• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif (quantitative

method) yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efisiensi

BPD dengan menganalisis data numerik (angka) dan menggunakan metode non parametik.

Sedangkan berdasarkan horizon waktu penelitian ini adalah time series dan

cross section, yaitu data dikumpulkan pada periode waktu tertentu untuk

memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan selama periode penelitian.

4.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu input dan output dengan menggunakan DEA. Input adalah masukan yang menentukan seberapa besar output bank, sedangkan output adalah hasil kinerja dari input.

4.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.3.1 Variabel Profitabilitas

Menurut Giokas (2008), ditulis Aggelopoulos, et al. (2011), Profitabilitas mengukur berapa tingkat efisiensi tertinggi dari seluruh biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba. Input yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(2)

1) Beban Bunga, adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh BPD atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank lain dan dana-dana pihak ketiga bukan bank.

2) Beban Non Bunga, yaitu biaya yang dikeluarkan BPD selain biaya bunga untuk biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan berupa biaya overhead atau berupa biaya yang harus dibayar atas penggunaan jasa tertentu dalam pelaksanaan transaksi dan tercatat dalam laporan laba-rugi.

3) Aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

Sedangkan Output yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut: 1) Laba Sebelum Pajak, yaitu laba sebelum pajak sebagai hasil yang

diinginkan oleh BPD setelah mengeluarkan biaya untuk mendapatkan laba tersebut.

2) Pendapatan Bunga Bersih merupakan hasil dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

4.3.2 Variabel Teknis

Efisiensi teknis bersudut pandang mikro, jadi untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan yang bersifat internal yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal. Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara teknis apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau memproduksi sejumlah output tertentu

(3)

menggunakan sumber daya yang minimal (input). Input dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Total Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada BPD dalam bentuk tabungan, giro, deposito.

2) Aktiva Tetap Perusahaan adalah aset atau aktiva berwujud yang diperoleh oleh BPD dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasional BPD,serta umur ekonomislebbih dari satu tahun.

3) Tenaga Kerja adalah sumber daya manusia yang dihitung berdasarkan jumlah karyawan yang bekerja pada masing-masing BPD pada tahun penelitian.

Sedangkan Output yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Total Kredit Yang disalurkan, adalah dana yang telah dihimpun BPD dari

masyarakat kemudian disalurkan dalam bentuk kredit.

2) Total Pendapatan Bunga adalah pendapatan yang diterima oleh bank yang berasal dari bunga kredit yang dikeloha. Variabel ini terdapat pada laporan laba-rugi.

3) Total Pendapatan Non Bunga adalah pendapatan yang dihasilkan dari luar bunga yaitu pendapatan provisi, fee atau komisi yang diperoleh bank atas pemberian jasa dalam bentuk pelaksanaan transaksi.

Data yang digunakan dalam DEA, dibagi dalam variabel input dan output yang diformulasikan kedalam diasumsi pada pendekatan Variabel Return to Scale (VRS). Input profitabilitas meliputi aktiva produktif, beban bunga dan biaya non

(4)

bunga sedangkan output meliputi pendapatan sebelum pajak dan pendapatan bunga bersih. Sedangkan input efisiensi teknis meliput total simpanan, aktiva tetap, dan tenaga kerja sedangkan output total kredit yang disalurkan dan total pendapatan bunga pada masing-masing BPD yang menjadi obyek penelitian. 4.4. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan dari perusahaan perbankan yang menjadi sampel yang telah diaudit dan dipublikasikan. Data diambil adalah laba rugi dan neraca BPD pada periode pengamatan antara tahun 2009-2013. Laporan Pengawasan Perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia periode 2009-2013.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah studi dokumentasi. Data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Studi dokumentasi yang digunakan yaitu data dari Bank Indonesia berupa laporan keuangan seperti laporan laba rugi dan neraca BPD periode 2009-2013, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia beberapa edisi, dan Laporan Tahunan Bank Indonesia, serta hasil penelitian Biro Riset Infobank. Selain itu teknik pengumpulan data pada penelitian melalui studi pustaka dilakukan dengan mengkaji buku-buku literatur, jurnal dan makalah untuk memperoleh landasan teori yang komprehensif tentang BPD, media cetak dan internet juga digunakan untuk memperoleh data dan informasi perkembangan BPD di Indonesia.

