Boks
1
STRATEGI PEMDA MALUKU DALAM MENATA IKLIM INVESTASI YANG PRO INVESTOR
Isu mengenai rendahnya investasi dalam meningkatkan kapasitas dan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Maluku sudah disadari oleh semua pihak, bahkan pada saat penyampaian visi dan misi calon Gubernur Maluku periode 2008 s.d 2013 semua calon (Rasa, Tulus, Asli dan Madu ) secara aklamasi mengangkat permasalahan ini sebagai program prioritas yang perlu segera dicarikan solusinya. Rendahnya peranan investasi tercermin dari rasio investasi terhadap PDRB yang rata-rata dibawah 6%.
Dari hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan, isu tentang keterbatasan infrastruktur transportasi, informasi dan energi, stabilitas kondisi keamanan dan social politik, kepastian hukum dan berusaha, biaya investasi yang tinggi, kualitas tenaga kerja serta terbatasnya sarana penunjang sistem pelayanan administrasi usaha merupakan faktor penyebab/alasan berkurangnya minat investor menanamkan usahanya di daerah ini.
Keterbatasan infrastruktur transportasi tercermin dari minimnya jumlah kapal yang tersedia untuk melayani berbagai aktivitas perekonomian. Saat ini kapal barang yang rutin melayani pendistribusian barang dari dan keluar Ambon dikelola oleh PT. Tanto Intim Lines dan PT. Tempuran Mas dengan jumlah kapal masing – masing perusahaan 5 (lima) unit dengan rata – rata kunjungan kapal masing – masing 4 (empat) dan 3 (tiga) call per bulan. Jumlah kapal yang melayani distribusi barang ini dirasa tidak cukup, mengingat pendistribusian tidak dapat menjangkau pulau-pulau di seluruh kabupaten karena terbatasnya daya dukung infrastruktur pelabuhan.
Di sisi lain, jumlah maskapai penerbangan yang melayani jalur penerbangan dari dan ke Ambon hanya 2 (dua) yakni Lion Air dan Batavia. Minimnya jumlah maskapai penerbangan yang melayani rute Ambon turut mempengaruhi kurangnya gaung program Visit Indonesia Year 2008 yang dilaksanakan pemerintah daerah. Sementara itu pada sisi penyediaan energi listrik, pembangunan power plant oleh PT.PLN terganggu oleh masalah pembebasan lahan.
Boks
1
Selain pelayanan perizinan satu pintu, pemerintah daerah juga telah membuka pusat informasi investasi di Maluku yang bersamaan dengan dibukanya Kantor Cabang Bank Maluku (BPDM) di Jakarta, yang berlokasi di Jl. Kebun Kacang No.20 tanah Abang, Jakarta Pusat. Dengan demikian, investor dari luar daerah Maluku yang ingin melakukan investasi tidak perlu datang ke Maluku kaena semua kebutuhan informasi dan jasa serta perijinan bisa di dapat melalui information center ini.
Untuk mendorong produksi, produktivitas dan daya saing investasi di Maluku, pemerintah daerah telah melakukan berbagai program dan kegiatan antara lain pembangunan infrastruktur seperti : Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Pusat Pendaratan Ikan, pembangunan pelabuhan laut dan penyeberangan. Modal lain yang tidak kalah pentingnya dari upaya di atas adalah pelaksanaan Pilkada Gubernur yang dapat berlangsung secara tertib, aman dan damai sebagai indikator telah stabilnya kondisi politk dan keamanan di daerah ini.
Langkah strategis di atas masih perlu dilengkapi dengan langkah lanjutan berupa pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal daerah dengan mengacu pada PP No.45 tahun 2008 tanggal 24 Juni 2008. Dengan PP tersebut PEMDA dapat memberikan insentif berupa pembebasan dan pengurangan pajak/retribusi daerah serta stimulasi dalam bentuk bantuan modal. Insentif tersebut dapat diberikan baik untuk investor dalam maupun luar negeri. Insentif investasi terutama ditujukan bagi kegiatan investasi pada pembangunan fasilitas infrastruktur publik, industri pionir, inovasi terutama yang berada di kawasan terpencil, tertinggal dan perbatasan serta bermitra dengan UMKM serta koperasi. Adanya PP ini mensyaratkan kesiapan pemda dalam hal penyediaan infrastruktur yang mendukung kelancaran proyek yang dibiayai oleh investasi itu sendiri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bapedda, dinas teknis terkait serta hasil focus group discussion, produk unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta memungkinkan untuk dikembangkan (prospektif) adalah :
- Subsektor tanaman pangan : padi dan jagung
- Subsektor kehutanan : penyulingan minyak kayu putih
- Subsektor perkebunan : coklat, pala, cengkeh dan kelapa
