Oleh
PIARA DONDON MUPILI
NIM. 120500078
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL : Laporan Praktek Kerja Lapang di PT. Kalpataru Sawit
Plantation Desa Salo Cela Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Nama : Piara Dondon Mupili
N I M : 120500078
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Menyetujui,
Pembimbing, Penguji I Penguji II
Rusmini, SP. MP Riama Rita Manullang, SP. MP Nurlaila, SP. MP NIP. 198111302008122002 NIP. 1970 11162000032001 NIP. 197110302001122001
.
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP. M. Sc NIP. 197210252001121001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL dengan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Rusmini SP. MP selaku Dosen pembimbing PKL.
2. Ibu Riama Rita Manullang, SP. MP dan Ibu Nurlaila, SP. MP selaku Dosen penguji I dan II.
3. Bapak Nur Hidayat, SP. M. Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
4. Bapak Ir. M. Masrudy. MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
6. Bapak Bimo Febrianto selaku Projek Menejer di PT. Kalpataru Sawit Pantation.
7. Bapak Rosyid AR sebagai asisten kepala di PT. Kalpataru Sawit Plantation. 8. Bapak Hendra Samad sebagai asisten divisi dua sekaligus pembimbing di
lapangan.
9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
10. Kedua Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan materi laporan maupun dari segi pengetahuan. Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Penulis,
HALAMAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR LAMPIRAN... v
I. PENDAHULUAN... ... 1
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 3
B. Manajemen Perusahaan... 3
C. Lokasi Dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang... 5
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pembibitan Awal (Main-Nursery)... 6
1. Pengendalian Gulma... 6
2. Pemupukan... 8
3. Penyiraman... 9
4. Pengendalian Hama... 11
B. Survey Areal dan Pembukaan Lahan... 14
1. Pemancangan ... 12
C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan... 14
1. Pemeliharaan Piringan... 14
2. Kastrasi... 16
3. Sensus Pokok... 18
D. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan... 20
1. Pengendalian Gawangan... 20
2. Penunasan ... 22
E. Panen dan Pengangkutan... 24
1. Panen... 24
2. Pengangkutan TBS ... 26
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 35
B. Saran... 35
DAFTAR PUSTAKA... 37
1. . 39
2. Struktur ... 40
I. PENDAHULUAN
Komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia cukup memegang peranan penting dan strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa, permintaan minyak kelapa sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit jauh lebih murah biaya produksinya dari pada minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit (Fauzi, 2004).
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar Negara atau perkebunan swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang pesat. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan di Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa Provinsi, antara lain Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan khususnya Kalimantan Timur yang sedang dalam tahap perluasan daerah budidaya tanaman kelapa sawit (Sastrosayono, 2006).
Untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai mahasiswa yang merupakan salah satu aset pembangunan nasional hendaknya tidak hanya berkecimpung di dalam perguruan tinggi saja tetapi mahasiswa juga harus mampu mengembangkan keterampilan untuk menghadapi perubahan-perubahan dan mampu berperan aktif dalam berfikir secara intelektual dan
bersosialisasi dengan masyarakat untuk membantu ke arah kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program Praktek Kerja Lapang dengan harapan agar para lulusannya mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mengaplikasikannya secara langsung dengan ketentuan yang ada di lapangan.
Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah :
1. Dapat memahami tahapan kegiatan budidaya kelapa sawit secara langsung di lapangan.
2. Menguatkan dasar teori yang didapatkan selama kuliah dan menguatkan praktek yang didapatkan di kampus dengan yang di lapangan.
3. Mahasiswa lebih memahami tata cara penggunaan alat, bahan dan sarana yang ada di lapangan.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses budidaya kelapa sawit.
2. Mahasiswa dapat menguasai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. 3. Dapat menjadi tenaga kerja yang terlatih, terampil dan memiliki kedisiplinan
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Kalpataru Sawit Planta tion merupakan perusahaan swasta yang berlokasi di Desa Salo Cela Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. PT. Kalpataru Sawit Plantation di bawah naungan Mahakan Sawit Plantation Grup (MSPG) yang mempunyai delapan (8) Perusahaan lainnya yang bergabung di MSPG, Kalpataru Sawit Plantation didirikan pada tahun 2008 dengan luasan areal keseluruhan 1. 769,33 ha luas tanam.
Dalam operasionalnya PT. Kalpataru Sawit Plantation, terdiri dari 3 Divisi dan pembibitan. Hak Guna Usaha (HGU) seluas 15.136 ha meliputi batas wilayah : Desa Prangat, Marang Kayu, Tanjung Limau, Suka Damai, Salo Cela, Badak Baru, Badak Mekar, Tanah Datar.
B. Manajemen Perusahaan
1. Manajer
Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Kalpataru Sawit Plantation dengan membawahi seluruh organisasi lainnya yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi. 2. Asisten Kepala (Askep)
Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah Manajer, Askep atau Asisten Kepala membawahi seluruh Asisten Divisi dan kegiatan yang ada di kantor.
3. Kasie Administrasi
Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua permasalahan yang ada di
kantor besar, seperti masalah pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan dan office boy.
4. Asisten Divisi
Asisten Divisi merupakan bawahan dari Asisten Kepala, Asisten Divisi merupakan pemegang jabatan tertinggi di divisi masing-masing. Asisten Divisi bertanggung jaw ab atas divisi yang dipegangnya.
5. Bina Mitra
Bina mitra adalah orang yang membina semua kemitraan yang ada di dalam PT. Kalpataru Sawit Plantation yang menyangkut masalah sosial, permasalahan konflik lahan di perusahaan.
