• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI TORAJA UTARA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

NOMOR 11 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2015-2030

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA,

Menimbang : a. bahwa keadaan alam berupa peninggalan sejarah dan purbakala (heritage), maupun seni dan budaya (living culture) yang dimiliki Kabupaten Toraja

Utara, merupakan sumber daya, dan sebagai modal dasar bagi usaha pengembangan kepariwisataan daerah;

b. bahwa potensi kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara harus dikelola dan dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan kepariwisataan pada khususnya yang tidak hanya mengutamakan segi-segi finansial, melainkan juga segi-segi agama, budaya, pendidikan, lingkungan hidup serta ketentraman dan ketertiban; c. bahwa dalam rangka pengembangan potensi

kepariwisataan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Toraja Utara diperlukan langkah-langkah pengaturan yang mampu mewujudkan keterpaduan dalam penyelenggaraan dan mendorong upaya peningkatan kualitas obyek dan daya tarik wisata serta menjaga kelestarian lingkungan hidup;

d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030.

(2)

2 Mengingat

Memutuskan

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725 ); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kabupaten Toraja Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4874); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 );

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

(3)

3 Nomor 58, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);

12. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2028 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243);

13. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 249);

14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2);

15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Induk

Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2030;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 4

Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah

Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 1);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 5 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan

Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 2);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012-2032

(Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012 Nomor 3).

(4)

4 Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

dan

BUPATI TORAJA UTARA MEMUTUSKAN :

Memutuskan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

TAHUN 2015-2030.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Toraja Utara.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Bupati adalah Bupati Toraja Utara.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Daerah.

6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

7. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

(5)

5 8. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

9. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

10.Pariwisata Perkotaan adalah pariwisata yang menggunakan sumber daya perkotaan sebagai daya tarik wisata.

11.Objek dan Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disingkat ODTW adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

12.Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

13.Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

14.Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,

menyampaikan produk wisata, dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan

kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingan.

15.Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah, swasta

dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang secara berkesinambungan guna menghasilkan

perubahan kearah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.

16.Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

17.Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

(6)

6

18.Fasilitas Penunjang pariwisata adalah produk dan pelayanan yang dibutuhkan untuk menunjang terpenuhinya kebutuhan berwisata

wisatawan.

19.Kawasan Pariwisata adalah kawasan tempat

berkembangnya kegiatan wisata yang sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Daerah. Kegiatan wisata dapat berkembang di fungsi lindung

dan fungsi budidaya selama mendukung fungsi yang sudah ditetapkan dalam rencana tata ruang.

20.Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

yang mempunyai pengaruh penting dalam satu aspek atau lebih, seperti pertumbuhan ekonomi,

sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta

pertahanan dan keamanan.

21.Kawasan Pengembangan Pariwisata selanjutnya

disingkat KPP adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen kepariwisataannya,

serta memiliki karakter atau tema produk wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan

tersebut.

22.Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis

pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, serta

berintikan partisipasi aktif masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal,

memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam, serta kawasan budaya.

23.Pariwisata Perkotaan Kreatif adalah pariwisata yang memanfaatkan potensi perkotaan baik itu sumber daya alam dan binaan maupun budaya masyarakat sebagai daya tarik wisata yang mampu mengembangkan potensi kreatif masyarakat dan wisatawan.

24.Berwawasan Lingkungan adalah konsep pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menyelaraskan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.

(7)

7 25.Berbasis Masyarakat adalah konsep pengembangan dengan melibatkan masyarakat Daerah dan dapat dipertanggungjawabkan dari aspek sosial dan lingkungan hidup.

26.Wisata Edukatif adalah kegiatan wisata yang menawarkan pengalaman pembelajaran langsung terkait daya tarik wisata yang dikunjungi, bermuatan pendidikan dan pengetahuan.

27.Geowisata adalah pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam

berupa bentuk bentang alam, batuan, struktur geologi, dan sejarah kebumian.

28.Zonasi adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.

29.Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta

bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan

serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu.

30.Program Wisata Kreatif adalah program wisata yang dapat mengembangkan potensi kreatif

wisatawan.

31.Potensi Kreatif Masyarakat adalah ide, gagasan, keterampilan, dan bakat individu masyarakat yang asli dan baru sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi dan sosial budaya.

32.Produk Pariwisata Kreatif adalah daya tarik wisata dan fasilitas pariwisata yang dalam

menyelenggarakan kegiatan wisatanya melibatkan potensi kreatif wisatawan, masyarakat, maupun usaha pariwisata.

33.Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang selanjutnya disingkat RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan

kepariwisataan daerah untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2030.

34.Amenitas adalah segala sesuatu yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya selama berwisata.

35.Satuan Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat SWK adalah merupakan satuan wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah dengan kota sebagai pusat pengembangannya dan mempunyai hubungan yang terkait oleh sistem jaringan sarana dan prasarana.

(8)

8 BAB II

KEDUDUKAN, RUANG LINGKUP, DAN JANGKA WAKTU PERENCANAAN

Bagian Kesatu Kedudukan

Pasal 2

(1) Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan Rencana Induk Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA)

Tahun 2015-2030.

(2) Kedudukan RIPPARDA Tahun 2015-2030:

a. merupakan penjabaran dari visi dan misi pembangunan daerah serta kebijakan pembangunan yang berlaku;

b. sebagai dasar hukum dan dasar pertimbangan di dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Pariwisata dan Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah; dan

c. sebagai dasar perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan kepariwisataan Daerah.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup RIPPARDA Tahun 2015-2030 meliputi wilayah administratif Daerah, dengan tetap memperhatikan keterkaitan dengan Kota/Kabupaten dan Provinsi Sulawesi Selatan serta Destinasi Pariwisata Nasional yang ada disekitarnya.

Pasal 4

RIPPARDA Tahun 2015–2030 mencakup 4 (empat) aspek pembangunan kepariwisataan, yaitu:

a. pembangunan destinasi pariwisata; b. pembangunan industri pariwisata;

c. pembangunan pemasaran pariwisata; dan d. pembangunan kelembagaan kepariwisataan.

Bagian Ketiga

Jangka Waktu Perencanaan Pasal 5

Jangka waktu perencanaan RIPPARDA, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimulai sejak

(9)

9 ditetapkannya Peraturan Daerah ini dan berakhir sampai dengan berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

BAB III

PRINSIP, VISI, DAN MISI Bagian Kesatu Prinsip Pembangunan

Pasal 6

RIPPARDA mengacu pada prinsip pembangunan pariwisata yang berkelanjutan yaitu:

a. terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung pembangunan kebudayaan dan pariwisata Daerah untuk kesejahteraan masyarakat;

b. terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Daerah dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pembangunan kebudayaan dan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan; dan

c. terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata Daerah yang disusun Pemerintah yang berwenang dengan seluruh stakeholder pariwisata Daerah terutama dalam pembangunan objek wisata buatan dan minat khusus.

