• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAFALAN SURAH AL-FATIHAH IMAM MESJID DI KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR (Suatu pendekatan ilmu fonologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAFALAN SURAH AL-FATIHAH IMAM MESJID DI KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR (Suatu pendekatan ilmu fonologi)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PELAFALAN SURAH AL-FATIHAH IMAM MESJID DI

KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR

(Suatu pendekatan ilmu fonologi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian

guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

OLEH:

HAJERATI KUMALASARI

Nomor Pokok: F411 2912

MAKASSAR

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ii KATA PENGANTAR ٍُدرٌا ّٓدرٌا الله ُست ؼٌا بر للهدّذٌا ا دٙشا ،ٌٍّٓ ْأ سر ادّذِ ْأ دٙشا ٚ الله لاا ٌٗا لا رشأ ىٍػ َلاسٌاٚ جلاصٌاٚ الله يٛ ف دّذِ ٍٍٓسرٌّاٚ ءاٍثٔلأا .دؼت اِا ،ٍٓؼّجأ ٗتاذصأ ٚ ٌٗآ ىٍػٚ

Alhamdulillah rabbil „alamin, segala puja dan puji hanya untuk Allah (s.w.t) Rabb semesta alam, yang telah memberikan anugrah akal kepada manusia untuk menuntut ilmu serta memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad (s.a.w) beserta keluarga beliau, para sahabat beliau dan siapa saja yang mengikuti beliau hingga akhir zaman. Berkat perjuangan beliaulah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dapat dirasakan oleh umat manusia di seluruh penjuru dunia.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan akademik guna memperoleh sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar. Selama penulis menyusun skripsi ini, tentu banyak kesulitan, rintangan dan cobaan, namun dengan niat yang tulus, usaha, kerja keras, do‟a serta dukungan dari berbagai pihak seperti almarhum bapak Prof. Dr.

Muhammad Nur latif, M.Hum. Memberikan motivasi agar mencari judul skripsi

yang membuat peneliti penasaran untuk meneliti judul tersebut agar mengerjakan tanpa mengeluh. Kepada bapak Haeruddin, S.S., M.A. Selaku pembimbing akademik selama perkuliahan berlangsung telah banyak membantu dan

(6)

iii

memudahkan dalam pengurusan kartu rencana studi (KRS) penulis. Kepada bapak

Fadlan Ahmad, S. S, M.Si. Selaku pengganti pembimbing akademik yang telah

memudahkan penulis untuk ujian meja. Kepada ibu Dra. Farida Rahman, M. A. Selama menjabat ketua jurusan sebelumnya selalu mengingatkan dan menghubungi agar skripsi cepat diselesaikan. Kedua pembimbing yaitu bapak Dr.

Yusring Sanusi Baso, M.App.Ling. dan ibu Zuhriah, S.S., M.Hum,

masing-masing selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah sabar meluangkan waktu dalam mengajarkan ilmunya, guna memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat penulis rampungkan serta penulisan dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai bentuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan/dukungan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, selayaknya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. Akin Duli MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

(7)

iv

3. Bapak Haeruddin, S.S., M.A. Selaku Ketua Departemen Sastra Asia Barat/Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Haeriyyah., S.Ag.M.Pd.I, Sekretaris Departemen Sastra Asia Barat/Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

5. Para Dosen yang telah membimbing dan mengajarkan ilmu pengetahuan maupun pengalaman untuk penulis tekuni pada berbagai mata kuliah dari awal hingga akhir studi di Departemen Sastra Asia Barat/Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

6. Seluruh staf karyawan Universitas Hasanuddin baik di tingkat Departemen maupun Fakultas yang telah melayani penulis dengan ikhlas dan baik.

7. Saudara-saudara penulis, Muhammad Fattahuddin, Mega Putri

Indah, Nurrahma Jayanti, Muhammad Rihardin, Ahmad Mufakkir Rofif, Miftahul Jannah, dan Farhana Ramadhani yang

senantiasa memberikan dukungan demi tercapainya cita-cita penulis. 8. Teman-teman serta sahabat dunia dan akhirat MHT UNHAS yang

senantiasa merangkul penulis dalam berbagai kebaikan, memberikan dukungan dan motivasi tatkala penulis dilanda masalah dalam kehidupan, serta lantunan doa-doa mereka yang mendoakan penulis agar skripsinya dimudahkan. Jazakumullah khairan katsiran.

9. Musyrifah/pembina yang membina dalam bidang ilmu agama penulis dan mendoakan penulis agar skripsinya dimudahkan yaitu : kakak

(8)

v

Ermawati, kakak Eni, kakak Ade Nihayah, kakak Rosdiani Aziz,

kakak Asma Mukhlisah. Jazakumullah khairan katsiran.

10. Sahabat yang senantiasa mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi yaitu : Nur Miya Yaseen, Umy Kalsum Hasbie, Sitti

Rahmia, Nurul Mutmainnah.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, ayah tercinta Jamaluddin dan ibu terkasih Nurhasiah yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung, dan mencurahkan kasih sayangnya serta senantiasa mendoakan kebaikan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat. Kepada suami tercinta Muhammad Afdhal Ramadhan yang selalu menemani dalam keadaan senang maupun susah dalam menyelesaikan skripsi penulis.

Semoga dari berbagai pihak yang penulis sebutkan di atas senantiasa diberikan imbalan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah (s.w.t), diberikan kesehatan, dimudahkan segala urusan di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah mempertemukan kita di syurga-Nya Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi kesempurnaan analisis ini, dan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang berkah bagi pembaca.

Makassar, September, 2018 Penyusun Hajerati Kumalasari

(9)

vi

TRANSLITERASI ARAB LATIN

Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Contoh Transliterasi

ا ‟ أرل Qara‟a ب B سذت Baḥaṡa خ T فذذ Taḥafa ز Ṡ دثش Ṡabata ض J غّج Jama„a ح Ḥ ٓسد Ḥasana ر Kh كٍس Khalaqa د D ًسد Dakhala ذ Ż روذ Żakara ر R غفر Rafa„a ز Z دٔز Zanada س S طمس Saqaṭa ش Sh غثش Shabi‟a ص Ṣ غٕص Ṣana‟a ض Ḍ برض Ḍaraba ط Ṭ زثط Ṭabakha ظ Ẓ بؤظ Ẓa‟aba ع „ ضرػ „Araḍa

(10)

vii ؽ Gh ًسغ Ghasala ف F خرف Fataḥa ق Q رّل Qamara ن K ةرو Kataba ي L ةؼٌ La„iba َ M خسِ Masaḥa ْ N رظٔ Naẓara ٖ H رج٘ Hajara ٚ W ًصٚ Waṣala ي Y ٌّٓ Yamana A. Konsonan

Konsonan rangkap (tashdid) ditulis rangkap, contoh: َةَّذَر : Rattaba

حَِّرَىٌّا حّىِ : Makkah al-Mukarramah B. Vokal Pendek

: (fathah) ditulis a contoh : َةَرَو = kataba : (kasrah) ditulis i contoh : َحِرَف = fariha : (dammah) ditulis u contoh : ًََُٙس = sahula C. Vokal Panjang

آ = ditulis ā contoh : َيآل = qāla يِا = ditulis i contoh : ًٍَِْل = qila ُْٚا = ditulis ū contoh : ُيُْٛمٌَ = yaqūlu

(11)

viii

D. Diftong

يَا = ditulis ay contoh : َفٍَْو = kayfa َْٚا = ditulis aw contoh : َيَْٛد = hawla E. Ta Marbūtah (ج)

