• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Kota Tomohon T1 222008022 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Kota Tomohon T1 222008022 BAB II"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan pariwisata di Indonesia sendiri sudah semakin pesat,dari

data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 dapat dilihat bahwa Jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama Januari hingga

Desember 2012 melalui seluruh pintu masuk mencapai 8.044.462 wisman atau

tumbuh sebesar 5,16 persen dibandingkan periode Januari - Desember 2011

berjumlah 7.649.731 wisman. Capaian kunjungan wisman 2012 ini tercatat

sebagai rekor baru dalam dunia kepariwisataan Indonesia. Pemerintah pusat

maupun daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi pariwisata yang

ada. Hal tersebut disebabkan karena sektor pariwisata sendiri bisa dijadikan

komoditi andalan disamping migas sebagai komoditi pendukung kelangsungan

nasional dan daerah. Manfaat yang dapat dirasakan oleh setiap daerah adalah:

meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha, meningkatnya pendapatan daerah,

meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta menunjang

pembangunan daerah. Semua itu dapat terealisasi apabila terjadi kerjasama dari

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pariwisata, baik pemerintah, investor dan

masyarakat.

Sektor pariwisata menjadi sektor yang berkaitan langsung dengan kegiatan

ekonomi. Peningkatan kualitas hidup dari masyarakat yang terjun langsung dalam

(2)

sendiri bisa menjadi andalan untuk memberikan dampak yang besar terhadap

masyarakat sekitar.

2.1 Potensi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa potensi adalah

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,

kesanggupan daya. Kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan

menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu

daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Potensi menjadi hal yang haus diperhatikan dan dilihat lebih jauh lagi, hal

itu dimaksudkan agar semua kelebihan dan potensi yang bias dikembangkan dapat

dimaksimalkan secara sempurnah. Tentu smuanya itu tidak lepas dari peran semua

pihak yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Potensi suatu

daerah dan kepariwisataan merupakan dua hal yang memiliki kaitan erat,

keduanya dapat bergerak maju untuk melakukan pengembangan dan pertumbuhan

perekonomian daerah.

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara

sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap

memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam

masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

(3)

merupakan suatu objek yang mempunyai kekuatan kuat untuk dikembangkan dan

dapat memberikan timbal balik yang positif terhadapa wisata.

Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162)

adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya

tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi

(1998:67), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi wisata,

sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan berguna untuk

mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut.

Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat

dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini

potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi

kebudayaan dan potensi manusia.

2.1.1. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan

fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dll

(keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika

dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya

(4)

2.1.2. Potensi Kebudayaan

yang dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa

manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan

bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument, dll.

2.1.3. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik

wisata, lewat pementasan tarian/ pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu

daerah.

2.2 Pariwisata, Kepariwisataan dan Sektor pariwisata

2.2.1 Pariwisata

Pariwisata: sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di

luar tempat tinggalnya karena suatu alas an dan bukan untuk melakukan kegiatan

yang menghasilkan upah. Dengan kata lain, melakukan perjalanan untuk

mendapatkan kenikmatan dan hasrat ingin tahu terhadap sesuatu (Gamal

Suwantoro.SH, 2004)

Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang

berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata

serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan

perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke tempat

asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam, taman

(5)

berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan

usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.

Sebagai perbandingan, maka dibawah ini diberikan beberapa batasan tentang

pengertian pariwisata yang diberikan oleh beberapa orang ahli, sebagai berikut :

1. Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel”

dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan

berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan

melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu

perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari

satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan

dan kesenangan (Sinaga, 2010:12).

2. Oka A . Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata pariwisata

berasal dari bahasa Sansekerta, yatu “…pari yang berarti banyak, berkali–

kali, berputar–putar, keliling, dan wisata yang berarti perjalanan atau

bepergian”.

3. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata

dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti

modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan

atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar

dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya

disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas

(6)

4. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)

menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk

berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk

memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

5. Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah

perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara,

dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

6. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu :

pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif

lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga

merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan

cinderamata, penginapan dan transportasi.

7. Menurut pendapat dari James J. Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa

pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan

(7)

memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan

tugas, berziarah dan lain-lain.

8. Devinisi yang di kemukakan oleh A.J. Burkart dan S. Medik (1987)

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya

hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di

tempat-tempat tujuan itu.

