• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Praktik Industri

Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula dimana pendidikan dapat dilangsungkan. Salah satu kegiatan proses yang dapat dilangsungkan diluar kampus adalah praktik industri, karena waktu belajar diadakan di industri-industri yang sesuai dengan program studi.

Praktik industri adalah suatu kegiatan yang harus diikuti oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai wahana untuk memantapkan hasil belajar sekaligus memberikan kesempatan mendalami kemampuan hasil belajar tersebut kedalam kondisi kerja yang sesungguhnya.

Praktik di industri atau di bengkel/dealer resmi merupakan kesempatan untuk menimba ilmu dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuan menjadi terbuka bagi mahasiswa. Praktik industri membawa dampak yang positif terhadap motivasi belajar, seperti yang dikemukakan oleh Nolker H dan Schoenfeldt E (Herlina L, 2004: 10).

Apabila peserta didik berhasil dalam menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari mengenai bidang kejuruannya, maka hal itu akan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar, peserta didik melihat nilai praktis dari aktifitas mereka dalam pendidikan dan karenanya mau melanjutkan upaya belajar kesan-kesan yang diperoleh juga menambah kemauan belajar peserta didik menanyakan informasi latar belakang. Itu menimbulkan interaksi yang bermanfaat antar pelajaran disekolah dengan pengalaman praktik di tempat kerja.

(2)

Jelaslah bahwa pelaksanaan praktik industri di tempat kerja atau indsutri dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam melakukan proses aktualisasi karena dapat menguji dan membandingkan pengetahuan teoritisnya dengan keadaan yang sebenarnya didunia kerja.

a. Tujuan Praktik Industri

Untuk memenuhi persyaratan kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia, pada setiap semester VII kepada para mahasiswanya diwajibkan untuk melaksanakan mata kuliah praktik industri yang memiliki bobot 2 SKS, dengan persyaratan sudah menempuh minimal 120 SKS dan memenuhi semua persyaratan administrasi.

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan praktik industri adalah sebagai berikut:

1.) Meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam wacana industri bagi mahasiswa JPTM FPTK UPI.

2.) Meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan mahasiswa melalui kerja lapangan atau magang sesuai bidang keahliannya.

b. Pelaksanaan Praktik Industri 1. Peserta Praktik Industri

Peserta dalam mata kuliah praktik industri adalah mahasiswa JPTM bidang keahlian teknik mesin konstruksi, teknik mesin produksi, teknik mesin pendingin, dan teknik mesin otomotif dengan ketetapan sebagai berikut:

(3)

b. Telah menempuh mata kuliah paket pilihan (bidang keahlian) minimal yang dipersyaratkan oleh dosen pembimbing mata kuliah praktik industri.

c. Setiap mahasiswa memahami dan menerima konsekuensi logis dari kontrak kerja/perjanjian lapangan, yang telah disepakati oleh pihak industri (perusahaan) dan atas bimbingan dosen yang ditunjuk.

d. Telah lulus mata kuliah teknik dan manajemen industri. 2. Tempat Praktik Industri

Tempat mahasiswa melaksanakan praktik industri adalah industri atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Industri atau perusahaan yang relevan dengan paket pilihan (bidang keahlian). b. Industri atau perusahaan yang dapat menumbuh-kembangkan kreativitas dan

inovasi mahasiswa.

c. Industri atau perusahaan yang dapat memberikan pengalaman kerja, berbudaya industri dan mendorong kemandirian mahasiswa.

3. Waktu Pelaksanaan Praktik Industri

Waktu yang disediakan untuk mahasiswa melaksanakan praktik industri, disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan bersama antara JPTM FPTK UPI dengan pihak industri tempat mahasiswa praktik. Sebagai bahan pegangan atau acuan dalam pelaksanaan praktik industri ini adalah:

a. 1 (satu) SKS yang setara dengan 4 x SKS praktik laboratorium atau setara dengan 4 x 100 menit = 400 menit.

b. Mengingat praktik industri merupakan mata kuliah yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa JPTM FPTK UPI, khususnya mahasiswa program S-1, maka

(4)

dikenakan aturan yang sama dengan mata kuliah yang lain, yakni harus dilaksanakan dalam waktu 16 kali pertemuan. Dengan demikian jumlah waktu yang harus dilakukan oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik industri adalah 16 x 400 menit = 6400 menit = 172 jam aktual.