Bagian Kedua Visi Pasal 7

Visi Pembangunan Kepariwisataan Toraja Utara adalah Terwujudnya Toraja Utara Sebagai Pariwisata Budaya yang Penuh Pesona dan Berkualitas.

Bagian Ketiga Misi Pasal 8

Misi pembangunan kepariwisataan Daerah adalah:

a. mewujudkan destinasi wisata yang aman, nyaman, menarik yang mensejahterakan masyarakat;

b. mendukung kegiatan pelestarian dan pengembangan kebudayaan sebagai daya tarik wisata yang berfalsafah adat;

(10)

10 c. melestarikan dan melindungi adat dan budaya

masyarakat sebagai jati diri kepariwisataan Daerah; d. optimalisasi potensi sumber daya alam yang khas

sebagai pendukung terciptanya pariwisata yang berwawasan lingkungan;

e. peningkatan daya saing pariwisata Daerah di tingkat nasional dan internasional melalui perencanaan dan pengelolaan pariwisata alam dan budaya yang berkelanjutan;

f. peningkatan partisipasi dan peran masyarakat baik sebagai subjek maupun objek dalam pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

g. penciptaan masyarakat yang mandiri bertanggung jawab dan berdaya saing untuk mendukung tercapainya pariwisata sebagai destinasi pariwisata unggulan; dan

h. mengembangkan kekayaan dan kebudayaan serta merevitalisasi budaya sebagai karakteristik dan identitas daerah.

BAB IV

TUJUAN, KONSEP, KEBIJAKAN, DAN SASARAN Bagian Kesatu

Tujuan Pasal 9

Tujuan pembangunan kepariwisataan Daerah:

a. memberikan arah kebijakan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata yang berdaya saing;

b. meningkatkan rasa cinta tanah air, mengembangkan ekonomi kerakyatan, peningkatan dan percepatan kinerja pembangunan kepariwisataan, dan melestarikan nilai-nilai budaya dan lingkungan alam; c. memunculkan identitas dan unsur-unsur budaya

Daerah yang terkait;

d. meningkatkan kualitas dan pengetahuan yang

terkandung dalam produk-produk pariwisata Daerah;

e. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata, antara lain dengan menyediakan lapangan pekerjaan, dan menyediakan kesempatan investasi bagi masyarakat umum;

f. meningkatkan keterlibatan komunitas lokal dalam penyediaan prasarana dan sarana pariwisata;

(11)

11 g. meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas koordinasi

antara instansi dan sektor-sektor pariwisata;

h. meningkatkan arus perjalanan wisata di dalam Daerah, baik dari wilayah sekitar Daerah, nasional, maupun internasional;

i. meningkatkan penyediaan data dan informasi bagi wisatawan, serta pemasaran dan promosi pariwisata Indonesia ke segmen pasar wisatawan yang tepat dan terarah;

j. mempertimbangkan daya dukung lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber daya alam dan budaya untuk pariwisata dalam rangka menciptakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;

k. mewujudkan iklim investasi yang harmonis dan menguntungkan bagi masyarakat Daerah.

Bagian Kedua Konsep Pasal 10

Konsep pembangunan kepariwisataan yang diterapkan di Daerah harus memperhatikan:

a. konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan;

b. konsep keterkaitan multisektor dalam pengembangan pariwisata;

c. konsep pengembangan terpadu;

d. konsep pengurangan ketimpangan pembangunan kawasan;

e. konsep pengembangan pariwisata, perdagangan dan investasi;

f. konsep Ketersediaan (availability), Keterhubungan

(affordability), dan Kemudahan Pencapaian

(accessibility) (3A);

g. konsep hirarki dan penjenjangan pariwisata; h. konsep pengembangan sumber daya manusia; i. konsep pengembangan produk;

j. konsep pengembangan pemasaran; k. konsep pengembangan kelembagaan; l. konsep pengembangan lingkungan; dan m. konsep pengembangan infrastruktur.

Bagian Ketiga Kebijakan

Pasal 11

Kebijakan pembangunan kepariwisataan Daerah meliputi: a. kebijakan pokok pembangunan pariwisata;

(12)

12 b. kebijakan pembangunan perwilayahan (spasial)

pariwisata Daerah;

c. kebijakan pembangunan produk wisata;

d. kebijakan pembangunan pasar dan pemasaran; e. kebijakan pembangunan kawasan wisata/ODTW; f. kebijakan pembangunan sumber daya manusia;

g. kebijakan pembangunan kelembagaan kepariwisataan; dan

h. kebijakan pembangunan sarana dan prasarana kepariwisaataan.

Pasal 12

Kebijakan pokok pembangunan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a adalah:

a. mewadahi, membangun, dan mengembangkan manfaat potensi pariwisata sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja;

b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur serta pemberdayaan tugas dan fungsi Dinas sebagai fasilitator dan regulator pengembangan pariwisata; c. meningkatkan kesempatan berusaha dan keterlibatan

masyarakat dalam mengembangkan ODTW dan pelestarian budaya; dan

d. melaksanakan kerjasama kebudayaan dan pariwisata antar daerah dan dunia usaha.

Pasal 13

Kebijakan pembangunan perwilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b adalah:

a. memberikan arahan yang jelas bagi pengembangan pariwisata di daerah berdasarkan karakteristik kewilayahannya melalui penetapan kawasan pengembangan;

b. melakukan pengelompokan ODTW pada satuan KPP; dan

c. menetapkan prioritas pengembangan satuan KPP dengan memperhatikan dampak terhadap ODTW.

Pasal 14

Kebijakan pembangunan produk wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c adalah:

a. menguatkan identitas KPP yang memiliki keunikan dan kekhasan tradisi dan budaya daerah;

b. menata diversifikasi produk wisata; dan

c. mendukung upaya konservasi, preservasi, rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat dengan

(13)

13 Pasal 15

Kebijakan pembangunan pasar dan pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d adalah: a. mengembangkan segmen pasar wisatawan yang telah

ada dan menumbuhkembangkan pasar wisatawan potensial lainnya;

b. mengembangkan segmen pasar wisatawan daerah berdasarkan karakteristik ODTW unggulan maupun produk wisata utama yang ditawarkan;

c. mengembangkan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan karakteristik pasar wisatawan yang menjadi sasaran pada setiap ODTW;

d. mengembangkan pendekatan pemasaran pariwisata secara terpadu, terorganisir, efisien dan efektif;

e. menata dan mengembangkan sistem informasi pariwisata yang efektif secara komprehensif dengan akses pasar dalam dan luar negeri;

f. mengembangkan pola kerjasama promosi antar daerah dan dengan dunia usaha pariwisata;

g. mengembangkan dan meningkatkan jenis atraksi budaya pada kegiatan kebudayaan; dan

h. membentuk lembaga atau Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 16

Kebijakan pembangunan kawasan wisata/ODTW

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e adalah:

a. mengembangkan ODTW dalam aspek perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian yang merupakan satu kesatuan yang terintegrasi;

b. mengembangkan ODTW berdasarkan pendekatan pembangunan satuan KPP dengan nuansa agama, budaya, estetika dan moral yang dianut oleh masyarakat;

c. melakukan pengembangan sesuai dengan mekanisme pasar; dan

d. memberikan pelayanan yang optimal, tanpa mengurangi keunikan dan kekhasan ODTW dan kelestarian lingkungan.

