• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN

PMS LONGKALI KEC. LONGKALI – KAB. PASER

KALIMANTAN TIMUR

Oleh : YUDO ADITYA NIM 060 500 117

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

2011

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Karja Lapang yang telah dilaksanakan di PTP. Nusantara XIII Desa Mendik dan Munggu Kecamatan Longkali Kabupaten Paser Kalimantan Timur yang dilaksanakan dari tanggal 1 Maret sampai 1 Mei 2009

Lulus ujian pada tanggal : juli 2009.

Pembimbing

M. Atta Bary, SP NIP. 19760727 200312 1 002

Penguji

Elisa Ginsel Popang, S.TP NIP. 19701229 200312 1 001

Mengesahkan:

Ketua jurusan teknologi pertanian politeknik pertanian negeri samarinda

Edy Wibowo K, S. TP, M,Sc NIP. 19711027 200212 12 1 001

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara XIII Sukses hingga tersusunya laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk ini segala kerendahan hati dan sikap hormat penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun moril.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

4. Bapak Mujibu Rahman, S. TP. M.Si selaku dosen pembimbing saya. 5. Bapak M Yamin, S,TP M.Si selaku dosen penguji saya

6. Seluruh Staf Dosen dan Teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun diluar jam perkuliahan.

7. Bapak M. H. Damanik, selaku Manager PTP Nusantara XIII (Persero) kebun longkali.

(4)

8. Bapak, Lukman Sinaga selaku Manager PTP Nusantara XIII (Persero) PMS Longkali.

9. Bapak Ibrahim Sadik selaku pembimbing dan sekaligus orang tua kami di lapangan di PTP Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali yang selalu memberi motivasu dan semangat.

10. Keluarga-keluarga yang berada di kompleks perumahan Afdeling III, desa Mendik, kec. Longkali.

11. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu didalam penyusunan laporan PKL mahasiswa/i Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang memberi motifasi kepada penulis.

Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik Doa mapun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Esa. Amin. Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengarapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bukan menjatuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Penyusunan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan bagi Penulis untuk menyelesaikan Studi Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, penulis berharap agar Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ………... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Hasil yang diharapkan ... 3

BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 4

A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 4

B. Manajemen Perusahaan ... 8

C. Lokasi dan waktu PKL ... 11

BAB III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ... 12

A. Pemanenan dan pengangkutan ... 12

B. Pengolahan Minyak Sawit ... 20

C. Pengolahan Inti Kelapa Sawit ... 35

D. Analisis Minyak Kelapa Sawit ... 42

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(6)

DAFTAR TABEL

Tubuh Utama

No. Halaman

1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Brondolan... 12 2. Kaitan Antara Fraksi TBS, dengan Tandan ... 13 3. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan Jumlah Brondolan 13 4. Yang digunakan Oleh TPH (Kerani Pemungut Hasil) Untuk Mencatat

TBS yang di Angkut ... 19 5. Lembaran PB. 25 ……… 20 6. Lembaran Sortasi ……… 24

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Tubuh Utama

No. Halaman

1. Gambar kegiatan dikebun longkali.. ... 54 2. Gambar peralatan dan mesin- mesin instalasi pabrik ... 57

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Struktur Organisasi PTPN XII I (PERSERO) Kebun dan PMS Longkali…… 9

2. Pemanenan dengan menggunakan Egrek ...54

3. Pengutipan Brondolan ...55

4. Pengangkutan TBS Ke TPH ...55

5. Pemotongan Gagang TBS berbentuk V ...56

6. Cara Penyusunan TBS di TPH...56

7. Pengangkutan TBS Ke Truk ...57

8. TBS Fraksi 2 ...57

9. Jembatan Timbang (Weigh Bridge) ...58

10. Loading Ramp ...58

11. Pintu Keluar TBS dari Loading Ramp ke Lori ...59

12. Transfer Cerriage ...59

13. Sterilizer ...60

14. Tippler ...60

15. Bunsh Hopper dan Scerpper Bar Comveyor ...61

16. Thereser ...61

17. Fruit Elevator...62

18. Digester ...62

19. Screw Press ...63

20. Oil Gutter ...63

21. Sand Trap Tank ...64

22. Vibre Sreen...64

23. Crude Oil Tank ...65

(9)

25. Oil Tank...66

26. Decanter...66

27. Vacuum Drier...67

28. Oil Strorage Tank dan Despatch Pump ...67

29. Cake Braker Comveyor ...68

30. Depericarper ...68 31. Polishing Drum ...69 32. Destoner ...69 33. Air Lock ...70 34. Silo Notten...70 35. Ripple Mill...71 36. Timba Kraksel...71 37. LTDS I dan II ...72 38. Clay Bath ……….. ...72 39. Timba inti ...73 40. Silo Inti...73

41. Kernel Sortasi Comveyor ...74

42. Gudang Penyimpanan ...74

41. Fibre Cyelone...75

42. Pembuangan Tangkos ...75

(10)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting, hal ini dibuktikan dengan banyaknya produk yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit tersebut. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang mendominasi pasaran minyak goreng, khususnya di Asia. Tanaman kelapa sawit ini diduga berasal dari Afrika, yaitu dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Namun berdasarkan bukti – bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazil.

Tanaman kelapa sawit dimasukkan ke Indonesia oleh bangsa Belanda. Bibit tanaman kelapa sawit berasal dari Bourbun (Rheunion) atau Mauritius. Bibit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848 sebanyak 4 batang, dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara

Dalam perekonomian Indonesia komoditas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek ya ng cerah sebagai sumber devisa. Minyak atau lemak merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Minyak yang berasal dari hewan disebut minyak hewani sedangkan yang

(11)

berasal dari tumbuhan disebut nabati. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur di daerah tropis. Daging buah (mesocarp) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak bila diolah.

Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus bertambah dan tidak hanya merupakan perkebunan besar milik negara (BUMN) maupun perkebunan milik pihak swasta saja, tetapi saat ini perkebunan sawit juga diusahakan oleh rakyat dan sudah mulai berkembang pesat. Hal ini dapat terlihat dari yang dulunya perkebunan kelapa sawit hanya berada di pulau Sumatera namun saat ini telah berkembang di beberapa propinsi lain.

Dengan semakin meningkatnya permintaan tenaga kerja, telah mendorong Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakanlah kegiatan Praktik Kerja Lapang bagi mahasiswa/i semester akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan dan memperoleh gelar D3 (ahli madya) perkebunan.

(12)

B. Tujuan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan agar mahasiswa :

1. Mampu berpikir secara praktis mengenai kegiatan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

2. Menambah wawasan serta pengalaman langsung dari lapangan pada kondisi yang sebenarnya.

3. Mengetahui sekaligus mempraktekkan segala kegiatan yang terjadi di kebun kelapa sawit mulai dari tahap pemanenan kelapa sawit sampai pada proses pengolahan.

4. Mempraktekkan dan membandingkan teori yang diperoleh dengan praktek di lapangan.

5. Memahami penggunaan alat, bahan dan sarana yang tepat dan efisien dalam kegiatan budidaya kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit

C. Hasil yang Diharapkan.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan praktek kerja lapang ini adalah :

1. Menambah wawasan atau pengetahuan mahasiswa/i pada waktu di kebun serta dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit dan kernel kelapa sawit.

2. Mahasiswa mampu menguasai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. 3. Mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terlatih dan trampil.