(5)

4.6 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BPD Indonesia tahun 2009-2013. Populasi dalam pelitian ini adalah 26 BPD di Indonesia. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu teknik

purposive sampling, yang berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun kriteria perusahaan BPD yang dijadikan sampel antara lain:

1. BPD menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan periode yang berakhir 31 Desember selama periode 2009-2013.

2. BPD tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.

3. Tersedia laporan keuangan BPD secara lengkap selama tahun 2009-2013. Berdasarkan kriteria di atas, BPD yang dapat dijadikan sampel sejumlah 26 BPD di Indonesia seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Daftar BPD Sampel Penelitian

No Nama BPD No Nama BPD

1. BPD Aceh 14. BPD Kalbar 2. BPD Sumut 15. BPD Kalsel 3. BPD Riau 16. BPD Kalteng 4. BPD Sumatera Barat 17. BPD Kaltim 5. BPD Jambi 18. BPD Sulsel 6. BPD Sumsel 19. BPD Sulteng 7. BPD Bengkulu 20. BPD Sultra 8. BPD Lampung 21. BPD Sulut 9. BPD DKI 22. BPD Bali 10. BPD Jabar Banten 23. BPD NTB 11. BPD Jateng 24. BPD NTT 12. BPD DIY 25. BPD Maluku 13. BPD Jatim 26. BPD Papua Sumber : Bank Indonesia 2013

(6)

4.7 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Data

Envelopment Analysis (DEA), yang basisnya programasi linier (Linie rProgramming). Secara teknis perhitungan dibantu dengan paket-paket software

efisiensi DEAP 2.1. Data Envelopment Analysis merupakan sebuah teknik pemograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari suatu Decision Making Unit (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula, dimana hubungan bentuk fungsi dari input ke output diketahui (Purwanto dan Siswandi 2006). Nilai efisiensi relatif adalah nilai efisiensi yang diperoleh setiap DMU dibandingkan dengan unit lain yang dianalisa dalam suatu set.

Dalam perkembangannya, DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi relatif dalam penelitian pendidikan, kesehatan, transportasi, pabrik, maupun perbankan. DEA merupakan teknik non-paremetik yang menghasilkan rasio komparasi tertimbang ouput terhadap input setiap

Decision Making Units (DMU) yaitu suatu efisiensi relatif. Menurut Unsukirdo,

dkk. (2000) dalam Sutawijaya dan Lestari (2009) menjelaskan bahwa ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi DEA, yaitu :

1. Sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama;

2. Mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk mengindentifikasi faktor-faktor penyebabnya;

(7)

3. Menentukan implikasi kebijakan, sehingga dapat meningkatkan nilai efisiensinya

Berbagai keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah a. Keunggulan DEA

1. Bisa menangani banyak input dan output.

2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

3. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

4. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input output dari setiap sampelnya.

5. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. b. Keterbatasan DEA

1. Bersifat simple specific.

2. Merupakan extreme point technique, kesalahn pengukuran bisa berakibat fatal.

3. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan produktivitas absolut.

4. Uji hipotesis secara statistic atas hasil DEA sulit dilakukan . 4.7.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Metode DEA pertama kali diawali oleh Farrel (1957) digunakan untuk membandingkan efisiensi relatif dengan sampel petani secara cross section dan terbatas pada satu output yang dihasilkan oleh masing-masing unit sampel.

(8)

Menurut Miller dan Noulas (1996) DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda. Efisiensi bank diukur sebagai berikut:

Efisiensi

Dimana: hs = efisiensi bank s

m = output bank s yang diamati n = input banks yang diamati

yis = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s

xjs = jumlah input j yang diproduksi oleh bank s

ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s

vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan i dihitung dari

1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n.

Persamaan 3.1 menunjukan adanya penggunaan satu variabel input dan satu variabel output. Rasio efisiensi (hs) kemudian dimaksimakan dengan kendala

sebagai berikut:

……….(3.1)

(9)

ui dan vj ≥0……….…(3.3)

Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksmaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan pembobotannya masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang baik.