Huruf ta marbūtah (ج) pada kata yang berᾹlif lam (يا) dan bersambung ditransliterasi dengan huruf “h”. Akan tetapi, pada kata yang tidak bersambung dengan Ᾱlif lam (يا) ditransliterasi dengan huruf “t”, contoh: حٌَٕدٌَّا حٍَِداَض = dāḥiyat al-madīnah

F. Hamzah (ء)

a. Huruf hamzah (ء) pada awal kata ditransliterasi dengan a, bukan ‟a, contoh:

ْرَثْوَأ = akbar bukan ‟akbar ًََِأ = amal bukan ‟amal

b. Huruf hamzah (ء) ditransliterasi dengan lambang koma di atas a (‟a), jika ia terdapat di tengah atau di akhir kata, contoh:

حٌََؤْسَِ = mas‟alat لأَِ = mala‟a G. Kata sandang Ᾱlif lam (يا)

a. Ditransliterasi dengan huruf kecil diikuti tanda sempang/garis mendatar (-) baik yang disusuli dengan huruf حٍسّش maupun حٌرّل, contoh:

حٌَاَسِرٌا = al-Risāla بادَلأا = al-Adāb

(12)

ix

b. Ᾱlif lam pada lafaz al-Jalalah (الله) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah, contoh:

اللهُدْثَػ =„abdullāh اللهراَج = jārullāh

(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENERIMAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... i

TRANSLITERASI ARAB LATIN ... vi

DAFTAR ISI... x

ABSTRAK ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6 BAB II ... 8 TINJAUAN PUSTAKA... 8 A. Pembahasan Teori ... 8 1. Linguistik ... 8 2. Fonologi ... 10 3. Makhraj Bunyi ... 12

4. Makhraj Bunyi Bahasa Arab ... 13

5. Vokal ... 15

6. Konsonan ... 20

7. Analisis kesalahan (Error analysis) ... 24

B. Hasil Penelitian Relevan ... 28

(14)

xi

BAB III ... 31

METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis penelitian ... 31

B. Pendekatan penelitian ... 32

C. Sumber data dan jenis data ... 33

D. Metode pengumpulan data ... 33

E. Metode analisis data ... 37

F. Prosedur penelitian ... 40

BAB IV ... 41

PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

B. Cara Imam Mesjid Melafalkan Surah al-Fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.... 46

C. Kesalahan Pelafalan Surah al-Fatihah Imam Mesjid Kecamatan Manggala Makassar... 50

D. Penyebab Kesalahan Pelafalan Surah al-Fatihah Imam Mesjid di Kecamatan Manggala Makassar ... 62 BAB V ... 66 PENUTUP ... 66 A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 66 LAMPIRAN 1 ... 68 LAMPIRAN 2 ... 69 LAMPIRAN 3 ... 70 LAMPIRAN 4 ... 71 LAMPIRAN 5 ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... 74

(15)

xii ABSTRAK

Penelitian ini memaparkan kasus kesalahan “Pelafalan Surah al-Fatihah Imam mesjid di Kecamatan Manggala Makassar. Penelitian ini dilakukan bagaimana cara imam mesjid melafalkan surah al-fatihah, kesalahan yang dilakukan, penyebab kesalahan dalam melafalkan surah al-fatihah. Kemudian mendeskripsikan cara melafalkan surah al-fatihah, mengidentifikasi kesalahan, serta menganalisis penyebab kesalahan dalam melafalkan surah al-fatihah.

Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan. Jika dilihat dari sumber datanya, dilihat dari metode analisisnya, penelitian ini yang termasuk penelitian deskriptif, maka langka yang dilakukan yaitu dengan memberi penjelasan fenomena secara detail tentang proses fonologi bahasa Arab dari pelafalan surah al-fatihah Imam mesjid Kecamatan Manggala Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam pelafalan surah al-fatihah 20 imam mesjid ada yang mengalami Error dan lapses. Hasil dari penelitian empat imam tidak mengalami kesalahan maupun kekeliruan, enam imam yang mengalami error dan sepuluh imam yang mengalami lapses.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kalām Allah yang diturunkan kepada Rasulullah (s.a.w) dalam bentuk wahyu melalui perantaraan Jibril (a.s). Membacanya adalah ibadah, yang diriwayatkan kepada manusia secara mutawātir. Al-Qur‟an adalah kalam yang berbahasa Arab. Setelah al-Al-Qur‟an diturunkan kepada Rasulullah (s.a.w), kemudian diperintahkan agar dijaga (dihafalkan) di dalam benak, dan mencatatnya pada lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit, daun, kaghid (Khalil, 2008).

Al-Qur‟an dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat Islam hingga akhir zaman. Untuk memahami al-Qur‟an secara baik dan benar, maka dilakukanlah pelafalan dengan baik dan benar agar sesuai dengan isi al-Qur‟an itu sendiri. Hal ini disebabkan bahasa diciptakan untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam benak. (khalil, 2008)

Sejak pertengahan abad XII Hijriyah (ke-18 Masehi), Islam mengalami kemunduran dan kemerosotan. Kondisi ini berawal tatkala bahasa Arab mulai diremehkan peranannya untuk memahami Islam, sehingga kekuatan yang dimiliki bahasa Arab dengan kharisma Islam terpisah, ditambah lagi dengan kelalaian umat terhadap penguasaan bahasa Arab dalam pengembangan Islam

(17)

2

yang terjadi pada abad VII Hijriyah. Faktor-faktor ini yang mendorong kemunduran kaum muslim (al-Nabhani, 2001).

Persoalannya, bahasa Arab tidak sekedar alat komunikasi tetapi juga bahasa al-Qur‟an dan al-Hadits yang keduanya merupakan sumber dan dasar ajaran Islam. Selama bahasa Arab tidak digunakan oleh kaum muslimin maka masyarakat mengalami kemunduran. Salah satu kemunduran kaum muslimin adalah meremehkan bahasa Arab, sehingga lalai dalam hal memahami pelafalan al-Qur‟an dengan baik dan benar. Oleh karena itu bagi masyarakat muslim mempelajari bahasa Arab sangat penting dan dianjurkan.

Bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia adalah bahasa asing sehingga mengalami kelalaian dalam hal memahami al-Qur‟an dengan baik dan benar pelafalan mengalami banyak persoalan, sementara bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang menekankan pelafalan yang baik dan benar. Beberapa Imam mesjid yang pelafalannya tidak sesuai dengan kaedah-kaedah yang berlaku. Mereka melakukan kesalahan dalam pengucapan dan pelafalan surah al-fatihah. Kesalahan pengucapan dan pelafalan ini terjadi bukan hanya faktor kurangnya pengetahuan, namun bisa saja adanya pengaruh logat-logat bahasa daerah setempat.

Selain itu, alat artikulasi yang tidak sempurna seperti cadel, gigi yang ompong dan lain-lain, menjadi penyebab terjadinya kesalahan dalam pelafalan. Akibat kesalahan tersebut menjadikan makna dari surah al-fatihah berubah.