6. Surveyor
Surveyor adalah orang yang membawahi tracker yang bekerja sebagai pendesain kebun seperti tentang pembukaan lahan di dalam perusahaan Kalpataru Sawit Plantation.
7. Tracker
Tracker adalah orang di bawah Surveyor yang bekerja sebagai
pembukaan lahan seperti pemancangan, pengukuran lahan, sensus dan lain-lain.
8. Ceker
Ceker adalah orang yang bekerja sebagai penghitung jumlah janjang atau buah yang sudah di panen di dalam TPH
9. Krani Divisi
Adalah orang yang bertanggung jawab atas semua harian kerja karyawan.
10. Mandor
Pembantu koordinator divisi yang bertugas di lapangan untuk mengawasi karyawan yang bekerja.
11. Buruh Harian Lepas
Adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari hari kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja atau jam kerja. Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Program PKL ini dilaksanakan di Kalpataru Sawit Plantation di Desa Salo Cela Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Program PKL ini dilaksanakan selama ± 2 (dua) bulan terhitung mulai
tanggal 03 Maret sampai 30 April 2015? Gambar peta lokasi divisi dua dapat
III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Pembibitan Awal (Main-Nursery)
Perusahaan KSP mempunyai areal pembibitan seluas 20 ha dan umur bibit yang berada di perusahaan ada yang berumur 12 bulan dan ada juga yang berumur lebih dari 2 tahun, bibit yang berumur kisaran 12 bulan ada sekitar 10 ha sedangkan separonya lagi ada yang dibuat untuk akses jalan dan bibit yang sudah berumur lebih dari 2 tahun, perusahaan memperoleh bibit dari PPKS, lonsum, pelda dan sovin.
1. Pengendalian Gulma
a. Tujuan
Untuk menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003) pada umumnya gulma yang tumbuh dalam polybag, dan yang tumbuh liar pada tanah diantara polybag serta jalan di area pembibitan harus dibersihkan, dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan gulma. c. Alat dan Bahan
Alat : Arit, parang dan kantong plastik.
Bahan : - d. Prosedur Kerja
1) Mencabut gulma yang ada dalam polybag.
2) Merintis gulma yang terdapat di sekitar polybag dengan menggunakam arit atau parang.
3) Mengumpulkan gulma dalam kantong plastik. 4) Membuang gulma ke luar dari areal pembibitan. e. Hasil Yang Dicapai
Pengendalian gulma yang dilaksanakan di lapangan
menggunakan tenaga harian target dalam 1 hari kerja 1 orang harus medapatkan 4.240 polybag dengan upah Rp. 91.382.
f. Pembahasan
Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di perusahaan dilakukan dengan rotasi 15 hari sekali. Kegiatan pengendalian gulma ini tidak sesuai dengan teori yang ada menurut Setyamidjaja (2003) karena di perusahaan jarak tanam terlalu rapat dengan jarak 80x80 cm sedangkan menurut Setyamidjaja (2003) jarak tanam di pembibitan
main-nursery 100x100 cm. Dokumentasi pengendalian gulma dapat
dilihat pada Lampiran 3 gambar 1.
2. Pemupukan
a. Tujuan
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tanaman serta menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan tanaman yang sehat serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit agar tanaman dapat tumbuh secara optimal . Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut.
b. Dasar Teori
Pemupukan bibit sangat penting dilaksanakan agar diperoleh bibit yang sehat, pertumbuhan cepat dan subur. Dosis dan jadwal
pemupukan sangat tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit di
main nursery. Sebaiknya waktu pemupukan pada pagi hari (Sunarko,
2009).
c. Alat dan Bahan
Alat : Tas karung
Bahan : Pupuk NPK majemuk merk JADI MAS d. Prosedur Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Pupuk ditabur di sekeliling tanaman di dalam polybag sesuai dengan dosis yaitu 30 g dengan mengukur manual kurang lebih 1 genggam tangan orang dewasa bagi bibit yang berumur 10 - 12 bulan.
e. Hasil Yang Dicapai
Pemupukan yang dilaksanakan di perusahaan menggunakan tenaga harian target dalam 1 hari kerja 1 orang harus mendapatkan 3.816 polybag dengan upah Rp. 91.382.
f. Pembahasan
Pemupukan bibit kelapa sawit di PT. Kalpataru tidak sesuai dengan yang menurut Sunarko (2009) bahwa pemupukan harus menggunakan dosis 25 gram pada bibit umur 46-48 minggu sedangkan di PT. Kalpataru menggunakan pupuk NPK dengan dosis 30 g/polybag pada umur bibit 10-12 bulan dan mengukurnya dengan manual kurang lebih 1 genggam tangan orang dewasa dengan rotasi pemupukan 15 hari sekali.
9
3. Penyiraman bibit
a. Tujuan
Menambahkan air dalam tanah dan memberikan kelembaban tanah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman yang optimal.
b. Dasar Teori
Penyiraman bibit dilaksanakan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan sistem sumisamsui selama 60 menit atau setara dengan 2 l air perhari.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari secara teratur dengan jumlah yang cukup kecuali jika turun hujan penyiraman hanya sekali saja. Jika musim kemarau, penyiraman harus dilakukan dua (2) kali sehari minimal 2 l/polybag (Sunarko, 2009).
c. Alat dan Bahan
Alat : Mesin pompa, Pipa, Sumisamsui,
Kran
Bahan : Air, Solar dan Oli. d. Prosedur Kerja
1) Penyiraman dengan cara mekanis (sumisamsui) a) Mengecek solar dan oli pada mesin.
b) Kemudian menghidupkan mesin.
c) Secara bergantian membuka kran menurut plot yang akan disiram.
d) Penyiraman dilakukan sehingga tanah di polybag benar-benar basah.
e. Hasil Yang Dicapai
Dari hasil penyiraman, diharapkan pertumbuhan bibit lebih optimal dan kelembaban pada polybag seimbang untuk masa pertumbuhan yang lebih lanjut.
f. Pembahasan
Penyiraman pada bibit sama dengan teori yang menurut
Sunarko (2009) yang dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore untuk
mempermudah penyerapan unsur hara.
