• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAYAGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAYAGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAYAGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nispi Syahbani

ABSTRAK

Setiap materi ajar secara spesifik akan berbeda media yang digunakan, sesuai dengan karakteristik dan tujuan materi tersebut. Karena seorang guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya, akan tetapi juga harus mampu memilih media yang tepat dan mampu mendayagunakan media tersebut sesuai dengan karakteristik materi ajar. Kemampuan guru dalam mendayagunakan media pembelajaran diharapkan dapat membantu para siswa dalam memahami setiap materi yang disampaikan, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dengan sempurna.

Kata kunci: Media pembelajaran, pendidikan agama Islam A. Pendahuluan

Pendididkan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran wajib untuk semua jenjang pendidikan dalam sistem pendidikan Nasional. Materi PAI sarat dengan konsep-konsep abstrak yang harus dipahami peserta didik, terutama untuk mengembangkan perilaku “gamis” atau pengembangan sikap beragama dalam kancah kehidupan bermasyarkat. Oleh karena itu dalam pembelajaran PAI lebih menekankan keterampilan fungsional. Artinya hasil belajar PAI harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam rangka penerapan ritual beragama, maupun dalam berperilaku hidup sesuai tuntunan/ajaran agama.

Untuk mencapai hasil belajar PAI, siswa lebih banyak belajar melalui keterampilan mengucapkan, bergerak dan menghafal. Di sisi lain bahan ajar PAI lebih banyak menggunakan Bahasa Arab. Untuk mencapai kemampuan tersebut siswa menggunakan seluruh modalitas belajar dan sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Terkait dengan kondisi tersebut maka dalam pembelajaran PAI mutlak diperlukan media. Dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran seharusnya merupakan bagian yang harus mendapatkan perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataan yang sering

dijumpai di pada pembelajaran PAI sekolah, pemanfaatan media masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru PAI telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran.

Agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu diberdayakan berdasarkan relevansi, kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa. Bahkan guru dapat berperan sebagai kreator yaitu menciptakan dan memberdayakan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi siswa.

B. Konsep Pembelajaran PAI

Konsep belajar (learning) dan pembelajaran (instruction) merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga menyatu, tergantung kepada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai (Rasyad, 2002: 1).

Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik.

Sedangkan mengenai pendidikan agama Islam, Mappanganro (1996: 10) mengemukakan beberapa pengertian yaitu:

(2)

1. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapatmemahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya serta menjadikan sebagai way of life (jalan kehidupan) sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan.

2. Pendidikan agama Islam ialah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa terhadap anak didiknya menuju tercapainya manusia beragama (manusia yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa).

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dirumuskan diatas selanjutnya dapat diperhatikan dalam beberapa hal, antara lain:

1. Pendidikan agama Islam adalah mengarahkan peseta didik agar bisa mengamalkan ajaran Agama Islam dan ini dilakukan secara sadar agar tercapai tujuan.

2. Bimbingan dalam pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Guru pendidikan Agama Islam melakukan kegiatan pembelajaran secara sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berakhlak karimah.

Merujuk kepada uraian-uraian di atas, sebenarnya konsep dasar pembelajaran PAI dalam lembaga pendidikan formal dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam

(Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, 2002: 49)

Dengan demikian, pengertian pembelajaran PAI diditinjau dari teori didaktik metodik berarti proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan PAI yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.

C. Pengertian Media Pembelajaran PAI

Arsyad (2011: 3) menyebutkan, ”kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah, perantara, pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (لﺋﺎﺳو) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Pengertian ini mengacu pada perantara yang mendistribusikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Perantara dapat berbentuk alat fisik, sebagaimana pendapat Briggs seperti dikutip oleh Ramayulis (2011: 250) yang mendefinisikan media sebagai segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Alat fisik yang digunakan untuk menyajikan pesan kepada penerimanya untuk merangsang siswa agar mau dan aktif dalam belajar. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Rustyah NK sebagaimana dikutip oleh Ramayulis (2011: 250) menyebutkan bahwa pengertian media mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.

Ada kata kunci baru yang muncul dari pengertian menurut Rustyah, yaitu media sebagai alat bantu proses penyampaian pesan. Alat bantu mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekedar alat berbentuk fisik. Hal ini lebih dipertegas oleh Basyiruddin Usman (2002: 127) yang menyebutkan, ”Pengertian media secara lebih luas dapat diartikan manusia, benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”. Demikian pula pendapat Gegne sebagaimana dikutip oleh Ramayulis (2011: 250) menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

Kedua pendapat terakhir mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengertian-pengertian sebelumnya. Media merupakan semua komponen yang terkait dengan proses penyampaian pesan. Media pembelajaran dan alat pembelajaran mempunyai pengertian yang sama, sebagaimana pendapat Daradjat (1984: 80) yang menyebutkan bahwa pengertian alat pendidikan sama dengan media pendidikan sebagai sarana pendidikan.