Pasal 17

Kebijakan pembangunan SDM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf f adalah:

a. meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM;

b. meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata dan kemampuan komunikasi;

(14)

14 c. memberdayakan masyarakat lokal dalam kegiatan

pariwisata; dan

d. meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kesadaran seluruh pelaku pariwisata.

Pasal 18

Kebijakan pembangunan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g adalah:

a. meningkatkan koordinasi dan kemitraan antar lembaga atau antar wilayah;

b. mengembangkan sistem kelembagaan dan menyederhanakan prosedur perizinan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif;

c. mengembangkan kelembagaan dalam hal perpajakan dan retribusi; dan

d. mengembangkan kelembagaan dalam pemasaran dan promosi.

Pasal 19

Kebijakan pembangunan sarana dan parasarana pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf h adalah:

a. menyiapkan sistem perencanaan tata ruang kawasan wisata yang lebih operasional pada tingkat KPP dan ODTW;

b. meningkatkan aksesibilitas ODTW; c. memenuhi fasilitas standar ODTW; dan

d. menarik investor untuk membangun akomodasi dan fasilitas penunjang lainnya.

Bagian Keempat Sasaran Pasal 20

Sasaran pembangunan kepariwisataan Daerah meliputi: a. peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara;

b. peningkatan jumlah pergerakan wisatawan nusantara; c. peningkatan jumlah penerimaan devisa dari wisatawan

mancanegara;

d. peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara;

e. terbukanya peluang keterlibatan (investasi, dan lapangan pekerjaan) masyarakat dalam kegiatan pariwisata yang meningkatkan kualitas kehidupannya; f. terjalinnya kerjasama kelembagaan yang baik antara

(15)

15 g. terbentuknya kawasan wisata/ODTW andalan/ unggulan Daerah yang berfungsi sebagai gerbang pariwisata menuju kawasan wisata unggulan Daerah dan daya tarik wisata lainnya di Daerah; dan

h. peningkatan produk domestik bruto di bidang kepariwisataan.

BAB V

STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Bagian Kesatu

Fungsi Strategi Pembangunan Kepariwisataan Pasal 21

Strategi pembangunan kepariwisataan berfungsi sebagai dasar dalam perumusan rencana dan program pembangunan kepariwisataan daerah.

Bagian Kedua

Strategi Pembangunan Kepariwisataan Pasal 22

Strategi pembangunan kepariwisataan Daerah, meliputi: a. strategi pembangunan kewilayahan;

b. strategi pembangunan sosial budaya;

c. strategi pembangunan daya tarik kepariwisataan; d. strategi pembangunan sumber daya manusia dan

kelembagaan;

e. strategi pembangunan amenitas;

f. strategi pembangunan ekonomi pariwisata mencakup: 1)strategi pembangunan pasar dan pemasaran wisata; 2)strategi pembangunan produk pariwisata;

3)strategi pembangunan investasi; dan 4)strategi pengembangan promosi; g. strategi pembangunan lingkungan; h. strategi pembangunan aksesibilitas; dan i. strategi pembangunan industri pariwisata.

Bagian Ketiga

Strategi Pembangunan Kewilayahan

Pasal 23

(1) Strategi pembangunan kewilayahan pariwisata yang diusulkan terdiri dari 6 (enam) KPP, meliputi:

a. KPP A untuk pembangunan ODTW yang berada di Kecamatan Rantepao dan Tallunglipu dengan ODTW andalan/unggulan antara lain

(16)

16

wisata Religi Buntu Singki’, Kolam Alam Limbong, Art Center dan Museum, Museum

Landorundun, Tongka’, Kawasan Pasar Hewan Bolu, acara Festival Budaya, upacara adat, kesenian tradisional, serta tari-tarian kreasi;

b. KPP B untuk pembangunan ODTW yang berada di Kecamatan Tikala, Sesean Suloara’,

Sesean, Kawasan Kalimbuang Kapala Pitu, dengan ODTW andalan/unggulan antara lain

Marimbunna, Rante Kandeapi, Kalimbuang Bori’,

Lombok Parinding, Palawa’, Lo’ko’ Mata Benteng Kado Kapala Pitu', Kawasan Lion, serta

upacara-upacara adat, kesenian tradisional dan kerajinan;

c. KPP C untuk pembangunan ODTW yang berada di Kecamatan Sa’dan, Balusu, dan Bangkelekila’,

dengan ODTW unggulan/andalan antara lain To’ Barana’, Galugu Dua, Kollo-Kollo, Pulio Tagari,

Museum Ne’ Bulawan, Rante Ne' Kandiu', Pesona Ne’ Gandeng, Pollodo, Ba'ba Saratu', Arung

Jeram, Tongkonan Tallang, Tombang/Saruran Gunung Tibembeng, Bangun Lipu, Rante Wai, Tanete Balusu, Rante Tendan, Tongkonan Buntu Pempon, Batu Bambalu, serta upacara-upacara

adat, kesenian adat tradisional, dan kerajinan-kerajinan termasuk Tenun Toraja (Pa’

Tannun);

d. KPP D untuk pembanguan ODTW yang berada di Kecamatan Nanggala, Tondon, Rantebua,

Buntao’, dengan ODTW unggulan/andalan antara lain Penanian Nanggala, Marante, Massayo,

Agro Kopi, Kuburan Puang Sanggalangi', Agro

Wisata Toarco Jaya, Kuburan Tua Kanan, Kuburan Busso, Tongkonan Bamba, Batu Kerbau,

Batu Ma'tanduk, Kuburan Bupati I Toraja di Embang, Tongkonan Karassik, serta

upacara-upacara adat dan kesenian-kesenian tradisional;

e. KPP E untuk pembangunan ODTW yang berada di Kecamatan Sanggalangi’, Kesu’, Sopai, dan Denpina, dengan ODTW andalan/unggulan antara lain Pala’tokke, Ke’te’ Kesu’, Londa, Buntu Pune, Kawasan Wisata Sopai, Museum Mummy Dende’, Gunung Napo, Arung Jeram, serta upacara-upacara adat, kesenian-kesenian tradisional, dan kerajinan;

f. KPP F untuk pembangunan ODTW yang berada di Kecamatan Awan Rantekarua, Baruppu’, Buntu

(17)

17 Pepasan, dan Rindingallo, dengan ODTW andalan/unggulan antara lain Air Terjun (Sarambu), Benteng Pertahanan, Agro Kopi,

Tongkonan Pongtiku, Batang Palli', Sarambu Alla', Rumah Tongkonan Malombu, serta upacara-upacara adat, kesenian-kesenian

tradisional, dan kerajinan.