(18)

3

Terjadinya kesalahan dalam pelafalan surah al-fatihah juga disebabkan tidak diberlakukannya kriteria tertentu untuk menjadi seorang Imam mesjid. Islam telah menetapkan kriteria untuk menjadi seorang pemimpin, seperti memimpin dalam shalat berjamaah di mesjid, kriteria tersebut di antaranya beragama Islam, baligh (bukan anak-anak), laki-laki, hafalan al-Qurannya banyak, selain itu tajwid serta makhrajnya sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa Arab yang benar. Hal tersebut senada dengan pendapat (al-zuhaili, 2013) yang menyatakan syarat utama menjadi imam shalat antara lain : Islam, berakal, baligh, laki-laki, suci dari hadats, baik bacaan dan rukunnya, bukan makmum, sehat dan belum tua, lidahnya fasih dapat mengucapakan lafal Arab dengan baik dan benar, serta yang paling banyak hafalan al-Qur‟annya. Di antara syarat-syarat tersebut, bacaan yang baik dan banyak hafalannya merupakan syarat terpenting sebagaimana Sabda nabi Muhammad (s.a.w). Yang berbunyi: َلا َص الله ُي ُْٛسَر َي ٍ َأَٚ ُُُْ٘دَدَأ َُُِّْٙئٍٍََْف ُحَشَلاَش اُْٛٔاَو َذا( ٍُسٚ ٍٍٗػ الله ى ُُُْ٘إَرْلَأ ِحَِاَِلإاِت َُُّْٙمَد )ٍُسِ ٖاٚر( Artinya:

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda : “Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah seorang dari mereka menjadi imam shalat mereka,dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan al Qur`annya” (al-Hajjaj a.-Q. a.-N., Juz V).

Selain syarat tersebut, Rasulullah (s.a.w) juga menambah syarat-syarat lain untuk menjadi seorang Imam sebagaimana hadits berikut ini:

(19)

4 ُيُٛسَر إٌََ َياَل ِالله ُالله ىٍََّص ِالله ِباَرِىٌِ ُُُْ٘إَرْلَأ َََْٛمٌْا َُُّئٌَ ٍَََُّسَٚ ٍٍََِْٗػ َس ُُُْٙذَءاَرِل ْدَٔاَو ِْْبَف ًجَءاَرِل َُُُِْٙدْلَأَٚ ًءاَٛ َُِّئَذ َلاَٚ إًِّس ُُُْ٘رَثْوَأ َُُُِّْٙئٍٍََْف ًءاََٛس ِجَرْجٌِْٙا ًِف اُٛٔاَو ِْْبَف ًجَرْجِ٘ َُُُِْٙدْلَأ َُُُِّْٙئٍٍََْف ًِف َلاَٚ ٍَِِْٗ٘أ ًِف ًَُجَّرٌا َّٓ َأ َهٌَ ََْذْؤٌَ َْْأ َّلاِا ِِٗرٍَْت ًِف ِِٗرَِِرْىَذ ىٍََػ ْسٍِْجَذ َلاَٚ ِِٗٔاَطٍُْس ِِْٗٔذِبِت ْٚ )ٍُسِ ٖاٚر(. Artinya:

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata kepada kami: “Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling hafal al-Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya” (al-Hajjaj a.-Q. a.-N., Juz I)

Imam-Imam mesjid menjadi pemimpin yang berbakat serta tokoh bagi masyarakat setempat dalam melaksanakan shalat berjamaah, sehingga memiliki tanggung jawab yang sangat besar di hadapan Allah (s.w.t). Oleh karena itu Imam mesjid wajib mengetahui bahasa Arab sehingga tidak keliru dalam melafalkan fonem yang ada dalam surah al-fatihah itu sendiri. Efek dari kekeliruan pelafalan tersebut sangat berbahaya karena para makmum cenderung mengikuti cara pelafalan Imam mesjid.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang serta pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa imam mesjid di sekitar tempat tinggal penulis, maka penulis mengidentifikasi masalah yang terdapat di dalamnya yaitu :

(20)

5

1. Kurangnya pengetahuan Imam-Imam mesjid terkait kaedah-kaedah pengucapan bahasa Arab yang benar merupakan salah satu faktor terjadinya kesalahan pelafalan fonem.

2. Pengaruh alat-alat ucap (artikulasi) mengakibatkan kesalahan dalam pelafalan fonem bahasa Arab.

3. Kesalahan pelafalan fonem dalam surah al-fatihah mengakibatkan kesalahan makna.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasinya pada pelafalan surah al-fatihah Imam mesjid di Kecamatan Manggala Makassar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan dari hasil pengamatan peneliti pada imam mesjid di kecamatan manggala Makassar, maka penulis merumuskan sejumlah masalah yang terdapat di dalamnya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara Imam mesjid melafalkan surah al-fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.

2. Kesalahan apa yang dilakukan oleh Imam mesjid dalam melafalkan surah al-fatihah.

3. Apa penyebab kesalahan Imam mesjid dalam melafalkan surah al-fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.

(21)

6 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka saran penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan cara Imam mesjid melafalkan surah al-fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.

2. Mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh Imam mesjid dalam melafalkan surah al-fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.

3. Menganalisis penyebab kesalahan Imam mesjid dalam melafalkan surah al-fatihah di Kecamatan Manggala Makassar.

F. Manfaat Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini diharapkan dapat berhasil mencapai tujuan penelitian secara optimal, menghasilkan laporan yang sitematis dan dapat bermanfaat secara umum. Manfaat diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan linguistik terutama ilmu tentang fonologi bahasa Arab.

(22)

7 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan akan pentingnya membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar terkhusus pada pembacaan surah al-fatihah.

(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori

Landasan teori menjelaskan hubungan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikakukan. Menurut (Sugiyono, 2014), teori adalah seperangkat pemikiran dan pengalaman yang telah teruji secara empiris, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksikan dan mengendalikan fenomena. Dengan demikian fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan setiap variabel yang diteliti, melalui pemberian defenisi dan ruang lingkup yang diteliti.

Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu: 1. Linguistik, 2. Fonologi, 3. Makhraj bunyi, 4. Makhraj bunyi bahasa Arab. 5. Vokal 6. Konsonan 7. Analisis kesalahan (Error Analysis).

1. Linguistik

Linguistik adalah ilmu yang berkaitan dengan bahasa atau dapat disebut sebagai induk ilmu bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sebagai ilmu bahasa, kata linguistik sering juga dipasangkan bersama kata umum sehingga menjadi linguistik umum, yaitu ilmu yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahasa secara umum. Istilah linguistik umum adalah sebagai bidang ilmu yang tidak hanya

(24)

9

menyelidiki suatu bahasa tertentu, tetapi juga memerhatikan ciri-ciri bahasa lain (Suhardi, 2013)

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 1994). Bahasa memiliki aturan atau pola. Aturan tersebut dapat dilihat melalui dua hal, yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Pada awalnya, bahasa memang manasuka, akan tetapi perkembangan sudah berurat dan berakar maka yang manasuka menjadi kebiasaan kemudian menjadi aturan yang tetap atau menjadi sebuah sistem. Contoh binatang tertentu di Indonesia disebut anjing, di Inggris, disebut dog, di Makkah ةٍَْو (Suhardi, 2013)

Kata bunyi, sering sukar dibedakan dengan kata suara. Secara teknik, menurut Kridalaksana dalam (Chaer, 1994), bunyi adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, akan tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak, bersin, batuk-batuk, dan sebagainya. Para ahli linguistik mengelompokkan salah satu cabang bidang studi yang mempelajari tentang bunyi-bunyi suatu bahasa yakni ilmu fonologi.

(25)

10 2. Fonologi

Ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya dinamakan fonologi. Menurut ahli fonologi bahasa Arab, istilah fonologi juga disebut sebagai Ilm al-aṣwāt yang mendefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa. Ilmu ini pada mulanya merupakan ilmu yang luas dan utuh, di dalamnya terdapat beberapa cabang yang mempunyai bidang bahasa yang lebih fokus. Kemudian berkembanglah ilmu tersebut menjadi cabang-cabang ilmu yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu terdengarlah istilah seperti ilmu bunyi murni, ilmu bunyi standar. Lalu kemudian ilmu tersebut menetapkan pembagiannya menjadi dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik (Nasution A. S., 2012).

a. Fonetik

Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa. Ada dua segi dasar “fisik” tersebut, yaitu: segi alat-alat bicara dan penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan (Verhaar, 2012)

1) Fonetik artikulatoris

Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Marsono, Fonetik, 1999). Menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan

(26)

11

bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara di dalamnya, semuanya itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru (Verhaar, 2012)

2) Fonetik akustik

Fonetik akustik adalah ilmu bahasa yang menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek fisisnya sebagai getaran udara, contohnya, bila mengetik gitar, udara akan bergetar dan senar yang di petik mengeluarkan bunyi yang dapat di nikmati keindahannya. Begitu juga bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, alat artikulator (lidah), dan alat artikulasi (titik sentuh lidah, seperti gigi, langit-langit) seperti bait-bait lagu yang disenandungkan oleh penyanyi (Suhardi, 2013)

3) Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara (Marsono, 1999).

b. Fonemik

Fonemik adalah kajian bunyi bahasa yang berkaitan dengan bagaiman satu bunyi bahasa dilambangkan oleh satu fonem atau satu lambang bunyi bahasa. Kajian fonemik dapat juga dikatakan sebagai kajian yang berkaitan dengan lambang-lambang bunyi bahasa (abjad). Fonemik melakukan studi bahasa berkaitan dengan fungsinya sebagai pembeda makna (fonem, huruf = lambang bahasa), seperti

(27)

12

lambang atau huruf yang terdapat pada alfabetis. Contoh bahasa Indonesia: a, b, c, d,...z (Suhardi, 2013)

Contoh dalam bahasa Arab dapat dilihat pada kata ةٍل dan ةٍو. Kata-kata tersebut terdiri dari tiga huruf, dan salah satu hurufnya berbeda. Perbedaan huruf tersebut mengakibatkan keduanya memiliki makna yang berbeda, seperti ةٍل berarti hati dan ةٍو berarti anjing.

3. Makhraj Bunyi

Dalam mendefenisikan makhraj bunyi, terdapat perbedaan pendapat antara dua pihak. Pihak pertama yaitu ulama tajwid dan fonetik Arab dan pihak kedua, yaitu ulama fonetik asing termasuk Indonesia. Perbedaan mereka terjadi akibat titik pandang berbeda.

Ulama tajwid dan fonetik Arab membuat titik pandang pendefenisian

makhraj dari tempat di organ bicara yang mendapat pengejaan ketika

menuturkan sebuah bunyi. Oleh karena itu, mereka mendefenisikan makhraj dengan tempat tertentu di saluran udara yang mengalami pengejaan lebih keras dari yang lain dan merupakan tempat penuturan konsonan. Biasanya konsonan tersebut dijuluki dengan nama area itu.

Sementara ulama fonetik asing dalam mendefenisikan makhraj menitiberatkan pada organ bicara aktif yang difungsikan dalam menghambat atau menekankan saluran udara ketika mengartikulasikan sebuah konsonan. Oleh sebab itu, makhraj mereka defenisikan dua organ bicara bekerja sama, yang satu aktif dan yang satu pasif (Nasution A. S., 2012)

(28)

13

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis berpendapat bahwa kedua pihak tersebut meskipun berbeda sudut pandang tentang makhraj huruf, namun pada dasarnya mereka sepakat.

Kesepakatan ini bahwa makhraj huruf adalah tempat keluarnya bunyi atau suara dengan menggunakan organ bicara.

4. Makhraj Bunyi Bahasa Arab

Menurut (Nasution A. S., 2012)pembagian makhraj bunyi bahasa Arab adalah:

a. Konsonan Bilabial ( حٍَِّٔاَرَفَش) terdiri atas ٚ , َ , dan ب

Bilabial artinya dua bibir. Untuk memproduksi konsonan ini, bibir atas bekerja sama dengan bibir bawah menghambat udara yang datang dari paru-paru.

b. Konsonan Labio-dental ( حٍَِّٔإَْسأ حٌََِّٛفَش) terdiri atas ف

Labio artinya bibir, sedangkan dental artinya gigi. Konsonan ini diproduksi dengan cara bibir bawah bekerja sama dengan gigi atas menghambat udara yang datang dari paru-paru.

c. Konsonan Apiko-Interdental ( ُحٍَِّٔإَْسلأا ٍََْٓت َٚ ِْاَسٌٍِّا ُفْرَط), yang terdiri atas ظ , ذ , dan ز

(29)

14

Apiko artinya ujung lidah, sedangkan interdental artinya antara dua gigi (bawah dan atas). Ujung lidah bekerja sama dengan tengah-tengah gigi agar menghambat udara yang datang dari paru-paru.

d. Konsonan Apiko-Dental ( ِْإَْسَلأا ُيُْٛصُأَٚ ِْاَسٌٍِّا ُفْرَط) terdiri atas ْ , ي , ض , د , ط , dan خ

Dental artinya gigi. Konsonan ini diproduksi dengan cara ujung lidah bekerja sama dengan gigi atas menghambat udara yang datang dari paru-paru. e. Konsonan Apiko-Alveolar ( ُحَصٌٍِاَٚ ِْاَسٌٍِّا ُفْرَط) terdiri atas ز , ص , س , dan ر

Alveolar artinya gusi. Konsonan dihasilkan oleh ujung lidah bekerja sama dengan gusi untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru

f. Konsonan Apiko-Palatal (ًِثٍَْصٌا ُهََٕذٌاَٚ ِْاَسٌٍِّا ُفْرَط) terdiri atas ض dan ش Palatal artinya langit-langit keras. Konsonan ini terjadi karena ujung lidah bekerja sama dengan lagit-langit keras menghambat udara yang datang dari paru-paru.

g. Konsonan Mediopalatal (ًِثٍَْصٌا ُهََٕذٌْاَٚ ِْاَسٌٍِّا ُطَسَٚ) terdiri atas ي

Medio berarti tengah lidah. Bagian tengah lidah bekerjua sama dengan langit-langit keras untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru, dengan cara ini konsonan terjadi.

(30)

15

Dorso berarti bagian belakang lidah, sedangkan velar berarti langit-langit lunak. Konsonan ini diproduksi dengan cara bagian belakang lidah bekerja sama dengan langit-langit lunak menghambat udara yang datang dari paru-paru.

i. Konsonan Dorso-Uvular ( ُجاٌٍََٙا َٚ ِْاَس ٌٍِّا ُرِسَئُِ) terdiri atas ق

Uvular berarti tekak atau anak lidah. Proses konsonan ini terjadi dengan cara, bagian belakang lidah bekerja sama dengan anak lidah menghambat udara yang datang dari paru-paru

j. Konsonan Faringal ( ُحٍَِّمٍَْذٌا) terdiri atas ح , dan ع

Faringal berarti tenggorokan. Untuk memproduksi konsonan ini, bagian belakang lidah bekerja sama dengan tenggorokan menghambat udara yang datang dari paru-paru

k. Konsonan Glotal ( ُحٌَِّرَجََٕذٌا) terdiri atas ٖ dan ء

Glotal berarti kerongkongan. Konsonan ini terjadi karena pita suara kanan bekerja sama dengan pita suara kiri untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.

5. Vokal

Vokal ( ُخا َو َر َذٌا / ُدا ِئ َٛ َّصٌا) termasuk bunyi yang bersuara. Bunyi ini terjadi melalui tekanan yang dibuat untuk menerobos klep pita suara. Dalam pengucapannya, udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan

(31)

16

di kerongkongan dan rongga mulut, sekaligus tidak terjadi penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan geseran. Vokal dasar dalam bahasa Arab adalah fathah [a], kasrah [i], dan dhammah [u].