Kegiatan penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 wita dan sore pukul 16.00 wita dan penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman agar dapat tumbuh secara optimal. Apabila pada malam hari terjadi hujan yang rata-rata curah hujannya di atas 6 mm, maka pada pagi hari tidak perlu dilakukan penyiraman. Dan pada waktu sore harinya harus dilakukan penyiraman apabila cuaca cerah. Dokumentasi sarana penyiraman dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 2.
4. Seleksi bibit
a. Tujuan
1) Membuang bibit yang abnormal, terserang hama dan penyakit. 2) Mempertahankan bibit yang benar-benar sehat, normal serta
bermutu baik untuk ditanam di lapangan. 3) Menghindari terjadinya penularan ke bibit lain. b. Dasar Teori
Bibit abnormal merupakan bibit yang pertumbuhannya tidak sempurna, seperti kerdil, daun menjarang, daun tidak membuka daun
bercak culvularia, kekurangan zat besi dan lain-lain. Bibit abnormal harus diseleksi kemudian dipisahkan atau diisolasi, guna mencegah terjadinya penularan ke bibit lain. Pembibitan utama main nursery merupakan proses pembibitan yang diperoleh dari pembibitan pre
nursery setelah diseleksi dengan umur maksimal 10-12 bulan sebelum
tanam (Fauzi, 2006). c. Alat dan Bahan
Alat : Parit, arit
Bahan : Bibit kelapa sawit d. Prosedur Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Memasuki areal pembibitan dan mencari bibit yang abnormal atau yang terserang hama dan penyakit yang sudah tidak terkendali artinya bibit tersebut harus diisolasi maupun diafkir.
3) Bibit yang sudah diafkir dipisahkan dengan bibit yang normal. e. Hasil Yang Dicapai
Dalam penyeleksian bibit hasil yang dicapai tidak dapat ditentukan karena dalam perusahaan ini bibit abnormal jarang ditemukan. Dalam satu plot mahasiswa hanya menemukan 8 bibit abnormal yang perlu diafkir dan diisolasi.
f. Pembahasan
Seleksi bibit pada bibit main nursery sama dengan teori yang menurut Fauzi (2006) yang dilakukan 4 bulan sekali, tanaman yang telah diafkir segera dipisahkan dari tanaman yang normal, serta diberi
tanda x pada polybagnya. Dokumentasi seleksi bibit dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 3.
5. Pengendalian Hama
a. Tujuan
Dalam kegiatan pengendalian hama bertujuan untuk memberantas dan mengurangi populasi hama serta penyebaran di dalam pembibitan agar bibit tetap tumbuh subur dan bibit tidak mati. b. Dasar Teori
Hama yang biasa menyerang bibit kelapa sawit di main nursery sebagai berikut :
- Stora Sp. (ulat api) memakan daun bibit kelapa sawit.
- Mahesena sp. ((ulat kantong) memakan daun bibit kelapa sawit. - Oligonia sp. (ngengat) merusak seluruh permukaan daun. - Orictus sp. (kumbang) menyebabkan pembusukan pada kuncup. - Valanga sp. (belalang) memakan daun dan memotong serat-serat daun.
- Jangkrik memakan pangkal daun muda sampai ke kuncup. - Tungau merah merusak permukaan daun bagian atas.
- Bekicot mengisap habis jaringan daun, yang tertinggi hanya serat- seratnya.
- Tikus menggigit dasar batang dan menghancurkan bakal kuncup. Pengendalian hama di atas biasanya dilakukan secara manual (dipungut dan dibunuh) atau dengan menyemprotkan insektisida sevin 85 ES dan atau Tendion dengan dosis sesuai dengan yang tertera dilabelnya (Sunarko, 2009).
c. Alat dan Bahan
Alat : Sprayer merk solo, tutup takaran bahan insektisida
Bahan : Insektisida kontak merk sevin, air
d. Prosedur Kerja
1) Hama yang dibasmi adalah belalang dan ulat api.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengendalikan hama pada bibit main-nursery.
3) Mencampurkan air dengan insektisida ke dalam sprayer dengan perbandingan 15 l air dan 30 g insektisida.
4) Untuk mengendalikan belalang dan ulat menggunakan Insektisida kontak merk sevin dengan cara disemprot.
5) Penyemprotannya menggunakan nozzle berwarna hitam dengan lebar semprotannya 1,5 m, agar penyemprotannya bisa merata. e. Hasil yang Dicapai
Dengan dilakukannya pengendalian hama, bibit dapat tumbuh lebih baik, hingga siap ditanam di lapangan. Pengendalian hama yang dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga harian target dalam 1 hari kerja 1 orang harus mendapatkan 3.816 polybag dengan upah Rp. 91.382.
f. Pembahasan
Pengendalian hama yang dilakukan di PT. Kalpataru sesuai dengan teori yang ada menurut Sunarko (2009) yaitu pengendalian hama bisa dilakukan pada pagi dan sore hari di lapangan.
Pengendalian hama yang dilakukan di perusahaan dilakukan pada sore hari atau saat senja agar langsung mengenai sasaran
karena hama ulat dan belalang sering kali muncul menyerang bibit kalapa sawit di main-nursery pada sore hari dan juga agar tidak tertiup angin sehingga lebih efektif mengenai sasaran. Di PT. Kalpataru yang digunakan untuk mengendalikan hama pada pembibitan main-nursery menggunakan insektisida kontak dengan merk dagang sevin yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat dan belalang. Dokumentasi pengendalian hama dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 4.