4. Pembimbing Praktik Industri

Praktik industri dilaksanakan dibawah bimbingan dan arahan dosen pembimbing. Dosen pembimbing tersebut terdiri dari dua orang, yaitu satu orang dari JPTM FPTK UPI yang ditugaskan oleh ketua jurusan, dan satu dari industri yang ditunjuk oleh pihak industri atau perusahaan.

Dosen pembimbing yang ditugaskan oleh ketua jurusan, berkewajiban: 1. Melakukan monitoring terhadap kegiatan mahasiswa di lapangan selama

melaksanakan praktik industri, minimal satu bulan satu kali. Hal ini dimaksudkan untuk mencari data sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian.

2. Membimbing mahasiswa dalam penyusunan laporan akhir pelaksanaan praktik industri.

3. Mengikuti seminar laporan pelaksanaan praktik industri bersama-sama dengan dosen pembina atau penanggung jawab mata kuliah praktik industri, dan satu orang dosen lain yang ditunjuk oleh ketua jurusan.

Dosen pembimbing praktik industri yang ditunjuk oleh pihak industri (dosen luar biasa), berkewajiban:

1. Memeriksa dan mengevaluasi kedisiplinan mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktik di industri.

(5)

2. Memeriksa kehadiran mahasiswa yang dibimbingnya.

3. Memeriksa dan mengevaluasi kinerja mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktik industri (kemampuan memecahkan masalah, keselamatan kerja, dan prosedur kerja).

c. Praktik Industri Sebagai Sarana Menambah Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan.

Praktik industri mempunyai fungsi majemuk, diantaranya memudahkan peralihan pendidikan ke dunia kerja. Tempat pendidikan tidak memiliki sarana yang sepadan untuk membiasakan peserta didik pada wujud kehidupan nyata. Wawasan yang diperlukan hanya diperoleh dengan jalan mengumpulkan pengalaman praktik bekerja di tempat yang sebenarnya.

Dengan praktik industri kita dapat memperoleh pengetahuan baru yang saat ini sedang berkembang, sedangkan di bangku kuliah mahasiswa telah dibekali teori dan keterampilan menyangkut bidang keahliannya. Untuk menguji keterampilan dan kemampuan yang didapat di bangku kuliah, kita harus mencobanya ke dunia kerja, yang terlebih dahulu harus menguasai teori dan langkah awal sebelum terjun untuk praktik industri.

Hasil belajar tersebut tampak dalam perubahan tingkah laku setelah melalui pengalaman belajar. Berikut ini, dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut, yaitu:

(6)

1. Aspek Kognitif

“Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenai dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental” (Nasution S, 1982: 34).

a.) Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk pula yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan tentang hal-hal yang perlu diingat kembali. Dilihat dari segi respon belajar mahasiswa, pengetahuan itu perlu dihafal, diingat supaya dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpannya dalam ingatan, misalnya dibaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Hasil belajar ini, termasuk hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar lainnya.

b.) Pemahaman

Tipe hasil belajar ini lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dari arti suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertalian antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum, pertama, pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya, misalnya memahami daya pengereman sehingga dapat menghitung daya pengereman. Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya menggunakan satuan-satuan yang digunakan dalam perhitungan. Ketiga, pemahaman

(7)

ekstrapolasi yaitu kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

c.) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teoritis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah, kecuali ada satu unsur yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yaitu sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.

Generalisasi merupakan rangkaian sejumlah informasi atau rangkuman yang dapat dikenakan pada hal khusus baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus atau metoda tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Misalnya: perhitungan statistik, dan sebagainya.

d.) Analisis

Analisis adalah suatu upaya memecahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga jelas susunannya. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Hal tersebut sangat diperlukan bagi mahasiswa.

(8)

Kemampuan menalar pada hakekatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki oleh seseorang, maka seseorang dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

e.) Sintesis

Sintesis merupakan lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi suatu yang bermakna, sedangkan pada sintesis adalah kemampuan menyatukan suatu unsur atau bagian menjadi satu integritas.

Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen, sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergen. Dalam berpikir divergen pemecahannya atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tidak sama dengan mengumpulkan ke dalam suatu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati.

f.) Evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi dari semua tipe belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan kriteria dengan sesuatu yang

(9)

tampak atau aktual, mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai sesuatu tersebut.