Vokal bahasa Arab dibagi menjadi beberapa macam, sesuai dengan sudut pandang yang berbeda-beda.

a. Pembagian vokal menurut panjang pendeknya 1) Vokal panjang

Vokal panjang (mad) adalah vokal yang waktu mengucapkannya memerlukan tempo dua kali tempo mengucapkan vokal pendek. Ulama fonetik menanamkan vokal panjang ini dengan huruf mad yang terdiri atas tiga huruf pertama, alif (ا) yang didahului huruf fathah (a). Seperti يال dan َاتع kedua, waw (ٚ) yang didahului oleh dhammah, seperti ر dan ُْٚرُسُْٛٔ ر . Ketiga, ya (ي) yang didahului oleh kasrah (i), seperti ًَ danِل ٍْ ًٍََِّْج .

2) Vokal pendek

Vokal pendek (Harakat) dalam bahasa Arab juga terbagi tiga, yaitu fathah, dhammah, dan kasrah. Ulama fonetik Arab termasuk Ibnu Jinni dalam Nasution, menamakan vokal pendek dengan sebutan harakat, sebagaimana mereka menamakan vokal panjang dengan sebutan mad. Dalam hal ini Ibnu Jinni mengatakan, “harakat merupakan bagian dari huruf mad”. Apabila huruf mad ada tiga yaitu alif, waw, dan ya; maka harakat juga ada tiga, yaitu

fathah, dhammah, dan kasrah. Fathah adalah bagian dari alif, dhammah

(32)

17

Berdasarkan keterangan di atas, penulis berpendapat bahwa bahasa Arab memiliki tiga vokal pendek, yaitu fathah, dhammah, dan kasrah; serta tiga vokal panjang, yaitu fathah panjang, dhammah panjang, dan kasrah panjang. Vokal panjang dan pendek itu sama, kecuali panjang pendeknya saja. Dengan demikian, terdapat enam vokal bahasa Arab, yaitu fathah pendek, dhammah pendek, dan kasrah pendek, fathah panjang, dhammah panjang, dan kasrah panjang.

3) Vokal diftong

( ْيا) = ditulis ay contoh : فٍو = kayfa ( ْٚا) = ditulis aw contoh : يٛد = hawla

b. Pembagian vokal menurut tebal tipisnya

Dari sudut pandang ini, vokal Arab dapat dibagi menjadi tiga, yaitu vokal tebal, vokal semitebal, dan vokal tipis.

1) Sebuah vokal dikatakan tebal (mufakhkhamah) apabila vokal itu terdapat pada konsonan palatal yang empat, yaitu ض , ص , ظ , dan ط seperti dalam , َرَثَص , َبَرَض , َةٍََط , dan َظ َُ . ٍَ

2) Sebuah vokal dikatakan semitebal, apabila vokal tersebut terdapat pada konsonan velar, yaitu ق , ر dan ؽ seperti dalam, ُرٍَْس, ُرٍَْغ , ْثَل ُر .

3) Sementara itu vokal tipis adalah semua vokal yang terdapat dalam konsonan selain konsonan yang telah disebut di atas, seperti َرَفَس

(33)

18

Dari pembagian di atas, maka dapat dicatat ada delapan belas vokal dalam bahasa Arab.

Tabel 1 : Delapan belas vokal bahasa Arab

Jenis vokal Tipis Semitebal Tebal

Kasrah pendek I I I Kasrah panjang Ii Ii II Fathah pendek A A Æ Fathah panjang Aa Aa Ææ Dhammah pendek U U C Dhammah panjang Uu Uu Cc

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa delapan belas vokal ini dalam kata َر , َرَثَص dan َغ َثَس َر tidak semua mempunyai fungsi pembeda arti. َث Vokal yang berfungsi membedakan arti hanya enam yaitu, enam vokal semitebal dan enam vokal tebal tidak berfungsi membedakan arti dalam kata. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa enam vokal tipis adalah fonem sedangkan dua belas vokal lainnya adalah alofon dari keenam vokal tipis tersebut. Berdasarkan tiga contoh di atas, dapat menunjukkan bahwa tebal tipisnya vokal tidak berpengaruh terhadap perbedaan arti kata, tetapi berpengaruh terhadap konsonan yang terdapat dalam contoh tersebut, yaitu ؽ , س , dan ص (Nasution A. S., 2012)

(34)

19 c. Klasifikasi vokal

1) Lidah sebagai artikulator

Berdasarkan bagian lidah yang bergerak vokal dapat dibedakan menjadi :

a) Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan ; misalnya (i / ي).

b) Vokal tengah/pusat, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah ; misalnya (a / أ ).

c) Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah) ; misalnya (u / إ).

2) Tinggi rendahnya lidah

Gerak rahang dan kelenturan lidah, menyebabkan jarak antara lidah dan langit-langit adakalanya sangat dekat atau agak jauh dan sangat jauh. Dengan demikian bunyi vokal diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Vokal tinggi, yaitu jarak antara bagian lidah tertentu dan langit-langit sangat dekat. Lidah terangkat tinggi mendekati langit-langit. Bunyi yang dihasilkan adalah kasrah (i) juga ḍammah (u).

b) Vokal tengah, yaitu jarak antara langit-langit dan lidah dalam posisi belah dua atau lidah berada di posisi tengah. Bunyi vokal yang tergolong ke dalamnya adalah fathah (a).

(35)

20 3) Bentuk bibir

Berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan, maka vokal dapat dibedakan atas :

a) Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bunyi yang dihasilkan adalah ḍammah (u).

b) Vokal tidak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Bunyi yang dihasilkan adalah fathah (a) serta kasrah (i) (Marsono, 1999)

6. Konsonan

Konsonan ( ف ْٚ ُر ُد / د ِِا َٛ َص) adalah bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut. Konsonan dapat berupa bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara, bunyi tidak bersuara. Konsonan selalu mendapatkan hambatan kuat maupun lemah, sehingga mengakibatkan adanya letupan dan geseran. Sebagian ulama fonetik mengatakan bahwa bahasa Arab terdiri atas 28 konsonan dan sebagian yang lain mengatakan 26 konsonan. Ulama yang mengatakan 28 konsonan, memasukkan semivokal ي dan ٚ ; sedangkan yang mengatakan 26 konsonan, tidak memasukkan semivokal (Nasution A. S., 2012).

Yang telah dikatakan bahwa semivokal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semivokal atau

(36)

21

semikonsonan, namun istilah semikonsonan jarang dipakai. Misalnya, bunyi (w) bilabial, (w) labiodental, masing-masing tempat artikulasinya adalah bibir atas dengan bibir bawah dan gigi atas dengan bibir bawah (Marsono, 1999).

Perbedaan semivokal dan konsonan adalah teori, sedangkan dalam praktek, banyak orang cenderung menganggapnya sama. Oleh karena itu, tidak terlalu salah orang memasukkan semivokal ke dalam bagian konsonan.