(3)

dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika media pembelajaran didesain dan dikembangkan secara baik, maka peran guru dapat diperankan oleh media pembelajaran meskipun tanpa keberadaan guru.

Lebih lanjut Basyirudin Usman (2002: 117) mengartikan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat dapat diragakan maupun tehnik atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan agama Islam.

Dengan memperhatikan pengertian Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diatas, dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Penggunaan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama serta tindakan atau perbuatan Rasulullah SAW.

2. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama islam itu sendiri, materi pembelajaran yang akan disampaikan, ketersediaan alat, minat dan kemampuan siswa dansituasipembelajaran yang akan berlangsung.

D. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran PAI

Pemilihan media pembelajaran PAI perlu mempertimbangkan prinsip pembelajaran PAI. Dan apabila dikaji dari tujuan pembelajaran PAI, maka setidaknya ada tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu: 1) mengembangkan pengetahuan tentang ajaran keagamanan; 2) terampil melakukan ajaran agama dalam kehidupan; dan 3) bersikap yang mencerminkan perilaku agamis dalam hidup bermasyarakat.

Sebagai pertimbangan lain dalam pemilihan media pembelajaran PAI agar pembelajaran tidak terlalu bersifat verbalisme, ada beberapa teori yang kiranya dapat menjadi rujukan.

Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses

pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experience), kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic

representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya

untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke

yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbul. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experience), seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2. Kerucut pengalaman Dale (Heinich, et.al., 2002:11)

Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, sedangkan Bruner menekankan pada proses operasi mental siswa pada saat

Simbol verbal Simbol

visual Radio, audio tape recorder, dan

gambar diam Film Televisi Pameran Karyawisata Demonstrasi Pengalaman dramatisasi Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman langsung yang bertujuan

SYMBOLIC

ICONIC

(4)

mengamati obyek.

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media tersebut, akan mempermudah para guru PAI dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

Selanjutnya dalam mengembangkan media, perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan media pembelajaran PAI, sebagai berikut:

1. Asesmen kondisi pebelajar: Kemampuan akademik, modalitas belajar, usia, jenis kekhususan, yang dibutuhkan sebagai prasyarat belajar PAI.

2. Asesmen kondisi guru, dan potensi lingkungan sekolah serta kelayakannya dengan media yang akan digunakan untuk pembelajaran PAI

3. Penetapan Kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi/bahan ajar, waktu belajar PAI dan kesesuaian dengan media

4. Penetapan media dengan mempertimbangkan prisip umum pemilihan media.

5. Perencanaan/persiapan pembuatan media untuk pembelajaran PAI.

6. Pengembangan media --- termasuk uji coba ahli materi PAI dan ahli media.

7. Pengggunaan Media dan uji keefektifan media dalam pembelajaran PAI

8. Revisi perbaikan media --- jika diperlukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru PAI.

E. Jenis Media Pembelajaran PAI

Media pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Demikian juga halnya dengan penyesuaian antara media pembelajaran yang dipakai dengan kebutuhan peserta didik yang banyak dan bermacam-macam, namun secara garis besarnya pemilihan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan kebanyakan peserta didik.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa media pembelajaran diciptakan untuk menghilangkan verbalisme. Beberapa pakar pendidikan juga mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan tujuan dan karakteristik jenis media. Media pembelajaran dan tekniknya yang sesuai dengan pembelajaran PAI, antara lain:

1. Media berbasis manusia, media ini memiliki tujuan mengubah

sikap dan secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa sehingga mampu mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing. Salah satu faktor terpenting dalam media pengajaran berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang interaktif. Contoh pemanfaatan media berbasis manusia ini yaitu berupa pengalaman langsung dari praktek Thaharah, praktek shalat, praktek haji, dsb. Pengajaran interaktif dengan media berbasis manusia dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk:

a. partisipatori yaitu pelajaran dimulai dari sesi curah pendapat dari siswa kemudian guru mengelompokkan, mengevaluasi, dan membahas pendapat bersama siswa;

b. bermain peran yang terdiri dari beberapa siswa kemudian butir informasi penting dibahas dan disimpulkan;

c. kooperatif yaitu menciptakan kelompok/tim yang bertanggung jawab saling mengajar pengetahuan dan praktek khusus, 4) debat terstruktur.