(13)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) disingkat PTPN XIII adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dan akte notaris Harun Kamil, SH No.46 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI melalui keputusan No. C2-8341.IIT.01.01.TII.96 tahun 1996 serta tambahan berita negara RI No. 81. Pada awal operasinya (Maret-Juli 1996). Kantor direksi PTPN XIII menempati kantor eks. LO PTPN VII. Karena gedung tersebut akan direhab maka kantor direksi berpindah sementara waktu ke kantor PT. POS Indonesia pada tahun 1996-1998. Setelah pembangunan gedung kantor direksi yang baru selesai, maka hingga saat ini kantor direksi PTPN XIII pindah ke Jalan Sultan Abdurrachman No. 11 Pontianak, Kalimantan Barat. PTPN XIII merupakan penggabungan dari proyek pengembangan 8 (delapan) eks PTP yaitu PTP VI, VII, XII, XIII, XVIII, XXIV-V, XXVI DAN XXIX yang semuanya berlokasi di Pulau Kalimantan.

PTPN XIII bergerak pada bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTPN XIII yaitu kelapa sawit dan karet. Arah pengembangan kelapa sawit dilakukan melalui usaha horizontal dan vertical.

Pengembangan horizontal melalui perluasan areal terutama kebun plasma mengingat luas wilayah Kalimantan dengan iklim tropis sepanjang tahun masih

(14)

terbuka untuk memperluas areal perkebunan. Sedangkan pengembangan yang bersifat vertical merupakan strategi membangun Down Stream Industry, di mana di dalamnya terdapat industri fraksinasi, refinery, oleo kimia, dan industri pemanfaatan sisa olahan.

Dari sisi manajemen, dalam upaya mewujudkan visinya PTPN XIII melakukan Program Transformasi Bisnis (PTB) yang dicanangkan sejak bulan Mei 2001. Salah satu produk dari PTB adalah manajemen telah menetapkan

Strategic Initiatives (SI) yang merupakan terobosan fundamental dalam upaya

meningkatkan pola kerja konvensional (Business as usual) menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan standar kelas dunia. Dalam proses transformasi bisnis,

Strategic Initiatives menjadi penting karena menjadi pijakan untuk melakukan

lompatan bisnis dalam keseluruhan operasional perusahaan PTPN XIII. Sampai dengan akhir tahun ini PTPN XIII telah mempekerjakan karyawan tetap dan honorer sebanyak 13 ribuan orang, dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN XIII telah menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten. Konsisten pertumbuhan kinerja manajemen PTPN XIII bagi seluruh karyawan merupakan bekal dalam menyambut masa depan PTPN XIII.

PTPN XIII (Persero) Kebun Longkali berlokasi di Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur. Sebe lum diganti PTPN XIII (Persero) Kebun Longkali disebut PTPN XXIX. PTPN XIII

(15)

(Persero) Kebun Longkali menanam bibit – bibit unggul kelapa sawit yang didatangkan dari Sumatera Utara (PPKS Medan) jenis varietas D x P (Persilangan

Dura dan Psipera).

PTPN XIII (Persero) Kebun Longkali memiliki kebun inti sebanyak 7 afdeling, yang seluas 4.575 ha, dimana tanaman kelapa sawit berada di afdeling II seluas 788 ha, afdeling III seluas 726 ha, afdeling VI seluas 724 ha, afdeling V seluas 608 ha, afdeling VI seluas 766 ha, dan afdeling VII seluas 564 ha, dan tanaman karet di afdeling I seluas 399 ha. Tanaman kelapa sawit yang berada di PTP Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali ditanam pada tahun 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2003. Sedangkan tanaman karet ditanam pada tahun 1989, 1991, dan 1993.

PTPN XIII (Persero) Kebun Longkali juga memiliki kebun plasma seluas 2.010 ha yang dibagi sebanyak 4 areal, yakni desa I seluas 576 ha, desa II dan III seluas 870 ha, desa IV seluas 328 ha, dan desa V seluas 236.

PTPN XIII (P ersero), Pabrik Minyak Sawit (PMS) Longkali berlokasi di desa Munggu, Kecamatan Longkali, Kabupaten Penajam Paser Utara, Propinsi Kalimantan Timur, 22 KM dari jalan raya Penajam – Tanah Grogot. Dengan kapasitas olah terpasang 30 ton TBS per jam dan dapat ditingkatkan menjadi 60 ton TBS per jam. PMS Longkali adalah pabrik minyak sawit ke 6 yang dimiliki PTPN (Persero) hingga tahun 2002.

(16)

PMS Longkali merupakan pabrik pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit berupa tandan buah segar, dan dari pabrik ini aka n menghasilkan minyak sawit (

crude palm oil ) dan inti sawit ( palm kernel ) sebagai produksi utamanya.

Pabrik yang didanai oleh Asian Development Bank sebesar Rp.66.100.000.000,- milyar ini memiliki spesifikasi yang berbeda dengan 5 (lima) pabrik sebelumnya. Untuk menumpahkan tandan buah segar dari lori ke mesin penebah, PMS Longkali mempergunakan tippler, sementara 5 pabrik sebelumnya menggunakan hoisting crane. Konsorsium PT. Rekayasa Industri dan PT. Indomarine Jakarta selaku pemenang dalam tender internasional pembangunan pabrik ini berhasil menyelesaikannya dalam 21 bulan. PMS Longkali dilengkapi sarana dan prasarana perkantoran, bengkel, gudang, dan rumah ibadah yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dari unit usaha ini.

Teknologi informasi juga digunakan di PMS Longkali dengan menggunakan sistem broadband sehingga memungkinkan manajemen melakukan monitoring perkembangan usahanya setiap saat sehingga mendapat informasi secara up to date. Dengan teknologi informasi maka lalu lintas data dan informasi lain mengenai kegiatan pabrik dapat dipantau dari kantor pusat PTPN XIII (Persero) di Pontianak melalui internet, email, dan juga teleconference. Sistem pelaporan manajemen pabrik menggunakan sistem digital, sehingga lebih efisien dan efektif untuk pengambilan keputusan.

(17)

Dengan dibangunnya PMS Longkali telah membuka kesempatan kerja sekitar pabrik, dan sedikitnya 33 orang karyawan telah diberi pelatihan dan ditempatkan di PMS Longkali untuk mendukung kelancaran proses produksi. PMS Longkali lokasinya jauh dari keramaian kota, pada saat ini memang dapat dikategorikan terisolasi, tetapi dengan keberadaan pabrik kedepan akan mampu merubah kondisi seperti sekarang ini menjadi sentra ekonomi sebagai multiplier

effects atas keberadaan pabrik tersebut.

Kegiatan ekonomi disekitar pabrik secara perlahan tapi pasti akan mengalami pertumbuhan seiring dengan perputaran uang perusahaan, karyawan, jasa angkutan dan kegiatan proyek – proyek penunjang lainnya.

B. Manajemen Perusahaan

1. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali

Jumlah karyawan yang berada di Kebun Longkali sebanyak 584 dengan rincian sebagai berikut :

a. Manager : 1 orang

b. Karyawan pimpinan : 17 orang c. Karyawan pelaksana : 549 orang d. Tenaga Kerja honorer : 1 orang

(18)

2. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) PMS Longkali

Jumlah karyawan yang berada di PMS Longkali sebanyak 99 orang dengan rincian sebagai berikut :

1. Manager : 1 orang

2. Karyawan pimpinan : 24 orang 3. Karyawan pelaksana : 54 orang 4. Keamanan : 11 orang

5. Tukang : 9 orang

3. STRUKTUR ORGANISASI

(Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XIII Kebun Longkali, 2009)

Gambar1. Struktur Organisasi Kebun Longkali Manager Kebun Longlali

M. H. Damanik Asisten Kepala Moh. Supriady Mandor 1 Mulyadi Asisten Kebun Ibrahim Sadik

(19)

1. Manager

(Sumber : PTP. Nusantara XIII PMS Longkali, 2009)

Gambar 2. Struktur Organisasi PMS Longkali 1. Manager

Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PTP. Nusantara XIII, membawahi seluruh karyawan lainnya, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi.

2. Asisten Kepala

Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah manager, Askep atau Asisten Kepala membawahi Semua Asisten dan kegiatan yang ada di kantor

Asisten Kepala Sarwono Mandor Laboratorium Widyo Asisten pengolahan M. Zaini AL Manager PMS Longlali Lukman Sinaga

(20)

Kasie Administrasi. Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua hal yang ada di Kantor Besar, seperti pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan, dan office boy.

4. Asisten Afdeling dan Asisten Pengolahan

Asisten Afdeling dan Asisten Pengolahan merupakan bawahan dari Asisten Kepala. Asisten Afdeling dan Asisten Pengolahan adalah pemegang jabatan tertinggi di Afdeling dan pabrik. Setiap Asisten Pengolahan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipegangnya.

5. Krani Afdeling

Krani Afdeling merupakan Pembantu Asisten Afdeling yang bertugas melakukan pembukuan, me mberi gaji karyawan dan menangani masalah-masalah yang ada di Afdeling tersebut.

6. Mandor

Mandor adalah pembantu Asisten Afdeling atau Asisten Pengolahan yang bertugas di lapangan untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan yang bekerja.

C. Lokasi dan waktu PKL

Adapun kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini kami laksanakan di PTPN XIII (PERSERO) Desa Mendik Kecamatan Longkali Kabupaten Paser

(21)

Provinsi Kalimantan Timur Kebun Long Kali dan Pabrik Minyak Sawit Longkali Desa Munggu Kecamatan Longkali Kab upaten Pasir Provinsi Kalimantan Timur.

Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama dua bulan terhitung sejak tanggal 2 Maret 2009 sampai dengan 2 Mei 2009.

(22)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pemanenan dan Pengangkutan 1. Kriteria panen

a. Tujuan

Memperoleh mutu Tandan Buah Segar (TBS) yang paling baik dan meminimalisir adanya lossis dalam bentuk TBS ataupun dalam bentuk brondolan sawit.

b. Dasar Teori

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen di tentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. (Fauzi. Y dkk, 2008).

TBS dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria yaitu fraksi 1, 2 dan 3. Dasar kriteria ini dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan Umur Tanaman

Menghasilkan Jumlah Brondolan di Piringan

< 10 Tahun 5

= 10 Tahun 10

(23)

Berdasarkan kriteria matang panen maka komposisi TBS yang akan diterima di pabrik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kaitan Antara Fraksi TBS dengan % Tandan

Fraksi 00 0 1 2 3 4 5

% Tandan 0 0 20 35 30 10 5

Sumber : (Setyamidjaja, 2003)

Perbandingan persentase jumlah berondolan tiap fraksi dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan.

Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan 00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih hitam

0 Mentah

Berondolan 1% – 12,5% buah luar

1 Kurang Matang Berondolan 12,5% – 25% permukaan luar

2 Matang I Berondolan 25% – 50%

permukaan luar

3 Matang II Berondolan 50% – 75%

permukaan luar

4 Lewat Matang I Berondolan 75% – 100% 5 Lewat Matang II Buah dalam ikut memberondol 6 Tandan Kosong Semua buah membrondol, busuk Sumber : (Setyamidjaja, 2003)

c. Alat dan Bahan

1) Alat : alat tulis – menulis 2) Bahan : tanaman kelapa sawit

(24)

d. Prosedur Kerja

1) Sehari sebelum panen dilakukan penentuan ancak panen. Ancak panen dapat ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a) Penentuan ancak panen didasarkan pada kondisi topografi lapangan.

b) Areal berbukit dan rendahan dilaksanakan dengan sistem ancak giring.

c) Areal datar dilaksanakan dengan sistem ancak tetap/ladang.

2) Kadveld panen yang dilaksanakan di PTPN (Persero) umumnya 5/7 dan 6/7 dengan rotasi 7 hari yang artinya :

a) 5/7 = panen dilaksanakan selama 5 hari dalam 7 hari. b) 6/7 = panen dilaksanakan selama 6 hari dalam 7 hari.

3) Kerapatan panen dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum panen dengan mengambil sampel 2,5% - 5% dari luas kadveld yang akan dipanen.

e. Hasil yang dicapai

Peritungan kerapatan panen yang dilakukan dikadveld 4 blok 307 diperkirakan perbandingannya adalah 6:1, yang artinya dalam 6 pohon ditemukan 1 tandan buah matang yang siap untuk dipanen besok.

(25)

2. Pemanenan a. Tujuan

Tujuan pemanenan adalah melepaskan tandan buah segar dari atas pohon sawit dan mengutip brondolan dengan menggunakan alat panen yang telah disiapkan.

b. Dasar teori

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. (Fauzi. Y dkk, 2008).

Melalui jalan buah, pemanen melihat tanda-tanda buah yang matang panen. Untuk mempermudah pemotongan tandan buah, pelepah di bawah tandan buah yang menyangga dapat dipotong terlebih dahulu. Memotong pelepah harus merapat ke batang sehingga tidak ada sisa pelepah, hanya pangkal yang masih menempel ke batang. (Naibaho, 1998).

(26)

c. Alat dan bahan

1) Alat : alat pemanenan (dodos, egrek, pikulan, tali, karung, angkong, parang, kapak, dan gancu).

2) Bahan : TBS dan berondolan. d. Prosedur kerja

1) Pemanenan menggunakan alat panen untuk memudahkan pemanen dalam melakukan proses kegiatan pemanenan dengan kriteria sebagai berikut :

a) Dodos di areal tanaman berumur < 5 tahun atau tanaman yang masih rendah.

b) Egrek di areal tanaman berumur > 5 tahun atau tanaman yang sudah terlalu tinggi.

c) Parang untuk memotong tandan buah dan pelepah.

d) Alat pembantu untuk mengangkut TBS ke TPH (tali, pikulan, angkong, gancu, dan lain – lain).

2) Pertama mandor panen menghitung jumlah tandan yang akan dipanen sehari sebelum kegiatan pemanenan berlangsung.

3) Tandan yang dipotong adalah tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen.

(27)

5) Semua brondolan dik utip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari sampah.

6) Brondolan yang bersih ditumpuk di TPH dengan alas goni atau dimasukkan ke dalam karung.

7) Gagang TBS dipotong berbentuk V (cangkem kodok). 8) Pelepah yang dipotong harus diletakkan di gawangan mati. 9) Pelepah dipotong menjadi 2 – 3 bagian dan diletakkan terbalik.

10) Khusus untuk tandan yang beratnya > 25 kg dapat dibelah dua dengan tujuan memudahkan pengangkutan buah ke TPH dan penyempurnaan perebusan di pabrik.

11) TBS diangkut ke TPH dan disusun dengan baik, 5 (lima) TBS per baris dengan gagang ke atas dan diberi nomor pemanen dan jumlah tandan.

