• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, jenis Studi Kasus (Case Studies). Metode studi kasus adalah metode dengan riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif dari berbagai aspek individu, kelompok, program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Hal itu juga alasan kenapa penulis menggunakan studi kasus.

Peneliti berupaya mendapatkan dan mengolah data sebanyak mungkin mengenai subyek yang diteliti. Observasi, Wawancara, pengamatan, penelahan dokumen, hasil survey dan data apapun cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguraikan secara terperinci (Mulyana, 2003 : 201).

Pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah dari hasil wawancara dengan informan yang berhubungan dengan tujuan penelitian, hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis secara langsung, dan data – data yang diperoleh dari Binus TV. Penulis ikut terlibat secara langsung selama tiga bulan dalam proses produksi program Gado – Gado, jadi penulis bisa secara langsung melakukan pegamatan.

Teknik analisis data yang akan digunakan penulis adalah dengan cara open coding, axial coding dan selective coding. Open coding adalah menerima dan mengumpulkan semua data – data yang diperoleh baik dari Binus TV dan hasil wawancara. Axial coding adalah menyusun data – data yang telah diperoleh, dan

(2)

selective coding adalah memilih data-data yang berguna dan berhubungan dengan penelitian, selain itu juga memilih / memperbaiki kata-kata yang salah.

3.1.1 Metode Observasi Partisipasi

Observasi partisipasi adalah kegiatan mengamati yang melibatkan diri atau terjun langsung ke lapangan dan ikut berpartisipasi ke dalam acara tersebut.

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dimana manusia menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamantannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.

Kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seorang yang sedang melakukakn pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indra lainnya, seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumnya, bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas , sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

Observasi partisipasi ini bermula dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial. Obeservasi partisipasi kemudian berkembanga luas di berbagai ilmu social terutama ilmu sosiologi. Observasi partisipasi yang dimaksud adalah

(3)

pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, meraskan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. (Bungin, 2007: 115-116).

3.1.2 Metode Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam sangat penting bagi peneliti untuk mendapatkan data. Wawancara pada umumnya hanya sebatas melakukan pertanyaan kepada informan. Yang membedakan wawancara biasa dengan wawancara mendalam adalah dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Jadi si pewawancara melibatkan diri dalam kehidupan yang diwawancara atau informan.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara dan dia yang bertindak langsung dalam wawancara tersebut. Pewawancara juga yang berhak menentukan materi yang akan dipakainya dalam wawancaranya, serta kapan dimulai dan diakhiri. Tetapi informan juga dapat menentukan perannya dalam menentukan waktu wawancara berlangsung, kapan dimulai dan diakhiri.

Informan adalah orang yang diwawancarai. Informan bukanlah sembarangan orang, tetapi orang yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini dan ditentukan oleh peneliti. Informan haruslah orang yang menguasai dan berhubungan dengan acara tersebut karena informan akan dimintai informasi yang terkait oleh pewawancara.

3.1.3 Narasumber (informan)

(4)

Narasumber atau informan adalah orang yang dimanfaatkan atau orang yang dijadikan sumber untuk mencari dan mendapatkan data. Tentunya informan harus orang yang terkait dan berhubungan dengan penelitian ini, jadi tidak sembarangan orang bisa menjadi informan.

Menurut Lexy J. Meleong, “informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi yang di inginkan”(Nazir 2003 : 90). Dengan demikian key informan orang yang dianggap penulis mampu dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Jadi key informan haruslah memiliki kapabilitas dan kemampuan dalam berbagi informasi

kepada penulis untuk memberikan informasi yang terkait.

Key Informan yang berkompeten untuk diwawancarai dan dimintai

informasi sehubungan dengan penelitian ini adalah dua orang presenter Program Gado-Gado, produser, eksekutif produser dan pencipta Prgram Gado-Gado.

3.2 Keabsahan Penelitian

Teknik untuk menentukan keabsahan penelitian adalah dengan menggunakan teknik trianggulasi, yang lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, trianggulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Seperti :

(1) Jika peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data, maka peneliti harus menghimpun catatan harian wawancara dengan informan serta catatan observasi.

(2) Setelah itu dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian itu untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan harian observasi. Apabila ternyata catatan

(5)

harian wawancara dan catatan harian kedua metode ada yang tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu kepada informan.

(3) Hasil konfirmasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya dari informan atau dari sumber-sumber lain. Apabila ada yang berbeda, peneliti terus menelusuri perbedaan-perbedaan itu sampai peneliti menemukan sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain (Bungin, 2007: 203-204).

Proses trianggulasi tersebut dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonformasikan kepada informan.

Trianggulasi memiliki empat tipe antara lain : 1. Trianggulasi Sumber

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Trianggulasi Metode

Penggunaan berabagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

3. Trianggulasi Penyidik

(6)

Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

4. Trianggulasi Teori

Pengunaan berbagai teori yang berlainan utnuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

3.3 Permasalahan yang Ada

Permasalahan yang ada pada tahapan pra produksi program Gado-Gado adalah pencarian narasumber jika dari pihak nagaswara tidak bisa hadir, maka biasanya akan mencari narasumber dari suatu komunitas untuk menjadi narasumber program Gado-Gado. Binus TV telah manjalin kerja sama dengan Nagaswara untuk menjadi narasumber tetap dalam program Gado-Gado, dan jadwal untuk meeting yang selalu bentrok antara crew satu dengan crew lainnya.

Permasalahan yang ada pada tahap produksi adalah narasumber yang mendadak batal saat hari program Gado-Gado akan tayang. Terjadi kesalahan teknis (tiba – tiba kamera rusak ataupun alat – alat produksi lainnya). Saat program Gado- Gado sedang tayang live, tapi tiba-tiba mati lampu atau listrik turun maka acara tersebut juga tidak bisa dilanjutkan. Jika Presenter tidak datang pada hari H maka acara tersebut tidak akan bisa tayang. Masalah yang terakhir adalah kesalahan presenter, yang dimaksud disini adalah Human Error, dan biasanya jika lagi ngaco maka presenter satu lagi akan berimprovisasi atau bercanda untuk melancarkan acaranya.

(7)

Permasalahan yang ada pada tahap pasca produksi hampir tidak pernah ada, tetapi pernah satu kali editor salah mengedit acara tersebut yang seharusnya 55menit malah menjadi 30menit. Tidak tahu salah dari editor atau salah dari komputernya.

Selama penulis magang dan melakukan pegamatan di Binus TV, dan mengikuti program Gado-Gado selama tujuh episode yang saya lihat permasalahan yang ada pada saat pra produksi adalah pencarian narasumber oleh si Produser sendiri jika narasumber dari pihak nagaswara tidak bisa hadir, rundown acara juga disusun dan diketik oleh produser sendiri. Jadi yang saya lihat adalah tidak bekerjanya seorang asisten produser disini sehingga harus produser sendiri turun tangan. Dan tidak adanya rapat atau meeting pada saat pra produksi.

Pada saat massa produksi masalah yang adalah sang produser yang merangkap sebagai presenter juga menjadi super sibuk karena harus disibukan oleh mengurus narasumber juga. Ketidakhadiran presenter membuat acara tersebut tidak bisa tayang dan masalah yang terakhir adalah mic yang akan dipakai oleh band tidak berfungsi dengan baik sehingga acara jadi mulai terlambat dan saat commercial break juga jadi diperpanjang untuk mengatur mic yang akan dipakai oleh band tsb.

Pada saat massa pasca produksi disini saya tidak melihat adanya kendala selama penulis magang dan melakukan observasi selama tiga bulan di Binus TV dan mengikuti tujuh episode program Gado-Gado, karena setelah selesai produksi tidak ada meeting hanya editing saja.

3.4 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah soal kesibukan produser menurut saya adalah dengan cara menganti atau mencari seorang asisten produser sehingga dapat membantu dan mengurangi kesibukan produser. Untuk masalah presenter dan

(8)

narasumber yang berhalangan hadir pada saat hari H tayang adalah mencari presenter cadangan (co-presenter), jadi jika salah satu presenter berhalangan hadir maka program Gado-Gado tetap dapat berjalan dan tayang dengan adanya co-presenter.

Membuat episode by request penonton Binus TV atau mengulang episode program Gado-Gado yang paling diminati penonton Binus TV. Dan harus mengadakan meeting supaya lancar koordinasinya, jika ada masalah bisa langsung dicari solusinya saat meeting.

Alternatif pemecahan masalah saat massa produksi adalah harus mengecek dan menyiapkan alat yang akan dipakai saat produksi 1 hari atau 6 jam sebelum acara tersebut tayang dan 1 jam acara sebelum dimulai kalau perlu dicek lagi supaya hal tersebut tidak terulang. Untuk mengatasi mati lampu yaitu dengan cara membeli alat yang bisa menghidupkan listrik jika mati lampu / listrik, jadi acara tersebut bisa segera tayang kembali dan hanya memerlukan 5 – 15 menit.

Selesai produksi acara masuk ke pasca produksi, yang diperlukan adalah mengadakan rapat atau meeting evaluasi setelah syuting selesai baik dari produser, presenter, dan crew. Dengan adanya meeting jadi bisa mengetahui apa saja masalah yang terjadi selama proses produksi berlangsung, kesalahan apa yang terjadi, apakah presenter salah bicara atau atau berimprovisasi yang tidak perlu dan lain – lain sehingga bisa belajar dari kesalahan tersebut dan bisa memperbaikinya untuk ke depannya hingga menjadi lebih baik lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Soekarno “jas merah” (Jangan sekali- kali melupakan sejarah). Bangsa Indonesia terbentuk bukannya tiba-tiba, Indonesia terbentuk dengan proses yang panjang, dimana bangsa kita

Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus di rumah sakit bhayangkara Palembang tahun 2014.. Palembang: Akademi Kebidanan

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

Berdasarkan Sobar, nama “Kampung Gerabah” diperoleh dari pemerintah sehingga desa Anjun Gempol tersebut mulai dikenal dengan nama Kampung Gerabah, namun Kampung

Pengolahan data untuk penyelidikan geomagnet yaitu dengan melakukan koreksi variasi harian dan koreksi IGRF terhadap data hasil pengamatan intensitas medan magnet di lapangan

Adapun alasan penulis menggunakan model pendekatan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan pembakuan nama rupabumi secara tertib administrasi di Kota

Lalu dari hasil wawancara penulis dengan Analyst Brand Management dan Media Internal Officer Pertamina mengenai Program Sosialisasi ini bahwa adanya manfaat dan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik