dengan tekanan 0 – 2.3 kg/cm2, sudah termasuk menguras 2 menit.
2 menit : pembuangan uap (exhaust) pertama sampai tekanan nol. 12 menit : pemasukan uap kedua dari tekanan nol sampai 2,5
kg/cm2.
2 menit : pembuangan uap kedua sampai dengan tekanan nol. 13 menit : pemasukan uap ketiga sampai tekanan 2,8 kg/cm2. 43 menit : uap ditahan pada tekanan 2,8 kg/cm2.
5 menit : pembuangan uap terakhir sampai tekanan nol.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva tekanan uap bejana rebusan di bawah ini :
28
(sumber: Anonim, 2008)
Gambar 3. Kurva Rebusan Manual Program 90 menit. 3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 12, 13 dan 19 Maret 2009 - Tempat : Stasiun Sterillizer
4) Alat dan Bahan
- Alat : Lori, Kapstan, Transfer Troly, Sterilizer. - Bahan : TBS dari loading ramp yang telah disortasi. 5) Prosedur Kerja
- Sebelum proses perebusan dimulai, terlebih dahulu pengamanan harus bekerja dengan baik dan semua peneumatic value berkerja dengan baik.
- Lori yang dimasukkan ke dalam perebusan harus tidak lepas dari rel dengan jumlah lori 10 buah dan tersambung antara satu dengan lainnya.
- Masukkan lori ke dalam rebusan dan ditutup pintu rebusan dengan kuat. Siklus perebusan akan berjalan secara otomatis dengan total waktu 90 – 95 menit.
- Alarm akan berbunyi jika perebusan telah selesai, buka pintu perebusan untuk mengeluarkan lori.
Kurva Rebusan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Waktu (menit) T e k a n a n U a p ( k g /c m 2 ) 1 2 1 2 1 4 56) Hasil yang Dicapai
Di PKS Bebunga TBS direbus dengan menggunakan metode triple peak dengan tekanan uap maksimum 2,5kg/cm2 bersuhu 120°-130°C dengan waktu yang digunakan 95 menit.
Di PKS Bebunga kapasitas terpasang pabrik 60 ton/jam menggunakan 4 rebusan. Rebusan yang digunakan Ø 2100 mm X 30.000 mm dan panjang dengan isi lori @ 2,5 ton atau 2.500 Kg/lori untuk sekali proses. Apabila cyclus perebusan 100 menit (termasuk buka dan tutup pintu rebusan) maka kebutuhan unit sterilizer untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam
dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
(m) 60 rebusan isi Cyclus Kap.PKS rebusan Kebutuhan × × = = 60 X 100 2,5 X 60 = 4
jadi ada 4 buah sterilizer yang dibutuhkan untuk melakukan perebusan, sehingga dapat dihitung pula jumlah buah yang ada dalam rebusan yaitu dalam 1 lori ada 2,5 ton TBS, setiap 1 sterilizer ada 10 lori jadi 2,5 dikali 10 sama dengan 25 ton/sterilizer.
7) Pembahasan
Dari hasil praktek dapat diketahui bahwa di PKS Bebunga mengunakan metode triple peak untuk merebus buah yang akan diolah menjadi CPO. Menurut Naibaho (1998) sistem perbusan ada 3 yaitu single peak, double peak dan triple peak. Namun system triple peak yang paling banyak digunakan. Perebusan buah
30
akan tetap masak walaupun mengunkan system single peak tetapi hasil yang diperoleh belum tentu sempurna. Di PKS Bebunga menggunakan system triple peak karena pada saat perebusan dibutuhkan tekanan yang sempurna untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam perebusan, untuk itu telah ditentukan pada peak ke 1 dan 2 adalah untuk pembuangan udara yang ada dalam rebusan serta pembuangan air kondensat sedangkan pada peak ke-3 untuk menyempurnakan perebusan. Udara di dalam perebuasan harus dikeluarkan pada saat perebusan karena udara merupakan penghantar panas yang jelek dikwatirkan akan mempengaruhi hasil perebusan dengan losis yang cukup tinggi. Menurut Purba dkk (2005) untuk mencapai tujuan perebusan diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm2 tetapi di PKS Bebunga menggunakan batas maksimum tekanan uap 2,5 kg/cm2 ini dipengaruhi oleh tekanan boiler yang tidak mencukupi. Karena kondisi tersebut maka hasil dari proses perebusan sering terdapat buah mogol (unstripped bunch). Buah mogol, istilah yang biasa digunakan di PKS Bebunga
adalah buah yang masih tersisa pada tandan yang tidak memberondol atau disebut buah mogol bila masih terdapat 30% brondolan dalam janjang. PKS Bebunga mengatasi hal tersebut dengan memproses kembali (Re-Cycle) buah mogol yaitu mengumpulkan kembali buah mogol dan di muat dalam satu lori lalu dilakukan perebusan ulang, hal ini dilakuakan untuk penekanan kehilangan minyak yang cukup tinggi.
