• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Filsafat sosial dan Teologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Telaah Filsafat sosial dan Teologi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE FILSAFAT PADA REALISASI

ILMU TAUHID

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. Bashori

DISUSUN OLEH :

Ayusta Maulana P.

(12110020)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami taufik dan hidayah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul Implementasi Metode Filsafat Pada Realisasi Ilmu Tauhid. Kami ucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah mendorong dan memberikan dukungan kepada kami berupa do’a sehinggakami bisa belajar di universitas tercinta ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah Teologi Islam Drs. Bashori yang telah memberikan kami arahan dalam menyusun makalah ini, kami juga berterimakasih kepada teman-teman yang telah mendukung dan memberi kami semangat dalam menyelesaikan makalah ini.Dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat sedikit menambah pengetahuan dan wawasan mengenai wewenang dan tujuan pendidikan islam.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ditemui banyak kesalahan dan kekurangan, hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan kami serta, sehingga untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

... 1

1.2 Rumusan Masalah

... 3

1.3 Tujuan

... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Ilmu Tauhid

... 4

2.2 Pengertian Filsafat

... 7

2.3 Objek Kajian Filsafat...9

2.4 Persamaan Ilmu Tauhid dan Filsafat...10

2.5 Perbedaan Ilmu Tauhid dan

Filsafat...14

(4)

3.1

Pembahasan... ...16

BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan... ...19

4.2

Penutup... ...19

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama hidupnya,manusia membutuhkan sebuah kepercayaan agar hidupnya bisa damai dan tenang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia berusaha mencari sebuah jawaban,hingga akhirnya manusia menemukan dan mendapatkan kepercayaan yang selama ini mereka cari, yaitu agama. Agama bukanlah ciptaan manusia, sehingga manusia sendiri memiliki bermacam bentuk dan aliran agama. Salah satu aliran agama yaitu monoteisme.

(5)

Islam mewajibkan seluruh pemeluknya untuk bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Pada perkembangannya, Islam berkembang sangat pesat. Pengikutnya pun semakin banyak. Diantara banyak pengikut tersebut ada beberapa diantaranya yang bersifat kritis. Mereka mencoba mengkaji dan mempertanyakan kembali dasar-dasar mengapa mereka mempercayai Tuhan. Karena muncul permasalahan inilah,sebagian dari mereka mencoba untuk menjawabnya, dengan berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan yang berupa Kitab Suci,yaitu Al-Qur’an. Fenomena ini melahirkan studi/kajian ilmu Agama yang baru, yang dikenal dengan Ilmu Tauhid.Kemunculan Ilmu ini membawa dampak yang positif karena mereka bisa memperkokoh keimanan mereka. Seiring dengan berkembangnya waktu, materi yang dibahas dalam ilmu Tauhid itu sendiri semakin meluas.

Dalam pernyataan Ibnu Khaldun dijelaskan bahwa : “Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil dan pikiran”. Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun tersebut, maka sebagai acuan dalam Ilmu Tauhid tidak hanya berdasarkan pada dalil-dalil, tetapi juga menggunakan pikiran. Pemikiran yang digunakan dalam pembahasan Ilmu Tauhid bukanlah pemikiran yang sembarangan dan asal-asalan. Pemikiran yang digunakan haruslah berdasarkan suatu alasan yang kuat dan bernilai benar,sehingga dapat diterimah oleh akal. Sistematika pemikiran yang seperti ini, biasa kita kenal dengan filsafat.

(6)

itulah diperlukan pembahasan sejauh mana peranan filsafat pada perkembangan Ilmu Tauhid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Tauhid?

2. Apa yang dimaksud dengan filsafat?

3. Apa saja yang dikaji dalam filsafat?

4. Apa persamaan antara Ilmu Tauhid dan filsafat?

5. Apa perbedaan antara Ilmu Tauhid dan filsafat?

(7)

1. Untuk memahami maksud dari Ilmu Tauhid.

2. Untuk memahami maksud dari filsafat.

3. Untuk memahami bidang kajian filsafat.

4. Untuk memahami persamaan Ilmu Tauhid dan filsafat.

5. Untuk memahami perbedaan Ilmu Tauhid dan filsafat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ilmu Tauhid

Menurut Syaikh Muhammad Abduh, Tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali yang wajib ditiadakan (mustahil) daripada-Nya. Juga membahas tentang Rasul-Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka dal hal-hal yang terlarang (mustahil) menghubungkannya kepada diri mereka.1

