1
Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Jadi pendidikan merupakan
salah satu wadah atau wahana yang dipergunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan diri yang ada pada diri seseorang peserta didik. Dengan pendidikan akan dapat membentuk
manusia-manusia berkualitas dan berkebudayaan maju sehingga
mewujudkan diri sebagai manusia yang bermoral dan produktif serta penuh tanggung jawab.
Berpegang pada pengertian yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang telah dikemukakan di atas dirumuskan pendidikan karakter/budi pekerti adalah usaha sadar dan terencana untuk membangun/membentuk kepribadian yang khas peserta didik yaitu kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap, percaya diri, suka menolong,
1 Tim Redaksi Fokusmedia, Sistem Pendidikan Nasional 2006, (Bandung: Fokusmedia,
mampu bersaing, professional, ikhlas bergotong royong, cinta tanah air, amanah, disiplin, toleransi, taat, dan lain-lain perilaku yang berakhlak mulia.2
Allah SWT juga telah memerintahkan manusia untuk meuntut ilmu seperti yang terdapat dalam firman-Nya surah al-alaq ayat 1-5, yaitu:
Artinya:1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.3
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Mengajarkan bagaimana pentingnya pendidikan agar sadar akan tujuan diciptakannya manusia. Sehingga terciptanya insan-insan berkarakter manusiawi yang berlandaskan pada iman dan taqwa.
2 Maswardi M. Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Yogyakarta: Calpulis, 2015),
hal. 5
3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit
Salah satu proses belajar yang sering kita jumpai adalah proses belajar yang terjadi di sekolah. Di sekolah proses belajar yang terstruktur disebut pembelajaran. Pembelajaran melibatkan interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Guru merupakan penanggung jawab kegiatan pembelajaran di dalam kelas, sehingga guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan proses interaksi yang baik dengan siswa agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar secara efektif pada setiap pembelajaran karena pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberikan nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal.4
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Melalui pelajaran matematika dapat dikembangkan pemikiran-pemikiran kritis, sistematis, logis dan juga kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman yang menyatakan bahwa:
Matematika adalah sarana untuk berpikir, matematika adalah logika pada masa dewasa, matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya, matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah sains formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola bentuk dan struktur.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita ketahui bahwa matematika adalah pokok dari segala ilmu pengetahuan. Matematika sangat berguna
4 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi. Hal ini menunjukkan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktifitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi, asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara. Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa pembelajaran terjadi ketika ada perubahan karena suatu kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya atau karena perubahannya sementara saja, tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang dihadapi.5
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak - anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya, seperti kurang adanya saling pengertian, kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara, kurang mampu berkomunikasi secara sehat, kurang mampu mandiri, kurang mampu
5 Jogiyanto, Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus, (Jakarta:
memberi dan menerima sesama saudara, dan kurang mampu bekerjasama dengan orang lain.
Keluarga merupakan salah satu wahana yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, orangtua sebagai pendidik sekaligus sebagai penanggungjawab, sudah sepantasnya menyediakan sarana dan prasarana kebutuhan belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya. Selain itu orangtua sebagai pendidik di rumah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak-anaknya. Orangtua bertanggung jawab untuk mendukung pendidikan anak sehingga tanggung jawab pendidikan bukan hanya terletak pada sekolah saja, tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat dan lingkungan sekitar utamanya adalah orangtua. Orangtua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anakanaknya menjadi orang yang pandai, cerdas, dan berakhlak. Untuk mewujudkan keberhasilan anak yang diinginkan orang tua, faktor orangtua sangat besar pengaruhnya, sebagaimana dikemukakan oleh M. Dalyono (2009: 59):
“Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pengetahuan orangtua, besar kecilnya penghasilan orangtua, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orangtua, akrab atau tidaknya hubungan orangtua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.”
Bantuan orangtua dalam membantu belajar anak di rumah sangatlah diperlukan. Karena disamping keluarga menjadi pendidik yang utama dan pertama pada anak, siswa lebih banyak menghabiskan
waktunya di rumah bersama orangtua dari pada di lingkungan sekolah. Karena itu tanpa adanya bantuan orang tua terhadap aktivitas belajar anak
di rumah mustahil akan diperoleh prestasi belajaryang optimal bagi anak.
Perhatian orangtua terhadap pendidikan anak dalam rumah tangga sangat menentukan keberhasilan anak dalam belajar, hal ini memberikan dampak positif terhadap perubahan tingkah laku dan perkembangan pendidikan anak. Orangtua memperhatikan cara belajar anak di rumah sehingga anak memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak terlepas dari peranan orang tua dalam memberikan bimbingan di rumah, memperhatikan anak dalam mengerjakan tugas, mengatur disiplin anak dan sebagainya. Peranan orangtua terhadap anak ini sering dipengaruhi oleh sikap orangtua dalam
memberikan bimbingan dan pembinaan kepada anak.6
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh pada tanggal 25-26 September 2017, kebanyakan siswa tidak mempersiapkan diri sebelum belajar bahkan tugas rumah yang diberikan tidak dikerjakan dengan tuntas, Mereka tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar kurangnya motivasi, dan hasil belajar yang rendah.
