• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengapa kekerasan dan pemerkosaan di tengah keluarga semakin marak?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengapa kekerasan dan pemerkosaan di tengah keluarga semakin marak?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Elly, Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati

Sadis! Tingkat kriminalitas sudah sampai kepada tahap yang paling menjijikan dan mengerikan. Sehingga seorang ayah tega memperkosa anak kandungnya sendiri, ibu menenggelamkan anak ke dalam bak hingga mati, istri tanpa berfikir panjang lagi memutilasi kemaluan suami dan suami dengan penuh amarah mencincang istri.

Mengapa fenomena yang menyayat hati ini bisa terjadi ?Temukan jawabannya dalam

perbincangan wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan psikolog Elly Risman Musa yang juga sebagai Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati. Berikut petikannya.

Mengapa kekerasan dan pemerkosaan di tengah keluarga semakin marak?

Awalnya ini berasal dari kesalahan pengasuhan. Nah, makanya polisi atau Bareskrim itu sekarang harus melihat dua hal dalam menangani kasus ini. Pertama, pelaku kekerasan ini harus dicek, seperti apa dulu dirinya dibesarkan. Siapa yang kerasnya? Ayahnya atau ibunya? Kekerasan apa yang dulu pernah terpapar pada dirinya?

Karena memori kekerasan itu akan tinggal di dalam otak ya. Apa saja ya, kalau kesenangan masuk ke dalam otak, kalau yang menyakitkan lebih-lebih lagi. Jadi si pelaku ini sudah mempunyai trauma atau pengalaman masa lalu yang berat dengan kekerasan. Pelaku kekerasan biasanya mempunyai sejarah kekerasan di masa lalu. Itu satu.

Yang kedua?

(2)

Polisi seharusnya bertanya, pelaku pemerkosaan ini dulunya pernah terpapar pornografi atau kekerasan dalam internet atau tidak. Misalnya, BS ya, yang memutilasi istrinya, kehidupan sehari-harinya saja sudah keras kan. Berarti orang yang emosinya di depan, berarti sudah dikangkangi setan deh. Berarti pengaruh setan lebih banyak.

Kalau dari segi otaknya?

Orang-orang yang mengalami kekerasan itu, otak yang lebih berfungsinya adalah batang otaknya. Otak itu dibagi ke tiga bagian besar ---batang otak, pusat perasaan dan kortek untuk berfikir---.  Karena berulang terpapar kekerasan, yang lainnya jadi tumpul. Sedangkan batang otak itu sifatnya seperti reptil, seperti ular, kalau dia enggak mundur dia matok. Sehingga orang-orang pelaku kekerasan ini tidak banyak berpikir, perasaannya pun sudah mati sejak awal. Dulu, dia merasa selalu tidak dipedulikan perasaannya. Hanya masalahnya, kita sejak 68 tahun merdeka selalu masih saja mengaitkannya dengan ekonomi.

Mengapa?

Karena kita melihat orang itu dari sisi fisik dan ekonomi. Padahal bukan hanya gizi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Tetapi juga gizi jiwa dan gizi spiritual. Yang terjadi

sekarang ini, sehingga kekerasan dan pemerkosaan marak karena gizi jiwa dan gizi spiritualnya yang rusak!

Gizi spiritual itu apa?

Gizi spiritual itu agamanya. Mengapa bisa membunuh istri? Sudah membunuh

mencincang-cincang? Di mana agamanya? Membunuh saja sudah dosa besar, walau pun hasratnya itu sudah ada sejak zaman Qabil dan Habil. Tetapi kan harusnya dikendalikan dengan agama dengan keimanan. Nah, jangan-jangan BS itu tidak pernah mendapatkan gizi itu! Makanan sehari-harinya bentakan, pukulan.

(3)

Perasaan kasih sayang dan cinta. Kalau kamu datang ke saya, bawa persoalanmu saya mengabaikan saja, kamu datang lagi saya abaikan lagi. Ketika kamu punya persoalan, kamu bilang sama teman kamu. Teman kamu menyarankan, mengapa tidak konsultasi saja pada Ibu Elly Risman. Apa yang akan kamu katakan? “Enggak ah, dia kagak suka sama gue” kan begitu.

Padahal kan saya tidak pernah mengatakan tidak suka kepada kamu. Tetapi saya selalu menolak perasaanmu. Jadi kamu menghadapi saya, merasa bahwa kamu dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak saya terima. Paham enggak?

Contoh lain?

Kamu anak saya. Kamu masih kecil dan senang lari-lari. “Joko jangan lari-lari, entar jatuh.” Kamu lari lagi. “Joko, Mamah bilang jangan lari-lari, entar jatuh!”. Kamu lari lagi. Baru saja ibu mau teriak, kamu jatuh kemudian nangis. Yang pertama ibu katakan apa?

“Mamah bilang juga apa!”

Iya, kan umumnya begitu. Ibu terus saja ngomong. “Kamu itu kualat, Mamah bilang jangan lari ya jangan lari.” Kamu nangis makin keras. Yang kamu rasakan apa?

Sakit...

Nah, ketika kamu sakit, ibu ngomong terus. Apakah ibu memperhatikan perasaanmu? Apakah mengabaikan perasaanmu?

(4)

Habis itu kamu teriak-teriak. Ibu ngomong lagi, “Rasain, untung saja tidak sampai ke perut”, “Lari lagi deh biar jatuh lagi”. Ibu itu tidak baca bahasa tubuhmu. Tidak menerima perasaanmu. Jadi kalau ibu melakukan sekali, dua kali, sepuluh kali. Perasaanmu terhadap ibu ini apa?

