• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

38

Menurut Acep (2018), tipe penyelidikan dalam penelitian dikategorikan menjadi dua, yakni:

1. Deskriptif

Merupakan penyelidikan yang bertujuan yntuk memperoleh gambaran / kondisi yang terjadi tanpa melakukan pengujian. 2. Verifikatif

Merupakan penyelidikan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antarvariabel dengan menggunakan rancangan hipotesis yang dikembangkan dari teori-teori dasar yang digunakan dalam kerangka pikir. Jenis investigasi verifikatif dikategorikan menjadi: a. Kausalitas, merupakan pernyataan sebab akibat.

b. Korelasi, merupakan hubungan timbal balik antarvariabel. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan jenis investigasi verifikatif dengan hubungan kausalitas.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui

website-nya, yakni www.idx.co.id. Penelitian ini dilakukan pada April sampai Juli 2019.

4.3 Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari laporan yang telah dipublikasikan oleh lembaga atau perusahaan yang berupa laporan, dokumen, publikasi pemerintah, media masa, internet, dan lainnya (Acep : 2018). Data untuk penelitian ini diperoleh Bursa Efek Indonesia (BEI), lewat website-nya yaitu www.idx.co.id. Adapun data yang digunakan adalah data biaya produksi,

(2)

biaya corporate social responsibility, dan laba bersih dari perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI pada periode 2015-2018.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Acep (2018), metode pengumpulan data dibagi menjadi dua, yakni:

1. Monitoring

Monitoring merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencatat, mentabulasi, dan merangkum perubahan-perubahan yang ada dalam unit analisis, mulai dari awal hingga akhir kegiatan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data, di mana caranya ialah melakukan tatap muka dengan responden dengan menggunakan daftar perntanyaan.

Dengan demikian, metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan melakukan monitoring terhadap data biaya produksi, biaya corporate social responsibility, dan laba bersih pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI pada periode 2015-2018.

4.5 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Zakky (2018) instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan dan software Microsoft Excel, yang digunakan untuk mendokumentasi atau mencatat data-data penelitian.

4.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menguji dan menganalisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik parametrik. Menurut Acep (2018), analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan karakteristik, keadaan, atau kondisi dari objek dengan nilai-nilai, frekuensi, dan alat pengukuran lainnya. Sementara itu, analisis statistik parametrik digunakan untuk menguji populasi

(3)

yang besar (berdistribusi normal) yang bertujuan menghasilkan kesimpulan yang sifatnya general, sehingga hasil penelitian dapat diimplementasikan juga secara general.

Adapun pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan

Microsoft Excel untuk analisis deskriptif dan software E-Views 8 untuk analisis statistik parametrik.

4.7 Keabsahan Data

Untuk menilai keabsahan data, maka dilakukan penentuan model estimasi data panel, uji outlier dan uji asumsi klasik.

4.7.1. Penentuan Model Estimasi Data Panel

4.7.1.1. Common Effect Model atau Pooled Least Square

Menurut Statistikian.com (2014), Pooled Least Square (PLS) merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengombinasikan data time series dan cross section dengan tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.

4.7.1.2. Fixed Effect Model

Menurut Statistikian.com (2014), fixed effect model merupakan model yang mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model fixed effects menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan. Perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).

(4)

4.7.1.3. Random Effect Model

Menurut Statistikian.com (2014), random effect model merupakan model yang akan mengestimasi data panel, di mana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random effect

perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan.

Keuntungan menggunkan model random effect yakni

menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error

Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).

4.7.1.4. Chow Test

Menurut Sharingid.com (2017), Chow test adalah sebuah pengujian untuk menentukan apakah common effect model (CEM) yang tepat dijadikan metode analisis, ataukah fixed effect model (FEM). Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Jika Chi Suare > 0,05 , maka yang diterima adalah CEM.

H1 = Jika Chi Square < 0,05, maka tolak H0 dan menerima FEM. Tabel 4.1

Uji Chow

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan hasil Chow test di atas, terdapat hasil yaitu Cross-section Chi Square sebesar 0,0000. Karena hasil Cross-section Chi Square lebih kecil dari 5%, maka model estimasi data panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

(5)

4.7.1.5. Lagrange Multiplier Test

Menurut Sharingid.com (2017), Lagrange multiplier test adalah sebuah pengujian untuk menentukan metode mana yang paling tepat, apakah common effect model (CEM) ataukah random effect model (REM). Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Jika Chi Suare > 0,05, maka terima H0 yaitu CEM lebih tepat. H1 = Jika Chi Square < 0,05, maka Tolak H0, yaitu REM lebih tepat.