(2) Setiap KPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki pusat pertumbuhan dan pelayanan yaitu di kawasan perkotaan yang dianggap dapat menjadi pusat yang melayani kebutuhan

pembangunan wisata dan wisatawan.

(3) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:

a. Kota Rantepao mencakup KPP A (Rantepao), KKP D (Rantebua dan Buntao’), KKP B (Tikala) dan KPP E; b. Kota Pangli mencakup KPP B (Sesean Suloara’,

Sesean, dan Kapala Pitu), dan KPP C;

c. Kota Tallunglipu mencakup KPP A (Tallunglipu), dan KPP D (Nanggala dan Tondon); dan

d. Kota Pangala’ untuk KPP F. Bagian Keempat

Strategi Pembangunan Sosial Budaya Pasal 24

(1) Strategi pembangunan sosial budaya untuk kepentingan pariwisata adalah:

a. pemanfaatan; b. perlindungan; dan c. pengembangan.

(2) Pemanfaatan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pemberdayaan kesenian untuk memenuhi kebutuhan batin masyarakat baik dalam event yang bersifat sakral dan profan;

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah upaya menjaga keaslian seni dan budaya tradisional dari pengaruh budaya asing dan penyimpangan dalam

pemanfaatannya;

(4) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas seni dan budaya tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakat

tanpa menghilangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

(18)

18 Bagian Kelima

Strategi Pembangunan Daya Tarik Kepariwisataan Pasal 25

Strategi pembangunan daya tarik kepariwisataan, meliputi:

a. mempertahankan karakter seni dan budaya Toraja yang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri dan telah menjadi jati diri masyarakat Toraja, agar tidak rusak dalam pengembangan pariwisata dan lebih penting lagi tidak hilang dalam prosesi adat masyarakat Toraja;

b. melakukan kegiatan pelestarian kebudayaan meliputi kegiatan penggalian, kegiatan pengembangan, dan kegiatan pemanfaatan;

c. melakukan kegiatan penataan dan revitalisasi terhadap situs sejarah dan benda cagar budaya, terutama yang telah didaftarkan sebagai warisan dunia;

d. mempertahankan ODTW yang bernilai budaya dan sejarah yang memiliki karakter fisik yang khas dan unik agar tidak terjadi perusakan, baik ODTW itu sendiri maupun lingkungannya yang mendukung keberlanjutan ODTW;

e. mempertahankan dan melestarikan karakter lingkungan alam yang memiliki kondisi alam yang masih alami agar tidak rusak dalam pengembangan pariwisata;

f. mempertahankan, merenovasi, dan merevitalisasi kawasan kampung/pemukiman tradisional dengan kondisi arsitektur terpadu dengan alamnya agar mempunyai daya saing dan berkualitas; dan

g. mempertahankan kawasan wisata di sepanjang aliran sungai, harus dilaksanakan dengan memantapkan pelestarian daerah konservasi hutan lindung di hulu, kawasan sempadan atau membangun tanggul penahan abrasi bantaran sungai yang merupakan cara untuk mempertahankan public river (masyarakat tepian sungai) termasuk ODTW yang berada di tepian sungai.

Bagian Keenam

Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Pasal 26

(1) Strategi pembangunan kualitas sumber daya manusia birokrasi, meliputi:

(19)

19 a. peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran seluruh stakeholders terhadap berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

b. peningkatan wawasan, pemahaman dan kesadaran birokrat akan peran pembangunan pariwisata daerah dalam pengembangan wilayah keseluruhan;

c. peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang masalah-masalah kepariwisataan kepada seluruh

stakeholders sebagai bagian dari upaya memanfaatkan sumber daya pariwisata daerah untuk kesejahteraan masyarakat di Daerah;

d. peningkatan kemampuan teknis dan kompetensi SDM pariwisata di birokrasi dalam menjalankan berbagai usaha, pokok dan fungsi lembaga, baik yang bersifat substansial maupun yang bersifat operasional;

e. peningkatan pemahaman dan kemampuan SDM birokrasi untuk menyusun program-program kepariwisataan daerah, pengelolaan dan monitoring pelaksanaanya;

f. meningkatkan kompetensi SDM pengelola ODTW sesuai untuk jenis wisata yang ditawarkan di masing-masing kawasan wisata atau ODTW unggulan;

g. peningkatan kompetensi SDM pengelola perhotelan khususnya kelas melati, biro jasa perjalanan wisata, guide perorangan dan stakeholders lainnya di luar birokrasi sesuai tugas dan fungsinya;

h. peningkatan kemampuan SDM birokrasi untuk melakukan kerjasama yang strategis, kemitraan dan koordinasi antar stakeholders pariwisata;

i. peningkatan kemampuan teknis SDM birokrasi di bidang pembinaan masyarakat wisata, penyusunan paket promosi wisata dari sistem informasi pariwisata daerah;

j. peningkatan SDM birokrasi melalui penjenjangan pendidikan; dan

k. peningkatan keterlibatan seluruh stakeholders

dalam pengembangan pariwisata dari tahap perencanaan sampai pada tahap pengawasan. (2) Strategi pembangunan kualitas sumber daya manusia

tenaga kerja wisata, meliputi:

a. peningkatan kemampuan berbahasa asing bagi karyawan hotel dan penyedia jasa wisata lainnya;

b. peningkatan pemahaman tentang

keramahtamahan dan kompetensi teknis karyawan hotel dan penyedia jasa wisata lainnya;

(20)

20 c. peningkatan kemampuan pengusahaan informasi dan pelaporan perkembangan ODTW bagi kalangan pemandu wisata; dan

d. sosialisasi standar mutu produk wisata bagi pemilik akomodasi.

(3) Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan, meliputi:

a. pemantapan jaringan organisasi dan kelembagaan pariwisata daerah yang melibatkan unsur-unsur pemerintah, industri, masyarakat lokal, pers, dan organisasi non pemerintah;

b. mengembangkan perangkat kelembagaan yang memungkinkan pengembangan pariwisata antar wilayah administrasi;

c. mendorong lembaga masyarakat menjadi

stakeholders dan shareholder pariwisata melalui pembinaan yang berkelanjutan;

d. menyusun tata kerja, fungsi dan tugas-tugas pokok serta mekanisme kerja setiap stakeholders

pariwisata; dan

e. pengembangan mekanisme check and balance

rencana dan program kerja setiap unsur sebagai upaya untuk meningkatkan keterkaitan program pariwisata dan program penunjang lainnya.