12) Pelepah tidak dibenarkan berserakan.

13) TBS yang sudah dipanen dikumpulkan dengan menggunakan pikulan ke TPH yang berada di pinggir jalan.

e. Hasil yang dicapai

Adapun hasil dari proes pemanenan yang telah dilakukan dikadveld 4 ditemukan kriteria matang panen dengan fraksi i,2,3,dan 4.

(28)

3. Transportasi Buah a. Tujuan

Meminimalisir naiknya kandungan ALB pada TBS dan untuk menjamin kualitas buah yang dikirim ke pabrik harus tetap dalam keadaan segar (H0 = hari ini dipanen maka hari ini juga diangkut).

b. Dasar Teori

Menurut Setyamidjaja (2003), buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas/ALB (free fatty acid) tinggi.. Untuk

menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit, diakibatkan oleh kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang sangat aktif, yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, bilamana struktur sel buah matang tersebut rusak. Buah kelapa sawit yang matang dan masih segar hanya mengandung 0,1% asam lemak. Tetapi buah-buah yang memar atau pecah, dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50% hanya dalam waktu beberapa jam saja.

(29)

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Tojok, karung, parang, dan gancu. 2) Bahan : TBS dan brondolan.

d. Prosedur Kerja

1) Buah yang diangkut ke truk/mobil pengangkut adalah buah/brondolan yang berada di TPH.

2) Proses pengangkutan diawasi oleh seorang KPH (Krani Pemungut Hasil) untuk mencatat nomor panen, blok, dan jumlah tandan yang diangkut. Contoh tabel yang dipakai oleh KPH dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel yang digunakan oleh KPH (Krani Pemungut Hasil) untuk mencatat TBS yang diangkut

No. Panen Jumlah tandan Blok Buah Restan (Tandan) Tahun Tanam 24 146 303 - 1999 13 93 303 - 1999 17 32 303 - 1999 Sumber : (Setyamidjaja, 2003)

3) Komposisi minimal 95% H0 / TBS segar dan 5% buah restan.

4) Sopir pengangkut akan diberikan lembar PB. 25 yang akan digunakan untuk mengisi berat tandan sebenarnya. Lembar PB.25 dapat dilihat pada Tabel 5.

(30)

Tabel 5. Lembar PB.25

Sumber : PTP. Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali

5) Mobil pengangkut akan ditimbang dua kali di pabrik. Yakni saat ada muatan TBS dan saat tidak ada muatan TBS.

e. Hasil yang dicapai

Pengangkutan buah dari afdeling III ke pabrik itu membutuhkan waktu ± 60 menit dalam cuaca yang baik. Dalam pengangkutan ini banyak kendala yang terjadi misalnya ban truk pecah ban, tergelincir, dll. Batas maksimum dari panen sampai ke pabrik ± 8 jam, lewat dari itu maka ALB akan meningkat. Di PTPN XIII tiap afdeling rata-rata mempunyai 3 truk pengangkut.

B. Pengolahan Minyak Sawit 1. Penerimaan buah dan Sortasi

a. Tujuan

1) Menghitung jumlah TBS yang masuk ke pabrik.

2) Menghitung jumlah hasil produksi CPO yang akan diperoleh. PB.25

PTP. NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN : AFD :

SURAT PENGANTAR BUAH KELAPA SAWIT (SPB) NO. SPB : TGL : NO. POL. JUMLAH

TANDAN BRUTO TARRA NETTO

BERAT RATA-2 KRANI PENGUMP. BLK TT TANGGAL PANEN TIMB .

JAM TIMBANG : KRANI TIMBANG SKP SINDER AFD.

NAMA SOPIR :

(31)

3) Memastikan bahwa buah yang diolah adalah buah yang bermutu baik yakni pada fraksi 1, 2, dan 3.

b. Dasar Teori

Buah dari TPH diangkut dengan truk dan dibongkar ke loading

ramp (tempat pembongkaran buah), kemudian baru dipindahkan ke lori

buah. Namun ada juga buah yang langsung dari truk ke lori buah. Tempat ini disebut loading point (Risza, 2004).

Setyamidjaja (2003) juga menambahkan bahwa sesampainya buah dipabrik, buah harus segera ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5 - 5 ton setiap lori.

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Alat tulis-menulis, jembatan timbang, sekop, gancu, parang, ember, loading ramp, hopper ramp.

2) Bahan : TBS dan brondolan. d. Prosedur Kerja

1) Setiap TBS yang masuk pabrik dilengkapi dengan surat pengantar buah (SPB).

2) Kendaraan pengangkut akan lebih dulu berhenti di pos jaga untuk mengisi lembar absen dan akan berhenti di pos jaga lagi pada saat keluar untuk mengisi berat netto TBS yang dimuat.

(32)

3) TBS yang masuk ke pabrik mula- mula ditimbang di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah berat TBS yang diterima oleh pabrik, dicatat hasilnya, tanggal dan waktu tibanya.

4) Catatan hasil timbangan TBS dilaksanakan secara tepat waktu dan cermat untuk kemudian dikirim ke afdeling selambat- lambatnya keesokan harinya (sesuai dengan formulir yang berlaku).

5) Setelah ditimbang TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan sementara.

6) Semua kendaraan yang memasuki jembatan timbang harus perlahan-lahan dan posisi kendaraan harus berada tepat di tengah-tengah jembatan.

7) Truk/kendaraan pengangkut yang berisi TBS ditimbang di jembatan timbang dan mesin kendaraan harus dimatikan.

8) Sopir tidak boleh berada di dalam kendaraan.

9) Perhatikan monitor untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya untuk mendapatkan berat kotor (bruto).

10) Setelah muatan kosong, kendaraan ditimbang ulang untuk mengetahui berat kendaraan tersebut (tarra).

11) Berat bersih (netto) dalam penimbangan didapat dengan mengurangi

(33)

12) Sopir akan menyerahkan SPB (Surat Pengantar Buah) yang dibawa dari kebun kepada petugas penimbangan dan akan diambil lagi pada penimbangan kedua kalinya.

13) Semua TBS diturunkan dari truk ke loading ramp

14) Brondolan yang berserakan di lantai harus segera dimasukkan ke

loading ramp.

15) TBS harus diturunkan di pintu masuk ke lori, bila pintu masuk loading

ramp telah penuh barulah TBS diperbolehkan diturunkan kehalaman loading ramp.

16) Di loading ramp dilakukan sortasi panen untuk memastikan bahwa buah masuk berada dalam kondisi yang optimal untuk diekstrak minyaknya.

17) Buah dengan fraksi 00 dan 0 tidak diterima di loading ramp.

18) Buah yang tidak lolos sortasi akan dikembalikan (untuk kebun inti) atau akan dibakar langsung.

19) Setelah proses sortasi selesai maka petugas sortasi akan mengisi lembar sortasi yang diserahkan kepada petugas penerimaan bua h di stasiun penimbangan. Lembar sortasi dapat dilihat pada Tabel 6.

(34)

Tabel 6. Lembar Sortasi

Sumber : PTP. Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali e. Hasil yang dicapai

Di stasiun penerimaan, buah akan di sortasi 14 Truk transportasi buah Ditemukan 5% buah yang busuk dan 7% buah kurang matang buah tersebut berasal dari kebun inti,sedangkan dari pihak ketiga tidak ada sama sekali.