Model dasar DEA ada dua, model pertama yaitu Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR), berdasarkan asumsi Constant Return to Scale (CRS) dan model Banker-Charnes-Cooper (BCC) yang berdasarkan asumsi Variable Returns to

Scale (VRS). Model CCR menggunakan asumsi CRS menjelaskan dengan

bertambahnya nilai input akan menyebabkan adanya pertambahan nilai output secara proporsional. Model kedua yaitu BCC berdasarkan asumsi VRS, dimana bertambahnya nilai input, akan menyebabkan adanya pertambahan nilai ouput dengan proporsi yang bervariasi tergantung pada besarnya DMU.

Perkembangan teori dan analisis efisiensi berdasarkan pendekatan DEA (Sengupta, 2000) adalah sebagai berikut:

(10)

1) Konsep efisiensi dalam bidang teknik sebagai rasio antara output-output tertimbang (weighted output) terhadap input-input tertimbang (weighted

input) melalui formulasi programasi linier (Linier Programming) yang

dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978. Pendekatan yang sama sebelumnya telah dilakukan oleh Farrel (1957) untuk membandingkan efisiensi relatif dengan sampel petani secara cross

section, meskipun hanya terbatas pada satu output yang dihasilkan oleh

masing-masing unit sampel.

2) Konsep efisiensi alokasi yang membawa pada dikenalnya konsep batas biaya (cost frontier) disamping konsep batas produksi (production

frontier).

3) Konsep cost frontier yaitu pemanfaatan input dan atau output sebagai variabel kebijakan yang bisa dipilih secara optimal oleh unit pelaku ekonomi ketika menghadapi harga pasar dalam pasar persaingan sempurna atau tidak sempurna

Saat ini DEA merupakan metode pengukuran kinerja yang saat ini secara internasional sudah banyak digunakan oleh para akademisi dan praktisi untuk melakukan pengukuran kinerja institusi perbankan baik secara eksternal (perbankan secara luas) maupun secara internal (untuk masing-masing bank). Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio input serta output. Kemudian selanjutnya, dihitung nilai produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif.

(11)

4.7.2 DEA Model Variabel Return to Scale (VRS) Input Oriented

Asumsi CRS hanya berlaku jika perusahaan yang diobservasi telah beroperasi pada skala optimal. Persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variabel return to scale) artinya penambahan input sebesar x kali tidak tidak akan menyebabkan ouput sebesar x kali, hasilnya bisa lebih besar atau lebih kecil. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Banker, et al. (1984) mengajukan model DEA dengan ancangan Variebel Return to Scale (VRS). Efisiensi teknis yang dihitung dengan ancangan VRS inilah yang disebut sebagai Efisiensi Teknis “Murni” (Pure Technical Efficieny). Dengan melakukan estimasi frontier menggunakan ancangan CRS dan VRS, maka dapat melakukan dekomposisi Efisisiensi Teknis pada ancangan CRS (TECRS) menjadi efisiensi Teknis Murni (TEVRS) dan Efisiensi Skala (Scale Efficincy,SE), secara matematis:

TECRS = TEVRS X SE (3.4)

Skor efisiensi DEA dengan model VRS diperoleh dengan mencari solusi dengan sistem persamaan berikut ini, namun dengan mengenakan kendala konveksitas N1’ λ = 1, sehingga: Minθ,λ θ st - yi + Yλ ≥ 0 θxi – Xλ ≥ 0 N1’ λ = 1 λ ≥ 0 (3.5)

(12)

dimana θ adalah skalar (nilai efisiensi teknis) dan λ adalah Nx1 vektor konstan. Y adalah vektor output, yi adalah nilai output –i dan X adalah vektor input , xi adalah

nilai input –i dimana N adalah jumlah perusahaan yang diobesrvasi.