Bagian Ketujuh

Strategi Pembangunan Amenitas Pasal 27

Strategi pembangunan amenitas, meliputi:

a. strategi pembangunan hotel dan akomodasi ditekankan pada pengembangan kualitatif daripada kuantitatif yang berarti pengembangan hotel dan akomodasi harus diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan akomodasi secara profesional ; b. strategi pembangunan restoran, rumah makan, dan

café diarahkan agar tercipta persaingan yang sehat dengan mengutamakan keunggulan kompetitif maupun komperatif;

c. strategi pembangunan Badan Pengelola Wisata (BPW)/Asosiasi Pengelola Wisata (APW) diarahkan agar mampu berfungsi sebagai ujung tombak pasar wisata dan berperan aktif dalam pengembangan pariwisata tidak hanya dalam bidang perjalanan wisata tetapi juga dalam bidang pariwisata yang lain agar mampu

(21)

21 menciptakan keseimbangan pelayanan terhadap wisatawan;

d. strategi pembangunan sarana dan prasarana komunikasi diarahkan menjadi bagian integral dari kebutuhan pengembangan;

e. strategi pembangunan galeri seni dan toko cinderamata;

f. strategi pembangunan Bank dan Tempat Penukaran Uang diarahakan juga menjadi bagian integral dari kebutuhan pengembangan perbankan nasional;

g. strategi pembangunan prasarana kesehatan

diarahkan secara khusus untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lingkungan baik

kesehatan lingkungan fisik, makanan, maupun cara hidup; dan

h. strategi pembangunan sarana penunjang keamanan diarahakan pada Institusi Keamanan (Polisi dan TNI) serta seluruh komponen pemerintahan dan masyarakat harus turut terlibat dalam penanganan masalah keamanan khususnya keamanan pariwisata termasuk didalamnya komponen industri pariwisata.

Bagian Kedelapan

Strategi Pembangunan Ekonomi Pariwisata Pasal 28

Strategi pembangunan ekonomi pariwisata, mencakup: a. strategi pembangunan pasar dan pemasaran wisata

adalah:

1. menentukan kebutuhan yang diinginkan wisatawan;

2. memilih kelompok wisatawan tertentu sebagai sasaran dalam penjualan produk wisata;

3. menentukan produk wisata dan program pemasarannya;

4. mengadakan penelitian pada wisatawan, mengukur, menilai dan menafsirkan, sikap serta tingkah laku wisatawan;

5. menentukan dan melaksanakan startegi pemasaran dan promosi;

6. memberdayakan Pusat Informasi Wisata dan Promosi Kabupaten Toraja Utara;

7. memasarkan produk wisata Toraja Utara dengan citra dan tema ke-Torayaan dan mengarahkan pemasaran ke segmen pasar yang tepat;

8. pemasaran pariwisata sebagai suatu kegiatan yang berkoordinasi dengan sektor-sektor ekonomi dan

(22)

22 non ekonomi lainnya, dalam kerangka konsep

tourism, trade, and investmen (TTI); dan

9. penyediaan bahan promosi, metode dan teknik promosi sesuai dengan konsep dan strategi pemasaran yang dianut.

b. strategi pembangunan produk pariwisata:

1. mengembangkan daya tarik wisata yang berakar pada budaya dan alam Toraja Utara;

2. mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum budaya Toraja;

3. mengembangkan dan meng-enforce tema disetiap simpul dan mengakar pada alam dan budaya Toraja;

4. memanfaatkan sumber daya tarik wisata kabupaten sebagai gerbang pendorong/penarik wisatawan ke produk wisata yang dikembangkan; dan

5. secara keruangan, pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendorong perkembangan wilayah di Daerah.

c. strategi pembangunan investasi:

1. pembangunan sistem informasi melalui internet; 2. pembangunan Lembaga Pendidikan Pariwisata; 3. pembangunan biro perjalanan;

4. pembangunan restoran, rumah makan, dan café; 5. pembangunan wisata malam hari;

6. pembangunan transportasi;

7. pembangunan pusat perdagangan cendera mata dan pelayanan jasa pariwisata; dan

8. pembangunan kerjasama antar pemilik DTW dengan pihak pemerintah yang saling menguntungkan;

d. strategi pembangunan promosi:

1. menyediakan paket produk pariwisata dengan harga yang bersaing;

2. melaksanakan promosi dan pengembangan melalui tema tertentu;

3. melaksanakan promosi bersama antar pemangku kepentingan kepariwisataan;

4. melakukan kerjasama dengan perusahaan penerbangan untuk menjual paket wisata dengan potongan harga tiket penerbangan bagi wisatawan pada musim sepi wisatawan;

5. meningkatkan partisipasi dalam acara pariwisata di wilayah lain;

6. mengoptimalisasikan pemanfaatan media komunikasi (cetak/elektronik); dan

(23)

23 7. menyediakan informasi pariwisata di berbagai

tempat strategis.

Bagian Kesembilan

Strategi Pembangunan Lingkungan Pasal 29

(1) Strategi pembangunan lingkungan, khususnya kawasan pariwisata yang berbasis lingkungan, adalah siapapun atau lembaga apapun yang memiliki prakarsa untuk membangun fasilitas dan/atau utilitas pariwisata harus mencegah dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

(2) Mengembangkan dan mempertahankan jenis tanaman tradisional dan khas Toraja terutama yang berkaitan dengan adat dan budaya Toraja.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis tanaman tradisional dan khas Toraja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kesepuluh

Strategi Pembangunan Aksesibilitas Pasal 30

Strategi pembangunan aksesibilitas, meliputi: a. aksesibilitas nasional;

b. aksesibilitas lokal;

c. peningkatan kualitas dan kuantitas pembuatan jalur transportasi baru untuk menciptakan efisiensi waktu dan biaya; dan

d. pembangunan fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas lainnya di destinasi pariwisata.

Bagian Kesebelas

Strategi Pembangunan Industri Pariwisata Pasal 31

Strategi pembangunan industri pariwisata, meliputi:

a. mengembangkan identitas usaha pariwisata yang kreatif melalui penciptaan suasana khas daerah dan pelayanan kreatif kepada konsumen;

b. meningkatkan daya saing usaha pariwisata melalui pengembangan produk berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat;

c. mengembangkan sistem pengelolaan operasional usaha pariwisata yang berwawasan lingkungan;

(24)

24 d. mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif bagi usaha pariwisata yang menerapkan standar usaha pariwisata dan standar-standar operasional berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat; e. meningkatkan pembinaan industri kreatif masyarakat

secara intensif dalam pengembangan produk, pengelolaan program wisata kreatif, serta pemasaran produk dan program wisata kreatif;

f. memperkuat identitas sentra industri kreatif untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata

kreatif;

g. menguatkan rantai produksi dan distribusi antara industri kecil yang kreatif dengan industri pariwisata menengah dan besar dalam rangka mewujudkan pariwisata perkotaan kreatif; dan

h. mengembangkan program kemitraan berkinerja tinggi antara industri kreatif masyarakat dengan usaha pariwisata Daerah.