3. Stasiun Bantingan (Threshing) 1) Tujuan
Untuk mengetahui efektifitas pengolahan dan sistem kinerja alat threser di PKS Bebunga.
2) Dasar Teori
Alat pemipil bauh berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukan brondolan masih berada diantara bulir, sehingga perlu dikeluarkan. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebeb itu perlu dilakuakn pemipilan yang lebih sempurna. Dan perlu ditambahkan bahwa keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan (Naibaho, 2005).
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 16 Maret 2009 - Tempat : Stasiun Thresher 4) Alat dan Bahan
- Alat : Lori, Hoisting crane, Hopper, Threser, Fruit elevator, Conveyor under treasher, Bottom cross conveyor,
Harizontal empty bunch conveyor. Inclined empti bunch
conveyor, dan Empty bunch hopper.
- Bahan : Buah (TBS) yang telah direbus 5) Prosedur Kerja
- Buah yang telah direbus dalam lori ditarik keluar dari sterilizer. - Buah dari lori diangkat menggunakan hoisting crane ke hopper.
32
- Buah dijatuhkan ke dalam mulut hopper dilengkapi dengan pipa penyanggah, sehingga buah jatuh dan proses penebahan sudah dimulai.
- Buah dimasukkan ke mesin perontok (threser) dengan menggunakan alat Auto feeder.
- Perontokan buah dilakukan dengan cara membanting buah dalam drum berputar dengan kecepatan berputar 23-25 rpm/ menit. - Buah yang sudah terlepas dari tandan akan keluar melalui celah di
antara batang-batang besi jatuh kedalam conveyor under treasher dan diteruskan oleh bottom cross conveyor menuju fruit elevator. - Janjang yang telah kosong dari buah (brondolan) keluar dari treser
masuk ke dalam harizontal empty bunch conveyor lalu diteruskan melalui inclined empty bunch conveyor dan masuk ke empty bunch hopper sebagai tempat pengumpulan janjang kosong.
6) Hasil yang Dicapai
Buah hasil rebusan yang telah rontok atau terpisah dari janjangan/tandan (brondolan) dan Janjang Kosong (JJK)/ tandan kosong (tankos). Terdapat 3 unit thresher di PKS Bebunga dengan kapasitas 36 ton buah/jam dengan siklus angkat dan tuang berdasarkan target kapasitas produksi adalah 2,5 menit/lori.
7) Pembahasan
Dari hasil pengamatan proses pemipilan adalah proses pemisahan antara janjang dan buah menjadi brondolan dengan sistem putar dan banting. Buah dari hasil perebusan diteruskan ke threser diangkat mengunakan hoisting crane, ada terdapat tromol
berputar di dalam threser dan buah di masukan, dengan adanya gaya sentrifugal maka buah dalam tromol seolah-olah menempel pada dinding dalam tromol dan karena pengaruh gaya grafitasi buah terhempas yang menyebabkan buah rontok/lepas dari janjang demikian hal ini terjadi terus menerus.
Pada proses pemipilan buah, kemungkinan kehilangan minyak bisa terjadi, seperti kerusakan daging buah akibat benturan-benturan selama proses pemipilan yang menyebabkan penyerapan minyak pada janjang serta over capacy pada saat pengisian buah kedalam hopper threser yang dapat menyebabkan berkurangnya efek bantingan sehingga buah tidak banyak terlepas (rontok dari tandan). Untuk itu Dari hasil pengamatan di stasiun threser untuk mencapai ”kapasitas produksi” perlu diperhitungkan saat proses pengisian hopper feeder melalui siklus angkat dan tuang lori oleh hoisting crane. Perlu ditentukan siklus waktu hoisting crane yang
dapat memberikan perincian frekwensi angkat dan supply buah ke threser untuk mempertahankan out put produksi melalui pendekatan
empiris dapat diketehui beberapa waktu yang diperlukan dalam siklus angkat dan tuang lori berdasarkan target kapasitas produksi pada kondisi normal (continous).
Waktu yang diperlukan untuk siklus angkat dan tuang
= (ton/jam) produksi put out TBS/lori tonase 60 ×
Maka dapat dihitung, target produksi out put PKS Bebunga adalah 60 ton/jam dengan tonase TBS/lori 2,5 ton, sehingga:
34 60 2,5 60 × = = 2,5 menit
jadi untuk mencapai kapasitas produksi 60 ton/jam diperlukan waktu 2,5 menit per lori untuk proses angkat dan tuang buah kedalam hopper threser.