2. Perebusan a. Tujuan

1) Memudahkan brondolan lepas dari janjangan

2) Melunakkan buah sehingga mudah diaduk dalam Digester

3) Membenuh enzime yang dapat menaikkan ALB (merusak mutu minyak).

PTP. NUSANTARA XIII (PERSERO) PMS LONGKALI

SORTASI TBS

AFDELING : No. Pol : KTP :

TANGGAL TBS TONASE FRAKSI TP BROND. SAMPAH KET. 00 0 5 6

Sopir Afdeling Pet. Sortasi

(...) (...) (...)

(35)

4) Melekangkan inti supaya lepas dari cangkang

b. Dasar Teori

Lori- lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan bantuan seperti loko, capstand, dan lier. TBS dipanaskan harus dengan Tekanan uap berada antara 2,8-3 kg/cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90 menit, Selanjutnya gunakan sistem perebusan triple peak. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan bermacam- macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar (Risza, 2004).

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Transfer carriage, sterilizer, lori, capstand, bollard, tali penarik lori

2) Bahan : TBS dan brondolan. d. Prosedur Kerja

1). TBS di masukkan ke dalam lori sampai penuh

2). Kemudian lori-lori dimasukkan ke dalam sterilizer (1 sterilizer mampu menampung 7 lori) dengan mengunakan capstand dan transfer

(36)

3). Sistem perebusan ya ng digunakan adalah sistem Triple Peak (Tiga Puncak ) dengan Total waktu perebusan ± 90 menit.

4) Hal- hal yang perlu diperhatikan pada waktu perebusan: tekanan uap dan lama perebusan, pembuangan udara dan air kondensat, sistem perebusan, dan proses perebusan.

5) Udara merupakan penghantar panas yang kurang baik. Apabila udara dalam sterilizer tidak dikeluarkan dengan sempurna, maka terjadi pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan pemindahan panas dan uap ke buah tidak sempurna, dengan demikian udara harus benar-benar dikeluarkan dari dalam sterilizer.

6) Jumlah puncak dalam perebusan dilihat dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatis.

7) Uap yang masuk kedalam ketel rebusan pada mulanya memanaskan buah luar dan masuk lagi pada buah yang lebih dalam.

8) Waktu perebusan berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui uap semakin banyak.

9) Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah da lam proses perebusan antara lain : pembuangan udara (deaerasi), pembuangan air kondensat dan pembuangan uap

(37)

bekas, pemasakan/perebusan buah, pembuangan uap akhir, dan pengeluaran lori/pengangkutan buah rebus.

e. Hasil yang dicapai

Dari proses perebusan yang baik diperoleh buah yang memiliki kandungan air yang rendah yaitu 0,2 %, buah mudah lepas dari tandan, dan buah yang masih tertinggal di tandan berkisar kurang lebih 2,99 %

PTPN XIII memiliki 2 buah Sterilizer dengan muatan 1 Sterilizer adalah 7 lori dimana kapasitas 1 lori adalah 5 ton.

3. Penebahan Buah a. Tujuan

Untuk melepaskan/merontokkan brondolan/buah dari tandannya dan memudahkan proses pelumatan dan pengepresan.

b. Dasar Teori

Risza (2004), menjelaskan bahwa setelah perebusan, lori ditarik keluar, kemudian diangkut ke atas dengan hoisting crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (stripping ) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah

(38)

yang lepas (berondolan) jatuh ke bawah dan mela lui conveyor serta

elevator dibawa menuju ketel adukan (digester)

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Lori, transfer carriage, tippler, distributing conveyor, elevator

fruit, dan thresher.

2) Bahan : TBS dan brondolan d. Prosedur kerja

1) Lori yang keluar dari sterilizer akan melewati rel-rel dan akan dinaikkan pada transfer carriage.

2) Kemudian lori- lori akan masuk ke dalam tippler.

3) Lori dibalik di dalam tippler sehingga buah akan jatuh ke dalam ban berjalan/distributing conveyor.

4) Lalu buah akan naik melalui timba buah/fruit elev ator. 5) Setelah itu buah akan masuk ke thresher.

6) Di dalam thresher buah dibanting-banting hingga buah lepas dari tandannya.

7) Kemudian dari thresher akan dihasilkan tandan kosong dan brondolan. e. Hasil yang dicapai

Hasil yang didapatkan berupa brondoan yang terlepas dari tandan sawit. Proses penebahan harus berlangsung sempurna sehingga tidak ada lagi brondolan/buah yang masih melekat pada tandan.

(39)

4. Pelumatan dan Pengepressan Buah a. Tujuan

1) Memisahkan antara daging buah dengan biji. 2) Memisahkan antara minyak dengan daging buah 3) Memudahkan proses ekstraksi minyak.

b. Dasar Teori

1) Pelumat buah (digester)

Digester berfungsi untuk melumatkan brondolan yang telah dirontokkan sehingga minyaknya dapat di ekstraksi di screw press secara maksimal dan bijinya dapat terlepas, meniriskan minyak bebas sehingga mengurangi volume massa yang akan dikempa, dan menaikkan suhu massa guna memudahkan proses pengempaan.

Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang

didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkatan yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau di bagian atas digunakan untuk mengaduk atau melumatkan dan pisau bagian bawah, di samping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong massa keluar dari digester.

Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari dagingnya.

(40)

Proses pengadukan dan peremasan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi ketel adukan selalu dipertahankan penuh. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90- 950 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2. Proses pengadukan berlangsung selama 30 menit. Minyak bebas dibiarkan keluar secara terus- menerus melalui lubang- lubang di dasar ketel. Terhambatnaya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan di digester. Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 100 0 C karena minyak dan air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak nantinya (Siahaan ddk, 2007).

1) Alat pengempa (screw press)

Berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut).

2) Pemecah ampas kempa (cake breaker conveyor)

Berfungsi untuk memecah cake yang menggumpal dari hasil pressan, sehingga serat (fiber) dan biji (nut) dapat terpisahkan.

3) Crude oil gutter

Berfungsi sebagai tempat menurunkan viscositas minyak dengan cara penambahan air

(41)

4) Crude oil tank

Fungsinya adalah sebagai tempat penampung minyak hasil pressan 5) Penyaring getar (vibrating screen)

Fungsinya untuk menyaring minyak kasar hasil pressan dengan sistem getar oleh electromotor.

f. Alat dan bahan

1) Alat : Distributing conveyor, fruit elevator, digester, dan mesin press. 2) Bahan : Brondolan

g. Prosedur Kerja

1) Buah dari thresher akan jatuh ke dalam distributing conveyor lalu akan diangkut oleh fruit elevator.

2) Kemudian buah akan dibawa oleh distributing conveyor untuk menuju ke digester. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan perikarp (endocarp atau cangkang, mesokarp/daging buah, eksokarp/lapisan luar) dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak.

3) Suhu digester harus dijaga pada suhu 900C-950C agar proses berjalan lancar dan maksimal.

(42)

4) Minyak akan jatuh ke bawah melalui pipa-pipa berdiameter 30 cm di dasar ketel, dan sisanya (daging buah bersama biji) akan masuk ke dalam alat pengepres.

h. Hasil yang dicapai

Di PTPN XIII mempunyai kapasitas digester 10 ton dan screw press 10 ton. Hasil yang didapat ialah crude oil dan biji sawit.