Berikut ini deskripsi masing-masing konsonan Arab :

a. Konsonan hambat letup (Stop, plosives)

Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara kemudian hambatan itu lepaskan secara tiba-tiba. Jadi, strikturnya rapat kemudian dilepaskan tiba-tiba-tiba. Striktur rapat yang pertama disebut hambatan, sedangkan striktur pelepasan yang kedua disebut letupan (Marsono, 1999)

1) Bilabial ب

2) Apiko-dental ض د ط, خ 3) Dorsovelar ن

4) Uvular ق 5) Glotal ء.

b. Konsonan geseran atau frikatif (Fricatives, friction)

Konsonan geseran atau frikatif ialah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalannya arus udara yang dihembuskan dari

(37)

22

paru, sehingga jalannya udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Jadi strukturnya tidaka rapat seperti pada konsonan letup tetapi renggang (Marsono, 1999) 1) Labiodental ف 2) Labio-interdental ظ ذ ز 3) Apiko-alveolar ز ص س 4) Apiko-palatal ش 5) Dorso-velar ؽ ر 6) Faringal ع ح 7) Glotal ٖ.

c. Konsonan sampingan (Laterals)

Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja. Jadi, strikturnya adalah renggang lebar (Marsono, 1999). Contoh : Apikodental ي.

d. Konsonan berulang

Konsonan berulang adalah konsonan yang terjadi dengan menutup dan membuka saluran udara secara berkali-kali, sehingga bunyi yang keluar terasa seperti terputus-putus atau berulang-ulang. Contoh : Apiko-alveolar ر.

(38)

23 e. Konsonan nasal

Konsonan nasal atau (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga mulut, jadi strikturnya rapat (Marsono, 1999)

1) Bilabial َ 2) Apiko-dental ْ.

f. Semi vokal

Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsona murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal (Marsono, 1999)

1) Bilabial ٚ 2) Medio-palatal ي.

g. Konsonan paduan (Affricates) / Gabungan

Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Proses terjadinya dengan menghambat penuh arus udara dari paru-paru, kemudian hambatan itu dilepaskan secara bergeser pelan-pelan. Jadi strikturnya ialah rapat kemudian dilepaskan pelan-pelan (Marsono, 1999). Contoh : Apiko-palatal ض.

(39)

24 7. Analisis kesalahan (Error analysis)

Istilah kesalahan (Error) dan kekeliruan (Mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kekeliruan umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya (Sugiarto, 2004)

a. Pengertian kesalahan berbahasa

1) Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “ slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “ slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.

2) Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3) Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini

(40)

25

mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar (Inhadi D. , 2016)

Untuk membedakan antara kesalahan (Error) dan kekeliruan

(Mistake), menurut Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3 : Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa

Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa

1. Sumber Kompetensi Performasi 2. Sifat Sistematis, berlaku

secara umum

Acak, tidak sistematis, secara individual

3. Durasi Permanen Temporer/sementara 4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai 5. Produk Penyimpangan kaidah

bahasa

Penyimpangan kaidah bahasa

6. Solusi Dibantu oleh guru melalui latihan pengajar remedial

Diri sendiri, mawas diri, pemusatan perhatian

b. Jenis kesalahan berbahasa

Linguistik mengklasifikasikan kesalahan berdasarkan komponen bahasa, dan linguistik konstituen. Komponen bahasa terdiri dari fonologi (pengucapan), sintaksis dan morfologi (tata bahasa), semantik dan leksikon

(41)

26

(makna dan kosakata), dan wacana (gaya). Contoh kesalahan berdasarkan linguistik dapat dilihat di bawah ini (Sugiarto, 2004)

Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kategori strategi performasi:

1) Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

2) Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

3) Kesalahbentukan (misformation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.

4) Kesalah urutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa (Inhadi, 2016)

c. Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi

Menurut Inhadi (Inhadi, 2016) sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut:

(42)

27

1) Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/. 2) Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/. 3) Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/. 4) Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/. 5) Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/. 6) Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/. 7) Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/. 8) Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.

9) Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal. 10. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.

11. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/. 12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. 13. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.

14. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/. 15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.

16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/. 17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/. 18. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/. 19. Penghilangan fonem /k/.

20. Penyimpangan pemenggalan kata.

Model-model analisis kesalahan berbahasa yang dikembangkan oleh Tarigan dalam (Inhadi, 2016) adalah kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah

(43)

28

meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.

Ada berbagai kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi. Dalam setiap kesalahan berbahasa itu tersirat sebab atau penyebab kesalahan berbahasa tersebut. Misalnya, kata akan diucapkan aken menunjukkan penyebab kesalahan fonem /a/ diucapkan /e/. Kata keliru diucapkan keleru menunjukkan penyebab kesalahan fonem /i/ diucapkan /e/. Kata kalau diucapkan kalo menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa itu disebabkan bunyi diftong /au/ diucapkan sebagai /o/.

d. Langkah-langkah analisis kesalahan

Menurut (Sugiarto, 2014) ada beberapa ahli dalam pengajaran bahasa mengusulkan bahwa analisis kesalahan memiliki beberapa langkah-langkah, mereka adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan sampel 2) Mengidentifikasi kesalahan 3) Penjelasan dari kesalahan 4) Klasifikasi kesalahan 5) Evaluasi kesalahan

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul :

(44)

29

(Alfis, 2013)“Kesalahan Pelafalan Huruf-huruf Hijaiyyah Dalam

Ayat-ayat Suci Al-Qur‟an Pada Masyarakat Desa Bonto Bahari. Kecamatan Bontoa. Kabupaten Maros (suatu tinjauan fonetik) : 2013” penelitian ini di

lakukan oleh Harmin Alfis (2013). Dalam penelitian yang dilakukan Harmin Alfis terdapat kesamaan dan perbedaan penelitian ini. Kesamaannya adalah masing-masing terdapat pada aspek kajian yang dilakukan dengan menggunakan kajian fonologi, lalu perbedaannya jika dilihat dari permasalahan dan objeknya, beliau membahas tentang fonetik beserta pelafalan huruf-huruf hijaiyyah dan objek yang diambil adalah para masyarakat desa bonto bahari, sementara pada penelitian ini akan membahas mengenai fonetik serta pelafalan Surah al-Fatihah dan objek penelitian ini dilakukan kepada Imam-imam mesjid kecamatan. Manggala Makassar, tentunya membatasi hanya beberapa Imam yang dijadikan objek.

C. Kerangka pemikiran

Kerangka berfikir adalah sintesa dari berbagai teori dan hasil penelitian yang menunjukkan lingkup satu variabel atau lebih yang diteliti, perbandingan nilai satu variabel atau lebih pada sampel atau waktu yang berbeda, hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan pengaruh antar variabel pada sampel yang berbeda dan bentuk hubungan struktural (Sugiyono, 2014)

(45)

30 Imam Mesjid. Kecamatan Manggala, Makassar Merekam pelafalan Surah Al-fatihah Vokal Konsonona n Analisis Data Kesimpulan

(46)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Pemilihan metode penelitian dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Penelitian dilihat dari outputnya atau hasilnya dapat dibagi atas 4, yaitu metode penelitian kualitatif, kuantitatif, Research dan Development serta penelitian tindakan.

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau memaparkan fenomena secara detail dan komprehensif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk mendukung, mengembangkan atau menolak suatu teori, Krena itu, metode ini syarat dengan hipotesa. Metode research dan

development dipilih untuk menghasilkan produk, model atau jasa. Sedangkan

penelitian tindakan dipilih dalam rangka untuk mengubah suatu kebijakan (Yusring Sanusi, 2016)

A. Jenis penelitian

Merujuk ke pengantar bab ini, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014)

(47)

32

Ditinjau segi tempat penelitian, maka penelitian ini dilakukan di beberapa mesjid dalam wilayah Kecamatan Manggala Makassar. Selain itu dari segi data penelitian, menggunakan metode kualitatif.

Defenisi di atas sejalan dengan defenisi (Djajasudarma, 2010) yang menyatakan penelitian kualitatif jelas menggunakan metode kualitatif sehubungan dengan pertimbangan : (1) penyesuaian metode kualitatif lebih mudah dibandingkan dengan kenyataan yang kompleks, (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman-penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Metode kualitatif menjadi titik tolak penelitian kualitatif, yang menekankan kualitas (ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan pemahaman deskriptif dan alamiah itu sendiri.