Karena hasil uji sebelumnya (Chow Test) menyimpulkan bahwa model

estimasi data yang dipilih adalah Fixed Effect Model, maka Lagrange Multiplier Test tidak perlu dilakukan.

4.7.1.6. Hausman Test

Menurut Sharingid.com (2017), Hausman test adalah sebuah pengujian untuk menentukan apakah random effect model (REM) yang tepat dijadikan metode analisis, ataukah fixed effect model (FEM). Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Jika Chi Square > 0,05, maka terima H0 yaitu REM lebih tepat. H1 = Jika Chi Square < 0,05, maka Tolak H0, yaitu FEM lebih tepat.

Tabel 4.2

Uji Hausman

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan hasil dari Hausman test diatas, dapat diperoleh hasil

Cross-section Random sebesar 0,0348. Karena hasil Cross-section Random lebih kecil dari 5%, maka model estimasi data panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

(6)

4.7.2. Uji Outlier

Pengertian dari outlier adalah data observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim, baik secara univariat ataupun multivariat, Di mana, nilai-nilai ekstrim dalam observasi adalah nilai yang jauh atau beda sama sekali dengan sebagian besar nilai lain dalam kelompoknya. Dalam penelitian, nilai ekstrim ini harus mendapatkan perlakuan khusus, karena dapat menyebabkan terjadinya bias pada hasil penelitian.

Jika tujuan penelitian adalah untuk generalisasi, terutama untuk menentukan sebuah model prediksi seperti dalam regresi linear, maka data tersebut harus mendapatkan perlakuan khusus, yakni dengan melakukan transformasi data jika nilai ekstrim masih bisa dikurangi jaraknya dengan kelompok yang lainnya. Akan tetapi, jika terlalu jauh, maka data yang menyimpang tersebut dapat dikeluarkan dari penelitian (Anwar : 2014).

Berdasarkan hasil uji outlier yang dilakukan pada aplikasi E-views, terdapat tiga buah data dari empat puluh delapan data sampel yang mengandung nilai ekstrim. Dengan demikian, ketiga data ekstrim tersebut dihilangkan, dan jumlah sampel yang digunakakan menjadi 48 buah data sampel.

4.7.3. Uji Asumsi Klasik 4.7.3.1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali dan Dwi (2013), tujuan dari uji normalitas ialah: “Menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.”

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sifat distribusi data untuk mengetahui apakah sampel yang diambil memiliki bersifat normal atau tidak. Untuk melakukan pengujian normalitas, menurut Ghozali dan Dwi (2013), yang umumnya digunakan ialah uji Jarque-Bera (JB), dengan rumus :

(7)

n = besarnya sampel

S = koefisien Skewness

K = koefisien Kurtosisi

Menurut Ghozali dan Dwi (2013), untuk menguji normalitas suatu data dapat dilihat nilai probabilitas nilai Chi-Square. Jika probabilitas nilai Chi-Square < 0,05 artinya data berdistribusi tidak normal. Sebaliknya, jika probabilitas nilai Chi-Square > 0,05 artinya data berdistribusi normal.

Grafik 4.1

Uji Normalitas

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan uji normalitas di atas, data dikatakan berdistribusi normal karena memiliki probabilitas 0,180248, di mana nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.

4.7.3.2. Uji Multikolinieritas

Ghozali dan Dwi (2013), mengatakan bahwa tujuan dari diadakannya uji multikolinearitas adalah untuk menemukan adanya korelasi yang sempurna antarvariabel independen. Jika antarvariabel independen terjadi multikolinearitas yang sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak dapat ditentukan dan standar error bernilai tak hingga. Akan tetapi, jika multikolinearitas antarvariabel

(8)

independen tidak sempurna tetapi tinggi,maka koefisien regresi variabel X dapat ditentukan tetapi nilai standar error tinggi dan berarti bahwa koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tepat.