Merasa jauh.

Jauh. Kamu pun beranjak remaja, ibu marah terus dan sebagainya. Kamu merasa dekat apa tidak sama ibu?

Semakin jauh.

Dengan bekal pola pengasuhan seperti itulah kamu hidup. Menatap dunia ini. berinteraksi dengan orang. Manusia yang perasaannya hampir mati dan hampa.

Kamu mengarungi kehidupan. Macam-macam persoalan kamu tidak bisa mengatasinya.

Karena ibumu tidak memberikanmu bekal dalam hal bagaimana kamu mengelola perasaanmu. Karena tidak selamanya orang dapat kesempatan belajar mengelola perasaan itu dari orang lain. Pada umumnya ya dari ibunya.

Saat ini, berapa juta anak-anak yang tumbuh dari pola pengasuhan yang keliru itu? Tanpa empati. Maka tidak aneh, kalau ada banjir, dan dia sudah jadi pejabat, bisa korupsi bantuan buat korban. Kenapa? Karena dulu waktu kuliahnya , habis dirinya disiksa senior, tanpa empati.

Jadi banyak sekali kita ini, dalam hidupnya tidak menerapkan agama. Padahal Rasulullah SAW bilang muliakanlah anakmu, ajarkanlah anakmu akhlak yang baik. Sekarang ibu tanya sama kamu kalau membesarkan anak seperti yang ibu contohkan tadi, memuliakan anak tidak?

Tidak.

(5)

Mengajarkan akhlak yang baik tidak?

Tidak.

Berarti dia tidak qaulan kariiman, tidak qaulan layiinan, tidak qaulan maisyuraan, dan mungkin dia tidak qaulan balighan, dan lainnya. Jadi dari ngomong saja, kita sudah tidak menerapkan agama. Sehingga empati tidak berkembang.

Kalau ada yang salah sedikit, marahnya besar. Sehingga bisa membunuh orang, hingga mencincang orang. Apalagi kalau dapat ide dari media. Jadi itulah sebabnya, kurang gizi jiwa dan kurang gizi spiritual.

Di samping kurang gizi jiwa dan kurang gizi spiritual, ada faktor luar yang membuat orang jadi jahat terhadap anggota keluarganya sendiri?

Jadi, orang kalau sudah menyimpan kekesalan terlalu lama, biasanya menjadi tidak sensitif lagi. Jadi ia mampu berbuat jahat karena tumpukan perasaan yang tidak pernah ditemukan jalan keluarnya. Jadi perasaan itu tidak bisa ditumpuk, kalau terus ditumpuk terjangannya akan lebih kuat daripada air bah.  Sehingga ketika ada masalah bendungan perasaannya pecah.

Bagaimana menjadikan keluarga yang sudah telanjur salah didikan itu menjadi harmonis?

Memang pekerjaan ini tidak mudah ya. Namun yang pertama harus dilakukan adalah membuat mereka menyadari dulu apa yang tengah terjadi. Kemudian mereka harus belajar untuk kembali ke agama. Kalau berkata, baik-baik. Mengendalikan emosi, terutama orang tua.

Itu anak-anak yang sekarang di tangan mereka, itu bukan milik mereka, itu hanya titipan dari Allah SWT. Ikutilah aturan Allah dalam mendidik anak, tumbuhkan kembali keimanan.

(6)

Bagaimana dengan peran pemerintah?

Pemerintah ini dalam rangka membuat umatnya beriman, kurang banget. Departemen Agama ngurusin apa? Haji yang lebih dipentingkannya. Sedangkan anak sekolahnya sama

pesantrennya, ya begitulah, susah.

Ringannya hukuman bagi pelaku kriminal berpengaruh juga pada kejahatan keluarga?

Oh iya. Sudah membunuh cuma dihukum lima tahun, enam belas tahun. Kalau membunuh ya harus dibunuh lagi dong. Enak saja cuma 16 tahun. Harus di-qishash! Kalau kita bilang harus terapkan hukum Islam nanti marah. Tetapi ya kalau mencuri ya harus potong tangan. Kalau hukum Islam tidak diterapkan ya memang tidak akan ada efek jera.

Jadi tidak ada pembelajaran bagi masyarakat. Karena setiap kasus hukumannya ringan, Rian yang membunuh banyak orang itu, atau bapak-bapak tua yang memperkosa dan memutilasi anak-anak, tidak ada pembelajaran yang diberikan pemerintah kepada anak-anak, kepada media, kepada masyarakat luas.

Semua masalah yang terjadi tidak pernah ditanggapi serius. BKKBN tidak ngomong,

perlindungan anak tidak ngomong, sudah begitu saja selesai. Orang jadi berpikirnya ngegampa

ngin .[]

Referensi

Dokumen terkait

Sampah anorganik yaitu sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup dan tidak dapat terurai (undegradable), seperti karet, plastik, kaleng, dan logam. 46

Rezultati istraživanja su pokazali da inovativnost potrošača pozitivno utječe na tradicionalnu i elektronsku usmenu komunikaciju, povjerenje u pošiljatelja nema značaj ni za

Proses pembuatan es krim yoghurt ini dilakukan dengan cara beberapa tahap, mula-mula bahan baku berupa susu disiapkan, kemudian dipanaskan dengan suhu rendah dengan

Hasil uji statistik menggunakan Chi- square didapatkan hasil p value = 0,200 > α = 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan keaktifan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Individu yang menikah atas keinginan pribadi dan yang mengalami kehamilan sebelum menikah, yang memiliki profil ini akan berkecenderungan untuk tetap dekat secara emosi satu