B. Survey Areal Dan Pembukaan Lahan
Dalam peta rencana tanaman hendaknya tergambar peta jaringan jalan, saluran air teras dan arah barisan tanaman. Peta rencana tanaman tersebut akan menjadi pedoman kerja operasional di lapangan.
1. Pemancangan
a. Tujuan
1) Sebagai pedoman untuk pembuatan sarana jalan, parit.
2) Memberikan tanda-tanda untuk pembuatan lubang tanam sesuai populasi yang direncanakan.
3) Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur. b. Dasar Teori
Pancang adalah kayu yang ditancapkan ditempat-tempat yang akan ditanami tanaman kelapa sawit. Pancang ini sebagai tanda untuk membuat lubang tanam. Pemasangan pancang ini tidak mudah karena harus memperhatikan kelurusan barisan, juga harus memperhatikan kelurusan diagonalnya. Pemasangan pancang dilakukan dari sisi timur atau barat sebagai patokannya
c. Alat dan bahan
Alat : Meteran, Kompas, Global Positions System (GPS), Tali dan
Parang
Bahan : Anak pancang dan cat atau penanda lainnya d. Prosedur kerja
1) Menyiapkan meteran, kompas, parang, GPS, tali, anak pancang dan penanda.
2) Menentukan titik tengah Main road dan Collection road.
3) Mengarahkan kompas menuju utara 0o atau selatan 180o untuk
main road dan barat 90o atau timur 270o untuk collection road.
4) Menancapkan anak pancang setinggi 2,5 meter, dan bagian atasnya diberi tanda.
5) Menarik meteran dari titik tengah collection road ke dalam lahan sepanjang 9 meter untuk titik tanam pertama.
6) Menarik tali membentuk segitiga untuk menentukan titik tanam pertama pada baris atau jalur kedua, ketiga dan seterusnya. e. Hasil yang dicapai
Berdasarkan kegiatan pemancangan yang telah dilakukan di lapangan pemancangan dilakukan masing-masing tim pancang atau tim survey selama 1 hari kerja (HK) dengan frekuensi 1 blok lahan sekaligus pemancangan pembuatan jalan main road dan collection
road.
f. Pembahasan
Pemancangan yang dilakukan di PT. Kalpataru sesuai dengan teori Sastrosayono (2007) yang menyatakan bahwa dengan
menggunakan sistem pemancangan mata lima, tanaman lebih mendapatkan penyinaran matahari karena tanaman kelapa sawit sangat memerlukan banyak sinar matahari. Selain itu pemancangan juga bertujuan untuk membuka lahan dan membuat jalan main road dan collection road. Kegiatan ini dilakukan pada saat akan pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit. Dokumentasi pemancangan dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 5.
C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pada tanaman belum menghasilkan perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Walaupun tanaman dirawat dengan baik, tetapi perawatan tanah diabaikan maka tidak akan banyak memberi manfaat.
Perawatan yang ada ditanaman belum menghasilkan diantaranya sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Piringan
a. Tujuan
Memberantas semua gulma yang berada di pokok piringan kelapa sawit dan untuk mempermudah perawatan, pemupukan dan mengurangi persaingan pengambilan unsur hara dan mempermudah dalam kegiatan pemanenan.
b. Dasar Teori
Menurut Pahan (2008) Salah satu hal yang terpenting dalam perawatan adalah perawatan piringan, hal ini perlu agar memudahkan
dalam pemupukan, mengurangi perebutan unsur hara yang disebabkan oleh gulma, mengurangi timbulnya hama dan penyakit. c. Alat dan bahan
Alat : Parang, Cangkul
Bahan : - d. Prosedur Kerja
1) Penentuan Blok
Blok yang akan dilakukan pembersihan ditentukan terlebih dahulu berdasarkan intensitas serangan gulma dan kondisi blok tanaman.
2) Menyiapkan Alat
Peralatan disiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan di lapangan, dan masing-masing karyawan bertanggung jawab dengan alatnya masing-masing.
3) Pelaksanaan
Pembersihan piringan sawit dilakukan sampai batas terluar pelepah dengan luas piringan 1,5 m. Semua jenis gulma yang berada dalam piringan kelapa sawit dibersihkan dengan menggunakan parang dan cangkul dan di piringan sawit harus benar-benar bersih dari gulma.
e. Hasil Yang Dicapai
Piringan kelapa sawit bersih dari gulma dan kacangan. Dengan dilakukannya pembersihan piringan, tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pembersihan piringan yang dilaksanakan di lapangan menggunakan
tenaga borongan dalam 1 pokok piringan kelapa sawit dengan upah Rp.1000.
f. Pembahasan
Pemeliharan piringan sesuai dengan teori yang menurut Pahan
(2008) pengedalian gulma dipiringan sangat penting agar tidak terjadi
daya saing antara gulma dengan kelapa sawit. Perawatan piringan dari gulma dilakukan secara manual dan mekanis menggunakan arit dan cangkul. Rotasi pengendalian gulma ini dilaksanakan 2 kali setahun. Perawatan ini bertujuan untuk mempermudah aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari serta mengurangi timbulnya hama dan penyakit. Dokumentasi pembersihan piringan dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 6.