Kelemahan dari ukuran efisiensi skala yang diperoleh dari persamaan (3.4) adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan apakah sebuah perusaan beroperasi pada kondisi Increasing Return To Scale (IRS) atau Decreasing Return to Scale (DRS). Untuk itu, maka kendala N1’ λ = 1 pada persamaan (3.5) harus diganti dengan N1’ λ ≤ 1 yang menunjukan kendala Non-Increasing Return to Scale (NIRS). Sehingga model VRS-DEA dengan kendala NIRS adalah sebagai berikut:

Minθ,λ θ

st - yi + Yλ ≥ 0 θxi – Xλ ≥ 0 N1’ λ ≤ 1

λ ≥ 0 (3.6)

Jika pada perusahaan terjadi IRS atau DRS dapat dilihat dari skor NIRS-TE sama dengan skor VRS-TE. Jika kedua skor tersebut sama maka perusahaan berada pada kondisi DRS, jika kedua skor berbeda maka perusahaan tersebut berada pada kondisi IRS. Menurut Roland dan Terje (2000) dalam Akbar (2010) bahwa model DEA mampu menyoroti suatu tingkat efisiensi perusahaan relatif terhadap

benchmark atas kompetitor atau pesaing. Sebagaimana hal tersebut di atas, ahli

ekonomi Sangat mudah mengidentifikasi bahwa sebuah perusahaan yang berada dalam kondisi IRS selalu ingin memperluas persaingan untuk meningkatkan

(13)

posisinya dibandingkan posisi perusahaan yang berada dalam kondisi CRS dan DRS.

Teknik analisis data dengan menggunakan variabel return to scale (VRS)

input oriented. Model VRS merupakan konsep DEA yang memiliki karakteristik

teknologi bersifat variabel (varying) return to scale, dimana DMU dimungkinkan tidak beroperasi pada kondisi yang tidak optimal. Sehingga DMU dimungkinkan untuk beroperasi pada skala menaik (increasing return to scale) atau skala menurun (decreasing return to scale). Pada model ini ditambahkan sebuah pembatas (convexity constrain) sehingga DMU hanya akan diperbandingkan

(benchmarked) dengan DMU lain yang lebih efisien yang memiliki ukuran yang

sama. Model VRS juga lebih menunjukkan kesesuaian dengan kondisi yang sebenarnya dari DMU-DMU (dalam observasi) dimana tidak semua DMU beroperasi pada skala optimal (constant), karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing DMU.

Menurut Kurniawan (2005) syarat menentukan bobot untuk setiap variabel output harus memenuhi dua syarat yaitu:

1. Bobot tidak boleh negatif

2. Bobot harus bersifat universal atau atau tidakmenghasilkan indikator efisiensi yang dia normal atau lebih besar dari nilai 1, bilama dipakai unit kegiatan ekonomi yang lainnya.

Data Envelopment Analysis (DEA) memiliki beberapa nilai manajerial yaitu:

1. DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain di dalam sampel. Angka efisiensi ini dapat dijadikan dasar oleh

(14)

manajemen untuk mengenali UKE yang paling membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang tidak/kurang efisien.

2. UKE kurang efisien (efisiensi<100%), maka DEA dapat menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna (efficient reference set, efisiensi=100%) dan seperangkat angka pengganda (multipliers) yang dapat digunakan oleh manajemen untuk menyusun strategi perbaikan. Sehingga manajemen tidak hanya mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui seberapa besar tingkat input dan output yang harus disesuaikan agar memiliki efisiensi yang lebih tinggi.

Menurut Siswandi dan Arafat (2004) Suatu perusahaan akan memiliki salah satu kondisi return to scale yaitu:

1. Increasing Return to Scale (IRS) yaitu ketika produktifitas marginal lebih besar dari produktifitas rata-rata dan penambahan input akan menyebabkan penambahan output dengan proporsi lebih besar. Dengan penambahan 1% input akan menambahkan lebih dari 1 % output, karena perusahaan akan terus menambah kapasitas produksinya.

2. Constant return to scale (CRS) yaitu ketika produktifitas marginal sama dengan produktifitas rata-rata. Dengan penambahan 1% input akan menghasilkan penambahan 1% output dengan catatan penambahan revenue masih melebihi incremental cost.

3. Decreasing return to scale (DRS) yaitu ketika produktifitas marginal lebih kecil dari produktifitas rata-rata dan penambahan pada input akan

(15)

menyebabkan penambahan output dengan proporsi lebih kecil. Perusahaan akan secara normal menurunkan inputnya apabila dari perhitungan perusahaan pada kondisi DRS, yang berarti jika input ditambah 1% maka output akan kurang dari 1%.

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi dan profitabilitas, karena diasumsikan bahwa BPD bertujuan untuk memaksimalkan output untuk mencapai tingkat yang efisiensi dalam pelaksanaan fungsi sebagai intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam Casu & Molyneeux (2003) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karenakarakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation.