Ghozali dan Dwi (2013), menyatakan bahwa multikolinearitas antarvariabel independen dapat dideteksi dengan:

1. Hanya sedikit, bahkan tidak ada variabel independen yang

siginifikan walaupun nilai R2 tinggi. Jika nilai R2di atas 0,08. Maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa koefisien slope parsial secara simultan sama dengan nol, tetapi uji t individual menunjukkan sangat sedikit koefisien slope parsial yang secara statistik berbeda dengan nol.

2. Korelasi antarvariabel independen lebih dari 0,08.

3. Multikolinearitas dapat dilihat juga melalui nilai tolerance dannilai

Variance Inflation Factor (VIF). Keduanya menunjukkan variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengkur variabilitas variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Hubungan antara tolerance dengan nilai VIF adalah:

Umumnya, batas nilai yang digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance < 0,10 atau VIF ≥ 10.

(9)

Tabel 4.3

Uji Multikolinearitas

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan hasil uji multikoleniaritas tersebut, diketahui bahwa nilai dari Variance Inflation Factors untuk variabel X1 dan X2 sebesar 1,15 (nilai VIF <

10). Hal ini menandakan bahwa model terbebas dari masalah multikolinieritas.

4.7.3.3. Uji Heteroskedaktisitas

Menurut Ghozali dan Dwi (2013), asumsi klasik selanjutnya ialah nilai residual atau error dalam model regresi memiliki varian yang sama atau biasa disebut homoskedaktisitas (homo = sama ; scedacticity = sebaran). Dengan kata lain, dalam penelitian, uji heteroskedaktisitas digunakan untuk menguji adanya ketidaksamaan varian. Masalah heteroskedaktisitas biasanya lebih sering terjadi pada data cross-section daripada time series.

Menurut Ghozali dan Dwi (2013), pendeteksian adanya masalah heteroskedaktisitas salah satunya dapat dilakukan dengan Uji White. Uji White

dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U2i) dengan variabel independen. Jika nilai koefisien dari variabel independen signifikan secara statistik, maka terdapat indikasi heteroskedaktisitas dalam model. Jika nilai Obs*R-squared < 0,05 dan memiliki nilai probabilitas Chi-square yang signifikan (p=0,000), maka

(10)

hipotesis (Ha) adanya heteroskedaktisitas dalam model diterima atau dengan kata lain terdapat indikasi heteroskedaktisitas.

Tabel 4.4

Uji Heteroskedaktisitas

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai prob. Chi-square

sebesar 0,3467. Hal ini menunjukkan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas, sebab besarnya nilai prob. Chi-square > α (0,3467 > 0,05).

4.7.3.4. Uji Autokorelasi

Menurut Gujarati (2006), istilah otokorelasi (autokorelasi) berarti bahwa:

“Korelasi di antara anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang (seperti data lintas sektoral).” Tujuan dari diadakannya uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antarkesalahan residual pada periode t dengan periode sebelumnya (Ghozali dan Dwi : 2013). Menurut Ghozali dan Dwi (2013), salah satu cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test).

Menurut Gujarati (2006) uji Durbin-Watson adalah:

“Rasio jumlah selisih kuadrat dalam residu berurutan terhadap RSS.” Gujarati (2006) merumuskan definisi tersebut menjadi:

Keterangan:

(11)

n = besarnya sampel et = nilai residual tahun t

e(t-1) = nilai residual tahun sebelumnya

Adapun dasar keputusan untuk menentukan adanya autokorelasi dalam model ialah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tabel keputusan DW test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dL < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-dU ≤ d ≤ 4-dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak dU < d < 4-dU

Sumber : Ghozali dan Dwi (2013)

Tabel 4.6

Uji Autokorelasi

Sumber: Software E-views 8

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan hasil nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,059402. Sementara itu, jika dilihat dalam Tabel Durbin-Watson, besarnya nilai dL = 1,4298 dan dU = 1,6148, di mana besarnya nilai 4-dU = 2,3852. Dengan demikian, model memenuhi kondisi dU < d < 4-dU (1,6148 < 2,059402 < 2,3852), yang berarti bahwa tidak ada masalah autokorelasi.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1. Menentukan Operasionalisasi Variabel

Menurut Nuryaman dan Veronica (2015), variabel adalah karakteristik yang melekat pada orang, benda, atau subjek lainya (unit analisis), yang jika

(12)

diukur karakteristik tersebut nilainya dapat bervariasi atau dapat berbeda antara subjek satu dengan yang lainnya. Sementara itu, menurut Acep (2018), operasional variabel merupakan suatu cara pengoperasian suatu variabel untuk memperoleh nilai dan gambaran nyata atas variabel tersebut.