5. Pemurnian Minyak(Klarifikasi) a. Tujuan

Memisahkan antara minyak kasar dengan air dan lumpur dan meningkatkan kandungan rendemen serta menurunkan kandungan ALB. b. Dasar Teori

Risza (2004), menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal, dan penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO storage).

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Crude oil tank, oil tank clarifier, oil tank, decanter, purifier

tank, dan vacuum dryer.

(43)

d. Prosedur Kerja

1) Minyak dari vibrating screen akan masuk ke dalam crude oil tank untuk diendapkan.

2) Lalu crude oil akan masuk kedalam oil tank clarifier (CST) untuk mengutip minyak dengan cara pengendapan.

3) Kemudian crude oil akan masuk ke dalam oil tank untuk menampung minyak dari clarifier tank untuk selanjutnya dipanaskan sebelum diolah di purifier tank.

4) Crude oil dari oil tank akan masuk ke dalam decanter untuk memisahkan antara minyak, air dan lumpur (sludge) dengan putaran 3.650 rpm.

5) Lalu crude oil akan masuk ke purifier tank untuk dimurnikan/dibersihkan dari kotoran (dirt) dan air (moisture) melalui sistem sentrifugal dengan kecepatan 6.000-7.000 rpm.

6) Kemudian crude oil dari purifier tank akan dimasukkan ke dalam

vacuum dryer untuk mengeringkan minyak (memisahkan minyak

dengan air yang masih terikut) dengan menggunakan sistem penguapan hampa dengan suhu 800C-850C.

(44)

e. Hasil yang dicapai

Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian adalah minyak yang siap disimpan di dalam tangki timbun dan telah siap untuk dipasarkan. Minyak yang dihasilkan masih dalam bentuk minyak sawit kasar (crude palm oil ).

7. Penyimpanan Minyak/CPO a. Tujuan

Menampung sementara CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan ALB CPO yang disimpan tidak naik.

b. Dasar Teori

Menurut Naibaho (1998), bahwa penyimpanan dan penangan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupu bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencengah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.

Minyak ini ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan sudah siap untuk dijual kepada konsumen (Setyamidjaja, 2003).

c. Alat dan Bahan

(45)

2) Bahan : Crude Palm Oil (CPO) d. Prosedur kerja

Crude oil yang telah dimurnikan di vacuum dryer akan disimpan di

dalam oil storage tank dengan suhu 800C-950C, agar minyak di dalam tangki tidak mengendap.

e. Hasil yang dicapai

Di PTPN XIII Kapasitas OST (Oil Storage Tank) adalah 2.000 ton.

C. Pengolahan Inti Kelapa Sawit 1. Pemisahan Biji dan Ampas

a. Tujuan

Untuk menghasilkan inti sawit sebelum diolah menjadi minyak inti sawit (PKO) serta untuk mengolah ampas/press cake yang terdiri dari serabut dan biji.

b. Dasar Teori

Sisa pengepresan, yang berupa ampas, dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya, digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat-serat dan bahan-bahan lain yang kering dan ringan terhembus ke luar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk dipakai sebagai bahan bakar ketel uap (Setyamidjaja, 2003).

(46)

c. Alat dan Bahan

1) Alat : CBC (Cake Breaker Conveyor), depericarper, blower, dan

polishing drum, dan cyclone.

2) Bahan : Serat, biji

d. Prosedur Kerja

1) Ampas yang masih bercampur dengan biji yang berasal dari mesin pengepres akan melewati CBC (Cake Brake Conveyor).

2) Gumpalan ampas bercampur biji akan dipecah oleh pisau-pisau pada CBC.

3) Kemudian ampas dan biji akan masuk ke dalam depericarper.

4) Di dalam depericarper serat dicacah sehingga akan menjadi lebih halus dan akan terisap keatas oleh blower dan akan terhembus keluar oleh cyclone.

5) Sementara biji akan terbawa ke polishing drum untuk dibersihkan dari serat/ampas dan kotoran yang masih ikut terbawa.

e. Hasil yang dicapai

Setelah melalui polishing drum, biji yang dihasilkan adalah biji yang telah bersih dari serat. Serabut dijadikan bahan bakar ketel, sedangkan biji diolah lebih lanjut menjadi kernel.

(47)

2. Pemeraman a. Tujuan

Mengeringkan biji agar lebih mudah dipecah saat berada di ripple

mill dan menampung biji sementara.

b. Dasar Teori

Menurut Setyamidjaja (2003), biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya.

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Polishing drum, destoner, blower, air lock, dan silo notten. 2) Bahan : Biji

d. Prosedur Kerja

1) Biji dari polishing drum akan masuk ke dalam destoner untuk dipisahkan dengan kotoran berat yang terikut (batu, besi, paku, dll), kemudian biji akan terisap keatas.

2) Lalu biji akan masuk ke dalam air lock yang mengatur masuknya biji ke dalam silo.

(48)

3) Lalu biji akan masuk ke dalam silo notten yang berfungsi sebagai tempat pemeraman/penampungan biji sementara agar nantinya biji lebih mudah dipecah di ripple mill.

e. Hasil yang dicapai

Biji yang dihasilkan adalah biji yang kering sehingga mudah untuk dipecah dan tidak ditemukan lagi benda-benda asing yang terbawa (paku, besi, batu, dll).

3. Pemecahan Biji a. Tujuan

Memecahkan biji sehingga terpisah antara inti/kernel dengan cangkang/tempurung memudahkan proses pemisahan di clay bath.

b. Dasar Teori

Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan s ering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998).

c. Alat dan Bahan 1) Alat : Ripple mill 2) Bahan : Biji

(49)

d. Prosedur Kerja

Biji yang telah berasal dari silo notten tadi akan dipecah dalam alat

ripple mill.

e. Hasil yang dicapai

Proses pemecahan menghasilkan kernel yang terpisah seluruhnya dari cangkang sehingga akan mempermudah proses pemisahan di clay

bath.

4. Pemisahan Inti dan Cangkang a. Tujuan

Memisahkan antara kernel dan cangkang yang telah hancur akibat pemecahan di ripple mill dan memberikan bahan bakar untuk ketel uap berupa shell atau cangkang.

b. Dasar Teori

Prinsip pemisahan biji dan cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dengan cangkangnya. Caranya ialah, dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan melayang/mengapung dalam larutan, dan berada di atas lapisan cangkang yang mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih (Setyamidjaja, 2003).

(50)

c. Alat dan Bahan

1. Alat : Distributing conveyor, timba kraksel, LTDS (Light tenera durt

seperator) I, LTDS II, Clay bath

2. Bahan : Kernel dan cangkang. d. Prosedur Kerja

1) Dari ripple mill kemudian kernel bersama cangkang akan jatuh ke dalam distributing conveyor dan akan naik melalui timba kraksel menuju ke LTDS I, kemudian akan masuk lagi ke LTDS II, lalu masuk ke clay bath untuk dipisahkan antara kernel dan biji sekaligus proses pencucian.

2) Di dalam LTDS I dan II terjadi proses pengisapan serat oleh blower dan akan masuk ke dalam cyclone.

e. Hasil yang dicapai

Akan dihasilkan kernel/inti yang bersih dan bebas dari cangkang.

5. Penyimpanan Inti a. Tujuan

1) Menampung sementara produksi kernel.

2) Stasiun akhir tempat sortasi kernel dilaksanakan.

3) Membersihkan kernel dari biji mapun kotoran yang masih ikut terangkut.