2. Aspek Afektif

“Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan nilai-nilai yang disebut juga perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris” (Nasution S, 1982: 34).

a.) Receiving Atending

Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar mahasiswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima rangsangan dan kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Sebagai contoh, misalnya perhatian sewaktu diberikan penjelasan oleh pembimbing pada saat praktik, menerima saran-saran yang diberikan oleh pembimbing dan lain-lain. b.) Responding

Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus yang datang dari dirinya. Misalnya, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, mentaati peraturan-peraturan kerja pada waktu melaksanakan praktik, dan lain-lain.

c.) Valuing

Yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam hal ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap

(10)

nilai tersebut. Misalnya, menjalankan tugas yang diberikan dengan penuh kesungguhan, menjalankan tugas yang diberikan dengan penuh percaya diri, mentaati peraturan dengan penuh kesungguhan, dan lain-lain.

d.) Organisasi

Yaitu perkembangan nilai kedalam satu sistem organisasi, mencakup didalamnya menentukan satu nilai dari kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk di dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi dari sistem nilai, seperti menyadari pentingnya proporsi antara hak dan tanggung jawab, tanggung jawab terhadap tugas praktik yang dibebankan , dan lain-lain.

e.) Karakteristik Nilai dan Internalisasi Nilai

Yaitu keterpaduan dari sistem nilai yang ideal yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Termasuk di dalamnya keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

3. Aspek Psikomotor a.) Persepsi

Hal ini berkenaan dalam penggunaan indera dalam melakukan kegiatan tertentu. Seperti mengenal kerusakan dari sistem rem, peralatan rem, dan sebagainya.

b.) Kesiapan

Berkenaan dengan kesiapan untuk melakukan kegiatan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental (mental set), kesiapan fisik (physical set) atau kesiapan emosi (emotion set) dalam melakukan suatu kegiatan.

(11)

Selama praktik industri, praktikan memperoleh peluang untuk mengenali dan menggunakan peralatan-peralatan baru yang belum pernah dijumpai. Aspek-aspek positif dari pengalaman praktik industri adalah:

a.) Pendidikan berlangsung dekat dengan kenyataan praktik.

b.) Pendidikan dapat cepat diselesaikan melalui praktik industri, dengan persyaratan baru yang timbul dalam pasaran tenaga kerja.

c.) Proses belajar berlangsung di tengah-tengah kesibukan suasana kerja.

2. Tinjauan Belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang dihasilkan dari hubungan yang terkondisi antara simulasi dan respon.

Bagi seorang behavioris belajar pada dasarnya adalah hubungan sebuah respon tertentu pada sebuah simulasi yang tadinya tidak berhubungan, dan bagi penganut Gestalt, hakekat belajar adalah penemuan hubungan unsur-unsur di dalam ikatan keseluruhan. Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 8)

Belajar juga dapat diartikan mengalami yang bermakna, menghayati secara aktual yang menimbulkan respon tertentu, dari pihak siswa dapat menghasilkan perubahan (pengarahan, pendewasaan) pola tingkah laku, perubahan didalam sistem nilai, perbedaan konsep-konsep (pengertian), serta didalam kekayaan informasi.

Belajar dipandang sebagai hasil, dimana seseorang dapat melihat bentuk akhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif dengan nampaknya tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep dan sikap. Belajar dapat pula dipandang sebagai proses, dimana dapat dilihat pada apa yang terjadi selama mahasiswa menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk

(12)

mencapai sutau tujuan dalam bentuk pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar berlangsung. Belajar juga dipandang sebagai fungsi dimana perhatian ditunjukan pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku dalam pengalaman edukatif dengan satu aspek yang diutamakan adalah motivasi.

Belajar adalah proses perbaikan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penelitian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi berbagai aspek kehidupan dan pengalaman yang terorganisir. Rackhmat C (Iskandar H, 1999: 9)

Pengertian-pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pada hakekatnya secara umum mempunyai kesamaan, yaitu bahwa belajar merupakan proses interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang akan terlihat pada pola sambutan (respon) yang baru terhadap lingkungan. Keterampilan, kecakapan, pengetahuan, aspirasi, hubungan sosial, hubungan jasmani, dan etika atau budi pekerti merupakan suatu bentuk pola sambutan (respon) yang baru terhadap lingkungan.

a. Proses Pembelajaran Praktik

“Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai kegiatan pokok pada proses pendidikan di sekolah, karena kegiatan ini berkenaan langsung dengan pengupayaan perubahan perilaku siswa atau pencapaian tujuan pendidikan” Rahmat C (Iskandar H, 1999: 9).