4. Stasiun Pelumatan (Digester) dan Press a. Digester
1) Tujuan
Untuk mengetahui efektifitas dan kinerja alat digester dalam menghasilkan minyak kelapa sawit di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori
Menurut Purba dkk (2005) digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk (stirring arms) sebanyak 6 tingkat yang diikat pada poros dan digerakan oleh motor listrik.
Buah yang terlepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan kedalam adukan (digester). Ketel ini memiliki daging rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (Sunarko, 2007).
Menurut Fauzi dkk (2007) dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester) untuk lebih
memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester dipanasi (diuapi).
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 11 Maret 2009
- Tempat : Stasiun Digester 4) Alat dan Bahan
- Alat :Fruit Elevator, Mesin Pelumat (Degister).
- Bahan :Buah yang telah direbus dan
membrondol/terpipil dari tandan. 5) Prosedur Kerja
- Buah yang telah dirontokkan kemudian diantar naik oleh alat fruit elevator menuju proses pelumatan (digester).
- Didalam mesin pelumat (digester) buah akan diaduk untuk memudahkan pengepresan yang optimal sehingga mendapatkan minyak yang dinginkan
- Pemanasan selama proses pengadukan adalah ± 95o C untuk mempertinggi efek pengempaan (press)
- Daging buah tidak boleh lumat menjadi bubur, struktur serabut dari daging buah harus masih tampak.
- Minyak kasar dari buah yang keluar pada saat pengadukan harus dialirkan keluar dari bejana pengadukan (degister) untuk mencegah pembentukan emulsi.
6) Hasil yang Dicapai
Brondolan yang telah dilumatkan dengan menggunakan 6 unit digester dengan kapasitas olah 15 ton buah/ jam.
36
7) Pembahasan
Di dalam digester buah dilumatkan atau dicacah, tujuannya adalah memisahkan daging buah untuk proses pengempaan. Pengadukan harus dilakuakan secara optimal agar dapat menghasilkan massa yang merata (homogen) dan diharapkan daging buah terlepas seluruhnya dari biji ketika dilakukan proses pelumatan. Alat yang digunakan untuk proses pelumatan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah (blade) di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh elektromotor pada bagian atas dari tangki, putaran
lengan-lengan pencacah berkisar 25-26 rpm.
Pada proses pengadukan dapat berlangsung dengan baik bila isi ketel adukan selalu dipertahankan penuh, apabila tidak terisi dengan penuh buah tidak terajang dengan sempurna dan dapat menyebabkan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95°C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap.
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka pada saat pelumatan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Pengadukan harus menghasilkan peremasan yang optimal sehingga dengan mudah daging buah terlepas seluruhnya dari biji, tidak boleh terdapat buah yang masih utuh (daging buah masih melekat pada bijinya).
- Pengempaan harus menghasilkan massa yang merata dan biji tidak boleh memisah dari massa untuk kemudian turun ke bagian bawah ketel pengaduk.
- Pemanasan 950 C selama proses pengadukan diperlukan untuk mempertinggi efek pengempaan. Pemanasan tidak boleh mengakibatkan masa yang teraduk menjadi mendidih dan untuk itu suhu harus dapat diatur dan selalu diukur guna mendapatkan hasil yang optimal.
b. Press 1) Tujuan
Untuk mengetahuai efektifitas dan kinerja alat dari mesin press.
2) Dasar Teori
Menurut Fauzi dkk (2007) untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit agar efisiensi ekstrasi minyak tetap terjaga. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstrasi. Tujuan ekstrasi untuk mengambil minyak dari massa adukan.
Pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirikan ke crude oil tank melalui vibrating screen (Sunarko, 2007).
38
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 16 Maret 2009
- Tempat : Stasiun Press
4) Alat dan Bahan
- Alat : Kempa Ulir (Screw Press).
- Bahan :Buah hasil pelumatan (Digester), Air panas 5) Prosedur kerja
- Suhu air panas harus mencapai 90oC
- Tekanan press harus diatur agar kerugian minyak didalam ampas cukup rendah, sedangkan biji-biji yang pecah atau hancur harus juga rendah.
- Buah yang telah diaduk, kemudian diteruskan ke mesin pengempa (Pressing) untuk diambil minyaknya.
- Ampas dan nut hasil dari proses pengempaan kemudian diteruskan untuk diproses lebih lanjut.
- Apabila viskositas cairan yang tinggi, penambahan air panas bisa dilakukan dengan jumlah penambahan air berkisar 10-15 % dari berat TBS diolah dengan temperatur ± 90o C.