6 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2004),
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa yang memiliki hasil belajar rendah itu disebabkan karena ada beberapa orang tua siswa yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya seperti tidak mengontrol kemajuan belajarnya, tidak acuh terhadap prestasi anak, tidak memberikan motivasi kepada anak, pemberian bimbingan belajar yang kurang yang
menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru bidang studi matematika tentang proses pembelajaran di kelas. Guru tersebut mengungkapkan bahwa siswa lebih sering tidak serius dalam belajar dan tidak memiliki bekal materi yang akan dipelajari, karena pada umumnya siswa tidak membaca pelajaran yang akan dipelajari di rumah dan hanya menunggu penjelasan dari guru, dan tugas pekerjaan rumah juga banyak siswa yang mengerjakan di sekolah, juga siswa tidak memiliki penguasaan konsep tentang materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. Akibatnya dalam proses pembelajaran mereka terbiasa menerima dan terkesan tidak siap serta kurang berminat dalam belajar, sehingga siswa kurang termotivasi dan kurang bersikap kritis dalam mengikuti dan mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, ini terbukti setelah guru menjelaskan pelajaran, dan menanyakan kembali tentang pelajaran yang telah dijelaskan masih banyak siswa yang tidak mengerti dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan ketika guru memberikan latihan hanya beberapa orang saja yang mengerjakan latihan
secara mandiri, sedangkan yang lainnya menunggu jawaban dari
temannya.7
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh yang diperkuat dengan hasil belajar matematika siswa yang masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Persentasenya dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
Tabel 1.1 : Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas X AP SMKN 1 Payakumbuh. Kelas Jumlah siswa KKM Hasil Ulangan Harian I Presentase Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas X AP1 36 75 13 23 36.11% 63.88% X AP2 34 8 26 23,52% 76.47% X AP3 34 8 26 23.52% 76.47%
Sumber: Guru Matematika Kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa masih banyak siswa kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh Dari hasil tabel di atas terlihat jelas hasil belajar siswa jauh dari harapan. Hal tersebut terlihat jelas dari persentase ketuntasan ketiga kelas diatas yang mana tidak satu kelaspun yang mempunyai tingkat ketuntasan diatas 50%. Dalam satu kelas hanya ada beberapa siswa saja yang mendapat hasil yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul : “Pengaruh Peranan Orangtua Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh Tahun Ajaran 2017/2018”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Teridentifikasi bahwa Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum belajar.
2. Teridentifikasi bahwa Siswa tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.
3. Teridentifikasi bahwa orang tua siswa yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya.
4. Teridentifikasi bahwa nilai siswa yang masih rendah. C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah penelitian yaitu pengaruh peranan orangtua terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X AP SMKN 1 Payakumbuh.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan peranan orangtua terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X AP SMKN 1 Payakumbuh tahun pelajaran 2017/2018?”
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Bagi kepala sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran alternatif bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika di sekolah dan membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan hasil belajar di sekolah. 2. Bagi guru
Sebagai alternatif lain bagi guru untuk lebih mudah menanamkan konsep matematika serta meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi peneliti
Memberikan wawasan yang luas bagi peneliti sebagai calon guru matematika nantinya.
4. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan peranan orangtua dengan mencoba variabel lain.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.8
2. Peranan
Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
3. Orangtua
Orangtua dalam kamus besar bahasa indonesia adalah ibu dan ayah. Yang merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, yang merupakan bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam
suatu kompetensi dasar9.
8Depdiknas. KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal.89
9 Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peranan Orangtua 1. Pengertian Peranan
Depdikbud mendefinisikan peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat. Sedangkan peranan diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
seseorang di suatu peristiwa.10
Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari berhadapan dengan berbagai pihak dan tampil dalam berbagai situasi, maka dalam kehidupannya dapat tampil dalam berbagai peran. Dalam hubungannya dengan anak orang tuamemainkan peranannya sebagai pendidik dalam keluarga, yang harus membimbing, mengawasi, dan memberikan motivasi belajar kepada anak-anaknya. Dengan demikian orangtua (ayah dan ibu) berperan sebagai pendidik (peranan edukasi).
Pelaksanaan suatu peranan tertentu tidak tampil dalam bentuk yang seragam, melainkan disamping berkaitan dengan siapa yang dihadapi atau dengan siapa ia berkomunikasi, tergantung juga dari situasi yang menyertai permainan peranan tersebut. Peranan itu dapat tampil sebagai suatu pola tingkah laku yang dianggap harus dilakukan seseorang untuk
memantapkan kedudukannya.11
10 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 854 11 Soelaeman, Pendidikan Keluarga, (Bandung: Alfabeta. 1994), hal. 121
Pada umumnya peranan seseorang bertautan dengan harapan-harapan orang lain atau masyarakat terhadap kedudukan, seorang ayah yang menelantarkan anak, jadi ia tidak melaksanakan peranan keayahan dengan baik seperti adat kebiasaan atau aturan yang berlaku dalam budaya suatu masyarakat tertentu ataupun kaedah-kaedah agama maka ia disebut sebagai seorang ayah yang tidak menjalankan peranan orang tua dengan baik. Sebab dari seorang ayah bahwa ia harus mengurus dan mendidik anak dengan baik selaras dengan peranannya sebagai pendidik. Demikianlah peranan itu bertautan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu ataupun kaedah-kaedah agama yang dianut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan suatu suatu pola tingkah laku yang (dianggap) dilakukan seseorang untuk memantapkan kedudukannya. Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan peranan orang tua adalah suatu pola tingkah laku atau tindakan yang seharusnya dilakukan oleh orangtua untuk memantapkan kedudukannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak.
2. Pengertian Orangtua
Keluarga terdiri ayah, ibu serta anak atau bisa juga disebut juga dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Ayah dan ibu yang disebut dengan orangtua.