Proses pembelajaran juga pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan dimana di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan tersebut dapat merubah tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya

(13)

sehingga dengan tingkah laku itu mereka dapat mengadakan penyesuaian dan pertimbangan dengan tuntutan hidup.

Konteks proses pembelajaran pada dasarnya ada empat pokok tugas yang seyogyanya dilakukan oleh penyelenggara proses pembelajaran, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, dan memberikan bimbingan agar mereka terhindar dari kesulitan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi.

b. Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran pada hakekatnya satu sama lainnya berhubungan saling mempengaruhi. Keberhasilan proses pembelajaran yang diselenggarakan akan ditentukan oleh bagaimana komponen-komponen pembelajaran tersebut berkaitan secara simultan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Komponen-komponen pembelajaran yang penting dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, diantaranya adalah tujuan pembelajaran yang merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang hendak dicapai dan dimiliki mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran. Tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai harus dipandang sebagai bagian inti dari kegiatan perencanaan pengajaran praktik. Penentuan tujuan pada pembelajaran praktik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu materi, atau bahan pembelajaran yang akan disajikan, metode dan alat pembelajaran yang merupakan media informasi pembelajaran serta evaluasi proses pembelajaran. Proses pembelajaran juga dapat terlaksana dengan baik apabila adanya komunikasi yang

(14)

jelas antara dosen dengan mahasiswa, sering digunakan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis antara dosen dengan mahasiswa.

c. Faktor-faktor Penentu Kualitas Pembelajaran

Faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas penyelenggaraan pembelajaran adalah:

1. Faktor guru

”Guru hendaknya mempunyai pengetahuan mengenai psikologi dan pendidikan serta kecakapan mempergunakan metode dan alat pengajaran untuk membawa perubahan didalam tingkah laku anak didiknya” Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 11).

Kompetensi profesional guru adalah salah satu faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu kualitas intelektual dan kemampuan manajerial. Untuk melihat lebih jauh lagi, maka kualitas profesional guru terletak sedikitnya dalam empat bidang utama, yaitu:

1. Guru harus mengenal setiap siswa yang dipercayakan kepadanya. 2. Guru harus memiliki kecakapan memberikan bimbingan.

3. Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan.

4. Guru harus memiliki pengetahuan yang utuh dan baru mengenai ilmu pengetahuan yang diberikan.

Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 12) 2. Ukuran kelas

Ukuran kelas berhubungan langsung dengan sejumlah mahasiswa dalam satu kelompok belajar, semakin besar ukuran kelas maka seoramg pengelola pembelajaran dalam hal ini guru, maka semakin sulit mengatur kondisi kelasnya.

(15)

Akhirnya akan menimbulkan proses pembelajaran yang tidak efektif dan sulitnya pencapaian tujuan pembelajaran yang direncanakan.

3. Suasana pembelajaran

Suasana yang memungkinkan dapat membantu kelancaran proses pembelajaran adalah suasana yang kondusif dan demokratis, yaitu adanya kebebasan mahasiswa untuk belajar, mengemukakan pendapat dan berdialog. 4. Fasilitas dan sumber belajar

Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia akan dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran, karena dengan ketersediaan sumber belajar yang lengkap akan memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan baik.

d. Hasil Belajar Praktik

Uzer M (2002: 11) “Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar yang dapat diketahui melalui daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan baik secara individual atau kelompok melalui tes.”

Sudjana N (2005: 38): “Hasil belajar siswa adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Menurut Gagne (Herlina, 2004: 11) ada lima jenis hasil belajar dalam pembelajaran yaitu: 1. Verbal information

Belajar informasi verbal sebagai suatu kapasitas mengandung pengertian bahwa seseorang dapat menyatakan apa yang dipelajari dalam bentuk proporsi atau kalimat.

(16)

2. Intelctual Skills

Intelectual Skills adalah kemampuan yang membentuk knowing how atau proses mengetahui bagaimana atau proses mencari tahu bagaimana dan bukan mengetahui apa sesuatu informasi.

