Walaupun sudah berlangsung ratusan
tahun, praktek jurnalistik masih memiliki tantangan seperti:
 Keadilan sosial,
 Kebenaran,
 Perdamaian dan
 Kehormatan.
 Pemikiran etika pada tradisi barat didasarkan
pada siapakah yang mengambil keputusan.
 Pengambil keputusan harus memiliki
kebebasan untuk mengambil pilihan, jika tidak bebas maka mereka tidak bertanggung jawab.
 Pendekatan ini dibangun berdasarkan tiga
dasar yaitu:
 kebaikan,
 konsekuensi dan
 tugas.
 Etika kebaikan dibangun oleh konfusius dan aristoteles yang mengatur perilaku moral pada pengambil keputusan.
 Kebaikan adalah kita harus teliti dan
bermoral di mana hal ini harus menjadi kebiasaan kita sehingga menghasilkan kejujuran.
 Turunan dari pendekatan ini adalah
bagaimana jurnalistik menjunjung tinggi kebaikan (good) dan meminimalkan harm sehingga bermanfaat bagi masyarakat.  Ini merupakan tugas seorang jurnalis
 Pada dasarnya terjadi dialog antara seorang jurnalis dengan orang lain (obligasi moral), dialog tugas (identitas diri) dan dialog
dengan masyarakat mengenai kondisi sosial dan moral.
 Ini menjadi tiga bagian:
 etika wacana,
 etika feminis, dan
 etika komunitas
 Siapapun yang memiliki moral harus membangun moral dan melaksanakan praktek moral.
 Jurnalistik mengajak siapapun untuk membangun moral pribadi dan moral masyarakat.
 Etika feminis mengajarkan bahwa kita harus menyayangi satu sama lain dan
empati pada setiap langkah pengambilan keputusan dengan melihat batas budaya, suku, sejarah.
 Etika komunitas berasumsi bahwa identitas manusia dibangun melalui realitas sosial.  Lahir pada jagad sosial budaya di mana
nilai, moral, dan pemaknaan individu dibangun secara dialogis.
 Melalui proses penemuan dan interpretasi komunitas, etika dibentuk.
 Etika tanggung jawab sosial didasarkan kepada tugas melalui kualitas kerja dan
integritas, kode etik, dewan pertimbangan, pelatihan dan kritik media. Kode etik pwi.  Tugas jurnalis adalah memberikan
pelaporan yang jujur, mendalam, cerdas mengenai peristiwa sehari-hari dalam
konteks yang bermakna.
 Ada beberapa isu dasar seperti konglomerasi
media, manipulasi digital, privacy,
pengawasan, penyesatan, diskriminasi gender sampai keberagaman etnik.
 Dari beberapa masalah tersebut ada empat
masalah yaitu
 Keadilan sosial,  Kebenaran,
 Perdamaian, dan  Martabat manusia
 Keadilan adalah norma uniseral baik bagi organisasi media, praktek media.
 Globalisasi melahirkan sistem jaringan yang membawa tsunami data sehingga sulit
untuk melakukan pemilahan data.
 Hasilnya adalah information overload.
 Information overload adalah kesulitan untuk mengambil keputusan karena informasi
yang berlebihan
 Paradox kompleksitas media: dengan
adanya teknologi digital, muncul
lapisan-lapisan data yang saling melapisi satu sama lain.
 Knowledge about knowledge.
 Hilang sudah transparansi.
 Keadilan juga berhubungan dengan
aksesibilitas di mana idealnya semua orang memiliki akses terhadap media tanpa
mempertimbangkan penghasilan maupun lokasi geografis.
 Informasi menjadi tersedia bagi semua pihak tanpa adanya diskriminasi.
 Teknologi digital hanya terkonsentrasi di negara maju.
 Sayangnya belum berkembang di negara berkembang karena faktor infrastruktur.
 Pola komunikasi tersebut juga terlihat di sisi offline di mana ketidakadilan masyarakat
berhubungan dengan ketidakadilan teknologi.
 Ketidakadilan juga terlihat pada kepemilikan media.
 Idealnya lembaga media dikelola seperti sekolah yang merupakan tanggung jawab bersama, bukanlah hanya mencari
keuntungan semata.
 Dalam menyingkap pemaknaan, jurnalis
akan melakukan penafsiran yang memadai.  Melalui pemahaman sikap, budaya, budaya,
orang sampai kejadian.
 Yang ditulis adalah kebenaran tunggal melalui pembahasan inti masalah.
 Kedamaian merupakan salah satu bentuk etika
yang dipopulerkan oleh mahatma gandhi dan martin luther king jr menjadi filsafat kehidupan.
 Tokoh lainnya seperti vaclav havel dan nelson
mandela.
 Pada budaya komunitas, peduli terhadap yang
lemah dan tidak berdaya dan saling berbagi merupakan sesuatu yang penting.
 Hal ini diperkuat oleh kedamaian (non
• Fokus pada kondisi saat ini, aksi militer,
peralatan, korban dan kerusakan material. Contohnya: perang irak.
• Orientasi elite: penggunaan sumber resmi,
pemaparan strategi militer, kutipan pemimpin politik dan akurat sesuai dengan perspektif
komando militer.
• Dikotomi antara kebaikan dan kejahatan. Ada dua pihak yang berperang dan pasti ada yang
 Melaporan konteks, latar belakang, perspektif sejarah. Menggunakan akurasi linguistik. Bukan pemberontak muslim namun pemberontak yang dikenali sebagai pembelot dari sebuah kelompok politik.
 Suara yang memihak perdamaian dan fokus kepada berita bukanlah kepada balas dendam, perbedaan. Penekanan kepada kerjasama dan integrasi.
 Orientasi multi dimensi: semua pihak, semua sisi
 Bagaimana manusia memiliki martabat tanpa mempertimbangkan agama, kelas, jenis kelamin, usia bahkan etnik.
 Bagaimana mengembangkan keberagaman etnik dan pluralisme ide.
Terima kasih
• Lim, Merlina. 2011. @Crossroads:
Democratization & Corporatization Of Media In Indonesia. Participatory Media Lab,
University State Of Arizona And Ford Foundation.
• Cheney, May, Et. Al, 2011. The Handbook Of