- Minyak kasar yang dihasilkan ditampung pada Sand trap tank dan disaring melalui Vibrating screne dan terkumpul di Crude Oil Tank (COT) sedangkan nat dan fiber masuk kedalam Cake
Craker Conveyor (CBC).
6) Hasil yang dicapai
Minyak kasar dan ampas kelapa sawit dengan menggunakan 6 unit screw press yang memiliki kapasitas olah
15 ton buah/jam, dari proses pengempaan dapat diperkirakan hasil minyak kasar yang didapat yaitu 50% minyak, 42% air dan 8% zat padat.
7) Pembahasan
Proses pengempaan adalah mengeluarkan minyak dari bubur buah yang telah diaduk atau dengan kata lain pengambilan minyak nabati dari sumbernya yang disebut ekstrasi minyak atau lemak. PKS Bebunga dalam mengekstrasi buah menggunakan mesin press yaitu ” Screw Press” karena mesin mampu berkerja secara terus menerus dengan kapasitas olah 15-17 ton/ jam, kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk meremas buah dan memudahkan cake breaker conveyor memecahkan gumpalan cake yang keluar.
Penambahan air panas ke dalam press perlu dilakukan untuk pengenceran terhadap bahan yang dipress, sehingga proses pengepresan dapat berlangsung secara sempurna dan persentasi kehilangan minyak kecil. Jumlah penambahan air panas berkisar 10-15% dari TBS yang diolah dengan temperatur air ± 90o C.
5. Stasiun Pemurnian a. Pengendapan
1) Tujuan
Untuk mengetahui alat apa saja yang termasuk dalam proses pengendapan minyak kelapa sawit dan sistem kerja alat yang dipakai di PKS Bebunga dalam menghasilkan minyak.
40
2) Dasar Teori
Menurut Fauzi dkk (2007) minyak kasar adalah minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air.
Minyak yang keluar dari crude oil tank segera diklasifikasikan di instalasi-instalasi penjernihan yang melalui beberapa tahap diantaranya dengan sistem pengendapan. Pengendapan adalah memisahkan minyak dan sludge menggunakan alat continous settling tank. Prinsip pengendapan adalah akibat dari adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge (BJ minyak < Sludge) maka minyak akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah.
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 24 - 31 Maret 2009
- Tempat : Stasiun pemurniaan minyak 4) Alat dan Bahan
- Alat : Sand trap tank, Vibrating screen, Crude oil tank, Stasiun clarifier tank (CST).
- Bahan : Minyak kasar hasil pengepresan. 5) Prosedur Kerja
- Minyak kasar hasil press yang telah disaring dengan vibrating screen selanjutnya dimasukkan ke penampungan crude oil
elevator conveyor untuk diproses kembali (Re- Cycle) oleh
digester dan press.
- Minyak kasar (crude oil) yang ditampung dalam crude oil tank kemudian dinaikkan temperaturnya hingga 90oC – 100oC agar pemisahan minyak lebih sempurna. Untuk selanjutnya dipompakan ke tangki pengendap continous settling tank (CST).
- Di dalam continous settling tank (CST) minyak dan sludge terpisah akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara ( BJ Minyak < sludge ) maka minyakkan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah.
- Didalam tangki dilengkapi dengan pengaduk (agilator) yang berputar pada putaran 3-5 rpm bertujuan untuk menaikan minyak yang ada.
- Setelah terjadi pemanasan, minyak diambil melalui skimmer dengan tinggi minyak ± 30-40 cm dan dikirim ke oil tank sedangkan sludge dikirim ke sludge tank dengan kadar minyak 10%.
6) Hasil yang Di capai
Di PKS Bebunga terdapat beberapa alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dengan sistem pengendapan yaitu 2 (dua) unit CST dengan kapasitas tampung 90 m3 dari CST dihasilkan minyak kasar hasil pengendapan yang akan diendapkan dengan komposisi minyak ± 50%, air ± 42% dan zat padat ± 8%. 2 (dua) unit sludge tank kapasitas tampung 24 m3
42
dengan komposisi endapan minyak ± 15%, air ± 75% dan zat padat ± 10%. Kapasitas 1 (satu) unit COT adalah 10,8 m3 dengan komposisi minyak hasil endapan, minyak ± 99%, air ± 0,27% dan zat pada ± 0,25%.
7) Pembahasan
Dalam pemurnian minyak, pemisahan dengan cara pengendapan (settling) mempunyai peranan dalam menentukan mutu dan kualitas minyak. Proses pengendapan dilakukan di dalam tangki pengendapan yaitu CST (Continous Settling Tank), sludge tank dan oil tank.