Intelectual Skills dapat dibagi kedalam beberapa sub kategori yang tersusun berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Diantara sub kategori-sub kategori itu saling berkaitan satu sama lain dalam arti keterampilan yang kompleks membutuhkan kemampuan penguasaan keterampilan sederhana terlebih dahulu. Jenis keterampilan intelektual itu adalah: Diskrimination, Concepts, Rules dan High Order Rules. Keterampilan terdahulu bersifat perkuisit bagi keterampilan kemudian.

3. Cognitive Strategis

Cognitive Strategis adalah kapabilitas belajar yang terorganisasikan dalam pikiran seseorang yang digunakan untuk memandu perhatiannya, memandu belajarnya, memandu mengingat sesuatu, memandu berpikir. Perbedaan dengan intetelektual skills bekerja kearah aspek-aspek lingkungan siswa, yang membuatnya dapat bekerja dengan angka-angka, kata-kata, dan simbol-simbol yang berbeda. sedangkan kognitive strategis mengatur tingkah laku siswa sendiri dalam berhadapan dengan lingkungan. jadi jelaslah kognitive strategis merupakan tujuan pendidikan yang sangat penting

4. Attitudes (Sikap)

Attitudes (sikap) adalah keadaan internal yang mempengaruhi tindakan seseorang terhadap benda, orang dan kejadian.

(17)

5. Motor Skill (keterampilan motorik)

Keterampilan motorik hendaknya menjadi komponen yang esensial dalam pendidikan. keterampilan ini dipelajari dalam kaitannya dengan aktivitas-aktivitas umum manusia, missalnya mengemudi mobil, mengetik, mengoperasikan komputer dan kegiatan lainnya.

Fungsi keterampilan motorik sebagai kapasitas belajar adalah memungkinkan seseorang dapat mengerjakan sesuatu secara persis, teliti, halus dan tepat, dengan melibatkan anggota badan.

Sistem pendididkan nasional rumusan tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni:

1. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretative.

(18)

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasi isi bahan pengajaran.

e. Tahapan Proses Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang berproses di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap antara satu dengan lainnya yang berurutan dan fungsional. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi bersifat positif, dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Menurut Albert Bandura (Hendarwin H, 2007: 17) mengatakan bahwa:

Setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi: a. Tahap perhatian (attentional phase).

b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase). c. Tahap produksi (reproduction phase).

d. Tahap motivasi (motivation phase). f. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan berkenaan dengan masalah penelitian mengenai perbandingan anatara prestasi belajar chassis otomotif sebelum dan setelah melaksanakan praktik industri, antara lain dikemukakan oleh Hamalik (Hendarwin H, 2007: 17) sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta diklat dengan lingkungannya.

(19)

b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi peserta diklat. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.

c. Belajar yang paling efektif adalah apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.

d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu peserta diklat harus sanggup mengatasi secara tepat.

e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik bagi guru, beserta tuntutan dari buku pelajaran sendiri.

f. Jenis belajar yang paling utama adalah berpikir kritis, lebih baik dari kebiasaan-kebiasaan mekanis.

g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari bersama.

h. Belajar memerlukan pamahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.

j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil.

k. Belajar dianggap berhasil apabila pelajar telah sanggup mentransferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktik sehari-hari.

3. Tinjauan Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

“Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku dalam teori kognitif (penalaran), afektif (penghayatan), dan konatif (keterampilan)” M. Syah (Hendarwin H, 2007: 73). Perubahan dan perkembangan ini mempunyai arah positif atau negatif dan kualifikasinya akan terbagi-bagi, seperti tinggi, sedang, rendah, berhasil/tidak berhasil, dan lulus/tidak lulus. “Prestasi belajar yang dicapai seorang individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Hendarwin H, 2007: 73). Berkaitan dengan hal diatas, Suharsimi Arikunto (2002: 42) mengemukakan bahwa:

Prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil belajar dari individu yang merupakan perubahan yang terdapat dalam diri individu yang

(20)

dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari belajar itu sendiri.

Tingkat keberhasilan proses belajar dengan kata lain prestasi belajar atau hasil belajar yang maksimal diperlukan rentang waktu tertentu dan akan diperoleh setelah mempelajari materi diklat yang diperlukan dan interaksi dengan lingkungannya. Demikian juga pendapat yang dikemukakan M. Syah (Hendarwin H, 2007: 73):

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya, meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung disekolah maupun diluar sekolah yang bersifat kognitif, afektif maupun konatif yang sengaja maupun tidak disengaja.