2. Kastrasi
a. Tujuan
Untuk membuang bunga jantan, bunga betina, buah pasir dan yang berguna untuk mendukung pertumbuhan vegetatif agar bisa berbuah dengan baik pada saat berumur 36 bulan.
b. Dasar teori
Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan, tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar
sampai dengan umur 23 bulan ini perlu dibuang atau dikastrasi. Kastrasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Pelaksanaan kastrasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Tujuan utama dilakukannya kastrasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah dikastrasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam. Dengan demikian, pertumbuhan bu ah akan lebih besar dan seragam, serta menghambat perkembangan hama dan penyakit.
Kastrasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga (bunga jantan atau betina). Umumnya, kastrasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di lapangan. Pelaksanaan kastrasi dilakukan setiap dua bulan sekali sampai tanaman berumur 24 bulan (Pahan, 2008).
c. Alat dan bahan
Alat : Dodos
Bahan : - d. Prosedur kerja
1) Penentuan Blok
Menentukan blok yang akan dilakukan kastrasi terlebih dahulu.
2) Menyiapkan Alat
pekerjaan di lapangan. 3) Pelaksanaan
Membuang bunga jantan dan bunga betina serta buah pasir.
e. Hasil kerja
Dengan dilakukannya kastrasi, tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kastrasi yang dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga borongan dengan harga Rp.165.00/ha.
f. Pembahasan
Pelaksanaan kastrasi di PT. Kalpataru sama dengan teori menurut Pahan (2008) yang dilakukan pada tanaman TBM 2 pada umur 18-30 bulan dengan membuang bunga jantan dan bunga betina serta buah pasir dengan tujuan agar berguna untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit.
3. Sensus Pokok
a. Tujuan
Tujuan sensus pokok untuk mengetahui jumlah pokok yang mati dan yang hidup dalam 1 blok, agar mempermudah kegiatan penyisipan. .
b. Dasar Teori
Sensus pokok dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan sebenarnya di lapangan yang berhubungan dengan produktifitas tanaman agar diperoleh hasil akhir yang maksimal.
Tiap divisi pada satu kebun diperlukan tim sensus yang beranggotakan 1 orang kepala kerja dan 2 orang pekerja sebagai anggota tetap pengaturan blok -blok yang akan disensus dilakukan oleh divisi masing-masing. Asisten divisi melakukan permintaan/pemesanan terhadap sarana sensus (bahan dan alat), seperti cat, GPS dan lain-lainnya.
Petugas sensus harus bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya masing-masing. Misalnya petugas pencatat tidak melakukan kesalahan perhitungan, pokok yang terlewati dan lain-lain, sedangkan petugas pengecat (bila diperlukan untuk tugas pembuatan tanda sensus/perbaikannya) menjaga agar cat tidak tumpah, mengering dan sebagainya (Anonim, 2007).
c. Alat dan Bahan
Alat : Papan triplek, pulpen/pensil, GPS
Bahan : Pom sensus (kertas lembaran) d. Prosedur Kerja
1) Menentukan blok yang akan disensus. 2) Menyiapkan pom sensus dan alat tulis. 3) Menghitung perbaris atau perjalur.
4) Menghitung jumlah tanaman yang mati maupun yang hidup. 5) Kemudian kepala kerja menyalin data di dalam GPS. e. Hasil Kerja
Satu tim sensus terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu 1 petugas pencatat dan 1 petugas pengecat/penghitungan. Sensus pokok yang
dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga harian (HK) Rp.91.382/ha.
f. Pembahasan
Pelaksanaan sensus pokok di PT. Kalpataru sama dengan teori
Anonim (2007) yaitu dapat mengetahui jumlah tanaman yang masih
hidup dan yang mati sehingga dapat dilakukan penyulaman, Dokumentasi sensus pokok dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 7.
D. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pada tanaman menghasilkan perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman.
Kegiatan perawatan tanaman menghasilkan selama praktek kerja lapang diantaranya sebagai berikut :
1. Pengendalian Gawangan
a. Tujuan
Untuk memberantas pertumbuhan gulma di dalam gawangan pada tanaman menghasilkan, mempermudah aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari. b. Dasar Teori
Menurut Sastrosayono (2007), gulma di perkebunan kelapa sawit dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit dan menghambat jalan para pekerja (terutama gulma yang berduri), gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air serta kemungkinan
gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit.
c. Alat dan Bahan
Alat : Sprayer merk Solo, tutup takaran dosis herbisida sistemik,
ember.
Bahan : Farm-up dengan campuran Medally, Dejafu dan air. d. Prosedur Kerja
1) Mempersiapan alat, bahan dan tenaga kerja untuk proses kegiatan.
2) Sebelum melakukan penyemprotan terlebih dahulu melakukan identifikasi gulma di lapangan yang akan disemprot untuk menentukan jenis herbisida yang akan digunakan.
3) Masukan herbisida Farm-up dengan campuran Medally dan air ke dalam sprayer dengan dosis Farm-up 100 ml dan dosis Medally 2,5 g sedangkan untuk Dejafu tidak dicampur dengan herbisida lainnya yaitu dengan dosis 20 ml untuk 15 l air.
4) Menyemprotkan herbisida Farm-up dengan campuran Medally pada gulma yang di gawangan, serta pasar pikul.
5) Dan untuk Dejafu penyemprotan herbisida pada pohon tanaman sawit yang terserang gulma berdaun lebar jenis kacang-kacangan. 6) Pengaplikasiannya menggunakan nozzle dengan lebar
semprotannya 1,5 m. e. Hasil Kerja
Perawatan gawangan dan pasar pikul yang dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga borongan Rp. 130.000/ha.
f. Pembahasan
Perawatan gawangan dan pasar pikul sama dengan teori
Sastrosayono (2007) pengedalian gulma sangat penting agar tidak
terjadi daya saing antara gulma dengan kelapa sawit. Di lapangan perawatan gawangan dan pasar pikul dan gulma yang menyerang pohon sawit dilakukan dengan cara chemical menggunakan Farm-up dengan campuran Medally dan untuk gulma Mucuna brachteata (Mb) atau gulma berdaun lebar jenis kacang-kacangan dilakukan dengan menggunakan Dejavu dengan rotasi 2 kali setahun. Dokumentasi pengendalian Gawangan dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 8.
