• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Prihatin Sulistyowati

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Jl. S. Supriyadi 48 Malang

Email: pssulistyowati@gmail.com Abstract

The objectives of the research are to describe: (1) the implementation of problem- solving learning at social subject; (2) whether problem-solving learning could improve students’ social subject learning product; (4) students’ perception of teaching learning process when it has done. The research was carried out at SDN Penanggungan, Malang. The subject of the research was the students of IVB. The information compilated with observation, test, documentation, and interview. The findings of the study show that problem-solving learning implementation is appropriate to use in social subject based on students’ need. It the learning proces by teacher is increased from 90.78 in the first circle raise into 99.93 in the second circle. Students’ learning product is increased from 70.20 in the first cycle raise into 78.48 in the second cycle. It can be concluded that the problem-solving learning implementation can improve social subject learning product of class IVB students of SDN Penanggungan Malang. The positive respons students’ mean 58.6 for 100% agree.

Key words: problem-solving learning, learning product

Pendidikan merupakan proses penyiapan anak didik secara mental maupun fisik agar menjadi generasi yang berkualitas untuk meneruskan pembangunan bangsa kita, khususnya adalah pendidikan dasar. Pendidikan dasar akan menjadi penentu bagi pendidikan ke arah selanjutnya. Pentingnya pelaksanaan pendidikan dasar yang mampu menghasilkan anak didik yang dimaksud adalah salah satu cara pelaksanaan proses pembelajaran yang baik sehingga akan tercapai tujuan pendidikan. Menurut Suwarna (Rustini, 2008) bahwa keberhasilan menangani pendidikan dasar merupakan langkah strategis untuk membenahi sistem pendidikan pada

level atasnya dan pada gilirannya akan menyentuh sistem pendidikan nasional.

Hasil belajar IPS siswa kelas IVB SDN Penanggungan Malang banyak yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah pada mata pelajaran IPS. Hasil belajar siswa menjadi salah satu ukuran terhadap berjalannya proses pembelajaran yang telah berlang-sung. Saat proses pembelajaran siswa tidak bagus ataupun kurang maksimal akan berakibat pada hasil belajar yang kurang maksimal pula. Salah satu indikasinya adalah masih

(2)

sedikit siswa yang dapat terlibat saat pembelajaran.

Berdasarkan kondisi yang terjadi di kelas peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah. Langkah ini dirasa tepat untuk meningkatkan kemampuan keterlibatan siswa dalam pembelajaran karena melalui model dan strategi ini diberikan langkah-langkah pemecahan masalah. Proses pembelajaran dengan pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan dan mengembangkan penalaran siswa. Menurut Gross (Trianto; 2011) tujuan pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (to prepare student to be

well functioning citizens in

democratic society). Dalam

pembelajaran mata pelajaran IPS yang lebih dikenal untuk banyak membaca dan menghafal saja tidak menjadi pemahaman yang berkelanjutan dan membosankan bagi siswa. Sebab penghafalan mengharuskan kita mengingat lebih banyak informasi (Schunk,2012). Kegiatan mengingat sesuatu yang dihafal sudah pasti tidak menjadi penyimpanan memori yang berumur panjang. Ingatan memori tersebut akan cepat pudar seiring berjalannya waktu. Pembelajaran yang bermaknalah yang akan menjadi suatu pengalaman bagi siswa. Sebab dengan sesuatu yang pernah dialami sendiri oleh siswa maka ilmu yang dipelajari juga akan mengendap dalam memori siswa.

Dengan model pembelajaran yang berbasis masalah ini diharapkan siswa akan lebih aktif mencari sendiri kebutuhan pengetahuan yang harus mereka miliki sebagai bekal

dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu dengan model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) ini siswa akan dilatih pula untuk melakukan kerjasama dalam kelompok sehingga tujuan pembelajaran IPS membentuk manusia yang tidak individualis dan egois akan menjadi kenyataan. Tujuan yang paling dekat dengan pembelajaran adalah melatih siswa untuk mampu berpikir sehingga akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu sesuai dengan pernyataan Solihatin (2012; 91) bahwa kegiatan belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan berpikir alternatif, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia.Sebagai bekal untuk mampu memecahkan masalah adalah adanya penguasaan konsep-konsep ilmu, khususnya Ilmu sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan siswa. Untuk mempelajari IPS diperlukan struktur kognitif yang baik dari setiap individu. Menurut Dahar (1988) struktur kognitif adalah organisasi informasi yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Metode Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan menurut jenis datanya adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif meskipun terdapat data-data berupa angka hasil tes, data tersebut dianalisis secara kualitatif. Menurut metodenya penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto (2010: 2) penelitian tindakan kelas adalah