2.2.2 Kepariwisataan

1. Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,

Pemerintah daerah, dan pengusaha

2. Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan

pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan

jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnyaorang asing di

suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk

melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan yang bersifat

(8)

3. Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan

dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi

kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah

beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain

(pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar negri).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan pengertian

pariwisata adalah suatu perjalana yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu

dimana perjalanan itu dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke

tempat lain, dengan tujuan untuk berekreasi dan menikmati keindahan alam

dengan tujuan akhir untuk mendapat kepuasan secara pribadi.

Sedangkan pengertian wisatawan sendiri Jika ditinjau dari arti kata

“wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat

sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari

bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat

disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan

perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata

“traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai

akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,

keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).

Cohen (1974) berpendapat bahwa seorang wisatawan adalah seorang

(9)

sementara saja, dengan harapan mendapatkan kenikmatan dari hal-hal baru dan

perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama.

Ciri utama wisatawan yaitu:

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal

diberbagi tempat tujuan

2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya

sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegitan

penduduk yang diam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan

3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan

karena perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal atau

menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.

Dari beberapa pngertian diatas maka pariwisata sebenarnya memiliki

hubungan yang sangat erat dan kuat terhadap kegiatan dan perilaku manusia

dimna setiap manusia selalu mencari waktu dan kesempatan untuk melakukan

perjalan dengan tujuan mencari hiburan, dan rekreasi. Sehinggah pariwisata tidak

bisa lepas dari kehidupan manusia.

Pariwisata dan kepariwisataan semuanya dikaitkan dengan yang disebut

dengan sektor pariwisata karena sektor pariwisata menganut semua yang ada

didalam kegiatan pariwisata, dengan kata lain Sektor Pariwisata adalah segala

(10)

dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan

obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.

2.2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata adalah langkah-langkah atau rencana

yang dilakukan untuk menggali dan megembangkan potensi pariwisata yang ada

di suatau kawasan. Cara yang dilakukan dapat berupah melakukan perbaikan

terhadap infrastuktur yang ada, baik itu secara fisik maupun nonfisik. Sehinggah

semua itu bertujuan untuk meninkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di

sekitar daerah tujuan wisata.

A.Yoeti (2005) menyatakan bahwa dalam perencanaan strategis suatu

Daerah tujuan wisata dilakukan analisis lingkungan dan analisis sumber daya.

Tujuan analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi

sumber daya utama, terutama mengenai kekuatan (strength) dan kelemahan

(weakness) organisasi atau lembaga yang bertanggungjawab terhadap

pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut.

Adapun hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan

daerah wisata. Dengan kata lain pengembangan yang dilakukan tidak bisa hanya

sembarangan saja, harus ada target dan tujuan yang harus dicapai, sehingga apa

yang diharapkan dari pengmbangan daerah tujuan wisata tersebut dapat terpenuhi

sesuai dengan harapan. Adapun syarat yang harus dipenuhi agar daerah tujuan

wisata tersebut benar-benar menjadi daerah wisata yang baik yaitu:

1. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu

(11)

2. Adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti permainan rekreasi

yang dapat membuat wisatawan lebih betah.

3. Tersedianya tempat berbelanja baik itu cendramata, tempat jual makanan

khas dan sebagainya.

4. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang vital, seperti toilet, tempat parkir

dan tempat makan, shinggh mempermudah pengunjung, bukan itu saja

tetapi bisa juga dilengkapi dengan ATM dan jalan yang memadai untuk

pengunjung.

Dalam proses pengembangan daerah wisata ada komponen-komponen yang

harus bersinergi secara baik, dengan kata lain bahwa ada pihak-pihak yang harus

terus bekerjasama yaitu pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Tomohon, kemudian ada pihak swasta sebagai investor dan yang

tidak kalah penting adalah masyarakat sendiri sebagai ujung tombak danlam

pengembangan pariwisata.

Keberhasilan pengembangan ditentukan oleh tiga faktor sebagaimana

dikemukakan oleh Yoeti dalam buku “pengantar ilmu pariwisata” (1996:303) :

“Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan kepariwisataan

yaitu tersedianya obyek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility yaitu

sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu

daerah atau kawasan wisata, terjadinya fasilitas adminities yaitu sarana

kepariwsataan yang dapat memberikan kenyamanan pelayanan kepada

(12)

2.2.4 Jenis-jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Wisata Budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan

ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat

istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan

serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik,

dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air,

lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam

sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung,

melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta

berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah-daerah atau

negara-negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia

(13)

misalnya pulau-pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan

pulau-pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya.

Jenis ini disebut pula wisata tirta.