Sedangkan menurut Sayyid Husein Afandi al-Jisr at-Tarabulisi, menerangkan bahwa, sesungguhnya ilmu tauhid itu ialah ilmu yang membahas padanya tentang menetapkan (meyakinkan) kepercayaan agama dengan

1 Prof. Dr. Sahilun A. Nasir, Teologi Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

(8)

mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan (nyata). Buah faedahnya ialah mengetahui sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-rasul-Nya dengan bukti-bukti yang pasti, akhirnya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan yang abadi. Ilmu tauhid adalah pokok paling utama dari semua agama,karena pertalian erat dengan Dzat Allah SWT serta Rasul-rasul-Nya.2

Ilmu tauhid juga bisa disebut dengan Teologi Islam, istilah ini diambil dari bahasa Inggris, yaitu Theology. William L. Reese mendefinisikannya dengan discourse or reason concerning God (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Reese juga mengatakan “Teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentabg kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan.Teologi adalah penjelasan tentang keimanan,perbuatan,dan pengalaman agama secara rasional.3

Sementara itu Al-Faraby mendefinisikan Ilmu Tauhid adalah disiplin Ilmu yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin,mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis. Sedangkan Ibnu Khaldun, mendefinisikan Ilmu Tauhid yaitu, disiplin Ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.4

Masih ada definisi-definisi lainya akan tetapi kesemuanya itu berkisar pada persoalan kepercayaan diatas dan cara menguraikan kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu kepercayaan-kepercayaan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya,tentang Rasul-rasul dan sifat-sifatnya dan kebenaran keutusannya,demikian pula tentang kebenaran kabar yang dibawa Rasul itu sekitar alam gaib seperti akhirat dan seisinya.5

2 Sayyid Husein Afandi, Hushun al-Hamidiyah (Surabaya : Maktabah

Tsaqafiyah) hal.6

3 William L. Reese, Dictionary of Philosophy and Religion, (USA : Humanities

Press, 1980) hal.28

4 Dr. Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia,2007) hal.14

(9)

Ilmu Tauhid juga dinamakan ilmu kalam, karena setelah Ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari kitab-kitab filsafat yang diterjemahkan pada masa Al-Ma’mun, mereka mempertemukan caara (sistem) filsafat dengan sistem ilmu kalam dan dijadikan ilmu yang berdiri sendiri dan dinamakan Ilmu Kalam. Dinamakan ilmu kalam karena :6

1. Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan Hijriah ialah firman Tuhan (kalam Allah) dan non azalinya Qur’an (khalq al-Qur’an). Karena itu keseluruhan isi ilmu kalam dinamai dengan salah satu bagiannya yang terpenting.

2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan para mutakallimin. Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil-dalil naqal (Al-Qur’an dan Hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu.

3. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat,maka pembuktian dalam soal-soal agama ini dinamai ilmu kalam untuk membedakan dengan logika dalam filsafat.

Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-An’aam ayat pertama :

.

ني ذلا مث لر ونلا و تملظللعجو ضرلاو تومسل ا قلخ ئ ذلا هلل دمحلا

نول دعي مهبرب اورفك

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang,namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.”

Ilmu tauhid sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW,maupun pada masa sahabat-sahabatnya. Akan tetapi baru dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu ke-Islaman yang lain muncul satu persatu,dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan alam gaib (metafisika). Kita tidak akan dapat memahami

(10)

persoalan-persoalan ilmu tauhid dengan sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya,kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya. Faktor itu sebebnarnya banyak,akan tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian,yaitu faktor-faktor yang datang dari luar mereka karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan Islam.7

2.2 Pengertian Filsafat

Filsafat merupakan pemikiran secara rasional,dalam arti berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional,yaitu bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain. Bagan tersebut ialah bagan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari premis-premis yang ditetapkan dengan baik. Filsafat berusaha untuk memulai dari bahan-bahan yang ditetapkan secara baik dan berusaha menarik kesimpulan dari bahan-bahan tersebut secara logis.8

Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya. Jika tidak demikian,filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. Suatu sistem baru dapat dikatakan memadai jika memuat penjelasan tentang semua gejala. Memang salah satu cara untuk mengecam suatu sistem filsafat ialah dengan menunjukkan bahwa sistem tersebut melupakan sesuatu yang tidak memperoleh tempat di dalamnya. Jika demikian,maka sisitem semacam itu perlu diperluas atau ditolak. Ringkasnya, dalam filsafat,kita berusaha untuk mencari dasar-dasar bagi kepercayaan-kepercayaan kita.9

7Ibid hal.6

8 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)

hal.10

(11)

Kata filsafat padanan dari bahasa Arab

(

ةفسلف

)

dan bahasa Inggrisnya philosophy. Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani, Philosophia,yakni gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta,dan “sophos” yang artinya kebijaksanaan,dengan kata lain filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologi, filsafah berarti cinta kepada kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan.10

Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi11 :

1. Filsafat dilihat dari segi hasil pengetahuan,yaitu jenis pengetahuan yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.