Menurut kamus bahasa indonesia istilah orangtua adalah orang yang sudah tua, ayah, ibu dan orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, cerdik). Orangtua adalah “ayah atau ibu kandung dan orang yang dianggap
tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya).12
Orangtua disebut juga dengan orang dewasa yang memikul tanggung jawab pendidikan sebab pada awal kehidupan berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap pendidikannya. Dimana pada saat anak pertama kali lahir ke dunia, anak tersebut akan mengenal lingkungan hidup yang baru dan bersentuhan langsung dengan orangtuanya.
Sedangkan dari segi istilah orang tua adalah orang dewasa yang pertama bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anak dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniahnya, agar mencapai tingkat kedewasaan (mampu berdiri sendiri). Secara sederhana orangtua adalah orang yang pertama dan utama dalam mendidik anak dikalangan keluarga. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Demikian bentuk pertama dari pendidikan yang terdapat dalam kehidupan keluarga. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula mencari pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orangtua atau ibu dan ayah memegang
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anaknya. Sejak lahir ibunyalah yang selalu ada disampingnya, pengaruh ayah
terhadap anak sangat besar pula.13
Pendidikan rumah tangga itu bukan bertitik tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati, suasana yang memberikan kemungkinan alami dalam membangun situasi pendidikan yang baik. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi secara
timbal balik antara orang tua dan anak-anak.14Adapun orang dewasa yang
bertanggung jawab atas pendidikan itu adalah:
1) Orangtua (ayah dan ibu), menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Orangtua sebagai pendidik kodrati. Begitu pula sebutan orang tua sebagai pendidikan diberikan. Dengan kesadaran mendalam disertai rasa cinta kasih, orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab. Orangtua sering pula disebut sebagai pendidik kodrati atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan informal atau keluarga.
2) Pengajar atau guru disekolah, yang disebut pendidik karena jabatannya, atau karena keahliannya, maka dinamakan pendidik profesional. Pengajar atau guru adalah pendidik di lembaga pendidikan formal atau disekolah.
13 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999), cet.
Ke-4, hal. 240
14 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. ke-3, hal.
3) Pemimpin atau pemuka masyarakat, adalah pendidik dalam lembaga pendidikan non formal, dalam bermacam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada dalam masyarakat.
3. Peranan Orang Tua
Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sebab dimana ada keluarga disitu ada pendidikan.15 Menurut
fachruddin Hasbullah dalam buku “ Psikologi Keluarga dalam Islam”,
tugas orangtua adalah memelihara kestabilan situasi keluarga,
melaksanakan pendidikan anak-anaknya, menanamkan rasa kemampuan
menjalankan aturan.16
Hal yang sangat penting dalam membentuk kecerdasan anak adalah pola pengajaran utama dan pertama yang dilakukan orangtua dalam kelurga. Kecedasan seorang anak akan ditentukan oleh bagaimana
orangtua memandang dan memahami anak serta arti sebuah kecerdasan.17
Menurut J.I.G.M. Drost, S.J. Tuntutan atau peran kepada setiap orangtua guna menjadi pendidik yang baik bagi para anaknya adalah :
a. Orangtua harus terbuka kepada anaknya guna mengenalinya. b. Berikan perlindungan kepada anak, agar anak merasa aman. c. Orangtua harus menerima bakat dan kemampuan anak.
Bimbingan harus tegas namun dengan sabar dan pengertian.
d. Ajari anak tentang kedisiplinan.18
15 Syaiful Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004), hal. 2
16 Fachruddin Hasbullah, Psikologi Keluarga dalam Islam, (Banda aceh: PENA , 2007),
Cet ke- 1, hal. 98
17 Ach, Saifullah dan Nine Adien Maulana, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak,
(Jogjakarta: Kata Hati, 2005), Cet ke- 1, hal. 12
18 J.I.G.M. Drost, Sekolah Mengajar atau Mendidik?, (Yogjakarta: Kanisius, 1998), hal.
Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga. Hubungan kasih sayang dalam kelurga tidak sebatas perasaan, akan tetapi menyangkut pemeliharaan, tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak dicintainya.
Secara psikososiologis fungsi keluarga adalah :
a) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya b) Sumber kasih sayang dan penerimaan
c) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis
d) Memberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik,verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri
e) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah atau di masyarakat.
Menurut Zakiah Drajat dkk, fungsi orangtua diantaranya:
1) Pendidikan yang harus memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap anggota keluarga yang lain di dalam kehidupannya.
2) Pemimpin keluarga yang harus mengatur kehidupan anggota 3) Contoh yang merupakan tipe ideal di dalam kehidupan dunia
4) Penanggung jawab di dalam kehidupan baik bersifat fisik dan material maupun mental spritual keseluruhan anggota
keluarga.19
Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak –anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebaagai perhiasan dunia.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 46:
Artinya: “ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-kahfi ayat 46)20
Ayat diatas menjelaskan pengertian bahwa, Pertama, mencintai harta dan anak merupakan fitrah manusia, karena keduanya adalah perhiasan dunia yang dianugerahkan Sang Pencipta. Kedua, hanya harta
19 Zakiah Drajat dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hal.183
20 Departemen Agama, Al-qur’an dan terjemahannya, (Semarang: toha Putra, 1989), hal.
dan anak yang shaleh yang dapat dipetik manfaatnya. Anak hrus dididik menjadi anak yang shaleh yang bermanfaat bagi sesamanya.