(3)

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Senada dengan hal tersebut menurut Susilo (2009) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan, melaksanakan penelitian tindakan kelas merupakan kemajuan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal itu sangat beralasan karena tanpa adanya evaluasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran maka proses pembelajaran hanya akan menjadi rutinitas tanpa kreativitas dan variatifnya pengalaman belajar siswa. Kondisi tersebut juga mempunyai pengaruh terhadap meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa.

Adapun lokasi penelitian dilakukan di SDN Penanggungan Malang dengan alamat JL. Cimanggis 2 Ketawanggede Kecamatan Klojen Malang. Subyek penelitian adalah siswa kelas IVB yang berjumlah 33 siswa, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 17 siswa putri. Adapun materi yang diambil adalah pada kompetensi dasar “Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya”. Hasil dan Pembahasan

Materi yang dibahas pada pelajaran IPS di kelas IVB saat dilaksanakan penelitian adalah kegiatan ekonomi masyarakat pada aspek produksi, distribusi, konsumsi, keterkaitannya dengan kelancaran pemenuhan kebutuhan hidup manusia, dan kegiatan ekonomi masyarakat yang memanfaatkan

potensi daerahnya yang berupa potensi alam maupun potensi budaya. Materi tersebut merupakan materi yang bersifat fleksibel untuk dikembangkan saat proses pembelajaran maupun untuk dijadikan kasus yang dijadikan tugas diskusi kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di materi pembelajaran.

Dalam penelitiaan ini, tujuan penelitian dicapai dalam dua siklus tindakan. Pencapaian dalam dua siklus tersebut juga dipengaruhi oleh tindakan dalam tiap siklus dilakukan 4 kali pelaksanaan pembelajaran. Dengan pembelajaran yang kuantitasnya sering hal itu akan melatih siswa terbiasa dan semakin terampil baik pada langkah-langkah, proses berpikir maupun ketenangan menghadapi permasalahan. Untuk lebih jelasnya tindakan dalam bentuk keseluruhan siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Siklus ke-1 Tahap rencana

Pada tahap rencana tindakan awal dalam pembelajaran adalah penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian berupa tes, angket, dan LKS model pemecahan masalah untuk dikerjakan kelompok. Tahap tindakan

Pembentukan kelompok bertujuan agar siswa dapat bekerjasama. Pembentukan kelompok dilakukan tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa, sehingga terbentuk 6 kelompok. Dalam tiap kelompok anggota kelompoknya beragam dari tingkat kemampuan kognitif dan jenis kelaminnya. Keberagaman anggota kelompok akan membiasakan siswa hidup dalam keberagaman. Hal itu juga

(4)

bertujuan agar siswa terbiasa dengan saling memberi maupun menerima segala hal dari perbedaan yang muncul.Dibentuknya kelompok juga agar terjadi interaksi yang membangun antar siswa sehingga mampu menciptakan iklim belajar yang lebih baik.

Aktivitas siswa selama pelaksanaanpembelajaran pemeca-han masalah masih terbimbing oleh guru meliputi pemahaman masalah, memahami bahan bacaan yang diberikan oleh guru berupa rangkuman materi, pembagian tugas dalam kelompok, diskusi menemukan solusi masalah dan menuliskan jawaban dalam LKS, meneliti kembali dan mempresentasikan hasil kerja kelompok, serta diskusi kelas. Dalam tindakan ini guru berperan sebagai fasilitator bagi kegiatan belajar siswa.