2. Filsafat dilihat dari segi aktifitas budi manusia, yaitu metode atau cara yang radikal hendak mencari keterangan yang terdalam tentang sesuatu yang ada.

Oleh karena kata filsafat itu bersifat general,maka banyak pemikir berusaha untuk mendefinisikan filsafat. Berikut ini beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ahli12 :

1. Aristoteles berpendapat bahwasanya filsafat merupakan metode atau cara yang digunakan untuk menyelidiki sebab dan asas suatu benda.

2. Al-Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahu semua yang wujud (ada) kerena ia wujud. Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui Tuhan,bahwa Ia esa dan tidak bergerak,,bahwa Ia menjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada. Wujud selain Allah,yaitu makhluk adalah wujud yang tidak sempurna

10 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat (yogyakarta: Kanisius,1996) hal 14

11 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat

(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011) hal.5

(12)

3. Harun Nasution berpendapat, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan bebas dalam arti tidak terikat tradisi,agama dan dogma, dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

4. Harold H. Titus,dalam bukunya Living Issues in Philosophy: An Introductory Text book mendefinisikan bahwa, filsafat adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha untuk memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam semesta sebaaimana adannya dan mencoba melihatnya dalam keseluruhan hubungan.

2.3 Objek Kajian Filsafat

Sebagaimana lazimnya pengetahuan lainnya, filsafat pun mempunyai obyek material dan obyek formal.Filsafat mempunyai makna yang banyak jumlahnya bagi pelbagai orang dan pada pelbagai masa didalam sejarah manusia. Telah banyak definisi yang dicoba untuk dibuat dan banyak pula yang telah mencoba membatasi corak-corak pertanyaan yang diajukan oleh para pengkaji filsafat. Selama sejarah peradaban barat, filsafat dipandang meliputi segala hal, meliputi sikap pribadi,metafisika,etika,politik,ilmu pengetahuan alam,ilmu pengetahuan sosial,bahasa, dan sebagainya. Akan tetapi,dewasa ini, ada yang hendak membatasi lingkup filsafat agar hanya berkisar pada pertanyaan-pertanyaan tentang logika dan sintaksis.13

Menurut A.C. Ewing mengatakan bahwa pertanyaan pokok filsafat ialah kebenaran,materi,budi,hebungan materi dan budi,ruang dan waktu,sebab, kemerdekaan,Tuhan.14

Obyek material dan formal filsafat yaitu15:

13 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)

hal.63

14 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat

(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011) hal.11

(13)

1. Obyek Material filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat,segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat,terdapat tiga persoalan pokok :

A. Hakikat Tuhan

B. Hakikat alam

C. Hakikat manusia

2. Obyek formal filsafat, ialah usaha mencari keterangan secara radikal,dalam arti secara sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya tentang obyek materi filsafat.

Dari uraian tersebut diatas , dapatlah dibuat pengertian filsafat,yaitu ilmu tentang wujud-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh (al-maujudatu bil’ilal al-ba’idah). Yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada sebab-sebabnya sesuatu. Ilmu terhadap wujud-wujud tersebut adalah bersifat keseluruhan,bukan bersifat terperinci,karena pengetahuan secara terperinci akan menjadi ilmu-ilmu yang nyata. Oleh karena sifat keseluruhan pembahasan filsafat itu,maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau hidup pada umumnya. Dengan demikiam maka filsafat mencakup semua benda dan semua yang hidup, yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu dicari lagi sesudahnya. Lain halnya dengan ilmu-ilmu lain yang membataskan dirinya pada sebab-sebab yang dekat, seperti ilmu biologi yang hanya mempelajari susunan makhluk hidup dan cara pemenuhan bagian-bagiannya terhadap fungsinya, sedang filsafat berysaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi bagian-bagian itu beserta fungsi-fungsinya. Kesimpulanya, segala sesuatu yang ada, yang menjadi obyek pembahasan filsafat meliputi Tuhan,alam, dan manusia.16