(51)

4) Melakukan proses pengemasan terhadap kernel. b. Dasar Teori

Inti sawit dapat tahan lama disimpan selama 6 bulan. Sedangkan inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu dengan kandungan air 7% dan terdapat inti pecah 15% menunjukkan kecepatan pembentukkan asam lemak (Naibaho, 1998).

c. Alat dan bahan

1) Alat : Pipa blower, silo penyimpanan, kereta sorong (angkong), karung, ember, gayung, ember, dan mangkuk takar.

2) Bahan : Kernel d. Prosedur Kerja

1) Dari kernel sorting conveyor, kernel akan masuk ke dalam pipa

blower.

2) Dalam pipa blower, kernel akan terisap ke atas.

3) Kemudian kernel akan masuk ke dala m silo penyimpanan. 4) Dari silo penyimpanan, kernel akan jatuh ke bawah. 5) Setelah itu kernel disortasi.

6) Kernel dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran-kotoran yang masih terikut serta kernel yang masih terbungkus cangkang (biji).

(52)

7) Kernel yang sudah disortasi dan dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam karung-karung pengemasan dan diikat kuat.

8) Kernel yang telah selesai dikemas kemudian disimpan di gudang penyimpanan kernel. Karung-karung berisi kernel disusun rapi.

e. Hasil yang dicapai

Kapasitas silo penyimpanan 30 ton, sedangkan kapasitas kernel

sorting conveyor 0,15 ton/jam. Maka waktu yang diperlukan kernel

sorting conveyor untuk mencapai kapasitas maksimum dari silo

penyimpanan adalah: jam jam ton ton 200 / 15 , 0 30 ? ? atau 9 hari

Bila kapasitas tenaga kerja sortasi per orang adalah 5 ton dan kapasitas silo penyimpanan 30 ton, maka kebutuhan maksimal akan tenaga kerja sortasi adalah :

orang ton ton 6 5 30 ? ?

Bila kapasitas silo penyimpanan 30 ton dan kapasitas karung 50 kg, berarti karung yang dibutuhkan sebanyak :

600 50 000 . 1 30 ? ? x karung

(53)

D. Analisis Minyak Kelapa Sawit

1. Analisa ALB (Asam Lemak Bebas) a. Tujuan

Mengukur kadar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan. b. Dasar Teori

Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hydrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol. Standar ALB adalah 3 % (Naibaho, 1998 ).

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Beaker glass 50 ml, timbangan analitik, hot plate, magnetic

stirrer, pipet tetes, buret , oven, dan desicator.

2) Bahan : CPO, shellsol, indikator PP, NaOH. d. Prosedur Kerja

1) Cawan dioven terlebih dahulu pada suhu 1050C selama 5-10 menit. 2) Lalu cawan didinginkan di dalam desicator.

3) Kemudian cawan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. 4) Masukkan sampel minyak/CPO kedalam cawan dan ditimbang .

(54)

5) Lalu masukkan larutan shellsol (bensin murni hasil sulingan) sampai berat sampel mencapai 20 ml dan tambahkan larutan indikator PP sebanyak 3-5 tetes.

6) Masukkan magnetic strireer/pengaduk ke dalam cawan dan letakkan cawan di atas hot plate dan nyalakan.

7) Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH sampai berubah warna menjadi kemerahan.

8) Hitung kandungan ALB dengan rumus :

% 100 1000 x x E D x C x B A? Keteranga n : A = Kandungan ALB

B = Volume NaOH untuk titrasi (ml) C = Normalitas NaOH (N)

D = Berat ekuivalen As. Palmitat (minyak ) = 256 E = Berat contoh (gram)

Misalkan berat titrasi NaOH yang terpakai adalah 8 ml dan berat sampel adalah 6,7701 gram.

(55)

ALB 100% 1000 min x x contoh berat yak beq x N x NaOH ml ? % 100 1000 7701 , 6 256 1 , 0 8 x x x x ? % 100 1 , 770 . 6 8 , 204 x ? % 100 0303 , 0 x ? = 3,03 %

e. Hasil yang dicapai

Dari hasil pengujian ALB dihasilkan minyak dengan spesifikasi hampir memenuhi standar mutu yang diinginkan. Standar yang diinginkan adalah = 3,5%, Sedangkan hasil yang didapatkan dalam pengujian ALB adalah 3,03%.

2. Penentuan Kadar Air a. Tujuan

1) Menghitung kandungan air dalam CPO yang dihasilkan.

2) Menentukan baik buruknya kinerja dari sterilizer.

3) Menentukan baik buruknya kinerja ketel uap. b. Dasar Teori

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik

(56)

serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan. Standar kadar air adalah 0,1% (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Cawan, beaker glass, desicator, timbangan analitik, oven, dan penjepit.

2) Bahan : CPO d. Prosedur Kerja.

1) Cawan dioven terlebih dahulu pada suhu 1050C selama 5-10 menit. 2) Lalu cawan didinginkan di dalam desicator.

3) Kemudian cawan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. 4) Masukkan sampel minyak/CPO ke dalam cawan dan ditimbang.

5) Masukkan sampel beserta cawan kedalam oven, panaskan dengan suhu 1050C selama 15-30 menit.

6) Keluarkan sampel, lalu masukkan kedalam desicator. 7) Setelah sampel dingin, kemudian ditimbang.

8) Hitung kadar air dengan rumus :

% 100 x B C B A? ? Keterangan : A = Kadar air (%)

(57)

B = Berat sampel sebelum dioven(gram) C = Berat sampel sesudah dioven (gram)

Misalkan berat sampel sebelum di oven 9,34 gram, berat sampel + cawan = 34,36 gram, berat cawan = 25,02, berat sampel + cawan setelah dioven = 34,35 gram, maka berat sampel setelah di oven = 34,35 – 25,02 = 9,33 gram maka kandungan air adalah :

% 100 34 , 9 33 , 9 34 , 9 x A? ? % 100 34 , 9 01 , 0 x A? % 100 0010 , 0 x A? % 10 , 0 ? A

c. Hasil yang dicapai

Di pabrik memiliki standar untuk kadar air (KA) maksimum 0,15%. Namun pada lapangan kadar air (KA) yang didapat cukup rendah yaitu 0,10%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air minyak CPO pada pabrik ini baik karena dibawah standar pabrik , standar pabrik yaitu 0,15%.

3. Penentuan Kadar Kotoran a. Tujuan

Menghitung kadar kotoran pada CPO yang diproduksi dan menentukan kualitas CPO.

(58)

b. Dasar Teori

Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-Heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut. Standar kotoran adalah 0,02% (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

1) Alat : Neraca analitik, erlenmeyer 250 ml, hot plate, kertas penyaring, kapas, desicator, oven, washing bottle, funnel glass, dan penjepit, 2) Bahan : CPO, heptan (chellshol), kertas saring, timbel, dan aquades

d. Prosedur Kerja

1) Siapkan kertas saring lalu basahi dengan aquades dan keringkan dalam oven dengan suhu 1050C selama 3 – 5 menit.

2) Kemudian kertas saring ditimbang.

3) Siapkan erlenmeyer 250 ml lalu ditimbang

4) Ambil sampel CPO sebanyak 5 gram dari oil purifier dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditimbang.

5) Masukkan heptan sebanyak 200 ml dalam erlenmeyer yang berisi sampel.

(59)

6) Pasang kertas saring dalam funnel glass dan tempatkan dalam erlenmeyer 250 ml.