Prestasi belajar yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari potensi diri yang dimilikinya dan merupakan juga aktualisasi potensi yang dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi kemampuan potensi individu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan perilaku sebagai hasil usaha yang disadari dan dapat diukur serta dievaluasi berdasarkan norma-norma tertentu yang sudah ditetapkan. Maher (Hendarwin H, 2007: 74) menyatakan sebagai berikut:

(1) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang daat diukur. Pengukuran perubahan perilaku itu dapat dilakukan dengan menggunakan tes prestasi (Achievement Test) (2) Prestasi belajar merupakan hasil perbuatan individu itu sendiri dan bukan dari hasil perbuatan orang lain (3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah dicapai oleh kelompok, dan (4) Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Sifat dari proses belajar sangat kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut. Diantaranya adalah faktor yang datang dari diri individu dan faktor yang datang dari luar individu. Faktor yang lebih berperan

(21)

dalam proses belajar adalah siswa itu sendiri. Sebagai subjek belajar, siswa memiliki kemampuan yang unik, ia memiliki kapasitas mental yang berbeda untuk mencapai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan oleh pengajar. Selain itu faktor tujuan belajar itu sangat dipengaruhi tuntutan keluarga, sekolah ,dan masyarakat.

Rusyan (Hendarwin H, 2007: 74) berpandangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:

a. Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

b. Faktor psikologis,

1) Faktor intelektual, yang meliputi: faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2) Faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian

tertentu, meliputi minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

1) Faktor sosial, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya, seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar, dan iklim.

4) Faktor spiritual atau keagamaan.

Faktor-faktor diatas, mempengaruhi prestasi siswa pada kemampuan praktik dan penguasaan teori. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah siswa melakukan tes penguasaan teori dan praktik.

4. Tinjauan Praktik Industri Terhadap Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari potensi diri yang dimilikinya dan merupakan aktualisasi potensi yang dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi kemampuan potensi individu.

(22)

Untuk mengukur prestasi belajar individu, diperlukan suatu proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan diamana didalamnya terjadi interaksi antara mahasiswa dengan dosen, kegiatan tersebut dapat merubah tingkah laku dan pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Adapun salah satu proses pembelajaran yang berfungsi untuk merubah tingkah laku dan pengetahuan mahasiswa JPTM FPTK UPI adalah melalui praktik industri. Dengan praktik industri mahasiswa dapat memahami konsep teoritis dalam aplikasinya tentang budaya, iklim, dan cara kerja serta tuntutan keahlian tenaga di industri yang sesuai dengan bidangya. Sehingga untuk menguji keterampilan dan kemampuan yang didapat di bangku kuliah kita harus mencobanya ke dunia kerja, yang terlebih dahulu harus menguasai teori dan langkah awal untuk mengenal dunia kerja melalui kegiatan praktik industri. Diharapkan dari kegiatan praktik industri tersebut dapat memberikan efek positif terhadap prestasi belajar mahasiswa JPTM FPTK UPI konsentrasi otomotif.

5. Tinjauan Chassis Otomotif

Sistem chassis meliputi suspensi yang menopang kendaraan, kemudi untuk mengatur arah kendaraan, roda, dan rem menghentikan jalannya kendaraan. Sistem-sistem berpengaruh langsung terhadap kenikmatan berkendaraan, stabilitas dan lain sebagainya.

Mata kuliah chassis otomotif adalah suatu materi dalam bidang otomotif yang membahas mengenai suspensi, steering sistem, rem, CCKG dan roda. Mata

(23)

kuliah ini terdiri dari teori dan praktik, yang dilaksanakan mahasiswa pada semester enam dengan beban 3 SKS.

Silabus Chassis Otomotif I. IDENTITAS MATA KULIAH

Nama Mata Kuliah : Chasis Otomotif

Nomor Kode : OT 462

Jumlah SKS : 3 SKS

Semester : 6

Kelompok Mata Kuliah : MKKK

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin S1 Status Mata Kuliah : Mata Kuliah Tersendiri

Dosen : 1. Drs. H. Ewo Tarmedi ST.,M.Pd.