3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro

perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke

tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan

sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar

alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya

dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan

kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah

dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan

alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga

satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat

lain. Di Bali wisata Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional

Bali Barat dan Kebun Raya Eka Karya

4. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata

(14)

dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat

bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau

pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman

Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona (International Convention

Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International

Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di

Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan

perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau

Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan-badan

nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat

konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan

dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program-program atraksi

yang menggiurkan.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah

pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian,

perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan

dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun

melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya

pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang

(15)

6. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah

atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh

berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari

buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang

bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf,

dan sebagainya. Di India, ada daerah-daerah yang memang disediakan untuk

berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah

membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan

boleh menembak banteng atau babi hutan.

7. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah

banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke

makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau

gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai

manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat

atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan

iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan

melimpah. Dalam hubungan ini, orang-orang Khatolik misalnya melakukan

wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci,

(16)

dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang

dikunjungi oleh umat–umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur,

Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali

Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen

atau biro perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu-waktu tertentu

dengan fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke

tempat-tempat tersebut di atas

2.2.5 Industri Pariwisata

Industri pariwisata bukanlah seperti yang ada dipikiran kita pada

umumnya, karena indutri pariwisata bukan berupa gedung yang memiliki

serangkain alat untuk memproduksi sesuatu, melaiankan industry pariwisata ada

serangkaian perusahaan yang terkait dalam sektor pariwisata, yang bekerjasama

dan salaing berkaitan satu perusahaan dgn perusahaan lainnya.

Perkembangan sektor pariwisata pada hakikatnya tidak hanya bergerak

sendirian, tetapi ada sektor lain atao bidang-bidang lain yang ikut mempengaruhi

perkembangnanya, seperti bidang pertanian, peternakan, kerrajinan rakyat, mebel,

tekstil, dan lain-lain kegiatan yang produknya diperlukan untuk menunjang

perkembangan pariwisata. Harus di akui bahwa sektor pariwisata pun akan

membuka begitu banyak lapangan perkerjaan yang akan berimbas secara langsung

terhadap kesejahteraan masyarakat local.

Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1985),

Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisa cara-cara

(17)

pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri

yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa

yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat

kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan

metode permasalahannya.

Dalam buku (perencanaan dan pengembangan pariwisata, Drs.H.Oka A.

Yoeti,MBA, PT.pradnya paramita, 2008). Menyebutkan bahwa, Menurut

beberapa pakar di tahun 2012 eksplorasi minyak bumi yang kini memberikan

kontribusi devisa 70%-80% menjadi tidak ekonomis lagi, selain sumbernya sudah

menipis, diperkirakan biaya eksplorasinya akan semakin tidak efisien. Sebagai

komodii pengganti, pariwisata duharapkan menjadi komoditi prospektif sebagai

primadona penghasil devisa Negara yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan

yang berkelanjutan.

Pemerintah ingin mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri yang

bertujuan mempercepat proses peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan

kerja, peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat, terutama bagi mereka

yang berusaha dalam industry sector pariwisata. Seperti yang diketahui

perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industry pariwisata adalah

(18)

Berperan sebagai perencana perjalanan wisata dan perantara antara

wisatawan di satu pihak dan perusahaan kelompok industry pariwisata di

pihak lain.

2. Transportation

Melayani angkutan wisatawan dari suatu Negara ke Negara lain,dari satu

kota ke kota laindan dari suatu tujuan wisata ke tujuan wisata lainnya.

3. Accommodation

Perusahaan yang melayani wisatawan untuk kebutuhan makan dan minum

selama kunjungan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata (DTW)

4. Restaurants

Perusahaan yang melayani wisatawan unutk kebutuhan makan dan minum.

5. Entertainment enterprises

Perusahaan yang member layanankepada wisatawan unutk kebutuhan

hiburan.

6. Tourist attraction

Perusahaan yang mengelola objek wisata

7. Shopping center

Perusahaan yang menjual cendramata, barang kesenian, lukisan dan

lain-lain.

8. Money changer

Perusahaan penukaran valuta asing

9. Retail store

(19)

Industry pariwisata sendiri masih menjadi perdebatan yang tidak

terselesaikan di antara para pakar. Hal itu di sebabkan karena belum ada kejelasan

yang pasti terhadap batasan industry pariwisata, sehingga tujuan yang nantinya

akan dicapai belum bisa dilihat secara jelas. Menurut Oka.Yoeti (Ekonomi

Pariwisata,2008) dalam bukunya bahwa cirri-ciri industri pariwisata adalah:

1) Industri Jasa

Disebut demikian karena masing-masing perusahaan yang membentuk

industry pariwisata adalah perusahaan jasa yang masing-masing bekerja

sma menghasilkan produk yang dibutuhkan wisatawan selama dalam

perjalanan wisata yang dilakukannya pada suatu daerah tujuan wisata

(DTW).

2) Menyerap banyak tenaga kerja

Suatu penelitian mengatakan bahw setiap wisatawan membelanjakan

1.000 dollar AS pada suatu daerah tujuan wisata, maka sebesar 540 dollar

AS (54%) daripadanya dibayarkan sebagai upah dan gaji.

3) Intensif Modal

Untuk membangun sarana dan prasaranan industry pariwisata diperlukan

modal yang besar untuk investasi, akan tetapi di lain pihak pengambilan

modal yang diinvestasikan itu relative lama dibandingkan dengan industry

manufaktur lainnya.

(20)

Yang dimaksudkan disini adalah masalah keamanan, dimana sangat jelas

bahwa setiap wisatan yang melakukan perjalan memiliki tujuan untuk

bersantai atau bersenang-senang, tidak ada yang ingin mengambil resiko

menderita atau terjadi masalah.

5) Dipengaruhi oleh musim

Industry pariwisata sangat dipengaruhi oleh musin. Bila dating saatnya

masa liburan, maka semua kapasitas akan terjual habis. Sebaliknya bila

musim libur selesai, semua kapasitas terbengkalai, kamar-kamar hotel

kosong, restoran, dan taman-taman rekreasi sepi pengunjung.

6) “Quick Yielding Industry”

Dikatakan demikian karena dengan mengembangkan pariwisata sebagai

suatu industri, devisa (foreign-exchanges) akan lebih cepat bila

dibandingkan dengan kegiatan ekspo yang dilakukan secara konvensional.

2.3 Kebijakan Pemerintah atau Kebijakan Publik

Menurut Anderson ( 1975 ), Kebijakan publik adalah sebagai

kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badanbadan dan pejabat-pejabat pemerintah,

dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah :

1) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

(21)

3) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk

dilakukan.

4) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau

bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu.

5) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan

pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Adapun menurut Woll (1966), kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas

pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung

maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai

implikasi dari tindakan pemerintah tersebut yaitu:

1) Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai

pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan

publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat;

2) Adanya output kebijakan, di mana kebijakan yang diterapkan pada level ini

menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran,

pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang

(22)

3) Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang

mempengaruhi kehidupan masyrakat.

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat member kesimpulan bahwa,

kebijakan pemerintah sangat erat dengan kebijakan public, dengan kata lain kedua

hal ini memiliki kaitan yag tidak dapat dilepaskan, smuanya bertujuan bahwa

segalah keputusan yang diambil oleh pemerintah harus bersifat mendukung

masyarakat dalam proses pembangunan, kesejahteraan dan proses penyelesaian

terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kehidupan

bermasyarakat.

2.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pengeritan pendapatan asli daerah menurut( Undang-Undang No. 28 Tahun

2009) yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Ada pun menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli daerah adalah

pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi

daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

(23)

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).

Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI

No.32 Tahun 2004 yaitu :

1. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :

1) Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang

ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan

hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah

daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas

jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat

dipaksakan.

2) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh

jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah

daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu

pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus

memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif

untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya

budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah

adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah

untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

(24)

daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana

pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang

disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai

dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah

adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan

daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan

memperkembangkan perekonomian daerah.

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang

tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah,

pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat

yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang

menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk

menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah

disuatu bidang tertentu.

2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari

penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan,

pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,

dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber

lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan

(25)

Dari beberapa pengertian diatas penulis member kesimpulan bahwa

Pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang diterima oleh daerah

dimana pendapatan itu berasal dari semua potensi-potensi yang ada di suatu

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jum'at tanggal Tiga Puluh Satu bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 12.00 WITA dengan mengambil tempat di Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Sumbawa

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Menjelaskan cara kerja sistem penerangan dan tanda belok sepeda motor6. Merangkai sistem penerangan dan tanda belok

Berdasarkan hasil penelitian secara umum, gambaran penyesuaian diri yang dilakukan saudara kandung ketika menyesuaiakan diri dengan kondisi dan keterbatasan yang

[r]

Siagian (1999) menjelaskan ciri-ciri dari gaya kepemimpinan otoriter yaitu: (1) Pemberian instruksi, bawahan menilai bahwa dalam hal melaksanakan tugas merupakan

Kebijakan modernisasi pertanian di Indonesia pada masa Orde Baru yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau merupakan proses memodernisasikan pertanian gaya lama

Jika mengukur dari tiga bentuk sikap tersebut dikaitkan dengan apa yang disampaikan informan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap pegawai BKBPP Kota Palu sudah