Tahap Observasi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1keterlaksanaan pembelajaran masih belum tuntas, karena terdapat beberapa tahap yang belum terlaksana. Secara kuantitatif skor keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Keterlaksanaan Pembelajaran siklus 1 Su-byek Keterlaksanaan Pembelajaram Pertemuan Jum-lah Rera-ta 1 2 3 4 Gu-ru 15 19 16 19 69 17,25 Sis-wa 51 61 63 65 240 60

Ketidak terlaksanaan beberapa tahap pembelajaran oleh guru karena pengaturan waktu yang kurang baik sehingga terkesan guru terburu-buru

pada saat waktu sudah mendekati selesai serta guru kurang memperhatikan langkah-langkah pembelajaran dengan teliti. Pengalaman ini dapat dijadikan dasar untuk pengaturan waktu pada siklus berikutnya.

Untuk keterlaksanaan pembe-lajaran oleh siswa dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 telah mengalami peningkatan dimana siswa diberikan motivasi dan bimbingan oleh guru agar semaksimal mungkin terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan tersebut tidak terlalu besar sebab untuk mengubah kebiasaan dan menertibkan siswa membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Perubahan yang terjadi meskipun sedikit telah berpengaruh pada hasil yang lebih baik bagi siswa.

Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa secara umum pada siklus 1 tertera pada tabel 2. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 70,2 dengan ketuntasan klasikal sebesar 72,72%.

Tabel 2 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1

No Aspek Nilai Ketuntasan

Tun-tas Tak Tun-tas 1. Nilai rata-rata kelas 70,20202 v -

2. Jumlah siswa tuntas Hasil Belajar

24 9

Tahap Refleksi

Beberapa kelemahan dan kekurangan selama siklus 1 diantaranya adalah guru belum optimal dalam mengelola kelas dan waktu sehingga masih ada tahapan dalam sintaks pembelajaran yang tidak terlaksana berhubung waktu

(5)

pembelajaran yang telah habis. Interaksi guru dan siswa perlu ditingkatkan agar siswa tidak merasa canggung dan sungkan untuk mengajukan pertanyaan jika mereka menemui hambatan dalam belajar. Interaksi antar siswa juga perlu ditingkatkan karena siswa cenderung menginginkan satu kelompok dengan teman dekatnya saja sehingga kerjasama sesama anggota kelompok kurang baik.

Beberapa kelompok siswa masih didominasi oleh siswa tertentu saja dan belum ada pembagian tugas yang baik diantara anggota kelompok sehingga diskusi dan kerja sama kelompok belum berjalan optimal. Siswa masih kurang berupaya untuk membaca secara teliti dan benar-benar memahami ringkasan materi yang diberikan maupun buku penunjang lainnya, sehingga hal ini menjadi salah satu penghambat pemahaman siswa tentang materi selanjutnya berdampak pada penyelesaian tugas yang kurang baik. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan menanggapi jawaban teman untuk beberapa siswa masih kurang sehingga guru perlu memotivasi mereka untuk lebih aktif. Masih ada beberapa siswa yang masih sesekali tampak tidak konsentrasi penuh mengikuti proses pembelajaran karena berbicara dengan teman sebangkunya. Hal ini menuntut guru untuk lebih mengarahkan mereka agar lebih konsentrasi mengikuti proses pembelajaran.

Pelaksanaan penerapan pembelajaran pemecahan masalah belum dapat dilaksanakan secara maksimal karena siswa belum terbiasa dengan penerapan pembelajaran pemecahan masalah. Hal ini tampak dari masih banyak

siswa yang kesulitan menentukan solusi sebagai jalan keluar dari permasalahan yang diberikan guru melalui LKS.

Dari kegiatan pembelajaran pada siklus pertama masih banyak siswa yang kurang mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya karena masih adanya kecenderungan siswa untuk menginginkan satu kelompok dengan teman yang dekat dengan masing-masing siswa.

Siklus ke-2 Tahap rencana

Perencanaan tindakan disusun berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang telah dilakukan peneliti bersama guru kelas IVB. Materi yang dibahas pada siklus 2 adalah kegiatan ekonomi masyarakat yang memanfaatkan potensi daerahnya yang berupa potensi alam maupun potensi budaya. Peneliti meyusun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan berupa RPP, silabus, LKS, dan instrumen tes maupun pengamatan. Untuk membantu siswa lebih cepat memahami materi maka dilakukan penjelasan materi dan siswa dikondisikan membaca materi sampai beberapa kali secara kalsikal. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus 2 ini lebih menggali pengetahuan siswa tentang potensi alam dan budaya yag ada di daerahnya untuk dimanfaatkan secara bertanggungjawab agar terjaga kelestariannya. Tahap-tahap pelaksanaan sama dengan pada siklus 1. Penerapan pemecahan masalah dalam pembelajaran guru lebih teliti dalam membimbing siswa, sebab kondisi pada siklus 1 harus bisa diatasi pada siklus 2 sehingga peningkatan hasil pembelajaran akan terccapai.