Di dalam CST minyak dan sludge dipisahkan berdasarkan prinsip pengendapan yaitu akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge. BJ minyak lebih kecil dari pada sludge, maka akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah dibantu dengan pengaduk (agitator) yang ada didalam CST agar minyak yang dibawah akan mudah naik keatas.
Di dalam sludge tank minyak dipisahkan antara sludge yang banyak mengadung minyak dengan sludge yang sedikit mengadung minyak dengan bantuan pemanasan dari uap panas agar terjadi pemisahan. Sedangkan oil tank merupakan tempat penampungan minyak dari CST. Di dalam oil tank minyak dipanaskan kembali dengan bantuan steam coil sehingga kotoran/padatan mengendap dengan temperatur dijaga 90-95 ° C.
b. Sentrifugasi 1) Tujuan
Untuk memisahkan minyak dengan sludge yang dibantu dengan adanya gaya lempar/putar, sehingga bagian yang berat akan dapat terpisah.
2) Dasar Teori
Pemisahan minyak dengan metode putaran (centrifuge) dibantu dengan alat yaitu Sludge Saparator (centrifuge) adalah mesin berputaran tinggi yang akan digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak bersenyawa yang mempunyai berat jenis berbeda. Dengan bantuan gaya sentrifugal, komponen komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang besar dari gaya grafitasi sehingga pemisahan minyak, air dan padatan akan lebih cepat pada bowl yang berputar (Anonim, 2008).
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 24 – 31 Maret 2009 - Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan
- Alat : Clarifier tank (CST), Sludge tank, Sludge centrifuge, Nozzle separator, Bursh strainer,
Sand cyclon, Buffer tank, Purifier, Skimmer dan
oil tank.
44
5) Prosedur Kerja
- Sludge hasil dari pengendapan dari continous settling tank (CST) dialirkan ke sludge tank, disini sludge mengandung minyak ± 15% sehingga perlu diproses lebih lanjut untuk bisa memisahkan antara minyak, air dan zat padat lainya.
- Terlebih dahulu sludge dialirkan ke bursh strainer untuk menyaring fiber dan kotoran sehingga memperkecil vicositas, setelah itu menuju sand cyclone untuk membebaskan pasir agar nozzle saparator tidak cepat aus atau tersumbat dan tertampung pada buffer tank sebelum diolah ke decanter atau centrifuge.
- Sludge dari buffer tank kemudian dialirkan ke sludge centrifuge atau Sludge Saparator sehingga cairan-cairan yang
mempunyai BJ yang berbeda terpisahkan, dari sludge centrifuge menghasilkan dua cairan yaitu cairan light phase
yang dikembalikan lagi ke CST dan cairan heavy phase dialirkan ke bak fat pit.
- Minyak dari centrifuge kembali ke CST dan diendapkan untuk dialirkan ke oil tank menggunakan skimmer, oil tank sebagai penampung minyak dimana minyak mendapat pemanasan dari steam coil agar kotoran/padatan mengendap, dengan suhu dijaga 95º - 100º C.
- Minyak dari oil tank kemudian dikirim ke purifier dimana didalam purifier minyak diolah kembali untuk mengurangi kotoran/impuritis yang terdapat dalam minyak, dengan sistem
putaran yang tinggi mencapai 5000-6000 rpm, akibat dari gaya centrifuge yang terjadi maka minyak dari oil tank yang mempunyai BJ lebih kecil bergerak ke atas poros, sedangkan kotoran dan air yang lebih berat terdorong ke arah dinding bowl dan dikeluarkan dengan pencucian, minyak hasil pemurnian di purifier dialirkan ke vacuum drier untuk proses selanjutnya.
6) Hasil yang Dicapai
Minyak hasil pengambilan dari dalam sludge. Di PKS bebunga memiliki 6 (enam) unit sludge centrifuge dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari dan 4 (empat) unit purifier dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari.
7) Pembahasan
Centrifuge merupakan cara pemisahan minyak dari minyak
kasar dengan cara putaran yaitu proses pemisahan yang dibantu adanya gaya lempar sehingga bagian yang berat akan cepat terpisah dengan minyak. Pemisahan minyak dan sludge dengan cara centrifuge terjadi pada sludge centrifuge dan decanter. Sedangkan di dalam purifier minyak disaring dari
kotoran dengan menggunakan prinsip kerja putaran yang tinggi sehingga minyak yang memiliki BJ yang lebih kecil bergerak kearah poros dan terdorong keluar sedangkan kotoran yang BJ nya lebih berat akan terlempar kearah dinding bowl dan keluar dengan pencucian.
46
c. Penguapan 1) Tujuan
Untuk mengetahui sistem kerja dari alat pengeringan minyak agar dapat menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak.
2) Dasar Teori
Penguapan berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa dengan bantuan alat Vacum Drier. Menurut Sunarko (2007), di vacum drier minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak.
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengadung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang akan berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injektor atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 TORR pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa. Akan tetapi masuknya minyak didasarkan pada kevacuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu minyak produksi (Naibaho, 2005).
3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 24 – 31 Maret 2009 - Tempat : Stasiun pemurnian minyak
4) Alat dan Bahan
- Alat : Purifier, vacum Drier, Clean Oil Tank, Hot Well Tank
- Bahan : Minyak dari hasil klarifikasi. 5) Prosedur Kerja
- Minyak hasil pemurnian di purifier dilakukan proses penguapan yaitu menurunkan kadar air (moisture) di dalam alat vacum.
- Minyak di uapkan didalam vacum drier dengan cara penguapan hampa, alat ini terdiri dari tabung yang dihampakan dengan menggunakan pompa vaccum, sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzel sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank, air yang terbentuk di dalam condensor langsung ditampung pada tangki air dibawahnya (hot well tank)
- Minyak dari vacum selanjutnya dipompakan ke tempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump.
6) Hasil yang Di capai
Minyak yang telah diturunkan kadar airnya menjadi 0,10% dari hasil penguapan.
7) Pembahasan
Penguapan dilakukan didalam alat vacum dengan system penguapan hampa. Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar
48
air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan vacum pump. Sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzle sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh ke bagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas di bawahnya (hot well tank).
Untuk mendapatkan hasil minyak yang baik dengan kadar air yang sesuai standar yang diinginkan maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Tekanan hampa 0,8 – 0,76 kg/cm2.
- Ujung pipa pengeluaran air dari kondensor harus terendam dalam air hot well tank.
- Jika tekanan hampa tidak tercapai lakukan pemeriksaan pada : a. Kebocoran sehingga udara masuk ke dalam vacuum b. Tekanan uap kurang
c. Kondisi pompa berfungsi dengan baik
6. Stasiun Penimbunan 1) Tujuan
Menampung sementara minyak CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan asam lemak bebas (ALB) CPO yang disimpan tidak mengalami kenaikkan.
2) Dasar Teori
Produksi minyak kelapa sawit yang biasa disebut CPO (Crude Palm Oil) disimpan dalam tangki timbun (storage tank) sebelum
dikirm ke bulking station. Jadi tangki penimbunan dipakai untuk menampung minyak produksi dan pengukur dari produksi minyak harian. Tangki ini berbentuk tabung dan pada bagian atasnya terdapat lubang untuk pengukuran dan lubang ventilasi serta pipa recycling untuk daur ulang.
Suhu minyak dalam tangki ini dijaga ± 55 oC, tidak boleh terlalu tinggi karena akan mempercepat perkembangan asam lemak bebas akibat reaksi hydrolysis autocatalis dan bila terlalu rendah enzymlypolitic akan aktif yang menyebabkan kanaikan asam lemak
bebas (Anonim, 2008). 3) Waktu dan Tempat
- Waktu : 20, 24 – 31 Maret 2009 - Tempat : Tangki penimbunan minyak 4) Alat dan Bahan
- Alat : Oil Pump, Storage Tank - Bahan : Minyak CPO
5) Prosedur Kerja
- Minyak hasil pemurnian (Klarifikasi) dipompakan ke tempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump.
- Setiap pagi hari dilakukan sounding untuk mengetahui volume minyak dan suhu minyak
50
- CPO (crude palm oil) didalam storage tank selanjutnya dikirim ke bulking station untuk penjualan.
6) Hasil yang Dicapai
Dari data yang didapat hasil ekstraksi rata-rata minyak kelapa sawit di PKS Bebunga adalah 22,00 %, namun PKS Bebunga memiliki standar 23,5 - 24%. Minyak atau CPO yang siap dipasarkan dikirim ke bulking tank. PKS Bebunga memiliki 2 (dua) unit storage tank yang masing-masing dengan kapasitas tampung 2000 ton minyak CPO.
7) Pembahasan
Minyak CPO yang telah dihasilkan ditimbun pada storage tank. Minyak yang berada di tangki timbun diharuskan memiliki kadar air dan kotoran serendah mungkin. Suhu minyak dalam tangki harus dijaga ± 55º C agar kenaikan ALB tidak terjadi. Menurut standar SNI no 01-0016-1998 Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki standar mutu yang memenuhi standar yaitu kadar ALB kurang dari 5,0 %. Untuk mengetahui hasil ekstraksi pabrik kelapa sawit apakah sesuai standar ekstrasi adalah sebagai beriku:
100% olah di Buah CPO Hasil ekstreksi Standar = × 100% 916.940 201.789 ekstreksi Standar = × = 22,006 %
dilihat dari data yang didapat, PKS Bebunga belum memenuhi standar ekstrasi yang ditentukan ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada saat proses pengolahan,
diantaranya pada saat perebusan karena tekana uap pada ketel perebusan tidak sesuai tekanan yang ditetapkan, begitu juga pada threser dan pada saat pengepresan yang tidak beroperasi secara sempurna oleh karena itu mempengaruhi jumlah ekstrasi minyak kelapa sawit yang dihasilkan.
B. Pengolahan Inti Sawit
1. Pemisahan Biji dan Serabut a. Tujuan
Untuk mengetahui jenis alat dan fungsi alat yang digunakan dalam proses pemisahan biji dan serabut.
b. Dasar Teori
Menurut Anonim (2008), pemisahan biji dan serabut dilakuakan untuk memperoleh biji sebersih mungkin dengan kerugian yang sekecil–kecilnya dan mutu sawit yang setinggi mungkin. Ada beberapa alat yang digunakan dalam pembersihan biji dari serabut.
Menurut Nebaho (1998) alat pembersih biji dari serbut terdiri dari cake breaker conveyor (CBC) dan polishing drum. CBC merupakan alat yang berfungsi untk memecahkan gumpalan ampas dan mengangkutnya kekolom fibre cyclone sedangkan polishing drum membersihkan biji dari serabut atau menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji atau di permukaan cangkang.
c. Waktu dan Tempat
- Waktu : 11 Maret 2009 - Tempat : Stasiun inti sawit
52
d. Alat dan Bahan
- Alat : Cake Breaker Conveyor, Separating Coloum, Nut Polishing Dram, Pneumatic Transport cystem.
- Bahan : Ampas dari hasil Press (serabut dan biji). e. Prosedur Kerja
- Ampas dari hasil pengempaan (press cake) yang terdiri dari campuran biji dan serabut, umumnya masih berbentuk gumpalan yang belum terurai diproses di dalam Cake Breaker Conveyor (CBC) agar serabut dan biji dapat di pisahkan.
- Biji dan serabut yang telah terurai masuk ke dalam saparating coloum, bahan-bahan yang ringan seperti serabut dan cangkang halus akan dihisap dan dibawa ke fibre cyclon sedangkan biji akan jatuh kedalam tromol pembersih biji (nut polishing drum) yang berputar.
- Biji yang masuk kedalam nut polishing drum akan dibersihkan dari sisa serabut yang masih menempel, akibat dari gesekan antara biji dan dinding tromol serabut akan terlepas dan terhisap kedalam siklon. - Melalui elevator pnueumatic transport biji dibawa menuju ke silo biji
(nut silo) untuk proses pengeringan. f. Hasil yang Dicapai
Biji (nut) yang telah dipisahkan dari serabut (fibre), di PKS bebunga memiliki standar pengolahan yaitu hasil dari 100% TBS yang diolah di dapat jumlah biji 11% dan serabut 14%. Maka dapat diketahui dari 900 ton TBS yang masuk kedalam pabrik akan dihasilkan biji dan serabut sebagai berikut:
11% biji = ×900 100
11
11 % biji = 99 ton biji
14 % serabut = ×900 100
14
14 % serabut = 125 ton ampas g. Pembahasan
Di PKS bebunga menggunakan cara pemisahan nut dan fiber dengan cara pnumatis yaitu pemisahan biji dan serabut dengan menggunakan udara yang berupa hisapan. Biji dan serabut yang telah terurai masuk kedalam coloum pemisah biji dan serabut, dimana bahan yang ringan (serabut dan cangkang halus) akan terhisap oleh udara dan masuk kedalam siklon sedangkan biji akan jatuh dan masuk kedalam polishing drum.
Hal – hal yang mempengaruhi pemisahan biji dan serabut : - Kegagalan pada proses perebusan .
- Kegagalan pada proses pengadukan
- Ampas press basah karena masih banyak mengandung minyak. - Over capacity
- Jumlah putaran tromol alat pemisah yang tidak sesuai. - Jumlah putaran kipas (ventilator) yang tidak cukup.
- Kemungkinan adanya kebocoran pada saluran hisap (ducting). Akibat-akibat yang akan timbul jika biji tidak bersih :
- Penurunan kadar air dari biji (pengeringan) menjadi terhalang. - Serabut pada biji akan merupakan pelindung biji terhadap
54
- Menurunkan kapasitas oleh karena harus dipecah kembali. - Losses kernel pada biji setengan pecah akan meningkat.
- Serabut/sampah mengotori dan menggangu kerja alat pemecah dan alat pemisahan.