16 Ahmad Hanafi, M.A Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan

(14)

2.4 Persamaan Ilmu Tauhid dan Filsafat

Dari sela-sela pembicaraan yang telah lewat, kita mengetahui bahwa filsafat pada garis besarnya bertujuan untuk menemukan kebenaran sejati dan semangat ini dapat kita lihat pada setiap langkahnya. Akan tetapi timbul pertanyaan, bagaimana agama sebagai wahyu Tuhan, sebagai bahaa langit dan santapan hati, dan sebagai sumber perintah-perintah dan larangan-larangan, bisa bertemu dengan filsafat, sebagai hasil ciptaan manusia dan sebagai bahasa bumi yang masih bisa dibahas dan dipersoalkan? Bagaimana kebenaran agama yang didasarkan atas ilham dan wahyu bisa dipersatukan dengan kebenaran filsafat yang didasarkan atas alasan-alasan pikiran? Bagaimana dalil sam’i isa digabungkan dengan dalil ‘aqli?

Jawaban pertanyaan tersebut tidak lebih dari pada tiga macam. Pertama, memegangi teguh-teguh terhadap agama dan menolak filsafat. Ini adalah pendirian orang agama yang tidak berfilsafat. Kedua, kebalikan pertama yaitu memegangi filsafat dan menolak agama, dan ini adalah pendirian orang yang berfilsafat dan tidak mengindahkan akidah-akidah agama. Ketiga, mengusahakan pemaduan antara filsafat dengan agama menurut cara tertentu, dan cara inilah yang ditempuh oleh seorang filosof yang mukmin atau seorang filosof yang seharusnya memperhatikan akidah-akidah agama.

Bagi orang yang memahami semangat Islam yang mengajarkan pengambilan jalan tengah, dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman, maka ia akan mengetahui bahwa semangat pemaduan merupakan salah satu corak pemikiran kaum Muslimin pada setiap lapangan ilmu. Setiap kali ada aliran-aliran yang berbeda-beda dan berlawanan tentu timbul penengahnya, seperti yang dibuktikan oleh sejarah.17

Argumentasi filsafat dibangun di atas dasar logika,oleh karena itu hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara

(15)

empiris,riset dan eksperimental). Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkannya.18

Baik ilmu tauhid ataupun filsafat, keduanya berurusan dengan hal yang sama , yaitu kebenaran. Ilmu tauhid dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya), atau tentang Tuhan.

Ilmu Tauhid sebagaimana telah disebutkan terlebih dahulu merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan pembicaaraan tentang persoalan-persoalan aqidah keimanan. Persoalan ini mengarah pada perbincangan yang mendalam tentang dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional (aqliyah) yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis,sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil Al-Qur’an atau Hadis.19

Al-Kindi mempertemukan ilmu agama (Ilmu tauhid) dengan filsafat atas dasar pertimbangan bahwa filsafat ialah ilmu tentang kebenaran,dan agama juga adalah ilmu tentang kebenaran pula. Dan oleh karena itu maka tidak ada perbedaan antara keduanya. Pengaruh golongan mu’tazilah nampak jelas pada jalan pikirannya, ketika ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia apa yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Ilmu filsafat yang pertama meliputi ketuhanan,keesaan,keutamaan, dan ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna dan menjauhkan hal-hal yang merugikan dibawah juga oleh Rasul-rasul dari Tuhan.20

18 Dr. Abdul Rozak Ilmu Kalam. (Bandung: Pustaka Setia 2007) hal.40

19 Ibid hal.43

20 Ahmad Hanafi, M.A Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan

(16)

Menurut Al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya dari manapun datangnya meskipun dari bangsa-bangsa lain yang letaknya jauh dari kita. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sndiri. Orang yang mengingkari filsafat berarti mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia menjadi kafir.21

Menurut Ibnu Rusyd, fungsi filsafat tidak lebih dari pada mengadakan penyelidikan tentang alam wujud dan memandangnya sebagai jalan untuk meneukan zat yang membuatnya. Allah telah memerintahkan manusia untuk berfikir, seperti dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 185 :22

هللا قلخ امو ضرلاو تومسلا توكلم يف اورظني ملوا

“Apakah mereka tidak memikirkan tentang alam langit dan bumi dan segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah”