(6)

Tahap Observasi

Pada langkah keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa pada siklus 2 telah mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siklus 1. Keterlaksanaan oleh guru telah mencapai 99,93% dan oleh siswa 83,41%. Untuk hasil perolehan skor keterlaksanaan pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Keterlaksanaan Pembelajaran siklus 2 Su- byek Keterlaksanaan Pembelajaram Pertemuan Jum-lah Rera-ta 1 2 3 4 Gu-ru 19 19 19 19 76 19 Sis-wa 62 64 64 64 254 63,5

Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa secara umum pada siklus 2 tertera pada tabel 4. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 78,48 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,87%. Hasil rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar siswa ada pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 2 No As- pek Nilai Ketuntasan Tun- tas Tidak Tuntas 1. Nilai rata-rata kelas 78,48485 v - 2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 29 siswa 4 siswa

Persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh melalui pengisian angket persepsi siswa pada akhir siklus 2. Kriteria

jumlah skor tertinggi 75 dan jumlah skor terendah 15. Hasil pengukuran rata-rata skor persepsi siswa adalah 58,6 masuk kategori setuju dengan penjelasan 9 siswa pada kategori sangat setuju dan 23 siswa pada kategori setuju. Secara keseluruhan dapat diasumsikan seluruh siswa setuju penerapan pembelajaran pemecahan masalah

Tahap Refleksi

Dari hasil data kuantitatif dan kualitatif pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II, terjadi perubahan bahwa pengaturan waktu dan pengelolaan kelas sudah lebih baik, hasil belajar siswa juga telah mengalami peningkatan dengan tercapainya KKM >70 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 87,87%.

Refleksi pelaksanaan pembe-lajaran menggambarkan keterca-paian pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah, keberhasilan tindakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran pemecahan masalah mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga berdampak pada hasil belajar IPS siswa pada materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain didaerahnya. Keberhasilan penerapan pembela-jaran pemecahan masalah karena dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Penerapan pembela-jaran pemecahan masalah disesu-aikan dengan karakter materi yang diajarkan yaitu pemanfaatan sumber daya alam yang bertanggungjawab

(7)

sesuai dengan fenomena saat ini tentang masalah pencemaran lingkungan.

Saran yang bisa disampaikan adalah penerapan pembelajaran harus sesuai dengan yang telah direncanakan agar memperoleh hasil yang lebih baik. Penerapan pemecahan masalah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa serta karakter materi yang akan disampaikan. Bagi peneliti atau guru yang lain disarankan untuk mengkombinasikan pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving) dengan strategi yang lain yang tentu saja disesuaikan dengan karakter materi yang akan disampaikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar IPS.

Daftar Pustaka

Arikunto, S dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdiknas. Rustini,T. 2008. Penerapan Model

Problem Solving untuk

Meningktakan Pengembangan Poten-si Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah

Dasar. Jurnal Pendidikan

Dasar, No.10, Oktober 2008. Schunk, D. H. 2012. Learning

Theoriesan Educational

Perspective. Teori-teori

Pembelajaran: Pers-pektif

Pendidikan (edisi keenam).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solihatin, E. 2012. Startegi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara.

Susilo, H., dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesiona-lan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, satrategi dan

Implle-mentasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dituliskan pada penjelasan sebelumnya, bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan menyediakan penjelasan yang

a) Pada ayam tidak terjadi proses pengunyahan dalam mulut karena ayam tidak mempunyai gigi, tetapi di dalam ventrikulus terjadi fungsi yang mirip dengan gigi yaitu

Secara umum dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi melalui1. media kardus terbukti secara signifikan dapat meningkatkan

Skripsi : Kemampuan Anak dalam Menari dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS, dan Demonstrasi serta Eksperimen di TK Islam

Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 12,342 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Hi

[r]

[r]

Sistem organ adalah gabungan dari organ-organ yang bekerja sama untuk membentuk suatu sistem