Sejalan dengan hal itu penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya, serta peristilahan.

B. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fonologi. Pendekatan fonologi yang dilakukan adalah fonologi al-qur‟an. Pengajaran al-qur‟an menggunakan analisis dalam memaparkan kesalahan pelafalan. Alwasilah dalam (Suhardi, 2013) fonologi adalah ilmu bahasa yang membicarakan bunyi-bunyi bahasa tertentu dan mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu.

Ilmu bunyi yang memfokuskan pembahasan pada ilmiah murni tanpa membicarakan aplikasinya dalam tataran praktis dengan tujuan mengetahui

(48)

33

sifat-sifat artikulasi dan fisik suatu bunyi tersebut dengan ilmu bunyi murni atau ilmu bunyi teoritis (Nasution S. , 2012)

C. Sumber data dan jenis data

Sumber data dalam penelitian diperoleh dari beberapa imam tetap di mesjid kecamatan Manggala Makassar. Jenis data yang terkumpul adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung didapatkan dalam penelitian. Data tersebut berupa tulisan, hasil observasi, rekaman suara yang berkaitan langsung dengan topik pembahasan. Data hasil rekaman yang dimaksud adalah hasil rekaman yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait seperti Imam mesjid setempat. Sedangkan data sekunder adalah tingkatan kedua yang dilakukan oleh peneliti yakni menganalisis data-data yang sudah terkumpul.

D. Metode pengumpulan data

1. Metode dan teknik pengumpulan data a. Wawancara

Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara yang terstruktur dengan membuat daftar pertanyaan wawancara sebanyak 16 pertanyaan. Wawancara itu dilakukan dengan cara menanyakan nama imam mesjid, usia, latar belakang pendidikan, dari mana mengetahui ilmu tajwid, asal daerah, sejak kapan jadi imam mesjid, bagaimana bisa jadi imam mesjid, mengapa mau menjadi imam mesjid, apakah jadi imam

(49)

34

mesjid di seleksi, atas dasar apa jadi imam mesjid, apa pekerjaan yang lain selain jadi imam mesjid.

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden. Peneliti menetapkan respondennya yaitu Imam mesjid. Teknik ini digunakan untuk menganalisis penyebab kesalahan dalam melafalkan surah al-fatihah. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat (Soewadji, 2012 ) wawancara adalah cara atau teknik untuk mendapatkan informasi atau data dari interviewee atau responden dengan wawancara secara langsung face to face, antara interviewer dengan

interviewee.

b. Rekaman

Rekam adalah teknik pengumpulan data di lapangan berdasarkan metode simak. Teknik ini digunakan untuk merekam suara imam mesjid saat memimpin shalat pada umumnya tiga kali (3 x), dan mendapatkan hasil yang valid atau memastikan terdapat kekeliruan atau kesalahn dalam memimpin shalat berjamaah.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perekaman menggunakan handpone yang di dalamnya ada aplikasi Tape Recorder. sebagai alat penerima bunyi dari hasil pelafalan surah al-fatihah imam mesjid. Pengambilan sampel dilakukan secara tersembunyi tanpa memberitahu imam mesjid sebelumnya. Dengan maksud bahwa hasil

(50)

35

penelitian dilakukan lebih alami dan tidak dibuat-buat serta hasil penelitian lebih maksimal dan akurat.

c. Observasi (Pengamatan)

Peneliti melakukan observasi kepada imam mesjid Kecamatan Manggala Makassar. Observasi ini bertujuan untuk melengkapi data peneliti. Observasi dilakukan setelah peneliti merekam imam mesjid bersamaan disaat melakukan wawancara. Hal demikian ini dilakukan kepada 20 imam mesjid Kecamatan Manggala Makassar, kecuali satu orang yaitu Dg. Sewu karean yang bersangkutan tidak ada di tempat saat observasi dilakukan

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan menggunakan media atau sarana dokumentasi seperti kamera. Dokumentasi dilakukan saat peneliti melakukan wawancara dengan meminta tolong kepada saudara yang menemani melakukan penelitian tersebut. Dalam metode ini peneliti juga menjaring data yang berkenaan dengan imam mesjid dan data-data lain yang berkenaan dengan penelitian ini.

(51)

36 2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014) Defenisi di atas senada dengan pendapat (Mahsun, 2014) yang menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi anggota masyarakat tutur bahasa yang akan diteliti dan menjadi sasaran penarikan generalisasi tentang seluk-beluk bahasa tersebut. Adapun populasi pada penelitian ini adalah Imam tetap mesjid Kecamatan Manggala Makassar, sebanyak kurang lebih 60 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014) Pemilihan sebagian dari keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa yang menjadi objek penelitian sebagai wakil yang memungkinkan untuk membuat generalisasi terhadap populasi (Mahsun, 2014). Adapun sampel pada penelitian ini adalah 20 Imam mesjid tetap di Kecamatan Manggala Makassar, pada waktu yang ditentukan dalam shalat Magrib dan Isya.

(52)

37 3. Instrumen penelitian

a. Pedoman wawancara

Digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam melaksanakan kegiatan wawancara.

b. Balpoin

Digunakan untuk menulis data-data yang diperoleh dari penelitian.

c. Kertas

Digunakan sebagai sarana dari hasil menulis data-data penelitian.

d. Komputer / laptop

Digunakan untuk menyimpan data-data yang telah dilakukan di lapangan penelitian

e. Kamera

Digunakan untuk mendokumentasikan data dalam bentuk file elektrik.

f. Tape recorder

Digunakan untuk merekam pada saat wawancara dan saat pengujian penelitian.

g. Rekaman surah al-Fatihah oleh qori‟ Syeikh Sudais digunakan sebagai

pembanding bacaan imam mesjid Kecamatan Manggala Makassar.

E. Metode analisis data

Teknik analisis data pada penulisan skripsi ini adalah analisis deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2009) deskriptif adalah untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

(53)

38

berlaku untuk umum atau generalisasi. Defenisi di atas senada dengan pendapat (Nasution S. , 2012) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif , mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial seperti kehidupan mahasiswa di rumah kontrakan, perusahaan tranpor lokal di suatu kota, sistem penerimaan pegawai baru pada perusahaan swasta, dan sebagainya.

Dengan analisis deskriptif peneliti melakukan langkah-langkah strategis guna mendapatkan hasil yang maksimal sebagai berikut :

1) Reduksi data

Peneliti memeriksa data yang sudah terkumpul. Ada beberapa data yang diambil dan dibuang. Data yang diambil berupa tulisan dari mewawancarai 20 imam mesjid, pertanyaan wawancara beberapa imam mesjid tidak semua dimasukkan, karena hanya sebagai penguatan say. Di samping itu peneliti melakukan observasi serta rekaman suara imam mesjid. Agar data yang diambil jelas dan akurat, maka peneliti menganalisis dari data-data yang ada, guna untuk memperjelas tujuan penelitian di lapangan.

Peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap deskripsi. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap deskripsi untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai

(54)

39

kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Memilih di antara yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2014)

2) Klasifikasi data

Dalam rangka pengklasifikasian data tentu harus didasarkan pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian itu sendiri adalah memecahkan masalah yang memang menjadi fokus penelitian. Jika dalam penelitian itu terdapat kesalahan, maka penelitian itu memerlukan pembuktian dengan menganalisis kesalahan serta penyebab kesalahan. Tujuan penelitian merupakan suatu kesatuan yang membimbing ke arah mana analisis data itu dilakukan. oleh karena itu peneliti haruslah benar-benar fokus. Dengan dasar itulah pengklasifikasian data dapat dilakukan (Mahsun, 2014)

3) Analisis data

Peneliti menganalisis data dengan menggunakan error analysis, untuk mengetahui kesalahan pelafalan beberapa imam mesjid, maka peneliti mendengarkan rekaman berulang-ulang dan menjumlahkan total rekaman, total kesalahan, lalu menganalisis apakah terjadi kesalahan (error) atau salah ucap (lapses) hal demikian ini dilakukan agar tidak ada kesalahan pada data.