Uma dan Roger (2017), menyebutkan bahwa dalam penelitian terdapat empat jenis variabel, yakni variabel bebas / independent variable,variabel terikat /

dependent variable, variabel moderator / moderating variable, dan variabel perantara / intervening variable. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan ialah:

1. Variabel Independen (X)

Menurut Nuryaman dan Veronica (2015) variabel independen atau sering disebut variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Dengan kata lain, perubahan nilai (variance) pada variabel independen dapat menyebabkan perubahan nilai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya produksi (X1) dan

biaya corporate social responsibility (X2).

2. Variabel Dependen (Y)

Nuryaman dan Christina (2015) menyatakan bahwa variabel dependen atau sering disebut variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dengan kata lain, besaran nilai variabel dependen dipengaruhi oleh perubahan nilai variabel independen. Variabel dependen dinamakan juga sebagai variabel konsekuensi (consequent variable). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba bersih.

Menurut Acep (2018), agar dapat diukur, variabel penelitian harus dioperasionalkan ke dalam bentuk nilai. Menurut Uma dan Roger (2017), salah satu teknik untuk mengukur variabel ialah dengan menguraikan konsep abstrak menjadi perilaku atau karakteristik yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, konsep dari operasional variabel akan dirangkum dalam tabel berikut ini:

(13)

Tabel 4.7

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. (Bustami dan Nurlela : 2009) Jumlah biaya produksi yang bersumber dari Laporan Keuangan Tahunan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan

kimia yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018. Rasio Biaya Corporate Social Resposibility

The costs associated with CSR can be measured by identifying the activities associated with CSR, as well as the activities the

company was unable to

undertake due to engaging in CSR activities. (Geoffrey dan Maines : 2010) Jumlah biaya corporate social responsibility, yaitu biaya kesejahteraan karyawan, biaya bina lingkungan, dan biaya kemitraan, yang bersumber dari Laporan Tahunan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan

kimia yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2018.

Rasio

Laba Bersih Kelebihan dari kekurangan

pendapatan dibandingkan

dengan biaya yang telah habis

masa berlakunya serta

keuntungan dan kerugian bagi

perusahaan dari penjualan,

pertukaran, atau konversi

lainnya dari aktiva. (Riahi dan Belkaoui : 2006)

Jumlah laba bersih

yang bersumber dari Laporan Keuangan Tahunan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan

kimia yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2018.

(14)

4.8.2. Menentukan Populasi dan Sampel 4.8.2.1. Populasi

Menurut Uma dan Roger (2017), populasi adalah keseluruhan orang, kejadian, atau hal-hal menarik yang akan diinvestigasi oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah data laba bersih, biaya produksi, dan biaya corporate social responsibility perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2018.

4.8.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Uma dan Roger, 2017). Metode penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling, di mana tidak semua unsur atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk bisa dipilih menjadi objek sampel (Nuryaman dan Veronica, 2015). Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, di mana sampel hanya akan diambil jika memiliki informasi dan karakteristik yang sesuai dengan keperluan penelitian (Nuryaman dan Veronica, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018, dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018.

2. Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang menggunakan satuan mata uang rupiah pada laporan keuangannya. 3. Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang

laporan keuangannya tersedia lengkap beserta informasi biaya produksinya di website BEI tahun 2015-2018.

4. Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang selalu memperoleh laba.

(15)

5. Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang melaksanakan, melaporkan, dan mencantumkan besar biaya kegiatan CSR tahun 2015-2018.

Tabel 4.8

Hasil Pengambilan Sampel

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018. 71

2 Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang tidak menggunakan satuan mata uang rupiah pada laporan keuangannya.

(10)

3 Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang laporan keuangannya tersedia lengkap beserta informasi biaya produksinya di website BEI tahun 2015-2018.

(24)

4 Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang

selalu memperoleh laba. (22)

5 Perusahaan manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang melaksanakan, melaporkan, dan mencantumkan besar biaya kegiatan CSR tahun 2015-2018.