BAB VI

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH

Pasal 32

Pelaksanaan RIPPARDA Tahun 2015-2030 diwujudkan melalui indikasi program pembangunan kepariwisataan daerah, berupa program Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, pihak swasta, dan masyarakat.

Pasal 33

(1) Indikasi program pariwisata daerah tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam pelaksanaan indikasi program pembangunan

pariwisata daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(25)

25 (3) Dalam pelaksanaan indikasi program pembangunan

pariwisata daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Daerah didukung oleh dunia

usaha dan masyarakat.

BAB VII

RENCANA KAWASAN STRATEGI PARIWISATA, PEMBANGUNAN DAYA TARIK, DAN

PETA KAWASAN Bagian Kesatu

Kriteria Perencanaan Kawasan Pariwisata Pasal 34

Kriteria perencanaan kawasan pariwisata terdiri dari: a. kriteria kawasan strategis pariwisata meliputi:

1. memperkuat potensi alam, perkotaan, budaya, dan seni;

2. melindungi kawasan strategi kepariwisataan; dan 3. mengendalikan perkembangan pariwisata.

b. kriteria kawasan pembangunan pariwisata adalah kawasan yang memiliki potensi untuk pengembangan: 1. pariwisata kreatif;

2. pariwisata berbudaya tradisional; dan 3. pariwisata berwawasan lingkungan.

Bagian Kedua

Rencana Pembangunan Kawasan Strategi Pariwisata Pasal 35

Rencana Kawasan Strategis Pariwisata meliputi: a. daya tarik wisata primer;

b. daya tarik wisata sekunder;

c. sasaran pembangunan kawasan; dan d. rencana pembangunan kawasan.

Bagian Ketiga

Pembangunan Daya Tarik Wisata Pasal 36

(26)

26 a. daya tarik wisata alam;

b. daya tarik wisata budaya; dan

c. daya tarik wisata hasil buatan manusia.

(2) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya.

Bagian Keempat Peta Kawasan Wisata

Pasal 37

Peta kawasan pengembangan pariwisata tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VIII

ZONASI USAHA DISKOTIK, KLUB MALAM, PUB, KARAOKE, PANTI PIJAT DAN SPA

Pasal 38

(1) Setiap kegiatan usaha diskotik, klub malam, pub, karaoke, panti pijat, dan spa didasarkan pada zonasi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. berada pada kawasan perdagangan dan/atau jasa serta berjarak paling dekat 200 (dua ratus meter) dari lokasi pemukiman, pendidikan, dan peribadatan;

b. tidak terdapat lebih dari satu kegiatan usaha diskotik, klub malam, pub, karaoke, panti pijat, dan spa dalam satu bangunan gedung;

c. terpusat pada kawasan pusat perdagangan dan/atau jasa untuk kegiatan usaha diskotik, klub malam, pub, dan karaoke; dan

(27)

27 d. terpusat pada Satuan Wilayah Kota (SWK) untuk

kegiatan usaha panti pijat dan spa;

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk hotel bintang 3, hotel bintang 4, dan hotel bintang 5 dapat

menyelenggarakan usaha diskotik, klub malam, pub, karaoke, panti pijat, dan spa dalam satu hotel.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a pada SWK dapat diselenggarakan lebih dari satu kegiatan dan/atau usaha untuk menunjang pariwisata.

Pasal 39

(1) Kegiatan usaha diskotik dan klub malam hanya dapat dilaksanakan pada suatu bangunan dan/atau gedung paling rendah setara dengan hotel bintang 3.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendirian usaha diskotik dan klub malam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX PENGENDALIAN

Pasal 40

(1) Pengendalian pelaksanaan RIPPARDA Tahun 2015-2030 diselenggarakan melalui pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Bupati melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi urusan kepariwisataan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB X PENDANAAN

Pasal 41

Pendanaan pelaksanaan dan pengendalian RIPPARDA bersumber dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;

(28)

28 d. Sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 42

Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas

publik.

BAB XI

PERUBAHAN RIPPARDA Pasal 43

(1) RIPPARDA Tahun 2015-2030 dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

(2) Dalam hal terjadi bencana alam dan/atau perubahan batas wilayah Daerah maka RIPPARDA

Tahun 2015-2030 dapat ditinjau lebih dari satu kali dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(3) Hasil peninjauan kembali RIPPARDA Tahun 2015-2030 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menghasilkan rekomendasi berupa:

a. RIPPARDA tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; atau

b. RIPPARDA perlu dilakukan perubahan. BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 44

(1) Usaha berupa pub, karaoke, panti pijat, dan spa yang tidak berizin dan/atau yang memiliki izin tetapi terletak kurang dari 200 (dua ratus meter) dari lokasi pemukiman, pendidikan, dan peribadatan dilarang beroperasi lagi paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan.

(2) Usaha berupa pub, karaoke, panti pijat, dan spa yang sudah berizin, dan terletak lebih dari 200 (dua ratus meter) dari lokasi pemukiman, pendidikan dan peribadatan serta berada pada zonasi yang telah

(29)

29 ditetapkan, diprioritaskan dalam pemberian Tanda Daftar Usaha Pariwisata.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 45

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara.

Ditetapkan di Rantepao pada tanggal

BUPATI TORAJA UTARA,

FREDERIK BATTI SORRING

Diundangkan di Rantepao pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN TORAJA UTARA,

LEWARAN RANTELA’BI’

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA TAHUN 2015 NOMOR 11

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA, PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015

(30)

30 PENJELASAN

ATAS RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2015-2030

I. UMUM

Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam pembangunan daerah, selain sebagai penggerak kegiatan ekonomi perkotaan, pariwisata merupakan sumber pendapatan utama Daerah. Pariwisata juga menjadi strategi dalam mewujudkan daya saing perekonomian Daerah.

Perkembangan pariwisata daerah yang cepat dan pesat

membutuhkan perencanaan dan pengendalian yang terpadu dan sinergis dengan sektor pembangunan lainnya agar dapat

memberikan dampak positif yang maksimal dan dampak negatif yang minimal. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 8 telah mengamanatkan agar pembangunan kepariwisataan dilakukan secara terencana pada tingkat kabupaten/kota, dalam bentuk Rencana Induk Pembangunan dan

Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA). Lebih lanjut, dalam Pasal 9 disebutkan bahwa rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten

sesuai dengan tingkatannya.