2. Penunasan
a. Tujuan
Penunasan bertujuan untuk membuang pelepah yang sudah tua dan meningkatkan produktifitas selain itu memperbaiki udara di sekitar tanaman dan mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan, dan memudahkan pada saat kegiatan pemanenan dilakukan.
b. Dasar Teori
Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah daun dengan alat dodos atau egrek, dengan rotasi sebaiknya 8 bulan sekali. Pada saat penunasan harus diusahakan sampai batas songgo 2 sehingga setelah penunasan pelepah daun masih tersisa 48-56 pelepah. Bekas tunasan harus dekat dengan pokok kelapa sawit (Risza, 1995).
c. Alat dan Bahan
Bahan : Pelepah kelapa sawit yang melebihi songgo dua (2) d. Prosedur kerja
1) Penentuan blok yang tanamannya akan ditunas 1. Persiapan peralatan penunasan
2. Pelaksanaan penunasan
Karyawan memasuki ancak masing-masing, kemudian
melakukan pemotongan pelepah yang kering atau tua
menggunakan dodos dengan hanya menyisakan songgo 2, potongan pelepah dekat dengan pohon sekitar ± 5 cm.
Pelepah yang sudah terpotong disusun di pasar mati dengan arah membujur.
e. Hasil kerja
Penunasan atau pruning yang dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga borongan dengan harga Rp.3000/pokok.
f. Pembahasan
Penunasan atau pruning yang dilakukan di lapangan sama dengan teori menurut Risza (1995) yaitu dilakukan pada tanaman yang sudah menghasilkan. Biasanya pruning dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan dengan membuang pelepah yang sudah tua dan kering dan menyisakan dua (2) songgo sehingga setelah penunasan pelepah daun masih tersisa 48-56 pelepah. Selain itu juga tujuan songgo dua (2) yaitu sebagai penopang atau penyonggo buah, sebagai pemberi nutrisi dan makanan pada buah. Dokumentasi penunasan/pruning dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 9.
3. Pemasangan Titian Panen
a. Tujuan
Untuk menunjang aktivitas panen dan mempermudah pelangsiran buah serta sebagai akses jalan untuk mempermudah kegiatan pembersihan gawangan, pembersihan piringan, dan sensus pokok.
b. Dasar Teori
Titi panen harus dibuat disetiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air, agar jalan rintis dapat dilalui. Titi panen harus dibuat segera setelah jalan rintis tersedia. Jumlah titi panen tergantung dari jumlah parit atau saluran air. Panjang titi panen tergantung dari lebar parit atau saluran air. Penentuan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus yang benar. Lebar titi panen tergantung pada kebutuhan (Anonim, 2008).
c. Alat dan Bahan
Alat : Kayu atau papan tebal 60 cm
Bahan : - d. Prosedur kerja
1) Penentuan blok
2) Meletakkan papan di parit atau di saluran air e. Hasil kerja
Mahasisiwa membuat titi panen pada blok tertentu, tempat tersebut terdapat parit atau saluran air. Jadi tidak dapat ditentukan hasil yang dicapai.
f. Pembahasan
Kegiatan titi panen yang dilakukan di PT. Kalpataru telah sesuai dengan teori menurut Anonim (2008) yaitu dilakukan secara manual dan dilakukan jika dalam satu blok tersebut terdapat parit atau saluran air yang tidak bisa dilalui oleh pemanen. Dokumentasi pemasangan titian panen dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 10.
4. Sensus Pokok
a. Tujuan
Tujuan sensus pokok untuk mengetahui jumlah pokok yang sudah menghasilkan dan yang belum menghasilkan dalam 1 blok, untuk mengetahui hasil atau produksi/ha yang maksimal.
b. Dasar Teori
Sensus pokok dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan sebenarnya di lapangan yang berhubungan dengan produktifitas tanaman agar diperoleh hasil akhir yang maksimal.
Tiap divisi pada satu kebun diperlukan tim sensus yang beranggotakan 1 orang kepala kerja dan 2 orang pekerja sebagai anggota tetap pengaturan blok -blok yang akan disensus dilakukan oleh divisi masing-masing. Asisten divisi melakukan permintaan/pemesanan terhadap sarana sensus (bahan dan alat), seperti cat, GPS dan lain-lainnya.
Petugas sensus harus bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya masing-masing. Misalnya petugas pencatat tidak melakukan kesalahan perhitungan, pokok yang terlewati dan lain-lain,
sedangkan petugas pengecat (bila diperlukan untuk tugas pembuatan tanda sensus/perbaikannya) menjaga agar cat tidak tumpah, mengering dan sebagainya (Anonim, 2007).
c. Alat dan Bahan
Alat : Papan triplek, pulpen/pensil, GPS
Bahan : Pom sensus (kertas lembaran) d. Prosedur Kerja
1) Menentukan blok yang akan disensus. 2) Menyiapkan pom sensus dan alat tulis. 3) Menghitung perbaris atau perjalur.
4) Menghitung jumlah tanaman yang mati maupun yang hidup. 5) Kemudian kepala kerja menyalin data di dalam GPS. e. Hasil Kerja
Satu tim sensus terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu 1 petugas pencatat dan 1 petugas pengecat/penghitungan. Sensus pokok yang dilaksanakan di lapangan menggunakan tenaga harian (HK) Rp.91.382/ha.
f. Pembahasan
Pelaksanaan sensus pokok di PT. Kalpataru sama dengan teori
Anonim (2007) yaitu dapat mengetahui jumlah tanaman yang sudah
menghasilkan atau belum menghasilkan untuk mengetahui
keberhasilan tanaman yang ditanam. Dokumentasi sensus pokok dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 7.
E. Panen dan pengangkutan
Panen dan pengangkutan merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit.
1. Panen
a. Tujuan
Panen bertujuan untuk memotong TBS yang matang sesuai dengan kriteria matang panen.
b. Dasar Teori
Kegiatan panen merupakan salah satu aktivitas untuk mendapatkan semua hasil tanaman yang masa panennya harus diolah untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih optimal.
Panen adalah pengambilan buah kelapa sawit yang telah memenuhi kriteria matang panen dari pokoknya, selanjutnya bersama dengan brondolannya dikumpulkan untuk diangkut dan diproses atau diolah di pabrik (Fadli dkk, 2006).
Tanaman dinyatakan memasuki usia panen tanaman menghasilkan (TM) apabila sudah berumur 30 bulan setelah tanam. Kriteria matang panen yaitu pada tabel 1 :
Tabel 1. Kriteria Matang Panen
Buah Kelapa Sawit Keterangan
Mentah Brondolan yang terlepas kurang dari 5
brondolan
Matang / masak Brondolan segar yang terlepas 5 atau lebih
dari 5 brondol
Tabel 1. lanutan
Tandan kosong Brondolan yang sisa dalam tandan hanya
25%
Tangkai panjang Panjang tangakai melebihi 3 cm dari
pangkal buah.
Panen juga sangat erat dengan kualitas potong buah yaitu memanen semua TBS masak dan mengutip bersih seluruh brondolan untuk diantrikan di tempat pengumpulan hasil (TPH) serta menyusun pelepah yang dipotong pada gawangan mati. Penurunan pelepah harus mendapatkan perhatian agar mempertahankan songgo 2 dua pelepah ditandan bawah (Fadli dkk, 2006).
c. Alat dan Bahan
Alat : Karung goni, Tojok, Dodos dan Tas keranjang.
Bahan : Pohon kelapa sawit yang siap panen d. Prosedur kerja
1) Sehari sebelum pelaksanaan panen menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan dan harus mengetahui lokasi atau ancak panen masing-masing pekerja yang akan dipanen ini untuk melancarkan kerja pemanenan.
2) Buah dipanen sesuai dengan kriteria buah matang yaitu 2-5 brondolan yang lepas dari tandan kelapa sawit.
3) Mengutip semua brondolan yang tercecer dan memasukkan ke dalam karung.
4) Setelah penurunan buah selesai, kemudian TBS diangkut ke TPH dengan menggunakan alat tojok dan dimasukkan ke dalam tas keranjang.
5) Menyusun TBS secara teratur di TPH dengan 5 atau 10 TBS perbaris untuk memudahkan perhitungan.
e. Hasil yang dicapai
Pemanenan yang terarah dan aplikasi panen yang baik merupakan hal utama untuk mendapatkan rendemen Crude Palm Oil (CPO) yang lebih optimal. Pemanenan dilakukan dengan tenaga kerja tetap dengan sistim gaji borongan dalam satu hari kerja pemanen diharuskan mendapatkan 130 tandan buah sawit dalam berat janjang rata-rata (BJR) dibawah 3,5 dan di atas BJR 3,5 harus mendapatkan tandan buah sawit 117, dan hasil selebihnya terhitung premi dengan harga Rp.600/tandan.
f. Pembahasan
Kegiatan panen yang dilakukan di PT. Kalpataru telah sesuai dengan teori menurut Fadli dkk (2006) yaitu langsung mengutip brondolan yang tercecer dipiringan atau di ketiak pelepah. Dokumentasi pemanenan dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 11.
2. Pengangkutan TBS
a. Tujuan
Kegiatan pengangkutan bertujuan untuk memindahkan TBS beserta brondolannya dari TPH ke sentral kemudian akan diangkut ke pabrik.
b. Dasar Teori
Buah yang telah dipanen harus segera dikumpulkan dan diangkut ke TPH yang terdekat. Tandan-tandan buah tersebut disusun rapi di TPH dengan susunan 5 baris. Setelah terkumpul di TPH
diangkut dan dibawa ke pabrik, kendaraan Truk mulai mengangkut TBS sekitar jam 10:00 pagi sampainya truk ke pabrik tergantung jarak antara kebun dan pabrik. Semakin dekat jarak kebun dengan pabrik maka semakin cepat sampainya TBS ke pabrik (Pahan, 2008).
Buah kelapa sawit dari hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik agar segera dapat diolah, buah yang tidak segar diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar ALB tinggi, sehingga pengolahan harus segera dilaksanakan paling lambat 14 jam setelah pemanenan. ALB pada minyak kelapa sawit diakibatkan oleh kegiatan Enzim Lifase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung Enzim Lipase yang sangat aktif yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, bilamana struktur sel buah matang tersebut rusak (Anonim, 2008).
Adapun cara untuk menghindari terbentuknya Asam Lemak Bebas (ALB) tersebut, pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Oleh karena itu buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat, yang dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya (Anonim, 2011).
Menurut Anonim (2011) fakor-faktor penyebab keterlambatan buah masuk ke dalam pabrik:
1) Apabila jumlah unit tidak sesuai atau kurang dari jumlah kebutuhan.
2) Faktor jalan (tidak ada alat langsir mekanis dan manual). 3) Unit kendaraan rusak dan tidak ada penggantinya.