(3)

Jumlah Sampel 12

Sumber : idx.co.id (data telah diolah kembali)

Berdasarkan kriteria di atas, maka 12 perusahaan yang memenuhi seluruh kriteria untuk digunakan sebagai sampel penelitian. Perusahaan – perusahaan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Sampel Penelitian

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

(16)

2 ARNA Arwana Citramulia Tbk.

3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

4 EKAD Ekadharma International Tbk.

5 IMPC Impack Pratama Industri Tbk.

6 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

7 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk.

8 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

9 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk.

10 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.

11 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.

12 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.

Sumber : idx.co.id (data telah diolah kembali)

4.8.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata, nilai terendah, dan nilai tertinggi dari setiap variabel yang diuji, dengan dibantu dengan aplikasi Microsoft Excel.

4.8.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Definisi dari analisis regresi linier berganda menurut Riduwan (2014) adalah:

“Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat).”

Menurut Ghozali dan Dwi (2013), regresi linier berganda biasa digunakan untuk menguji pengaruh dari dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat, yang dinyatakan dalam model persamaan ordinary least square (OLS) sebagai berikut:

(17)

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda dinyatakan dalam persamaan: Laba Bersih = Keterangan: α = konstanta β = koefisien regresi µ = error 4.8.5. Goodness of Fit

4.8.5.1. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji T)

Pengujian parsial digunakan untuk mengetahui apakah suatu parameter dalam regresi telah sesuai dengan hipotesis (Doddy : 2012). Menurut Zulganef (2008), langkah-langkah untuk melakukan pengujian hipotesis parsial adalah:

1. Menentukan hipotesis penelitian secara parsial Hipotesis pertama:

H0 ; r1 = 0, Biaya Produksi tidak berpengaruh terhadap Laba

Bersih

Ha ; r1 ≠ 0, Biaya Produksi berpengaruh terhadap Laba Bersih

Hipotesis kedua:

H0 ; r2 = 0, Biaya Corporate Social Responsibility tidak

berpengaruh terhadap Laba Bersih

Ha ; r2 ≠0, Biaya Corporate Social Responsibility berpengaruh

terhadap Laba Bersih

2. Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikansi merupakan tingkat kesalahan dalam penelitian (Sugiyono : 2008). Tingkat signifikansi sebesar 1%, artinya jika penelitian menggunakan 100 sampel, maka akan terdapat satu kesimpulan yang salah (Sugiyono : 2008).

(18)

Pada penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan ialah 5%, di mana tingkat kesalahan sebesar 5%, dan probabilitas atau taraf kepercayaannya sebesar 95%. Namun demikian, penelitian ini menggunakan uji dua arah, sehingga besarnya tingkat signifikansi dalam menentukan besarnya ttabel adalah sebesar atau sebesar 2,5%.

3. Menghitung nilai thitung

Menurut Riduwan (2014), untuk menghitung nilai thitungdapat

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r = nilai korelasi X1 dan X2

n = jumlah sampel

dan = rata-rata sampel ke-1dan ke-2

dan = varians sampel ke-1dan ke-2

dan = standar deviasi sampel ke-1 dan ke-2

Dalam penelitian ini, perhitungan nilai dari thitung dibantu oleh softwareE-Views 8.

1. Pengambilan keputusan

Berdasarkan perhitungan thitung, maka hasilnya akan dibandingkan

dengan ttabel. Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima.

Sementara jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ -ttabel, maka H0 ditolak.

Adapun daerah penolakan dan penerimaan H0 dijelaskan dalam

(19)

Daerah Penolakan H0Daerah Penolakan H0

Daerah Penerimaan H0

-ttabel 0 ttabel

Gambar 4.1. Daerah Penerimaan dan Penolakan H0

Sumber : Johanes (2009)

4.8.5.2. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Pengujian simultan digunakan untuk mengetahui apakah beberapa parameter dalam regresi secara bersamaan telah sesuai dengan hipotesis (Doddy : 2012). Pengujian hipotesis simultan dalam penelitian ini dilakukan dengan

Analysis of Variance (ANOVA) satu jalur, di mana menurut Zulganef (2008), tujuan ANOVA adalah sebagai berikut:

“Tujuan analisis varians (ANOVA) adalah menentukan kontribusi relatif dari masing-masing komponen dependen variabel terhadap variasi yang terdapat pada variabel dependen tersebut.”

Zulganef (2008) menyebutkan pula bahwa konsep utama dari analisis varians adalah varians total dibagi menjadi dua, yakni variance between (varians yang mencerminkan perbedaan antar kelompok) dan variance within (varians yang terdapat pada masing-masing kelompok). Variance between memiliki rumus derajat kebebasan sebesar df = k-1 dan variance within memiliki derajat kebebasan sebesar df = k(n-1) (Johanes : 2009).

Menurut Zulganef (2008), langkah-langkah untuk melakukan pengujian hipotesis parsial adalah:

1. Menentukan hipotesis penelitian secara parsial Hipotesis pertama:

H0 ; r1,2 = 0, Biaya Produksi dan Biaya Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Laba Bersih

Ha ; r1,2 ≠ 0, Biaya Produksi dan Biaya Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Laba Bersih

(20)

2. Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikansi merupakan tingkat kesalahan dalam penelitian (Sugiyono : 2008). Tingkat signifikansi sebesar 1%, artinya jika penelitian menggunakan 100 sampel, maka akan terdapat satu kesimpulan yang salah (Sugiyono : 2008).

Pada penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan ialah 5%, di mana tingkat kesalahan sebesar 5%, dan probabilitas atau taraf kepercayaannya sebesar 95%.

3. Menghitung nilai fhitung

Menurut Johanes (2009), untuk menghitung nilai fhitungdapat

digunakan rumus sebagai berikut:

Di mana:

Dalam penelitian ini, perhitungan nilai dari fhitung dibantu oleh softwareE-Views 8.

4. Pengambilan keputusan

Berdasarkan perhitungan fhitung, maka hasilnya akan dibandingkan

dengan ftabel. Jikafhitung≥ ftabel maka H0 ditolak. Sementara jika

fhitung ≤ ftabel, maka H0 diterima (Johanes : 2009). Adapun daerah

penolakan dan penerimaan H0 dijelaskan dalam gambar berikut

(21)

Daerah α Penerimaan H0

ftabelfhitung

Daerah Penolakan H0

Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0

Sumber : Johanes (2009)

4.8.5.3. Koefisien Determinasi

Menurut Uma dan Roger (2017), pengertian koefisien determinasi adalah :

“Koefisien determinasi adalah ukuran statistik seberapa baik garis regresi mendekati poin data sebenarnya.”

Menurut Uma dan Roger (2017), koefisien determinasi, memberikan informasi mengenai kesesuaian ketepatan model regresi. Menurut Gujarati (2006), koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, digunakan untuk mengukur bagian total variasi dalam Y yang dijelaskan dalam model regresi, di mana r2 memiliki 2 sifat, yakni:

1. r2 merupakan besaran nonnegatif.

2. Batas dari r2 adalah 0 ≤r2≤1. Jika nilai r2 sama dengan 1, berarti ada kecocokan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sementara itu, jika r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Menurut Riduwan (2014), rumus koefisien determinasi dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan :

Kd = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi

Gambar

Grafik 4.1  Uji Normalitas
Tabel 4.3  Uji Multikolinearitas
Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 Sumber : Johanes (2009)

Referensi

Dokumen terkait

Measures of sampling adequancy (MSA), merupakan indeks yang dimiliki setiap variabel yang menjelaskan apakah sampel yang diambil dalam penelitian cukup untuk membuat

(1) Pada KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf g dan huruf h, dapat dilakukan kegiatan penjualan rokok, setelah mendapatkan izin dari Walikota

Komunikasi Antarbudaya dalam bertetangga Warga Rumah Susun Penjaringansari merupakan proses sosial yang terjadi sehari hari, ada sikap saling tolong menolong, menghormati, dan

Pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah dari hasil wawancara dengan informan yang berhubungan dengan tujuan penelitian, hasil pengamatan yang

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sasaran yang dicapai yaitu sasaran pertama adalah kondisi eksisting MICE di Kota Pekanbaru dengan

Soal tes digunakan untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa dalam memecahkan masalah. Karena soal tes berupa soal pemecahan masalah yang berbentuk soal cerita

Harga jeruk adalah harga komoditas jeruk yang merupakan komoditas buah selain apel yang juga dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan satuan rupiah/kg.

1. Karyawan dikatakan deadwood ketika memiliki masalah dengan kinerja dan berulang kali terjadi. Hal ini nampak bukan saja dari hasil kerja, namun juga dari perilaku kerja