Dari berbagai penjelasan tersebut, tentunya ilmu tauhid dan filsafat memiliki persamaan yang sangat banyak. Namun kesemua persamaan itu bukan berarti menjadi satu dan tidak memiliki celah perbedaan. Persamaan antara ilmu tauhid dan filsafat dapat dilihat dari beberapa obyek, bukan dari keseluruhan ilmu tauhid itu sendiri, dimana filsafat hanya memiliki persamaan dengan inti dari ilmu tauhid , yaitu mencari dan memahami kebenaran yang hakiki tentang ketuhanan. Seperti yang dikatakan Ibnu Rusyd sebelumnya, apabila filsafat digunakan sesuai dengan porsinya, maka filsafat tidak akan berlawanan dengan agama, bahkan sebaliknya. Dengan pemahaman filsafat, akan mengokohkan keimanan,dan dapat menjelaskan perumusan-perumusannya23.

21Ibid hal.60

22Ibid hal.62

(17)

2.5 Perbedaan Ilmu Tauhid dan Filsafat

Tidak bisa dipungkiri bahwasanya filsafat yang datang dari kebangsaan Yunani telah lama masuk dikalangan muslimin, baik yang datang langsung dari bangsa Yunani, maupun yang tersampaikan melalui orang-orang Masehi,dan Ya’kubiyah. Masuknya filsafat dikalangan kaum muslimin, terutama mengenai filsafat ketuhanan, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang kontroversial bagi kehidupan beragama kita.

Berangkat dari dasar pertanyaan inilah, para ahli berusaha memaparkan perbedaan antara filsafat dan ilmu tauhid, baik dari segi metode, ataupun wilayah teritorial masing-masingnya. Menurut Ahmad Hanafi, perbedaan antara filsafat dan ilmu tauhid dari segi metode, secara universal dapat disimpulkan sebagai berikut24 :

1. Mutakallimin (orang ahli ilmu kalam/ilmu tauhid) lebih dahulu percaya kepada pokok persoalan dan mempercayai kebenarannya, kemudian mereka menetapkan dalil-dalil fikiran untuk pembuktiannya. Sedangkan pembahasan dan pemikiran filsafat lepas dari pengaruh-pengaruh dan kepercayaan-kepercayaan dan dalam melakukan penyelidikannya mereka meyusun dalil-dalil fikiran sampai mencapai suatu hasil. Bagaimanapun juga adanya hasil ini mereka pegangi kuat-kuat. Para filosof terpengaruh oleh agamanya masing-masing,demikian halnya dengan filosof Islam. Akan tetapi yang pokok bagi para filosof adalah penyelidikan akal fikiran semata-mata,sedangkan para mutakallimin (orang ahli ilmu tauhid) mengadakan dalil-dalilnya sesudah percaya akan pokok-pokok kepercayaan Islam.

(18)

2. Dari segi pembinaanya juga ada perbedaan antara ilmu tauhid dan filsafat. Ilmu tauhid timbul berangsur-angsur dan mula-mula hanya merupakan beberapa persoalan yang terpisah-pisah. Seseorang mengeluarkan pendapatnya,kemudian disusul dengan yang lain pula. Dengan berlalunya masa maka timbullah mazhab-mazhab ilmu tauhid. Lain halnya dengan filsafat,yang tidak timbul secara berangsur-angsur, melainkan melalui fase pertumbuhan di Yunani maupun negeri-negeri lainnya.

Perbedaan antara ilmu tauhid dan filsafat juga terletak pada metodologinya. Ilmu tauhid sebagai ilmu yang menggunakan logika,dan argumentasi-argumentasi naqliyah. Hal itu berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama,yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Sebagai sebuah ilmu keagamaan, ilmu tauhid berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen yang rasional.25

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal, menyeluruh dan mendalam, dalam arti tidak terikat oleh apapun,kecuali oleh ikatan pikiran sendiri yang bernama logika.26

25 Dr. Abdul Rozak Ilmu Kalam. (Bandung: Pustaka Setia 2007) hal 40

(19)

BAB III

PEMBAHASAN

Seperti yang telah dituliskan pada penjelasan sebelumnya, bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan menyediakan penjelasan yang sangat mendalam tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Dengan begitu akan sangat diperlukan kegiatan berfikir menggunakan logika dan rasionalisasi sebuah pendapat, atau penjelasan mengenai eksistensi Tuhan. Dengan berfikir secara filsafat, para ahli ilmu tauhid akan menemukan penjelasan-penjelasan yang rasional, sehingga mampu untuk memenuhi berbagai macam tuntutan pertanyaan yang ada. Apabila hanya menggunakan dalil-dalil naqliyah, maka tentunya para ahli ilmu tauhid akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan eksistensi Tuhan.