4) Kendala di pabrik (pabrik break down atau antrian panjang). c. Alat dan Bahan
Alat : Jonder, Tojok, dan Karung.
Bahan : TBS hasil panen. d. Prosedur Kerja
1) Operator yang akan mengangkut buah di TPH harus mengetahui lokasi yang dipanen guna kelancaran dalam pengangkutan. 2) Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk mengangkut buah ke
dalam jonder.
3) Buah diangkut ke dalam jonder baik tandan maupun brondolan. 4) Buah diangkut dan diantar ke sentral buah untuk proses
pengangkutan selanjutnya ke pabrik. e. Hasil Yang Dicapai
Pengangkutan tandan buah segar diangkut kesentral dengan menggunakan jonder sebelum diangkut ke pabrik dengan harga Rp.50.000/ton.
f. Pembahasan
Pengangkutan tandan buah segar tidak sesuai dengan teori karena di PT. Kalpataru dilaksanakan setelah semua buah dipanen karena tidak memiliki pabrik, jadi dikirim di perusahaan atau ke pabrik lain. Sedangkan menurut Anonim (2008), buah yang sudah ada di tempat pengumpulan hasil harus segera mungkin diangkut ke pabrik karena kalau buah sampai bermalam di kebun akan menyebabkan asam lemak bebas (ALB) meningkat dan kandungan rendemen minyak
menurun. Dokumentasi pemindahan TBS dapat dilihat pada Lampiran 3 gambar 12.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jenis kegiatan PKL yang dilaksanakan di lapangan yaitu : pembibitan di
main-nursery, pemancangan, pemeliharaan pada tanaman belum
menghasilkan dan tanaman sudah menghasilkan, panen dan
pengangkutan.
2. Permasalahan yang terjadi pada kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit selama pelaksanaan PKL di PT. KSP adalah : jarak tanam yang terlalu rapat sehingga menyusahkan untuk kegiatan perawatan, pemupukan pada bibit kelapa sawit yang dilakukan dengan menggunakan perkiraan tanpa diukur menggunakan alat, serta kurangnya transport untuk pengangkutan TBS.
B. Saran
1. Untuk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Kegiatan PKL ini dirasakan sangat bermanfaat bagi mahasiswa/i, oleh karena itu penyusun menyarankan untuk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda umumnya dan Program Studi Tanaman Perkebunan untuk mengadakan kerja sama dengan pihak perusahaan perkebunan negeri maupun swasta bukan hanya dalam hubungan sebagai tempat PKL namun lebih mengarah kepada hubungan kerja. Hal ini diharapkan mahasiwa/i lulusan dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya lulusan Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dapat direkrut sebagai staf atau tenaga kerja di perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Untuk PT. Kalpataru Sawit Plantation (KSP)
Semua kegiatan seperti pembibitan, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dam sudah menghasilkan, panen dan pengangkutan TBS dilakukan sudah cukup baik hanya saja beberapa perbaikan dalam sistem pelaksanaan kerja, seperti : Perbaikan alat penyiraman, penambahan
kendaraan, penambahan karyawan, penambahan alat-alat untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Buku Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Agro
Tirta Kencana. Jakarta.
Anonim. 2008. Pemeliharaan Tanaman Kelapa sawit. http://puput
wawan.wardpress.com. Diakses pada tanggal 12 April 2015.
Anonim. 2011. Agribisnis Kelapa sawit di Indinesia. http://ekonomi
.kompasiana.com/agrobisnis. Di akses pada tanggal 12 April 2015.
Fadli. L. M, Sutarta. S. E, Darmosarkore. W, Purba. P, Ginting. N. E. 2006. Panen kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Medan. .
Fauzi, 2004. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari H ulu hingga Hilir,
Penebar Swadaya. Jakarta
Rizsa, S. 1995. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta
Sastrosayono,S. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta
Sunarko. 2009. Petunjuk Praktis Budi Daya & pengolahan Kebun Kelapa Sawit.
Budiman. SMA Hendra. SMA
ASKEP
Rosyid AR. S.Sos
KASI ADMIN
Siswanto. SMK
ASSISTANT AFD 1
M.H Farhan. Amd
KERANI AFD 1
Cahyo Gutaman. SMA KERANI TANAMAN Akbar. SMA
KERANI PRODUKASI Surya Dinata MANDOR Budi. SMA MANDOR M.Tahir. SMA MANDOR Kasmiah. SMA MANDOR Adiansyah. SMA
Asst Rawat AFD 2
Hendra Samad. SMA
KERANI AFD 2 Rahmad. SMA MANDOR MANDOR hasriadi. SMA MANDOR Ramli. SMA MANDOR Ambotang. SMA SURVEYOR
Roni Pahlian. SMA BM Asst Panen Afd 2 Sumarno. SMA
Ceker AFD 2 Lukman. SMA MANDOR Mulyono. SMA MANDOR MANDOR ... ASSISTANT AFD 3
Agus Setiawan. SMA
KERANI AFD 3 Erviana. SMA MANDOR Yusril. SMA MANDOR Misran. SMA MANDOR Dalle. SMA MANDOR Anjas. SMA Krani BM TRACKER Aliyasdin . SMA MANDOR Muing. SMA CHECKER Samsudin. SMA KERANI GUDANG Ismail TRACKER
Gambar 1. Pengendalian Gulma
Gambar 2. Sarana Penyiraman Lampiran 3 : Dokumentasi Praktek Kerja Lapang
Gambar 3. Seleksi bibit
Gambar 5. Pemancangan jalan
Gambar 7. Sensus Pokok
Gambar 9. Penunasan/pruning
Gambar 11. Pemanenan