RIPPARDA merupakan pedoman utama pembangunan kepariwisataan daerah yang memberikan arah kebijakan, strategi

dan program yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan terkait untuk mencapai visi, misi, dan tujuan

pembangunan kepariwisataan. RIPPARDA mencakup aspek pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan industri pariwisata, pembangunan pemasaran pariwisata, dan pembangunan kelembagaan kepariwisataan. Lebih lanjut juga disebutkan bahwa RIPPARDA kabupaten diatur dengan Peraturan Daerah kabupaten untuk memberikan payung hukum yang kuat bagi pelaksanaan RIPPARDA.

Pentingnya RIPPARDA sangat erat dengan pentingnya peran

sektor pariwisata Daerah yang sangat disadari oleh berbagai pihak. Pariwisata diharapkan dapat menjadi salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus kelestarian daya tarik wisata, serta lingkungan dan budaya masyarakat Daerah. Mengingat kompleksitas pembangunan

(31)

31 antarsektor dan antarpemangku kepentingan kepariwisataan Daerah untuk mewujudkan tujuan tersebut.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a

Yang dimaksud dengan “pembangunan destinasi pariwisata” adalah kegiatan yang meliputi pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “pembangunan industri pariwisata” adalah kegiatan yang meliputi pembangunan struktur (fungsi, hirearki dan hubungan) industri pariwisata, daya saing produk pariwisata, kemitraan

usaha pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial

budaya. Huruf c

Yang dimaksud dengan “pembangunan pemasaran pariwisata” adalah kegiatan yang mencakup pemasaran pariwisata bersama, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “pembangunan kelembagaan kepariwisataan” adalah kegiatan yang mencakup pengembangan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, regulasi serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan.

(32)

32 Pasal 5

Jangka waktu perencanaan Rencana Induk Pembangunan dan Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Toraja Utara disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Toraja Utara, yaitu sampai tahun 2030.

Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Visi pembangunan kepariwisataan mengandung makna terjalinnya sinergi yang dinamis antara masyarakat, pemerintah dan seluruh stakeholders dalam merealisasikan pembangunan kepariwisataan Toraja Utara secara terpadu dan menyeluruh yang berbasis budaya dan berkelanjutan sehingga penjabaran makna dari visi pariwisata Kabupaten Toraja Utara tersebut adalah sebagai berikut:

1) terwujudnya adalah suatu kondisi akhir kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara yang penuh pesona dan berkualitas menuju kasih yang mensejahterakan dalam lingkungan yang berkelanjutan;

2) Toraja Utara adalah suatu kesatuan wilayah dan masyarakat dengan segala potensi dan sumber daya sosial budaya dalam sistem wilayah Kabupaten Toraja Utara; dan

3) pariwisata Budaya adalah suatu kondisi akhir kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara sebagai Pariwisata Budaya.

Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Huruf a

Yang dimaksud dengan “pengembangan pariwisata berkelanjutan” adalah kegiatan pariwisata yang pengelolaan sumber dayanya dilakukan dengan suatu cara dimana pada sisi kebutuhan-kebutuhan ekonomi serta sosial dan estetis dapat dipenuhi, sementara disisi lain integritas budaya, proses-proses dasar biologi, keanekaragaman hayati serta daya dukung kehidupan tetap terpelihara. Adapun prinsip-prinsipnya antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholders),

(33)

33 kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyrakat, perhatian terhadap daya dukung, monitoring dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

Huruf b

Kepariwisataan sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara aktif sehingga saling mendukung dan menguntungkan. Dengan kreatifitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.

Huruf c

Kegiatan pariwisata sejatinya adalah kegiatan manusia yang dalam gerak atau mobilitasnya lebih didorong oleh keingintahuan dan menikmati objek wisata dan atraksi wisata, tanpa mengenal batas administratif yang sempit dan rigid. Oleh karena itu konsep pengembangan terpadu pariwisata Toraja Utara merupaka bagian dari pengembangan wilayah secara terpadu dan komprehensif. Konsep keterpaduan wilayah tersebut adalah konsep keterpaduan horizontal (antar kecamatan dan lembang/kelurahan) perlu disinergikan secara khusus dengan menggali kesamaan dan keragaman yang saling melengkapi. Konsep keterpaduan horizontal ini harus merupakan bagian integral dari konsep RTRW Kabupaten dan RIPPARDA Provinsi dan RIPPARNAS. Huruf d

Pembangunan sektor pariwisata Toraja Utara yang berprinsip pada pengurangan ketimpangan pembangunan kawasan akan:

1) memprioritaskan pengembangan pariwisata di kawasan-kawasan yang relatif belum berkembang

dibanding kawasan lainnya; dan

2) memprioritaskan dan menyediakan sarana dan prasarana penunjang, khususnya prasarana jalan di kawasan yang belum berkembang namun berpotensi untuk menjadi kawasan unggulan pariwisata.

Semua sektor dan pihak terkait, termasuk para pengambil keputusan, harus mendukung dan memberikan komitmen yang berkesinambungan dalam rangka perwujudan pemerataan pembangunan wilayah di Toraja Utara.

(34)

34 Huruf e

Pembangunan pariwisata dengan konsep pengembangan Pariwisata, Perdagangan, dan Investasi (Tourism, Trade, and Investment-TTI) harus:

1) diarahkan untuk dapat mendorong kegiatan perdagangan dan bahkan investasi, melalui penciptaan suasana yang kondusif dengan kejelasan dan kemudahan prosedur, tanpa mengabaikan aturan dan norma yang tertera pada konsep-konsep lainnya;

2) terintegrasi dalam satu kegiatan promosi dengan perdagangan dan investasi; dan

3) mendorong berkembangnya industri kecil/rumah tangga dan menengah yang dikelola masyarakat lokal untuk mendukung pengembangan pariwisata.

Huruf f

Pembangunan pariwisata melalui konsep A3 harus :

1) mendorong swasta untuk berperan aktif dalam penyediaan fasilitas penunjang kegiatan

pariwisata;

2) memprioritaskan penyediaan fasilitas dan SPU di luar ODTW sebagai fasilitas dan SPU yang mampu melayani publik;

3) memprioritaskan penyediaan fasilitas penunjang di ODTW yang mampu mendukung keterpaduan pelayanan di ODTW; dan

4) memprioritaskan penyediaan infrastruktur yang mampu menghubungkan dan menciptakan kemudahan pencapaian antar Pusat Pelayanan Lokal (Kota Rantepao dengan ODTW dan antar ODTW dengan aman, nyaman dan efisien).

Huruf g

Kapasitas masyarakat untuk berpariwisata berbeda-beda karena adanya perbedaan kemauan dan kemampuan (fisik dan ekonomi), dan heterogenis masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsep penjenjangan dalam pengembangan pariwisata Toraja Utara dilakukan dengan:

1) membagi skala pengembangan kawasan wisata menjadi :

a)skala lokal yang melayani pengunjung lokal

(recreationist);

b)skala provinsi/regional yang melayani wisatawan luar kabupaten weekenders dan/atau liburan pendek; dan

(35)

35 c) skala nasional dan skala internasional untuk

melayani wisatawan nasional dan mancanegara. 2) membedakan bentuk pengembangan pariwisata

suatu kawasan/ODTW tergantung pada karakteristik potensial untuk setiap skala yang dimiliki.