Disinilah peranan filsafat sangat diperlukan, sebagi wujud dari rasionalisasi sebuah pendapat berdasarkan dalil-dalil naqliyah. Dengan begitu akan diperoleh penjelasan yang bisa diterima oleh akal semua orang, baik itu kaum muslimin sendiri ataupun kaum nonmuslim.

(20)

Salah satu peran filsafat dalam pengkajian ilmu tauhid yaitu, filsafat mampu menjelaskan bukti-bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa dari berbagai segi27 :

a. Pembuktian dari segi ontologi, pembuktian semacam ini berusaha menunjukkan,bahwa Tuhan ada berdasarkan atas definisi tentang Tuhan itu sendiri.

d. Pembuktian dari segi kesusilaan, pembuktian ini tercermin dalam pengalaman manusia sehari-hari.

e. Pembuktian dari segi teleologi, cara terbaik untuk menjelaskan pembuktian ini dengan menggunakan perumpamaan. Misalnya, dalam sebuah rumah, hidup dua orang. Kegiatan dan fikiran mereka berbeda tentunya,maka perspektif mereka juga tidaklah sama. Begitu pula dengan alam ini. Apabila Tuhan ada lebih dari satu, tentu akan berantakan dan tidak teratur.

Pendapat yang terakhir merupakan satu bukti, bahwasanya dalam ilmu tauhid perlu diperlukan filsafat sebagaimana firman Allah :

:

صلخلا دحا هللا اوه لق

)

1

(

Artinya : “Katakanlah : Dialah Allah, Tuhanmu Yang Maha Esa”

27 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)

(21)

Kesimpulan tersebut merupakan dasar pokok bagi ilmu tauhid,yang hakikatnya mempelajari tentang Allah, dan seputar-Nya, sedangkan penyimpulan tersebut diyakinkan dengan metode filsafat. Dalam kalimat lain, filsafat juga bisa dikatakan berfikir, seperti dalam firman Allah :

بابللا ىلول تي ل رهنلا و ليل ا فلتخاو ضرلاو تومسسلا قلخ يف نسا

:

نارمع لا

)

190

(

Artinya : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berfikir”

(22)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Filsafat merupakan kegiatan berfikir yang dikembangkan oleh para orientalis nonmuslim,demi memenuhi kebutuhan pengetahuan mereka tentang hakikat sebuah perkara. Ilm tauhid merupakan ilmu ke-Islaman yang berupaya memberikan argumentasi yang meyakinkan aqidah umat muslim, akan memegang teguh keimanan mereka kepada Allah SWT. Namun belakangan ini banyak umat muslim mempertanyakan kembali alasan-alasan mereka mempertahankan aqidah mereka. Untuk menguatkan kembali aqidah-aqidah mereka itulah, para ahli ilmu tauhid memerlukan kaidah filsafat untuk menguatkan argumen-argumen mereka, namun hasil dari penerapan kaidah filsafat terhadap argumen-argumen mereka sebelumnya tetap berorientasi kepada Al-Qur’an.

4.2 Saran

(23)

materi dalam makalah ini bisa bertambah dan diperluas,sehingga berguna untuk kelanjutan studi bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004

Hanafi,Ahmad, Theologi Islam ,Jakarta : Bulan Bintang 1993

Rozak,Abdul, Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia 2007

Karim,Nazir, Teologi Islam, Bandung : Nuansa, 2004

Hanafi,Ahmad Pengantar Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang,1991

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat ,Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat ,yogyakarta: Kanisius,1996

Sahilun A. Nasir, Teologi Islam ,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari skripsi ini adalah Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta

Belum holistiknya proses penyusunan rencana kerja pembangunan daerah terlihat dari beberapa proses tahapan musrenbang, mulai dari musrenbang tingkat kelurahan,

Debt ratio digunakan untuk mengukur proporsi dari total assets yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin. banyak uang kreditur yang

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil dan analisis klasifikasi sidik jari, gambar hasil preprocessing diproses ekstraksi minutiae dan proses eliminasi spurious minutiae,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah yang berada dibawah pengelolaan dinas teknis terkait

Sistem stratiikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas sedang..

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa ( BPD ) dalam pembangunan desa di bidang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan pengetahuan pada mata pelajaran laundry oleh peserta didik SMKN 3 Cimahi meliputi pengetahuan, pemahaman dan