7) Saring campuran sampel CPO dan heptan sampai habis.

8) Hembuskan heptan dalam washing bottle sampai kertas saring bersih dan tidak mengandung minyak.

9) Masukkan kertas saring tersebut kedalam oven bersuhu 1050C selama ½ jam.

10) Keluarkan kertas saring tersebut dan dinginkan dalam desicator. 11) Timbang kertas saring.

12) Hitung kadar kotoran dengan rumus :

% 100 x D B C A? ? Keterangan : A = Kadar kotoran (%)

B= Berat kertas saring sebelum penyaringan (gram) C= Berat kertas saring setelah penyaringan (gram) D = Berat sampel (gram)

Misalkan berat sampel 10,0613 gram, berat kertas saring sebelum dan sesudah penyaringan adalah 18,8057 gram dan 18,8078 gram. Maka kadar kotoran :

(60)

% 100 0613 , 10 8057 , 18 8078 , 18 x A? ? % 100 0613 , 10 0021 , 0 x A? % 100 00021 , 0 x A? % 021 , 0 ? A

e. Hasil yang dicapai

Kadar kotoran yang diperoleh adalah 0,021%. Di pabrik standar kotoran dalam CPO adalah = 0,02%. Di lapangan kadar kotoran sudah memenuhi standar.

(61)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa karena dapat memberikan suatu bekal bagi mahasiswa di masa yang akan datang. Kegiatan tersebut akan membuka cakrawala berfikir yang lebih maju. Serta kesimpulan yang dapat diambil dari hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) di PTP. Nusantara XIII (PERSERO) kebun dan PMS Longkali adalah sebagai berikut :

1. Adapun persiapan panen merupakan suatu organisasi panen yang bertujuan untuk mengetahui jumlah TBS siap panen dalam hitungan ton. Serta mengetahui jumlah tenaga pemanen dan jumlah angkut TBS kepabrik.

2. Dalam rotasi panen kadang tidak menentu dimana pada praktek lapang yang kami dapatkan kadang tepat dihari minggu tetap dilakukan pemanenan karena kadveld yang dipanen tidak selesai dengan waktu yang direncanakan. Hal ini dapat membuat rotasi panen dapat berubah- ubah.

3. Keriteria matang panenpun yang diterapkan perusahaan adalah 5 brondolan segar pertandan dipiringan dengan tankai tandan berbentuk cangkem kodok untuk semua tahun tanam.

4. Fraksi yang diterima perusahaan adalah fraksi 1, 2, 3, da 4 karena fraksi ini mengandung rendemen yang tinggi.

(62)

5. Pengangkutan TBS juga menggunakan truk yang telah disiapkan pada tiap afdeling dengan kapasitas angkut 7 sampai 8 ton/Dum truk..

6. Operasional dan instalasi pabrik diperusahaan juga berjalan dengan kontinyu. Kapasitas olah pabrik berkisar antara 30 sampai 35 ton/jam.

7. Dari hasil uji laboratorium diperoleh data rata-rata analisis mutu CPO yaitu rendemen 22,35%, ALB 3,03%, kadar kotoran 26,92%, kadar air 13,80%.

B. Saran

Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa/i sehingga sebagaimana telah disebutkan di atas dari banyak atau sedikit pelajaran yang di dapat maka kami perlu menambahkan saran demi meningkatkan efisiensi, dan efektifitas demi meraih kinerja yang profesional dimasa mendatang :

1. Memberikan bekal ilmu bukan sekedar teori belaka namun harus ada suatu aplikasi ilmu yang mengarah kepada real di lapangan.

2. Mengadakan kerjasama yang dengan pihak perusahaan negeri maupun swasta bukan hanya hubungan sebagai tempat pelaksanaan PKL, namun lebih mengarah kepada hubungan kerja.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Fauzi. Y dkk, 2008, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.

Naibaho, Ponten M . 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 306 hlm.

Risza, Suyatno. 2004. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 188 hlm.

Setyamidjaja, Djoehana. 2003. Budidaya Kelapa Sa wit. Kanesius. Yogyakarta. 62 hlm.

Siahaan D. 2007, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS Medan.

Yan F, dkk. 2008, Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan hasil & Limbah. Paisal Swadaya. Jakarta. 158 hlm.

(64)
(65)

Lampiran 1. Pemanenan de ngan menggunakan egrek

(66)

Lampiran 3. Pemotongan gagang TBS berbentuk V

(67)

Lampiran 5. Pengangkutan TBS ke truck

(68)

Lampiran 7. Jembatan timbang (Weigh Bridge)

(69)

Lampiran 9. Pintu keluar TBS dari Loading R amp kelori

(70)

Lampiran 11. Sterilizer

Lampiran 12. Tippler

(71)

Lampiran 13. Bunch Hopper dan Scrapper Bar Conveyor

(72)

Lampiran 15. Fruit Elevator

(73)

Lampiran 17. Screw press

Lampiran 18. Oil gutte r

(74)

Lampiran 19. Sand Trap Tank

(75)

Lampiran 21. Crude oil tank

(76)

Lampiran 23. Oil Tank

(77)

Lampiran 25. Vacuum Drier

(78)

Lampiran 27. Cake Braker Conveyor

(79)

Lampiran 29. Polishing drum

(80)

Lampiran 31. Air Lock

(81)

Lampiran 33. Ripple Mill

(82)

Lampiran 35. LTDS I dan II

(83)

Lampiran 37. Timba Inti

Gambar 38. Silo Inti

(84)

Lampiran 39. Kernel Sortasi Conveyor

(85)

Lampiran 41. Fibre Cyclone

Lampiran 42. Pembuangan Tankos

(86)

Gambar

Gambar 2. Struktur Organisasi PMS Longkali  1.  Manager
Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan  Umur Tanaman
Tabel 3. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah  Berondolan.
Tabel 4.  Tabel yang digunakan oleh KPH (Krani Pemungut Hasil)    untuk mencatat TBS yang diangkut
+2

Referensi

Dokumen terkait

Relevansi yang sinergi antara hukum pidana Islam dan sistem kehidupan masyarakat Indonesia dari aspek nilai ilahiyah merupakan nilai tambah bagi kontribusi hukum

Perancangan Sistem merupakan penerapan dari suatu hasil analisa yang telah dilakukan oleh seorang analis terhadap data yang dianalisanya, sehingga menghasilkan

1. menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya telah mengundurkan diri dan tidak akan menarik kembali pengunduran diri saya sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah/Pegawai

Dari hasil yang diperoleh, bahwasannya keadaan kondisi fisik atlet yang tergabung dalam Puslatkot Porprov 2019 berada dalam kondisi yang baik, walaupun masih ada beberapa atlet

Masalah ini adalah bilamana penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli bedah akan mengoperasi untuk membuang apendiks yang mungkin gangrene dari dalam massa perlekatan

Penelitian pengaruh pengasaman terhadap contoh zeolit yang berasal dari Cikembar, Bayah dan Cikalong dievaluasi dengan cara: (1) menentukan nilai kapasitas tukar kation,

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang umum, dengan sepertiganya tersedia di tingkat universitas atau industri yang banyak memberi kesempatan ==&gt; melalui perwakilan.

“Judex facti dalam putusannya menyatakan bahwa unsur tersebut tidak terbukti dengan alasan bahwa Terdakwa mengirim SMS ke rekan-rekannya hanya berupa informasi