• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI , DAN TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan dalam hal ini yang terdiri dari konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat Tionghoa di kota Medan.

2.1 Konsep

Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya .

Berdasarkan judul penelitian ini, konsep yang dibahas adalah mengenai : 2.1.1 Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kroeber dan Kluckhohn (1952) mengumpulkan berpuluh-puluh defenisi yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas 6 golongan, sebagai berikut. (1) Deskriptif, yang menekan unsur-unsur kebudayaan,

(2) Historis, yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyara-katan,

(2)

(4) Psikologis, yang menekankan kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan dan belajar hidup,

(5) Struktural, yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur,

(6) Genetika, yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia (P.W.J. Nababan,1984:49).

Kebudayaan adalah hasil akal dan daya manusia. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budhhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjarraningrat, 1982:9).

Unsur kebudayaan ada tujuh, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem peralatan dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Kesenian. Setiap manusia dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks. Kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan diikuti selama manusia itu hidup.

2.1.2 Fungsi

Pada umumnya fungsi mempunyai arti guna atau manfaat. Fungsi dapat diartikan sebagai sekumpulan kegiatan yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis dan sifat, atau dapat disebut kegunaan suatu hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007: 323), fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat.

(3)

Fungsi kebudayaan adalah fungsi dalam suatu kelompok masyarakat yang terdapat suatu kegiatan atau sikap yang menjadi suatu ciri atau kebiasaan. Menurut Schneider, (1968)Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap kegiatan, kelakuan dan sikap menjadi suatu kebiasaan. Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi pengertian istilah kebudayaan tersebut hingga hanya mencakup bagian-bagian warisan sosial yang melibatkan representasi atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk norma-norma atau pengetahuan prosedural mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan.

2.1.3 Xiangqi

Xiangqi adalah salah satu jenis catur dan juga merupakan salah satu jenis

permainan tradisional yang berasal dari negara Tiongkok. Permainan xiangqi ini telah populer pada zaman dinasti Tang (618-907 AD) sampai pada zaman dinasti Song (960-1279 AD) dan seiring berjalannya waktu permainan xiangqi ini menjadi salah satu cabang olahraga. Catur ini dinamakan xiangqi 象棋 terdiri dari kata 象 xiàng artinya gajah dan 棋 qí artinya catur, dinamakan xiangqi atau catur gajah karena di dalam permainan ini terdapat bidak yang bernama xiang yang artinya gajah. Jenis catur ini telah dimainkan selama berabad-abad di Tiongkok.

Permainan xiangqi ini dimainkan oleh dua pemain, menggunakan sebuah papan dan buah catur yang berbentuk bulat dan di atasnya tertulis aksara Mandarin. Permainan ini memiliki konsep peperangan yang menceritakan 2 kerajaan, yaitu Chu dan Han yang sedang berperang. Papan permainan xiangqi

(4)

yaitu sungai chuhan. Buah catur ini mempunyai dua warna, yaitu hitam dan merah yang berjumlah 16 buah pada setiap kerajaan, yaitu terdiri dari 1 buah 帥将 Shuai/Jiang (raja), 2 buah 士/仕 Shi/Shi (menteri), 2 buah 馬 ma (kuda),2 buah 車 che (benteng), 2 buah 炮 pao (meriam), 5 buah 兵/卒 Bing/Zu (prajurit) dan 2 buah 相/象 xiang (gajah). Bidak xiangqi tidak terletak di dalam kotak, akan tetapi terletak pada garis-garis kotak tersebut. Bidak yang pertama mulai untuk memainkannya adalah bidak merah. Setiap jenis buah memiliki ciri khas dan bergerak sesuai dengan peran bidak masing-masing. Pemenang dalam permainan ini adalah yang berhasil menjatuhkan raja lawan.

2.1.4 Masyarakat Tionghoa

Koentjaraningrat (1985:60) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dimana anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama. Identitas menjadi jati diri yang kuat bagi masyarakat tersebut.

Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia yang merujuk kepada masyarakat keturunan Cina yang berasal dari kata zhonghuo dalam bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa. Istilah Tionghoa dibuat sendiri oleh keturunan Cina, berasal dari kata

(5)

Masyarakat Tionghoa mulai datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19. Masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia saat ini merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi dari Cina ke berbagai wilayah di Indonesia secara periodik yang akhirnya menetap dan menjadi bagian dari negara Indonesia sampai saat ini. Umumnya mereka berasal dari Propinsi Fukien bagian selatan dan Kwantung. Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya dan mewariskan banyak budaya kepada keturunannya. Di Medan, masyarakat Tionghoa termasuk golongan minoritas. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan masyarakat Tionghoa ini mulai diakui oleh masyarakat pribumi. Hal ini ditandai dengan adanya libur Nasional untuk Hari Raya Imlek dan diakui sebagai salah satu dari etnis di Indonesia. Masyarakat Tionghoa memiliki berbagai jenis kebudayaan dan tradisi yang unik dan menarik. Secara umum, agama dan kepercayaan masyarakat Tionghoa dapat dikelompokkan (1) Konghucu, (2) Taoisme dan Budha, (3) Kristen Protestan, (4) Kristen Katolik, (5) Islam, (6) Ajaran Tridharma.

2.2 Landasan Teori

Suatu kajian atau analisis sudah sewajarnya memakai landasan teori tertentu, supaya penulis mudah menentukan langkah dan arah analisis. Teori adalah seperangkat konsep dan defenisi yang menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena dengan cara mendeskripsikan hubungan sebab-akibat yang terjadi. Menurut Koentjaraningrat, (1973:10), teori adalah landasan dasar keilmuan untuk

(6)

utama dalam penelitian ini adalah tentang keberadaan dan fungsi xiangqi bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan, penulis menggunakan Teori Fungsionalisme oleh Malinowski.

Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme kebudayaan “a funitional theory of culture”. Menurut Malinowski (1984: 216) : “… Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Kondisi pemenuhan kebutuhan yang tak terlepas dari sebuah proses dinamika perubahan ke arah konstruksi nilai-nilai yang disepakati bersama dalam sebuah masyarakat (dan bahkan proses yang dimaksud akan terus bereproduksi) dan dampak dari nilai tersebut pada akhirnya membentuk tindakan-tindakan yang terlembagakan dan dimaknai sendiri oleh masyarakat bersangkutan yang pada akhirnya memunculkan tradisi upacara perkawinan, tata cara dan lain sebagainya yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia tersebut”.

Hal inilah yang kemudian menguatkan tesis dari Malinowski yang sangat menekankan konsep fungsi dalam melihat kebudayaan . Ada tiga tingkatan oleh Malinowski yang harus terekayasa dalam kebudayaan yakni :

“ (1) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan pangan dan prokreasi, (2) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan hukum dan pendidikan, (3) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti kebutuhan agama dan kesenian”.

(7)

Melalui tingkatan abstraksinya tersebut Malinowski kemudian mempertegas inti dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan / aktivitas manusia dalam unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

Selanjutnya, Malinowski dalam (T.O. Ihroni 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul kebutuhan jenis kedua (derived needs), kebutuhan sekunder yang harus juga dipenuhi oleh kebudayaan.

(8)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1198) menyatakan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:912) pustaka adalah kitab-kitab; buku.

Liushilan (2003) dalam jurnal 从国际象棋与中国象棋的异同看中西方 文化差异 Cóng guójì xiàngqí yǔ zhōngguó xiàngqí de yìtóng kàn zhòng xīfāng wénhuà chāyì memberikan informasi mengenai persamaan dan perbedaan antara catur internasional dan xiangqi dalam aturan permainan dan gerakan kedua catur tersebut. Sehingga dapat berguna bagi penulis untuk memahami antara persamaan dan perbedaan antara catur internasional dan xiangqi.

Jefri Setiawan (2014), dalam skripsinya yang berjudul: “Perancangan Kampanye catur xiangqi untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan dikalangan pelajar”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana mensosialisasikan permainan

xiangqi melalui media kampanye di kota Bandung, sehingga remaja dapat

memahami dan lebih mendalami xiangqi dan bagaimana sosialisasi dalam kampanye dapat menarik dan mempopulerkan kembali permaianan xiangqi sebagai jati diri dan kebanggaan masyarakat akan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia.

Noveriansyah (2008), dalam skripsinya yang berjudul: “Perkembangan

xiangqi di Jakarta”. Skripsi ini membahas bagaimana perkembangan xiangqi di

Jakarta. Adapun manfaat skripsi ini bagi penulis yaitu dapat membantu penulis untuk memaparkan asal mula dan perkembangan xiangqi di Indonesia.

(9)

Frans dan Cristian (2011), dalam skripsinya yang berjudul: “Analisa dan Perancangan Permainan Catur China Berbasis WEB”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana cara mengaplikasikan catur china berbasis WEB dan cara ini sebagai salah satu cara untuk mempopulerkan catur china kepada masyarakat luas melalui WEB yang lebih mudah diakses dengan kemajuan teknologi yaitu adanya akses internet.

Wang, XudanZheng(2007)dalam Jurnal 中国象棋与国际象棋比较分 析Zhōngguó xiàngqí yǔ guójì xiàngqí bǐjiào fēnxī memberikan informasi yang mendalam mengenai adanya perbedaan antara catur internasional dan xiangqi, baik dari segi bidak, papan catur, dan sebagainya. Sehingga dapat berguna bagi penulis dalam memahami perbedaan antara catur internasional dan xiangqi.

Yuzhihui (2012) dalam buku yang berjudul 中华转统文化经典.民间游戏

Zhōnghuá chuántǒng wénhuà jīngdiǎn .mínjiān yóuxì menjelaskan tentang

jenis-jenis permainan tradisional Tiongkok. Buku ini memberi penulis wawasan mengenai permainan tradisional Tiongkok, sehingga dapat menjadikan ini salah satu acuan dalam membuat tulisan tentang permainan tradisional Tiongkok, khususnya xiangqi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembobotan kombinasi pada Tabel 2, dapat diketahui bobot dari masing-masing kategori layanan berdasarkan urutan prioritas layanan untuk

Dengan teknologi multimedia dapat digunakan sebagai media pembuatan video profil “Vihara Dhama Sundara” yang menjadi media informasi dan promosi agar dikenal oleh masyarakat

Digunakan 4 macam sampel dalam penelitian ini, yaitu: 1) sampel air tanah sebagai kontrol yang diambil dari sumur yang diperkirakan bebas dari pengaruh TPA, tetapi masih

perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkait. Lembar ini harus ditandatangani oleh dokter yang merawat

Dari contoh di atas, ternyata bahwa kekuatan bukti sempurna masih dapat digugurkan dengan kekuatan pembuktian lawanyang kuat. Kekuatan pembuktian lemah, atau tidak

Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 14 halaman 86) masih rendah, karena aktivitas belajar siswa baru mencapai 60,80%, sehingga pada

Sebelum pengukuran denyut jantung saat bekerja, diperlukan kalibrasi denyut jantung terhadap beban kerja kepada setiap subjek dengan metode step test (digambarkan pada gambar