Pada hakikatnya orang tua mempunyai peran agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka orang tua hendaknya membangun hubungan yang baik dengan anak-anaknya dengan cara :
a. Mendengarkan apa yang diutarakan anak, baik itu yang bersifat cerita, kesukaran atau pertanyaan, jangan sampai orangtua tidak mempunyai waktu untuk hal-hal tersebut.
b. Menceritakan pengalaman yang dialami orangtua. Orangtua perlu menceritakan pengalaman yang dirasakan penting baik untuk ana, agar anak bisa mengetahui dan belajar bagaimana
cara orang tua mengatasi kesulitan.21
Orangtua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, pusat kehidupan rohani si anak dan penyebab perkenalan dengan alam luar, serta orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan. Sebab secara alami anak pada masa awal kehidupannay berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya, dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan.
Orangtua mempunyai kewajiban atas amanah yang diberikan Allah SWT untuk memelihara dan melindungi serta memberikan kehidupan
21 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memahami Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992),
yang layak bagi seorang anak dalam menjalani kehidupan ini. Orang Tua bertanggung jawab terhadap kehidupan anak, termasuk kewajiban atas pendidikan anak-anaknya, agar anak dapat menuju kedewasaan dan kemandirian serta memeliki kepribadian yang utuh dan luhur untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Pada dasarnya orangtua mempunyai kemampuan untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak dan dapat membiasakan anak melakukan perbuatan yang sesuai dengan ajaran islam. Orangtua menjadi pendidik yang pertama dan terutama bagi anaknya. Ia harus menerima, mencintai, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama agar anak memiliki nilai hidup, bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka
sebagai peserta didik. 22
Ngalim Purwanto mengemukan peran ibu adalah : a) Sebagai sumber pemberi kasih sayang
b) Sebagai pengasuh dan memelihara c) Sebagai tempat anak mencurahkan isi hati d) Sebagai pengatur kehidupan rumah tangga
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa seorang ibu dalam keluarga adalah sebagai tempat anak mencurahkan isi hati, pemecahan masalahbagi anak, tempat anak berkasih sayang, serta tempat anak mencurahkan isi hati, pemecahan masalah bagi anak, serta tempat anak mendapatkan pendidikan awal. Ibu juga menentukan keberhasilan anak
dalam prose belajar di sekolah. Selain ibu, ayah juga mempunyai peranan dalam pendidikan anak dengan melakukan upaya sesuai dengan perannya dalam kelurga.
Peranan ayah dalam pendidikan anak di keluarga adalah sebagai berikut:
a. Sumber kekuasaan dalam kelurga (pengerak, penegak aturan dan disiplin).
b. Penghubung interen keluarga dan masyarakat.
c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga (pemenuhan kebutuhan).
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
e. Hakim atau mengadili bila ada perselisihan (pengontrol). f. Pendidik dengan segi rasional (motivasi).
Peran dari kedua orangtua dalam keluarga sesuai dengan peserta didik dalam kehidupannya dalam keluarga yaitu kebuuhan dasar fisiologis, rasa aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki kebutuhan akan harga diri,
dan kebutuhan akan aktualisasi diri.23 Dalam keluarga ayah dan ibu
mempunyai peran masing-masing untuk mencapai keberhasilan
pendidikan anak. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga dengan sekolah dan masyarakat. Dari ketiga pilar pendidikan ini hendaklah saling bekerja sama, agar permasalahan peserta didik dapat diselesaikan dengan baik.
23 E, Koewara, Teori –teori Kepribadian, (Psikoanalisis, beharhaviorisme, humanistik),
Orangtua adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak-anaknya, oleh karena itu dalam mengantarkan anak remajanya ke alam dewasa ada beberapa peran yang harus dijalankan orang tua antara lain di dalam BKKBN dijelaskan bahwa peran orangtua terdiri dari:
a. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik orangtua wajib memberikan
bimbingan dan arahan kepada anak remajanya sebagai bekal dan benteng mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Agar kelak remaja dapat membentuk rencana hidup yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, orang tua perlu menanamkan kepada remaja arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. b. Peran sebagai panutan
Anak dan remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orangtua merupakan model dan menjadi tokoh teladan bagi anaknya. Pola tingkah lakunya, cara berekpresi, cara berbicara orang tua yang pertama kali dilihat mereka, yang kemudian akan dijadikan panutan dalam kehidupannya. Orangtua harus selalu memberi contoh dan keteladanan bagi anaknya, baik perkataan, sikap, maupun perbuatan.
c. Peran sebagai pedamping
Orangtua wajib mendampingi remaja agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam
kenalan remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Pedampingan hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap curiga dari orangtua justru akan menciptakan jarak antara anak dan orangtua serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan anak dan remaja.
d. Peran sebagai konselor
Peran orangtua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil
keputusan. Sebagai konselor orangtua dituntut tidak
menghakimi tetapi berjiwa besar justru harus merangkul remaja bila sedang mengalami masalah dan membantu menyelesaikan masalahnya.
e. Peran sebagai komunikator
Hubungan yang baik antara orangtua dengan anak akan sangat membantu dalam pembinaan mereka. Apabila antara orangtua dengan anaknya terjalin dengan baik maka satu sama lain akan terbuka saling mempercayai.
f. Peran sebagai teman atau sahabat
Dengan peran orangtua sebagai teman atau sahabat anak akan menjadi terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang dihadapinya. Sebagai orangtua hendaknya mampu berperan seperti pohon yang kuat dan rindang, akarnya
menghujam ke dalam tanah sehingga bisa memberikan makan pada dahan dan daun, serta sang pohon dapat menghasilkan
buah yang segar, tidak busuk, dan tidak berulat.24
Peran orangtua menurut William Stainback dan Susan antara lain: 1. Peran sebagai fasilitator
Orangtua bertanggung jawab menyediakan diri untuk
terlibat dalam membantu belajar anak di rumah,
mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis.
2. Peran sebagai motivator
Orangtua akan memberikan motivsi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan,
mengendalikan stres yang berkaitan dengan sekolah,
mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian.
24 Furqan Faried, Pegangan kader Tentang Pembinaan Anak Remaja, (Jakarta: BKKBN,
3. Peran sebagai pembimbing atau pengajar
Orangtua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa orangtua mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak mereka. Orangtua berperan amat penting dalam membangkitkan dan meningkatkan kemandirian belajar anak. Orangtua adalah guru pertama bagi anak karena orang tualah yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada anakanaknya.
Adapun kewajiban orangtua yang dikemukan oleh Prayitno sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan kepada anak secara penuh demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara optimal.
b. Memahami potensi anak untuk dikembangkan secara optimal c. Memahami kondisi anak untuk mengadakan penyesuaian
pelayanan bagi pertumbuhan/ perkembangan dan pendidikan anak.
d. Menyediakan biaya untuk pendidikan anak
e. Memilih dan mengarahkan pendidikan anak sehingga potensi anak dapat dikembangkan secara optimal.
f. Mengikuti perkembangan dan hasil pendidikan anak dan mengusahakan tindak lanjutnya.
g. Bekerjasama dengan pendidikan dan pihak lain yang
menyelenggarakan pendidikan anak demi kelancaran
h. Memahami berbagai ketentuan tentang pendidikan anak yang
dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang demi
terselenggaranya pendidikan anak secara optimal.25
Adapun tanggung jawab orangtua menurut Syahminan Zaini adalah : a) Tanggung jawab kodrati, adalah tanggung jawab yang disebabkan
karena orangtua yang melahirkan anak tersebut.
b) Tanggung jawab keagamaan, adalah tanggung jawab berdasarkan
aturan agama islam.26
Disamping itu, tugas orangtua adalah menolong anak-anaknya menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera.
B. Hasil Belajar
1. Penegertian hasil belajar
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hamalik menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Lebih lanjut
25 Prayitno, hak dan kewajiban pendidikan Anak, ( padang: FIP, UNP, 1999), hal. 7 26 Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimilki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.27
Hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan
dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.28
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori atau ranah antara lain: ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.29 Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika matematika) yang meliputi:
a. Tingkatan menghapal secara verbal mencakup kemampuan menghapal tentang materi pelajaran serta fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
b. Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi
karakteristik, menggeneralisasi dan menyimpulkan.
27 Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hal. 62
28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016) h. 3
c. Tingkatan penerapan atau aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil dan prinsip terhadap kasus-kasus yang terjadi di lapangan.
d. Tingkatan analisis, yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. e. Tingkatan sintesis, yaitu kemampuan berfikir yang merupakan
kebalikan dari proses berfikir analisis.
f. Tingkatan evaluasi, yaitu kemampuan seseorang unntuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Penilaian merupakan proses berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif.
2. Ranah Afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi) atau berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat peserta didik terhadap matapelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi dalam ranah afektif terdiri dari:
a. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan padanya
b. Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai niai etika dan estetika
c. Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil suatu objek studi
d. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam kehidupan sehari-hari
3. Ranah psikomotorik (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Jadi hasil belajar adalah suatu faktor penentu penguasaan siswa terhadap apa-apa yang disampaikan kepadanya dalam kegiatan belajar. Penguasaan itu dapat berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan dan hasil belajar dalam kelas. Penguasaan itu harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah.
Menurut Sudjana penilaian hasil belajar peserta didik mempunyai fungsi diantaranya adalah:
1. Menggambarkan seberapa dalam seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi tertentu. Dengan penilaian maka akan diperoleh informasi tingkat pencapaian kompetensi peserta didik (tuntas atau belum tuntas).
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik serta sebagai alat diagnosis yang
membantu guru menentukan apakah peserta didik perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Menentukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.30
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. faktor yang datang dari siswa umumya memiliki pengaruh yang beasar dan signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai. Sebagaimana pernyataan Nana Sudjana bahwa:
“Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan
siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.31
Faktor-faktor yang mempengauhi hasil belajar siswa diantaranya adalah:
a. Faktor dari dalam (faktor intern)
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adapun faktor dari dalam tediri dari:
1) Faktor fisiologis
30 Kunandar, ..., hal. 68-69
31 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Faktor ini menyangkut tentang kondisi fisik atau jasmani indra seseorang.
a) Kondisi fisik
Kondisi fisiik yang sehat akan membantu aktivitas siswa. Sebagaimna dikatakan oleh Sumadi Suryabrata bahwa keadaan jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar belakangi
kegiatan belajar.32
b) Kondisi panca indra
Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam diri individu. Baik dan berfungsinya alat indra
merupakan syarat belajar berlangsung dengan baik.33
2) Faktor psikologis
Faktor ini menyangkut dengan kondisi mental yang
mempengaruhi keberhasilan belajar. Adapun kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang menetap dan stabil. Kondisi mental yang menetap dan stabil ini akan tampak dalam sikap mental yang positif dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi terutama hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Faktor-faktor psikologi dapat dibedakan menjadi:
a) Intelegensi
32 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 249 33 Sumadi Suryabrata, ..., hal. 252
Intelegensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berfikir yang sesuai dengan tujuannya.34 Intelegensi memiliki
pengaruh yang sangat besar sekali terhadap hasil belajar, karena intelegensi dapat mengkaji, menghayati dan menginterpretasikan pelajaran yang diterima dari guru. Adapun intelegensi memiliki tiga aspek, yaitu:
(1) Kemampuan untuk memusatkan segala sesuatu masalah yang disahkan
(2) Kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapai
(3) Kemampuan mengadakan kritik baik terhadap masalahnya
maupun terhadap dirinya sendiri.35
Sesuai dengan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa intelegensi memiliki peran penting bagi siswa, yakni menjadikan siswa dapat menghadapi dan menyesuaikan keadaan situasi yang baru serta mengetahui atau menggunakan konsep-konsep secara cepat dan efektif.
b) Perhatian
Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian terhadap apa yang telah dipelajari, karena
34 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 59 35 Mulyadi, Pengantar Psikologi Belajar, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN
bahan pelajaran yang tidak mempunyai perhatian dari siswa akan mengakibatkan rasa bosan yang pada akhirnya anak akan meninggalkan pelajaran tersebut.
c) Minat
Minat menjadi salah satu faktor yang turut menentukan proses belajar. Karena minat merupakan kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau
pokok bahasan tertentu dan merasa senang
mempelajarinya.36Selain itu, minat sangat erat hubungannya
dengan perasaan individu, objek, aktifitas, situasi.
Minat memungkinkan pemusatan pikiran, dan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Oleh karena itu minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar karena dapat dipastikan bahwa anak belajar disertai dengan minat akan memusatkan pikirannya dan mendapatkan hasil memuaskan. d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.37 Bakat akan nampak setelah anak itu belajar dan
berlatih. Sebagaimana pernyataan Sunarto dan Hartono, bahwa bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam
36 W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), hal. 105
bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, dan
dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.38
e) Motivasi
Motivasi dipandang sebagai pengertian atau konsepsi yang fungsional dalam menjelaskan sifat-sifat tertentu, yang dinamis dan yang memberi arah dalam belajar.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam proses belajar motivasi sangat penting, karena mampu menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar
yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.39
f) Kesiapan
Menurut Lindgren , kesiapan merupakan tuntutan utama dari pada kegiatan belajar. Tak ada sesuatupun yang dicapai oleh anak yang belajar apabila tidak dapat kesiapan emosional,
ataupun intelektual.40
g) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang yang mana alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru karena pendidikan akan diterima dengan baik oleh anak jika sesuai dengan kematangan jiwanya. Seorang anak akan belajar dengan baik apabila saat
38 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 139 39 Abu Ahmadi dan Widodo Supriatno, Psikologi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka
Cipta, 1992), hal. 139
40 Munawir, Beberapa Faktor Pendukung dalam Mengantar Keberhasilan Beajar,
kematangan telah tiba, sebaliknya akan sukar apabila kematangan belum tiba.
h) Rasa paercaya diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungannya. Dalam proses belajar diketahui bahwa rasa percaya diri merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawatnya.
i) Cita-cita
Umumnya setiap siswa memiliki suatu cita-cita dalam kehidupannya. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak dini, agar anak itu termotivasi untuk mencapai cita-citanya. Cita-cita merupakan wujud ekplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilihan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke
yang semakin rumit.41
b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa. Diantaranya yaitu:
41Dimyati & Mudjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.
1) Lingkungan sosial, meliputi lingkungan sosial di sekolah (guru, teman sekelas, para staf administrasi). Lingkungan sosial siswa (masyarakat, tetangga, teman sepermainan), lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga itu sendiri seperti didikan orang tua, kondisi ekonomi keluarga, kasih sayang dan perhatian orang tua.
2) Lingkungan fisik, seperti gedung sekolah, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, rumah tempat tinggal siswa, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan
keberhasilan siswa.42
3) Kondisi budaya yang dapat mendorong semangat belajar siswa seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi
yang berkembanng di lingkungan siswa.43
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berhubungan dengan Pengaruh Peranan Orangtua Terhadap Hasil Belajar Siswa, diantaranya adalah
1. Penelitian yang dilakukan oleh Vrisca Dyah Kurniati yang berjudul “Pengaruh Peran orang tua dan sarana belajar di sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Banyumas tahun ajaran 2014/1015.”
42 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999) hal.
138-139
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh peran orang tua dan sarana belajar di sekolah secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Expost Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa. Data yang diambil untuk variabel bebas menggunakan angket sedang untuk variabel terikatnya dengan metode dokumentasi. Validitas instrumen diperoleh melalui analisis butir dengan korelasi Product Moment dan reliabilitas instrumen dengan koefisien Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, regresi sederhana dan regresi ganda pada taraf signifikansi 5%.
2. Pengaruh Peran Orang Tua Dan Kemampuan Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X dan XI MA Mirqatul Ulum Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo yang berjumlah 64 siswa. Berdasarkan hal tersebut maka sampel penelitian ini di tetapkan 64 siswa MA Mirqatul Ulum Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo dengan teknik pengambil sampelnya adalah sampel jenuh di mana semua populasi dijadikan sampel. Sesuai dengan data yang diperlukan dan data (responden) yang berjumlah 64 orang siswa, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan metode dokumentasi dan koesioner.
Sedangkan penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Peranan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X AP di SMKN 1 Payakumbuh”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Ex Post Facto.
D. Kerangka Konseptual
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat Pengaruh Signifikan Peranan Orangtua Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh.
Hasil Belajar Matematika Siswa Peranan Orang Tua
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variable.44 Sifat penelitian ini
adalah Ex Post Facto. Penelitian Ex Post Facto adalah suatu penyelidikan empiris yang sistematis tanpa pengendalian variabel bebas secara langsung karena variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada
dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.45
B. Lokasi Penelitian
Penulis menetapkan lokasi penelitian di SMK N 1 Payakumbuh. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini karena penulis menemukan gejala-gejala atau fenomena yang akan menjadi permasalahan penelitian yang akan diteliti lebih lanjut.