Analisis merupakan proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2009)

(55)

40 F. Prosedur penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penelitian, maka peneliti menyusun beberapa tahapan prosedur penelitian, diantaranya :

1. Menentukan objek penelitian

2. Mengumpulkan data terkait dengan penelitian 3. Menandai data yang telah diperoleh

4. Mencatat data yang diperlukan 5. Menganalisis data yang diperoleh

(56)

41 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi geografis Kecamatan Manggala Makassar

Data Kecamatan Manggala Makassar menerangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Kecamatan Manggala dalam Angka 2014” menjelaskan kondisi geografis Kecamatan Manggala Makassar sebagai berikut:

a. Batas Wilayah

Kecamatan Manggala Makassar merupakan salah satu 14 Kecamatan di kota Makassar yang berbatasan dengan beberapa wilayah. Adapun batas-batas wilayah yaitu:

Bagian Utara : Kecamatan Tamalanrea Bagian Timur : Kabupaten Maros Bagian Selatan : Kabupaten Gowa

Bagian Barat : Kecamatan Panakkukang

b. Luas Wilayah

Kecamatan Manggala Makassar terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 24,14 km. Dari luas wilayah tersebut tampak bahwa kelurahan Tamangapa memiliki wilayah terluas yaitu 7,62 km, kedua adalah kelurahan

(57)

42

Manggala dengan luas wilayah 4,44 km, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kelurahan Borong dan kelurahan Batua dengan luas masing-masing 1,92 km.

c. Keadaan topografi

Kecamatan Manggala Makassar merupakan daerah bukan pantai, dengan topografi ketinggian wilayah sampai dengan 46 meter dari permukaan laut.

2. Pemerintahan

a. Perkembangan Desa/Kelurahan

Klasifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Manggala Makassar tahun 2013 terdiri dari 6 kelurahan, 367 RT dan 66 RW, dengan kategori kelurahan swasembada. Dengan demikian tidak ada lagi kelurahan yang termasuk swadaya dan swakarya.

b. Lembaga/Organisasi Tingkat Desa/Kelurahan

Lembaga dan organisasi tingkat desa/kelurahan yang terbentuk di Kecamatan Manggala Makassar dengan sejumlah anggotanya diharapkan dapat menunjang kegiatan pemerintah dan pembangunan. Organisasi atau lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) di Kecamatan Manggala terdapat 1 unit di setiap kelurahan.

(58)

43 3. Penduduk

Menurut hasil proyeksi penduduk menyatakan bahwa pada tahun 2013, jumlah penduduk Kecamatan Manggala Makassar sebanyak 127,915 jiwa, dibandingkan data pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Manggala Makassar berjumlah sebanyak 122,838 jiwa, hal ini menunjukkan bahwa selama setahun terakhir terjadi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Manggala Makassar.

Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 63,997 jiwa dan perempuan sekitar 63,918 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 99,70 persen yang berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan.

4. Sosial a. Pendidikan

Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah TK di Kecamatan Manggala Makassar sebanyak 39 sekolah dengan 1,448 orang murid dan 181 orang guru. Pada tingkat Sekolah Dasar negeri berjumlah sebanyak 33 sekolah dengan 11,650 orang murid dan 495 0rang guru. Untuk tingkat SMP baik negeri maupun swasta sebanyak 11 sekolah dengan 5,199 orang murid dan 373 orang guru. Sedangkan untuk tingkat SMA negeri dan swasta terdapat 9 sekolah dengan 3,565 orang murid dan 274 orang guru.

b. Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan tahun 2013 di Kecamatan Manggala Makassar tercatat 4 puskesmas, 4 pustu, 2 rumah bersalin dan 81 posyandu.

(59)

44

Disamping itu terdapat pula 3 buah balai pengobatan, 15 buah tempat praktek dokter, 12 buah apotik, 16 buah bidan praktek Swasta dan 6 buah toko khusus jamu/obat. Masing-masing tersebar di 6 kelurahan di Kecamatan Manggala Makassar.

c. Agama

Ditinjau dari agama yang dianut, tercatat bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Manggala Makassar adalah beragama islam. Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Manggalah Makassar cukup memadai karena terdapat 77 buah mesjid dan 4 buah gereja.

5. Perdagangan

Sarana perdagangan yang terdapat di Kecamatan Manggala Makassar antara lain kelompok pertokoan sebanyak 6 buah, pasar umum sebanyak 3 buah dan mini market sebanyak 3 buah (Pusat, 2016)

(60)

45

6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan Manggala Kota Makassar

-- CAMAT

ANSHAR UMAR, S.Sos., M.Si

Pangkat : Pembina

Nip. 19720528 199202 1 002 SEKRETARIS CAMAT

Drs. ABD RACHMAN KUBA, M.Si Pangkat : Pembina Nip.19631211 199403 1 008

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN ANDI MULFARIANTI, S.STP., M.AP Pangkat : Penata Nip. 198 60415 2004 12 2 001 SUB BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN Hj. ST. ROSLING, S.Ip Pangkat : Penata Nip. 19630717 199012 2 001 KELURAHAN SEKSI KESEJAHRETAAN SOSIAL Drs. PUTRIANI ETNA

Pangkat : Penata Tk.I Nip. 19610824 199603 2 001 SEKSI PENGELOLAAN KEBERSIHAN Drs. MUHAMMAD SALEH Pangkat : Penata Tk.I Nip. 19640201 198709 1 003 SEKSI PEREKONO MIAN DAN PEMBANGU NAN Drs. DG. MAMONE Pangkat : Penata Tk.I Nip. 19580525 198103 1 019 SEKSI PEMBERDA YAAN MASYARAK AT ABDUL RASYID, SE Pangkat : Penata Nip. 19640410 198603 1 009 SEKSI PEMERINTAHAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM Drs. H. AHMAD Pangkat : Penata Tk.I Nip. 19620326 198511 1 001

Gambar

Tabel 1 : Delapan belas vokal bahasa Arab
Tabel 3 : Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap ini peneliti menyusun daftar nilai angket dan evaluasi tes soal dari masing-masing siswa dengan cara tabulasi data nilai yang sudah terkumpul. Hal tersebut

Pengukuran score kinerja dengan metode Objectives Matrix (OMAX) Setelah mendapatkan hasil pembobotan antar KPI pada tahap pembobotan KPI maka langkah selanjutnya yaitu

Metode observasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh suatu data lapangan, yaitu dengan pengamatan atau praktik langsung terhadap pengukuran

Sifat dari aset ini akan menyebabkan permasalahan asimetri informasi yang semakin besar antara manajer perusahaan dengan investor, sehingga teori ini memprediksi hubungan

Terdapat 3 media komunikasi yang dapat digunakan untuk proses pengambilan data meter yaitu melalui komunikasi antara PC/Laptop dengan meter menggunakan media

Keselarasan yang baik akan menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian satu dengan bagian yang lainnya pada suatu benda atau dari unsur satu ke

1) Pengalaman mengajar guru SMPN di kabupaten Bangli tergolong sedang, beban kerja tergolong tinggi, kesejahteraan tergolong sedang, sedngkan kualitas pengelolaan

suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan Keputusan KPU/KIP Kabupaten/Kota