2. Media berbasis cetakan, yan paling umum kita kenal adalah

buku teks, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Media ini mulai populer pada tahun 1960-an dengan istilah pengajaran terprogram yang merupakan materi untuk belajar mandiri. Beberapa cara digunakan untuk menarik perhatian pada media ini dengan kolaborasi pada warna, huruf, dan kotak pada tulisan.

3. Media berbasis visual, media ini dapat memperlancar

pemahaman, memperkuat ingatan, menumbuhkan minat siswa, dan menghubungkan antara isi materi dengan dunia nyata. Bentuk visual berupa: 1) gambar representasi (gambar, lukisan, foto), yang diaplikasikan seperti gambar kebudayaan-kebudayaan Islam di Baghdad/Mesir, 2) diagram yang melukiskan hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi, 3) peta yang diaplikasikan seperti peta perluasan wilayah Islam pada masa Khulafa al-Rasyidin, 4) grafik, 5) pameran, papan info, slide, proyektor transparasi yang biasanya dapat diaplikasikan untuk pengenalan kosakata pengajaran bahasa arab, 6) flash card (kartu kecil yang berisi gambar/teks yang mengingatkan siswa dengan gambar tersebut) misalnya diaplikasikan dalam latihan memperlancar gerakan shalat melalui gambar-gambar flash card, 7) strip story (berupa potongan-potongan kertas yang dibuat secara acak) banyak diaplikasikan untuk cara cepat membaca dan menghafal al-Qur'an, hadits nabi, bacaan dalam shalat, mahfudhat, dsb.

4. Media berbasis audio visual, media ini diaplikasikan sebagai

produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran. Bentuk audio visual berupa: 1)

(5)

video, 2) film, 3) program slide-tape, 4) televisi, rekaman tape recorder, dan yang lainnya.

5. Media berbasis komputer, media ini menyajikan materi

pembelajaran tidak dalam bentuk cetak, visual, namun berupa digital yang dapat dianalisis oleh penggunanya. Dengan perkembanagn teknologi yang dihasilkan dari media berbasis komputer ini membuat sesuatu yang tidak mudah menjadi mudah dan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Misalnya, penelusuran hadits-hadits Rasulullah dari segi matan dan sanad melalui software-software yang telah diciptakan.

Sedangkan penerapan media pembelajaran sesuai mata pelajaran pendidikan agama Islam, antara lain:

1. Media Pembelajaran al-Qur’an dan Hadis

Pembelajaran al-Qur'an dan Hadis menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran al-Qur’an dan hadis dapat menggunakan media audio, yaitu misalnya dengan menggunakan media tape recorder, peserta didik mendengarkan rekaman yang berisi ayat-ayat al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menulis, dan melafalkan bacaan-bacaan yang didengarkannya.

2. Media Pembelajaran Aqidah Akhlak

Media pembelajaran akhlak mencakup nilai suatu perbuatan, sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran agama Islam, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat pada diri seseorang, maka ada beberapa media pembelajaran yang dapat membantu pencapaian pembelajaran akhlak, antara lain:

a. Melalui bahan bacaan atau bahan cetak.

Melalui bahan ini peserta didik akan memperoleh pengalaman dengan membaca. Yang termasuk media ini buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap, bahan bacaan umum seperti, majalah, koran dan sebagainya. b. Melalui alat-alat audio visual (AVA).

Melaui media ini peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung dan mendekati kenyataan, misalnya dengan alat dua atau tiga dimensi, maupun dengan alat-alat teknologi modern seperti televisi, internet, dan lain sebagainya.

c. Melalui keteladanan.

Usaha Nabi dalam menanamkan akidah agama yang

dibawanya dapat diterima dengan mudah oleh umatnya yaitu dengan menggunakan media yang tepat berupa media contoh/teladan perbuatan-perbuatan baik nabi sendiri (Uswatun Hasanah). Istilah ”Uswatun Hasanah” barangkali dapat diidentifikasikan dengan ”demonstrasi” yaitu memberikan contoh dan menunjukkan tentang cara berbuat atau melakukan sesuatu. Media ini selalu digunakan nabi dalam mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada umatnya, misalnya dalam mempraktekkan sholat dan lain-lain. Selanjutnya, melalui suri tauladan atau model perbuatan dan tindakan yang baik, maka guru agama akan dapat menumbuhkembangkan sifat dan sikap yang baik pula terhadap anak didik. Begitupula sebaliknya. (Usman, 2002: 116).

d. Melalui media masyarakat dan alam sekitar.

Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman yang komprehensif, pendidik dapat membawa anak ke luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan masyarakat maupun alam sekitar (Thoha, dkk, 1999: 133-134).

3. Media Pembelajaran Fiqih

Media pembelajaran sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar harus disesuaikan dengan orientasi dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran fiqih, media yang sering digunakan adalah media bahan cetakan seperti buku bacaan, koran, gambar, dan sebagainya. Kemudian media suara yang didengar, sebenarnya masih ada media yang bisa memperjelas pemahaman peserta didik, misalnya pada pembahasan muamalah, untuk memahami jenis dan bentuk transaksi ekonomi tertentu biasa digunakan media video yang menceritakan berbagai macam transaksi ekonomi. Bahkan bisa digunakan media yang bersumber dari lingkungan, misalnya bank, pegadaian, pasar modal dan sebagainya.

4. Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Hendaknya pendidik menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimana perlu. Dalam menguraikan peristiwa hijrah Nabi misalnya pendidik dapat menggunakan slide atau film yang tersedia, memperdengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar dari pemancar radio pada hari-hari besar seperti Maulid, Hijrah Nabi ataupun Isra’ Mi’raj (Thoha, dkk, 1999: 222-223).

(6)

F. Usaha & Inovasi Media Pembelajaran PAI

Jika alat dan media pendidikan tersebut benar-benar dibutuhkan dan mampu membantu kesuksesan pendidikan maka membuat kreasi media dan alatnya menjadi hal yang harus dilakukan. Terlebih lagi pada masa sekarang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, maka proses pembelajaran PAI tidak lagi bisa dilepaskan dari media modern. Seperti peralatan laboratorium, komputer, film, dan lainnya akan sangat membantu peserta didik dalam belajar.

Sebagai guru harus berupaya untuk mengembangkan media pembelajaran, apabila media yang sesuai belum tersedia. Beberapa hal yang perlu dikembangkan guru terhadap media pembelajaran khususnya PAI yaitu:

1. Visualisasi pesan atau informasi dikembangkan dalam berbagai ilustrasi gambar/foto yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek. Dengan menampilkan gagasan visual yang jelas, dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Aplikasinya bisa berupa foto, flash card, strip story, papan kantong,dll.

2. Melalui media audio visual guru mengembangkan keterampilan mendengar siswa dan mengevaluasi apa yang didengar, mengkombinasikan dengan varian multimedia yang menarik (radio tape-slide).

3. Melalui media komputer guru harus mampu membuat belajar menjadi menyenangkan, menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dan memotivasi siswa untuk terus berlatih.

G. Kesimpulan

Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mendayagunakannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2002.

Mappanganro, Implementasi pendidikan Islam di Sekolah, Ujung Pandang: CV. Berkat Utami, 1996.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan

Pembelajaran (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,

2002.

Heinich, et.al., Instructional media and technology for learning, 7th

edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc., 2002.

Thoha, Chabib, dkk., Metodologi Pembelajaran Agama, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1999.

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan

Pemikiran para Tokohnya. Kalam Mulia: Jakarta, 2011.

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Pers: Jakarta, 2002.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran, RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2011.

Gambar

Gambar 1. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam
Gambar 2. Kerucut pengalaman Dale   (Heinich, et.al., 2002:11)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian untuk mahasiswa memandang seks merupakan hal yang biasa menyatakan bahwa 246 mahasiswa (79%) memandang kurang tertarik dengan seksualitas dan 252 mahasiswa

Oleh itu, Ho 3, iaitu tidak terdapat perbezaan yang signifikan terhadap pencapaian bagi penguasaan aspek bahasa penulisan karangan argumentatif menggunakan peta minda dalam

In this study, stepwise multiple regression analyses were performed for both sexes and also the total sample to examine the relationships between the dependent variable

Tahapan pemetaan tutupan lahan Potensi simpanan karbon bawah tegakan dapat diperoleh dari beberapa data penyusun simpanan karbon gambut, diantaranya data luas lahan

Kegunaan praktis dalam penelitian ini sangat berguna bagi pemerintah dalam hal memberikan sumbangsi pemikiran akademis sebagai sarana pengsosialisasian mengenai

Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Teknologi dapat mempermudah pekerjaan. Contohnya, pekerjaan cepat selesai dan hasil yang meningkat. Teknologi adalah

(1) Setiap orang yang telah mengetahui dirinya terinfeksi HIV/AIDS atau ODHA atau orang-orang berpotensi kena HIV/AIDS diwajibkan untuk mencegah penularan HIV/AIDS

 Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pengetahuan mengidentifikasi peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta sikap menerima