Agar hal diatas tidak sering tejadi, maka operator perlu memperhatikan dengan baik setiap unit yang bekerja pada saat proses berlangsung.
2. Pemeraman a. Tujuan
Untuk mengetahui fungsi dari proses pemeraman yang dilakukan di pabrik kelapa sawit Bebunga.
b. Dasar Teori
Menurut Anonim (2008), biji yang keluar dari depericaper sebelum dipecah, dikeringkan terlebih dahulu di dalam Nut silo (silo pengering biji) tujuannya membiarkan biji mengalami proses penguapan atau pengeringan sehingga biji mejadi lekang atau kocak dan cangkang mudah lepas dari inti, disamping proses pengeringan juga terjadi proses fermentasi sehingga serabut-serabut yang menempel pada biji menjadi lapuk.
Menurut Naibaho (1998), biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti permentasi. Waktu tunggu pemeraman berpengaruh terhadap proses hidrolisis yang cukup berpengaruh langsung terhadap keberhasilan cracker.
Dalam pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria ialah 24-48 jam dengan kadar biji 15%.
c. Waktu dan Tempat
- Waktu : 11 Maret 2009
- Tempat : Stasiun inti sawit d. Alat dan Bahan
- Alat : Polishing drum, nut silo, elevator elemen pemanas, blower peniup.
- Bahan : Biji (nut)
e. Prosedur Kerja
- Biji (nut) yang telah dibersihkan di polishing drum, kemudian dibawa ke nut silo melalui elevator untuk dikeringkan.
- Suhu pada silo pengeringan harus memiliki 600C - 800C.
- Lama pengeringan berkisar 8 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak.
f. Hasil yang Diharapkan
Dari proses pemeraman didapatkan hasil pengeringan biji dan permentasi biji (nut).
g. Pembahasan
Proses pemeraman bertujuan untuk menurunkan kadar air pada nut agar mempermudah lepasnya cangkang dari inti pada saat pemecahan di dalam ripple mill, sistem pengeringan yang baik akan mampu menurunkan kadar air nut dari ± 18% menjadi ± 12%.
Di PKS Bebunga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil biji yang baik adalah :
56
- Setiap nut silo harus berisi minimal 3/4 penuh. - Suhu pada nut silo berkisar 60 – 80 0C.
- Nut silo harus dikosongkan 3 bulan sekali untuk diperiksa dan dibersihkan bagian dalamnya.
- Lama pengeringan berkisar 18 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak.
3. Pemecahan Biji a. Tujuan
Untuk mengetahui unit mesin pemecah biji yang digunakan di PKS bebunga dan efisiensi pemecahan biji dari alat tersebut.
b. Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998) alat pemecah biji ada dua yaitu Nut cracker dan Ripple mill. Kedua alat ini sama-sama berfungsi untuk memecahkan biji agar inti kelapa sawit dapat diambil untuk hasil produksi, yang membedakannya adalah mekanisme kerja dari masing-masing alat tersebut.
Nut cracker merupakan alat yang berfungsi memecahkan biji
dengan sistem lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Ripple mill mulai dikembangkan pada tahun 1979 oleh Pellet Technology Australia PTY LTD yang bermulai dari pemecahan biji matahari pada saat itu. Ripple mill terdiri dari dua bagian yaitu rotating rotor dan stationary plate. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor rod yang terbuat dari high carbon steel yang terdiri dari 2 lapis yaitu 15 batang dipasang di bagian luar dan 15 batang dibagian
dalam. Stationary plate terbuat dari high carbon steel dengan permukaan bergerigi tajam. Mekanisme pemecah biji ripple mill berbeda dengan nut cracker, yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji (Naibaho, 1998).
c. Waktu dan Tempat
- Waktu : 17 Maret 2009 - Tempat : Stasiun Inti Sawit d. Alat dan Bahan
- Alat : Nut silo, dry nut conveyor, nut elevator, ripple mill. - Bahan : Biji (nut).
e. Prosedur Kerja
- Biji (nut) yang dikeringkan dalam nut silo kemudian diproses melalui dry nut conveyor dan nut elevator.
- Kemudian nut masuk kedalam ripple mill untuk dipecahkan.
- Setelah proses pemecahan nut, maka campuran antara kernel dan cangkang akan diproses lagi.
f. Hasil yang Dicapai
Cangkang dan kernel yang sudah dipecahkan dari alat ripple mill, berdasarkan dari standar penggolahan di PKS bebunga dari 100% TBS yang diolah dihasilkan kernel 4,50% dan cangkang 5%. Ada 6 unit ripple mill yang dipakai untuk proses pengolahan inti sawit di PKS Bebunga.