Huruf h

Perhatian pada peningkatan kualitas dan kompetensi manusia sebagai tenaga kerja maupun juga sebagai konsumen dan wisatawan perlu mendapat perhatian melalui:

1) pendidikan formal, pelatihan, pemagangan, pelibatan dalam praktek kerja nyata, dan lain-lain;

2) pengembangan pendidikan baik itu program studi, kurikulum, pengajar dan pengajaran, hingga sarana dan prasarana perlu mendapat perhatian yang seksama disesuaikan dengan kebutuhan riel tenaga kerja dalam bidang pariwisata; dan

3) pendirian sekolah tinggi formal dan lembaga pelatihan pariwisata akan mempercepat kesiapan sumber daya manusia dalam menyongsong berbagai kegiatan pengembangan pariwisata.

Huruf i

Konsep pembangunan produk pariwisata Toraja Utara utamanya berorientasi pada (i) potensi dan daya tarik wisata yang unik dan khas yang didukung oleh budaya, seni dan sejarah serta keindahan panorama alam; (ii) produk wisata dikembangkan dengan tema – tema yang sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kecenderungan pasar pariwisata yang berkembang (tema-tema wisata minat khusus, wisata alam (agrowisata,ekowisata, jungle, tracking, dan wildlife conservation), wisata budaya, dan wisata massal (dengan catatan mempertimbangkan dampak lingkungan); (iii) pengembangan produk pariwisata perlu didukung oleh industri kecil dan menengah yang berbasis pada perekonomian masyarakat.

Huruf j

Dalam konsep pembangunan pemasaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) pembangunan promosi pariwisata di era otonomi dan tema-tema berkelanjutan diarahkan pada konsep pariwisata berwawasan lingkungan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan budaya yang didukung oleh alat produksi atau

(36)

36 sarana dan prasarana seperti aksesbilitas, akomodasi, restoran, sarana rekreasi dan hiburan serta biro perjalanan;

2) citra pariwisata menjadi penting dalam pemasaran oleh karena itu dibangun identitas jatidiri dan citra yang menjadi tema utama pemasaran pariwisata Toraja Utara. Identitas jatidiri yang perlu dibangun di Toraja Utara adalah adat istiadat dan seni budaya yang bernilai tinggi dipadukan dengan keindahan dan keanggunan alam yang terbentang. Perpaduan dari kekuatan yang dimiliki tersebut, dicitrakan dalam sebuah brand image, slogan maupun symbol yang dapat member kekuatan ke dalam maupun ke luar, dalam arti member kekuatan ke dalam masyarakat Toraja Utara dalam mewujudkan tujuannya dan memberi kekuatan ke luar dalam arti masyarakat luas ingin melihat, mengetahui, mempelajari dan mengunjunginya;

3) pembangunan pemasaran wisata perlu memperhatikan segmen pasar dan karakteristik wisatawan;

4) pemasaran pariwisata Toraja Utara khususnya maupun daerah sekitarnya pada umumnya perlu dilakukan secara sistematis dan tematis; dan

5) pemasaran dan promosi pariwisata di daerah, pihak industri pariwisata bersama Badan Promosi Pariwisata Daerah (BP2D) bertanggung jawab atas upaya promosi paket wisata serta pelayanan pariwisata yang ditawarkan, sedangkan pihak pemerintah bertanggung jawab dalam membangun kesadaran dan penciptaan citra daerah;

Huruf k

Secara sederhana kelembagaan diartikan sebagai totalitas unsur-unsur dari sistem kepariwisataan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pembentukan kelembagaan pariwisata, khususnya di daerah menjadi penting karena beberapa alasan, antara lain:

1) perlunya keterpaduan semua unsur pariwisata ke dalam satuan yang bersifat holistik;

2) peningkatan efektifitas pemasaran; 3) proteksi terhadap hubungan simbiotis;

4) pengembangan image, kelompok kecil masyarakat

relatif sulit mengembangkan image pariwisata yang unik. Sebaliknya peran itu lebih mudah

dilakukan oleh suatu mekanisme kelembagaan yang melibatkan banyak aktor;

(37)

37 5) kemitraan;

6) pembentukan identitas; dan 7) membantu kerjasama.

Huruf l

Konsep pembangunan lingkungan dapat disusun sesuai dengan keadaannya sebagai berikut:

1) kawasan perbukitan dan pegunungan, perlu dijaga agar tidak dikonversi atau dikembangkan

untuk peruntukan lain. Kawasan ini harus dilakukan penghijauan dan reboisasi (seuai arahan RTRW) dengan menggunakan tanaman-tanaman yang cocok dengan iklim setempat;

2) kawasan bantaran sungai harus memperhatikan

penetapan areal sempadan sungai; penetapan baku untuk air di sungai; dan pengelolaan limbah;

3) kawasan permukiman dijaga terus menerus agar building coverage tidak terlalu tinggi. Apabila ada pembangunan rumah atau perumahan perlu dipersyaratkan untuk membuat sumur peresapan air hujan; dan

4) kawasan hutan di Toraja Utara cukup luas sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wisata alam dan ekowisata.

Huruf m

Konsep yang dikembangkan untuk infrastruktur dan transportasi bukan hanya difokuskan pada aspek pariwisata semata, namum juga menyangkut pembangunan wilayah dan ekonomi pada

akhirnya, sehingga diperlukan pembangunan transportasi darat yang terintegrasi secara bertahap dan pembangunan trasportasi udara untuk melayani pergerakan eksternal. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas.

(38)

38 Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas.

(39)

39 Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Ayat (1)

Peninjauan setiap 5 (lima) tahun dimaksudkan untuk penyempurnaan RIPPARDA termasuk perubahan RIPPARNAS yang disesuaikan dengan situasi dan

(40)

40 kondisi maupun perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang sedang dan akan terjadi, baik di tingkat nasional, regional maupun lokal.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di

Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik sumur

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, menerapkan sistem kuncian bagi rumah kayu bongkar pasang yang berdasarkan konstruksi kayu tradisional Sumatera Selatan;

Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan

Oleh karena itu diperlukan upaya sinergi dan dukungan yang kuat dari para pihak terkait baik dari jajaran pengelola hutan baik itu Kementerian Kehutanan,

 Serbuk yang terbagi!bagi dapat dibagi!bagi secara visual tetapi sebanyak!  banyaknya hanya 1# serbuk bersama!sama. *adi serbuk itu dibagi dengan jalan menimbang dalam beberapa

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan tersebut di atas dalam serangkaian ketiga perjanjian tersebut pada prinsipnya tujuan para pihak yaitu sepakat untuk