Menurut Coelli (1999) dalam Maryam (2008) para peneliti lebih cenderung memilih pendekatan input karena input adalah primary decision

variable. Hasil perhitungan DEA akan memberikan informasi original value, projected value, radial movement dan slack movement. Original value yaitu nilai

input output yang dimiliki oleh DMU yang besarnya sesuai dengan hasil observasi. Projected value yaitu nilai input atau output yang seharusnya digunakan (dihasilkan) dalam operasi produksi agar DMU bisa beroperasi relatif efisien. Radial movement yaitu jumlah output yang dapat ditingkatkan dari total ouput semula tanpa menambah input, dan jumlah input yang dapat dikurangi dengan tetap menjaga nilai output konstan. Slack movement adalah jumlah input yang dapat dikurangi selain radial movement karena dalam pencapaian projected

(16)

adalah model variabel returm to scale (VRS) Input Oriented. Alasan pemilihan skala efisiensi dengan model VRS adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi sebenarnya tanpa dibatasi oleh kendala apapun.

4.7.3 Pengukuran Kinerja dengan Pemodelan Profitabilitas

Pengukuran kinerja dengan pendekatan model profitabilitas menggunakan 3 variabel input yaitu beban gaji karyawan, beban bunga, serta dua variabel output yaitu laba sebelum pajak dan pendapatan bunga bersih, yang mengacu pada penelitian Kusmargiani (2006) serta penelitian yang dilakukan Jemric dan Boris (2002). Pengukuran kinerja pendekatan profitabilitas akan mengukur kemampuan perbankan untuk menghasilkan profit dilakukan dengan menggunakan pemodelan DEA 1. Input dan output yang dipakai untuk mengukur kinerja bank dengan pemodelan profitabilitas dapat dilihat pada gambar 4.1. Pengukuran kinerja perbankan dengan pemodelan profitabilitas ini selanjutnya akan disebut pemodelan DEA 1

OUTPUT 1 Laba Sebelum Pajak 2 Pendapatan Bunga

Bersih

INPUT 1 Aktiva Produktif 2 Beban Bunga 3 Beban Non Bunga

Gambar 4.1

(17)

4.7.4 Pengukuran Efisiensi Teknis

Salah satu fungsi perbankan adalah sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito, giro dan tabungan, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit untuk digunakan dalam kegiatan investasi, konsumsi ataupun modal kerja. Pengukuran efisiensi teknis menggunakan dua variabel input total simpanan, tenaga kerja dan aktiva tetap, serta tiga variabel output yaitu total kredit yang disalurkan, pendapatan bunga, pendapatan non bunga mengacu pada penelitian Sutawijaya dan Lestari (2009). Input dan output yang dipakai untuk mengukur kinerja bank dengan pemodelan teknis dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pemodelan ini selanjutnya disebut pemodelan DEA 2.

INPUT 1. Total Simpanan 2. Tenaga Kerja 3. Aktiva Tetap

OUTPUT

1. Total Kredit yang Disalurkan

2. Pendapatan Bunga 3. Pendapatan Non Bunga

Gambar 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pupuk organik cair urin sapi untuk pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L) sebanyak 10% dan setara dengan urea.. Saran- saran yang dapat digunakan sebagai

Dengan demikian program dan proses bimbingan KKS pada setiap kelayan dapat berbeda baik waktu yang dibutuhkan, jenis program, maupun cara dan strategi yang

Untuk mengetahui perbedaan manajemen pada komunitas pengelola sampah rumah tangga berbasis masyarakat di dua tempat yang memiliki latar belakang inisiasi berbeda

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Tata Cara

Didalam contoh kasus di atas di perlihatkan bahwa aktualisasi pancasila belum sepenuhnya terimplementasikan, terutama di dalam kehidupan akademik, padahal di ketahui bahwa

Guru meminta siswa menjelaskan alasan alat tubuh yang tersisa dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya evolusi.. Kegiatan Akhir (waktu:

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi web berbasis SMS yang mampu mempermudah komunikasi antara sekolah dan orang tua siswa dengan hasil pengujian sebagai berikut : Dari ahli

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN