• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. dan penting untuk hemostasis dan sistem koagulasi. Trombosit dihasilkan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. dan penting untuk hemostasis dan sistem koagulasi. Trombosit dihasilkan oleh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.Trombosit

Trombosit adalah fragmen-fragmen sel granular, berbentuk cakram tidak berinti ; trombosit ini merupakan unsur selular sumsum tulang terkecil dan penting untuk hemostasis dan sistem koagulasi. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit. Prekusor megakariosit-megakarioblas muncul melalui proses differensiasi sel induk hemopoietik. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan keduanya. Pada berbagai stadium ( paling banyak stadium delapan), sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikel dalam sitoplasma sel yang membentuk membrane pembatas trombosit. Tiap megakariosit bertanggung jawab untuk menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu semenjak differensiasi sel induk manusia sampai produksi trombosit berkisar 10 hari (Hoffbrand et al, 2006).

Trombopoietin adalah pengatur utama produksi trombosit dan dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombosit mempunyai reseptor untuk

(2)

trombopoietin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoietin tinggi pada trombositopenia akibat aplasia sum-sum tulang dan sebaliknya. Trombopoietin meningkatkan jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit (Hoffbrand, et al, 2006).

Trombosit mempunyai peranan penting dalam proses awal faal koagulasi yang akan berakhir dengan pembentukan sumbat trombosit (platelet

plug) (Bakta, 2006). Proses koagulasi diawali dalam keadaan homeostasis

dengan adanya cedera vascular. Vasokontriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen di dinding pembuluh yang terpajan dengan cedera. Setelah itu, ADP dan tromboksan A2 dilepas dan menyebabkan agregasi trombosit pada tempat cedera vascular (Price dan Wilson, 2006). ADP menyebabkan trombosit membengkak dan mendorong membran trombosit pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut yang melepaskan lebih banyak ADP dan tromboksan A2 yang menyebabkan agregasi trombosit sekunder. Proses umpan balik positif terus terjadi sehingga menyebabkan terbentuknya massa trombosit untuk menyumbat daerah kerusakan endotel atau disebut juga hemostasis sekunder. Setelah itu dimulailah kaskade koagulasi yang diakhiri dengan pembentukan fibrin.. Produksi fibrin dimulai dengan perubahan factor X menjadi Xa, seiring dengan terbentuknya bentuk aktif suatu factor. Factor X dapat diaktivasi melalui dua rangkaian reaksi. Rangkaian pertama

(3)

memerlukan factor jaringan atau tromboplastin jaringan, yang dilepaskan oleh endotel pembuluh darah pada saat cedera. Kompleks lipoprotein tromboplastin selanjutnya bergabung dengan faktor VII bersamaan dengan hadirnya ion kalsium yang nantinya akan mengaktifkan faktor X. Karena faktor jaringan tidak terdapat dalam darah, maka factor ini merupakan faktor ekstrinsik koagulasi, dengan demikian disebut jalur ekstrinsik untuk rangkaian ini (Price dan Wilson, 2006 ; Guyton dan Hall, 2007).

Selain jalur ekstrinsik yang berperan dalam aktivasi factor X adalah jalur intrinsik, disebut demikian karena rangkaian ini menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam system vascular plasma. Dalam rangkaian ini, terjadi reaksi kaskade aktivasi satu prokoagulan menyebabkan aktivasi bentuk pengganti. Aktivasi jalur intrinsic dimulai dengan aktivasi factor kontak

(contact factor), yaitu factor XII, HMWK, dan prekalikren. Selanjutnya

terjadi aktivasi factor XI, X, dan IX (Bakta, 2006). Dari hal ini, koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur bersama. Aktivasi factor X terjadi sebagai akibat reaksi jalur intrinsik dan ekstrinsik. Pengalaman klinis menunjukan bahwa kedua jalur tersebut berperan dalam hemostasis (Handin, 2001). Selanjutnya pada pembentukan fibrin berlangsung jika factor Xa, dibantu oleh fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi, memecah protrombin, membentuk trombin. Selanjutnya trombin memecahkan fibrinogen membentuk fibrin. Fibrin pada awalnya merupakan jeli yang dapat larut, distabilkan oleh factor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi jalinan fibrin

(4)

yang kuat, trombosit, dan memerangkap sel-sel darah. Untaian fibrin kemudian memendek (retraksi bekuan), mendekatkan tepi-tepi dinding pembuluh darah yang cedera dan menutup daerah tersebut (Patmode dan Gandhi, 2000). Konsentrasi normal trombosit pada manusia adalah 150.000-400.000/µl, sedangkan pada tikus putih normal adalah 150.000-460.000 mm3 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

2. Trombositopenia

Trombositopenia adalah keadaan dimana jumlah trombosit dalam darah kurang dari normal, sehingga jika terdapat perdarahan akibat rusaknya jaringan darah akan sulit untuk membeku dan menghentikan perdarahan. Penderita trombositopenia cenderung mengalami perdarahan yang berasal dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh darah yang lebih besar seperti pada hemofilia. Akibatnya, timbul bintik-bintik perdarahan di seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu, sehingga penyakit ini disebut trombositopenia purpura. Biasanya perdarahan akan terjadi jika jumlah trombosit pada darah turun di bawah 50.000/µl (Guyton dan Hall, 2006).

Penyebab trombositopenia ini biasanya akibat berkurangnya produksi trombosit dan meningkatnya penghancuran trombosit. Penurunan produksi trombosit dapat dijumpai pada kondisi yang mengganggu atau menghambat fungsi sumsum tulang. Seperti, anemia aplastik, mielofibrosis, karsinoma metastatik, leukemia akut, dan pada keadaan defisiensi, seperti difensiasi

(5)

vitamin B dan asam folat juga dapat mempengaruhi produksi trombosit. Keadaan yang disebabkan oleh splenomegali, sirosis hati , limfoma dan penyakit mieloproliferatif dapat menyebabkan trombositopenia karena penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. Trombosit juga dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat-obatan, seperti quinidin, atau oleh autoantibody. Antibody ini ditemukan pada penyakit lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP) (Patmode dan Gandhi, 2000).

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit yang juga dapat menyebabkan trombositopenia. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang berbahaya yang dapat menimbulkan kematian dan biasanya sering ditemukan pada daerah tropis. Penyakit DBD ini dapat menyebabkan trombositopenia melalu mekanisme: (1) Supresi sumsum tulang. (2) Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia (Suhendro et al, 2009) Destruksi trombosit disebabkan karena infeksi virus mempengaruhi system imun. Sensitisasi trombosit oleh autoantibody menyebabkan disingkirkanya trombosit oleh

(6)

makrofag sistem retikuloendotel, khususnya limpa. Masa hidup trombosit normal yang semula selama 7 hari tetapi pada keadaan ini, masa hidupnya akan memendek menjadi beberapa jam (Hoffbrand et al, 2006).

Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit DBD cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk (Siregar, 2004). Jumlah kasus DBD terus meningkat pada setiap tahunya. Pada tahun 2010 di Indonesia dilaporkan sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, dan mempunyai angka insidensi sebesar 65,7 per 100.000 penduduk (Karyanti dan Hadinegoro, 2010).

3. Waktu Pembekuan (Clotting Time)

Waktu pembekuan adalah pemeriksaan untuk menentukan lamanya darah untuk membeku, yang hasilnya akan menjadi ukuran aktivitas factor-faktor pembekuan darah, terutama factor yang membentuk tromboplastin atau factor yang berasal dari trombosit (Gandasoebrata, 2004). Beberapa cara telah dipakai untuk menentukan waktu pembekuan, cara yang paling banyak dipakai adalah dengan menempatkan darah dalam tabung gelas reaksi yang bersih, kemudian menggoyangkan tabung itu setiap 30 detik sampai terbentuk bekuan. Dengan cara ini, waktu pembekuan normal adalah berkisar selama 6-10 menit (Guyton dan Hall, 2006). Jika terdapat abnormalitas pada hasilnya,

(7)

maka itu menunjukan adanya indikasi kelainan pada jumlah dan fungsi trombosit.