C. Populasi dan Sampel a) Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Adapun yang dimaksud dengan populasi ini adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
44 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 326 45 Tatag, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya : Unesa University Press,2010),
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian. 46 Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X AP di SMKN 1 Payakumbuh. b) Sampel
Sampel adalah sebagian bagian dari populasi.47 Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama
sehingga betul-betul mewakili populasi.48
Dalam penentuan sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan:
“Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung kemampuan waktu, tenaga, dana, sempit luasnya wilayah
pengamatan dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.49 “
Berdasarkan pendapat suharsimi arikunto diatas karena jumlah populasi lebih dari 100 maka peneliti mengambil sampel 25% jadi jumlah sampel peneliti berjumlah 26 orang.
46 Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: PT Rineka cipta, 2005), hal.118 47 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007), hal.
118.
48 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm. 99.
49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka
D. Variabel, Data, dan Sumber data penelitian 1. Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu objek penelitian yang menjadi titik fokus perhatian peneliti dalam meneliti. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang menjadi
sebab terjadinya variabel dependen (terikat).50 Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas yaitu Pengaruh Peranan Orangtua (X).
b) Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel independen.51 Dalam penelitian ini yang
merupakan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa kelas X AP di SMKN 1 Payakumbuh (Y).
2. Data
a. Data Primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data skor angket peran orangtua, nilai ujian matematika semester ganjil siswa kelas X AP di SMKN 1 Payakumbuh.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui dokumen-dokumen atau data yang diarsipkan.52
50 Sambas Ali Muhidin, dkk, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hal. 14.
51 Sambas Ali Muhidin, …….. hal. 14.
52 Sumadi Suryabrata, metodologi penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004, hal.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk
diisi oleh responden.53
b. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis.54Metode ini merupakan cara pengumpulan
data dalam bentuk data yang sudah jadi atau hasil laporan. Dalam metode ini, peneliti akan mengumpulkan informasi penting yang berkaitan dengan peran orangtua serta dokumen-dokumen lainnya yang menunjang penelitian.
E. Prosedur Penelitian.
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1. Tahap persiapan.
a. Menentukan jadwal penelitian yaitu januari 2018
b. Mempersiapkan instrumen angket yang akan digunakan untuk penelitian, berupa angket peran orangtua.
c. Melakukan validasi isi terhadap angket peran orangtua.
53 Burhan bungin, metodologi penelitian kuantitatif, Jakarta: Pernada Media Group.
2005.hal 133
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan uji coba angket pada tanggal 11 januari 2018 b. Menganalisis hasil angket uji coba
c. Memberikan angket peran orangtua yaitu siswa kelas X AP SMK N 1 Payakumbuh pada tanggal 26 januari 2018
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, peneliti mengolah data yang didapat selama tahap pelaksanaan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.55 Adapun aspek-aspek Peranan Orangtua
yaitu: Peran Sebagai Fasilitator, Peran sebagai motivator, dan Peran Sebagai Pembimbing Atau Pengajar.
Kemudian aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan. yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif.
Tabel: 3.6 Butiran Soal Positif dan Negatif
Butiran Soal Nomor Soal Total
Positif 1, 2, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 15, 18, 19, 20,21, 22, 23, 26, 27, 28, 32, 33, 34, 37, 38, 42, 43, 44, 47, 48, 51,52, 53, 56,57, 58 34 Negatif 3, 4, 7, 8, 13, 14, 16,17, 24, 25, 29, 30, 31, 35, 36, 39, 40, 41, 45,46, 49,50, 54, 55, 59 25
Jawaban setiap item instrumen yang digunakan skala likert mempunyai gradasi positif sampai negatif, yang berupa kata-kata antara lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
Tabel 3.3 Skor Jawaban Skala Peranan Orangtua
No Pilihan jawaban positif Negatif
1 Selalu 5 1
2 Sering 4 2
3 Kadang-kadang 3 3
4 Jarang 2 4
Adapun indikator variabel Peranan Orang tua dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen sebagai berikut:
Tabel: 3. 1. Kisi-kisi Instrumen
Variabel Sub Indikator Indikator Item + _ Peranan Orangtua Peran Sebagai Fasilitator Peran sebagai motivator 1. Membantu belajar anak di rumah. 2. Mengembangkan keterampilan belajar yang baik. 3. Memajukan pendidikan dalam keluarga. 4. Meyediakan sarana alat belajar . 1. Meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah. 2. Mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan 3. Mengendalikan stres yang berkaitan dengan sekolah 4. Mendorong anak 1, 2 5,6 9,10,11,12 15,18,19 20,21,22,23 26,27,28 32,33,34 37,38 3,4 7,8 13,14 16,17 24,25 29,30,31 35,36 39,40,41
Peran Sebagai Pembimbing Atau
Pengajar
untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan Sekolah 5. Memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak. 1. Membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak. 2. Membantu anak mengatur waktu belajar. 3. Mengatasi masalah belajar dan tingkah laku yang kurang baik. 42,43,44 47,48 50,51,52 55,56,557 45,46 49 53,54 58,59
G. Metode Analisis Instrumen 1. Instrumen angket
a. Validasi instrumen angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Validasi isi dilakukan yang pertama oleh ibu Rahmawati Wae dosen pendidikan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi dimana pada angket ada butir yang perlu dihilangkan karena memiliki makna yang sama. Validator kedua adalah ibu Sri Dosen pendidikan Bimbingan dan Konseling IAIN Bukittinggi, Berdasarkan hasil validasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa instrumen dapat digunakan dengan sedikit revisi sebagaimana terdapat pada lampiran validasi isi.
Suatu instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir angket adalah korelasi product moment dari Karl Pearson. Perhitungan ini dibantu dengan SPSS, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siapkan lembar kerja SPSS
2) Isikan semua data pada kolom yang tersedia
4) Klik menu Analize, Scale, Reliability Analysis. Sehingga muncul kotak dialog.
5) Pilih alpha pada kotak dialog tersebut
6) Masukkan semua variabel kedalam kotak items. Sehingga muncul kotak dialog.
7) Klik Statistic pada kotak dialog tersebut dan muncul lagi kotak dialog.
8) Pilih item, scale, scale of item deleted kemudian klik tombol continue, lalu klik OK, akan muncul output.56
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah:
a. Jika nilai r hitung lebih besar (>) dari nilai r tabel maka item angket dinyatakan valid dan dapat dipergunakan, atau
b. Jika r hitung lebih kecil (<) dari nilai r tabel maka item angket dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
c. Nilai tabel r dapat dilihat pada a = 5% dan db = n-257
Tabel 3.4 : Kriteria penafsiran indeks korelasi product moment
Validitas Kualifikasi 0,81 - 1,00 0,61 - 0,80 0,41 - 0,60 0,21 - 0,40 0,00 - 0,20 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
56 Sambas Ali Muhidin, dkk, Analisis korelasi, regresi dan jalur pada penelitian, (Bandung:
Pustaka setia, 2009), hal.42
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk angket Peranan Orangtua diperoleh kesimpulan bahwa angket Peranan Orangtua dari 59 butir dinyatakan terdapat 42 butir yang valid dan 17 butir yang tidak valid/gugur. Hasil dari perhitungan validitas butir menunjukkan bahwa butir angket valid dengan keterangan pada taraf signifikansi 𝑎 = 0,05 dan bernilai positif. Selanjutnya butir-butir tiap instrumen yang valid digunakan untuk penelitian yang sebenarnya. Hasil validasi angket dapat dilihat pada LAMPIRAN II
a. Reabilitas instrumen angket
Suatu instrument pengukuran dikatakan reliabel, jika
pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrument dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang homogen diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS. Dengan bantuan menggunakan output yang didapat dari uji validitas dapat ditafsirkan hasil uji reliabilitas dengan kriteria:
1. Jika nilai hitung alpha lebih besar (>) dari nilai r tabel maka angket dinyatakan reliabel, atau
2. Jika nilai hitung alpha lebih kecil (<) dari nilai r tabel maka angket dinyatakan tidak reliabel
3. Nilai tabel r dapat dilihat pada a = 5% dan db = n - 258
Tabel 3.5: Kriteria Reliabilitas Reliabilitas (r11) Kualifikasi 0,80 <r11 ≤1,00 0,60 <r11 ≤0,80 0,40 <r11 ≤0,60 0,20 <r11 ≤0,40 0,00 <r11 ≤0,20 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program SPSS untuk angket Peranan Orangtua diketahui nilai koefisien alpha sebesar
0,889, dan nilai rtabel = 0,374 pada taraf 𝑎 = 5% dan db = n-2. Dengan
demikian nilai rhitung = 0,891 lebih besar dari nilai rtabel atau 0,889 > 0,374.
Ini artinya instrumen angket kecerdasan emosional dinyatakan reabilitas dengan kriteria sangat tinggi dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada LAMPIRAN IV
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses penelaahan pengurutan dan pengelompokan data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau teori
58 Sambas Ali Muhidin, dkk, Analisis korelasi, regresi dan jalur pada penelitian...,
sebagai temuan penelitian.Untuk melakukan uji statistik tersebut dilakukan uji berikut ini :
1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variable dependent, variable independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal, atau tidak. Model regresi dikatakan baik apabila distribusinya normal atau mendekati normal.
Adapun langkah-langkah untuk melihat variabel berdistribusi
normal atau tidak, maka dilakukan uji Liliefors sebagai berikut :59
1) Data x1, x2, x3, …, xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Data x1, x2, x3, …, xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3, …, zn dengan menggunakan rumus :
𝑧
𝑖=𝑥𝑖 − 𝑋̅𝑆
3) Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) = P (z < zi).
4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama zi
yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus :
𝑆 (𝑧𝑖) = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1 , 𝑧2 , … , 𝑧𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ≤ 𝑧𝑖 𝑛
5) Menghitung selisih antara F(zi) dangan S(zi) kemudian tentukan
harga mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari dari harga mutlak selisih itu
diberi simbol L0, L0 = maks|𝐹(𝑧𝑖) − 𝑆(𝑧𝑖)|.
7) Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L pada tabel. Pada
taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel maka variabel berdistribusi normal.
a. Homogenitas
Untuk keperluan uji homogenitas variansi data variable kelompok X (peran orang tua) terhadap Y (hasil belajar matematika) dilakukan dengan manual. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Membuat hipotesis yaitu :
H0 : populasi mempunyai variansi homogen
H1 : populasi mempunyai variansi tidak homogen
2) Menghitung variansi masing-masing kelompok
3) Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:
𝑆2= 𝛴(𝑛𝑖 − 1)𝑆𝑖
2
𝛴(𝑛𝑖− 1)
4) Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus :
𝐵 = (𝐿𝑜𝑔 𝑆2) ∑(𝑛
𝑖 − 1)
5) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus :
𝑋2 = (ln 10){𝐵 − 𝛴(𝑛
𝑖− 1) log 𝑆𝑖2}
Membandingkan 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 dengan 𝑋
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 dengan kriteria bila
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 untuk taraf 𝛼 maka terima H0 artinya populasi homogen.