2. Drs. Tatang Permana, M.Pd.

3. Ridwan Adam N, S.Pd.

II. TUJUAN

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mempunyai kompetensi chasis otomotif yang dapat diterapkan atau diaplikasikan pada kendaraan / mobil. III. DESKRIPSI ISI

Dalam perkuliahan ini, dibahas masalah suspensi, steering system, rem, CCKG dan roda.

IV. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

a. Metode : Ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. b. Praktik : Suspensi, steering, rem, CCKG dan roda.

c. Tugas : Pembuatan laporan.

d. Media : Buku sumber dan job sheet. V. EVALUASI

a. Kehadiran. c. Hasil praktik. e. Proses praktik.

(24)

VI. RINCIAN MATERI PERKULIAHAN

Pertemuan : 1. Penjelasan alat chasis & fungsinya, pembagian kelompok praktik.

2. Teori tentang sistem kemudi. 3. Teori sistem suspensi.

4. Teori sistem rem.

5. Teori sistem roda dan CCKG.

6. Perakitan dan pemasangan sistem rem. 7. Perbaikan sistem rem.

8. UTS.

9. Pemeriksaan sistem kemudi.

10. Pemeliharaan dan perbaikan sistem kemudi. 11. Overhaul sistem kemudi.

12. Pemeriksaan sistem suspensi.

13. Pemeliharaan dan perbaikan sistem suspensi. 14. Pelaksanaan pekerjaan spooring balance roda. 15. Melepas, memasang dan menyetel roda serta.

pemasangan ban luar dan dalam. 16. UAS.

B. Anggapan Dasar

“Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas.” (Suprian, 2001: 55). Adapun manfaat dari anggapan dasar adalah:

1. Untuk memperkuat teori tentang permasalahan..

2. Membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek penelitian, wilayah pengambilan data, dan instrumen pengumpulan data.

(25)

1. “Bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan siswa mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi yang disajikan oleh guru”. Nawawi H (Iskandar H, 1999: 41). 2. Hasil belajar setiap mahasiswa bermacam-macam (berbeda-beda).

3. Semua mahasiswa telah memiliki kemampuan dasar chassis otomotif.

4. Perlakuan terhadap mahasiswa pada mata kuliah chassis otomotif sebelum melaksanakan praktik industri adalah sama.

C. Hipotesis

Hipotesis pada hakikatnya tidak lain adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban dari masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan sudah pasti jawaban tersebut belum tentu benar, dan karenanya perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya. (Suprian, 2001: 52).

Salah satu bagian penting dari statistik adalah pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol diberi notasi H0, yakni pernyataan yang menunjukan kesamaan atau tidak berbeda. Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, diberi notasi HA, yang menunjukan perbedaan atau tidak sama. Prosedur pengujian yang memungkinkan peneliti menerima atau menolak H0, atau menentukan apakah data sampel berbeda nyata dari hasil yang diharapkan disebut pengujian hipotesis. Jika H0 ditolak artinya hipotesis alternatif diterima, sebaliknya jika H0 diterima berarti HA ditolak. Jika nilai statistik sampel t termasuk daerah penolakan, artinya menolak H0, dan bila nilai t statistik sampel berada pada daerah penerimaan artinya menerima H0. (Sudjana N, 2004: 139).

(26)

Berdasarkan landasan teori dan anggapan dasar diatas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut “Terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah chassis otomotif antara sebelum dan setelah melaksanakan praktik industri”.

Referensi

Dokumen terkait

PERANAN DAN PEMANFAATAN MODAL SOSIA DALAM PENGEMBANGAN KLASTER STUDI PADA KLASTER COR LOGAM CEPER-KLATEN JAWA TENGAH..

Pengaruh suhu dan waktu pencampuran batubara, minyak residu dan minyak tanah dapat mengurangi kadar air yang terkandung dalam batubara peringkat rendah dengan proses

Hasil akumulasi angka yang telah anda dapatkan, misalnya : 505870 dibagi 7, sisanya menunjukkan salah satu angka : 1,2,3,4,5,6,& 7/0.. Dihitung dari hari Jum’at

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan diri sehingga dapat memenuhi kebutuhan

[r]

menjadi 209 rpm dan daya kinetiknya pun ikut naik menjadi 30,22 Watt dan bertambah lagi menjadi 45,11 Watt saat kecepatan putaran turbin naik manjadi 220rpm. Grafik

Hal ini didukung oleh pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001: 289) bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan

Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi relevan lainnya mengenai rencana