4. Kuinin

Kuinin atau kina adalah alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona. Kina bekerja sebagai skizontosida darah dan gametosida terhadap

plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Obat ini bekerja dengan

menghambat heme polymerase, sehingga mengakibatkan penumpukan sitotoksik yaitu heme. Sebagai skizontosida, kina kurang efektif dan lebih toksik dibanding klorokuin, tetapi kina mempunyai fungsi tersendiri dalam penanganan malaria berat pada daerah plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin (Setiabudy, 2007). Kuinin diabsorbsi dengan cepat pada penggunaan oral atau intra muskular. Kadar puncak dalam plasma dicapai 1-3 jam setelah pemberian oral dan waktu paruh sekitar 11 jam (Hutapea, 1994). Dosis oral pada kuinin adalah 10 mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari. Intra vena 20 mg/kg berat badan dalam >4 jam dan dilanjutkan 10 mg/kg dalam >4 jam diberikan setiap 8 jam sehingga pasien dapat minum obat atau selama 5-7 hari (Kakkilaya, 2013; Tracy dan Webster, 1996).

Ekskresinya terutama melalui ginjal, sebagian besar sebagai metabolitnya. Efek samping yang terjadi adalah reaksi neurotoksik (Ernst, 1991). Efek toksiknya adalah hemolitik intravaskuler, hemolitik anemia, trombositopenia, pansitopenia, dan gagal ginjal (Aster, 1993). Banyak obat lain yang menyebabkan terjadinya trombositopenia selain kuinin seperti obat

(8)

anti kanker, asam valporat karena efek mielosupresif sedangkan obat yang lain, heparin dan kuinin yang dapat menyebabkan trombositopenia akibat reaksi imun (Setiabudy, 2007). Tetapi sampai sekarang kuinin adalah obat paling sering ditemukan menyebabkan trombositopenia atau DIT (drug

induced trombositopenia). (Aster dan Bougie, 2007)

Pada DIT terdapat 2 mekanisme major untuk menyebabkan trombositopenia yaitu : (1) pengurangan jumlah produksi trombosit dengan supresi sumsum tulang belakang dan (2) destruksi trombosit yang biasanya karena mekanisme imun (Kenney dan Stack, 2009). Pada kuinin mekanisme yang terjadi adalah drug dependent antibody, yaitu kuinin berinteraksi secara non kovalen dengan membran glikoprotein trombosit dan pada akhirnya terbentuk antibodi IgG yang spesifik untuk kuinin yang terikat pada membran glikoprotein di permukaan trombosit , terjadinya ikatan ini mengakibatkan trombosit dibersihkan oleh makrofag di sistem retikuloendotelial sehingga terjadi trombositopenia. ( Tracy dan Webster, 1996 ; Visentin dan Liu, 2007). Biasanya pada DIT menunjukan manifestasi penurunan trombosit dari yang sedang sampai berat (trombosit <50.000/ul) (Greinacher et al, 2001).

5. Jintan Hitam (Nigella Sativa)

Jintan hitam atau nigella sativa adalah salah satu tanaman obat yang termasuk dalam famili Ranunculacae dan umumnya tanaman ini tumbuh di benua eropa (tepatnya di dataran Eropa Timur bagian tengah ). Tanaman jintan hitam juga banyak ditemukan di sepanjang dataran negara Pakistan

(9)

sampai dengan India (Hargono,1952). Tanaman jintan hitam memiliki kelopak bunga kecil, berjumlah lima, berbentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Terdapat juga mahkota bunga yang berwarna putih kekuningan, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek. Buah jintan hitam seperti polong, bulat panjang, dan coklat kehitaman. Bijinya kecil, bulat hitam, jorong bersusut tiga tidak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm, serta berkelenjar (Hutapea, 1994).

Biji atau minyak dari jintan hitam mempunyai aktivitas antiinflamasi, analgesik, anti piretik, antimikroba, anti neoplastik, kardiovaskuler, anti fungi, anti oksidan, anti diabetes, anti kanker, meningkatkan sistem imun, melindungi saluran pencernaan, anti oksiktoksik, anti konvulsan. Selain itu minyak jintan hitam juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan respirasi. Pemberian ekstrak biji jintan hitam dapat menginduksi perubahan pada hemogram termasuk peningkatan PCV (Packed Cell Volume) dan hemoglobin, penurunan kadar kolestrol, trigliserid dan glukosa (Ali dan Blunden, 2003 ; Ahmad et al, 2013). Kandungan kimia dari biji jintan hitam secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan (Fatty oil content), 15% minyak esensial (essential oil content), 15 asam amino (alanine, arginine,

isoleucine, lysine, trytophane, thyrosine, theronin, asparagine, cystine, glycine, glutamic acid, metionine, dan prolin). Biji jintan hitam juga

(10)

mengandung protein, ion kalsium, zat besi, ion natrium, dan kalium (Hendrik, 2005).

Di dalam minyak esensial pada jintan hitam, thymoquinone telah diidentifikasi sebagai komponen utama (lebih dari 50%) dan yang paling aktif (Gendy et al, 2007).

6. Hubungan Jintan Hitam Terhadap Jumlah trombosit dan Waktu Pembekuan

(Clotting time)

Hubungan Jintah hitam disini terhadap Jumlah trombosit dan waktu pembekuan (clotting time) menurut penelitian Ghosheh et al, (1999), komponen utama dari jintan hitam adalah dihydrothymoquinone, thymol, dan

thymohydroquinone dan thymoquinone. Pada beberapa komponen aktif ini

thymoquinone mempunyai efek anti oksidan yang paling besar ( Ragheb et al, 2009). Pada penelitian dari Nurhidayat, (2002) lovastatin pada angkak juga memiliki efek antioksidan yang sama dengan thymoquinone. Efek antioksidan ini dapat mengoksidasi LDL. LDL yang teroksidasi ini, bersama dengan protein perangsang kinetika monosit dan megakariosit (monocyte and

megakaryocyte chemotactic protein-1) merangsang regenerasi dan

pengumpulan monosit dan megakariosit untuk bermigrasi ke ruang endothelium dan berubah, masing-masing menjadi makrofag dan trombosit aktif. Hal ini juga diperkuat dari hasil penelitian pada cancer and Immuno

Biological Laboratory yang mengemukakan bahwa pada konsentrasi tertentu

(11)

stimulasi tersebut menunjukan peningkatan yang cukup bermakna pada jumlah CFU ( Colony Forming cell Unit), dimana peningkatan tersebut melibatkan komponen-komponen hemopoietik (Medenica & Radjko, 1996).

Dalam pembentukan trombosit, komponen yang berperan antara lain CFU Megakariosit, dan MGF (Megakariosit Growth Factor ) (Hoffbrand et al, 2006). Karena jumlah CFU Megakariosit meningkat maka pembentukan trombosit juga akan meningkat karena trombosit dihasilkan melalui CFU Megakariosit yang nantinya akan mengalami maturisasi kemudian pecah dan akan menjadi trombosit (Guyton dan Hall, 2006). Jika jumlah trombosit meningkat maka juga akan diikuti oleh normalnya waktu pembekuan (clotting

time). Karena hasil dari waktu pembekuan (Clotting time) menunjukan jumlah

(12)

B. Kerangka Pikiran

= menghambat Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Ekstrak Jintan Hitam (mengandung Thymoquinon) Mempunyai Efek Antioksidan Destruksi trombosit oleh makrofag Clotting time memanjang Bekerja menstimulasi sumsum tulang

Trombositopenia Proses Aktivasi

Trombosit dan Makrofag Tikus diberi kuinin

dosis toksis Trombosit meningkat Clotting time normal Terjadi mekanisme imun drug dependent antibody

(13)

C. Hipotesis

1. Pemberian dosis bertingkat ekstrak etanol 96% jintan hitam dapat meningkatkan jumlah trombosit pada tikus galur wistar yang diinduksi kuinin. 2. Pemberian dosis bertingkat ekstrak etanol 96% jintan hitam dapat memendekkan waktu pembekuan pada tikus galur wistar yang diinduksi kuinin.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan desain tempat yang nyaman, kami berusaha agar client yang datang ke tempat desain tempat yang nyaman, kami berusaha agar client yang datang ke tempat

Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Berita Daerah Kota

Dalam hal terjadi pelanggaran yang dilakukan pekerja, dalam hal ini tidak ada kewenangan dari perusahaan pengguna jasa pekerja untuk melakukan penyelesaian

Hasil penelitian yang dil- aksanakan pada murid umur 6-12 tahun di SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh, yang dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember

Buat bahan isi: hancurkan tahu hingga halus, campur wortel, daun sop (seledri), kocokan telur, bawang merah, bawang putih, garam dan lada.. Buat bahan kulit: kocok telur

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, akan tetapi, sulit diukur kebenarannya karena

Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Secara Terpadu dengan Permainan Kartu Link and Match untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi pada Pembelajaran Biologi Siswa

 Negara Islam telah berdiri pada abad ke-13 dan berkembang pada akhir   Negara Islam telah berdiri pada abad ke-13 dan berkembang pada akhir  abad 15 atau awal abad ke-17