• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002

TENTANG KEHUTANAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang :

a. bahwa hut an merupakan salah sat u Anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang menj adi kekayaan masyarakat Kut ai Barat sehingga perlu diurus secara adil , lest ari dan memberikan manf aat bagi generasi sekarang dan yang akan dat ang;

b. bahwa hut an merupakan salah sat u sumberdaya al am yang saat ini t elah mengalami kerusakan yang cukup serius baik dari sisi ekologi, sosial maupun ekonomi sehingga perlu diurus secara adil dan lest ari, agar mampu

mensej aht erakan masyarakat Kut ai Barat ;

c. bahwa dal am bent ang ekosist em Daerah Aliran Sungai Mahakam, Kut ai Barat t erlet ak pada bagian hulu kawasan sehingga pengurusan hut an di Kut ai Barat harus selal u memperhat ikan aspirasi dan memperhat ikan dampak bagi masyarakat t ermasuk yang berada di hilir;

d. bahwa Kut ai Barat sebagai Kabupat en yang baru dibent uk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999, dan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Ot onomi Daerah, perl u menat a sist em kebij akan pemerint ahannya t ermasuk dibidang kehut anan secara demokrat is yang mengandung prinsip-prinsip t ransparansi, part isipat if dan bert anggung-gugat sert a memiliki sej umlah kewenangan dibidang kepengurusan hut an ;

e. bahwa wil ayah Kabupt en Kut ai Barat sebagian besar dihuni oleh kelompok-kelompok masyarakat hukum adat yang memiliki sist em hukum sendiri dalam wilayah hut an, dan oleh karena it u pengat uran pengurusan hut an perlu menj aga bent uk dan ciri khas yang sudah berkembang menurut hukum adat ;

f . bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), (b), (c), (d), dan (e), maka perlu dit et apkan dengan Perat uran Daerah Tent ang Kehut anan Daerah.

Mengingat :

1. Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 22D, Pasal 281 ayat (3) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ket et apan MPR RI Nomor XV/ MPR/ 1998 Tent ang Penyelenggaraan Ot onomi Daerah; Pengat uran, Pembagian dan Pemanf aat an Sumber Daya Nasional yang berkeadilan sert a Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dal am Kerangka Negara Kesat uan Republik Indonesia;

3. Ket et apan MPR RI Nomor III/ MPR/ 2000 Tent ang Sumber Hukum dan Tat a Urut an Perat uran Perundang- undangan;

4. Ket et apan MPR RI Nomor IV/ MPR/ 2000 Tent ang Rekomendasi Terhadap Pelaksanaan Ot onomi Daerah;

5. Ket et apan MPR RI Nomor IX/ MPR/ 2000 Tent ang Pembaruan Agraria dan Pengelolan Sumberdaya Al am;

(2)

7. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar-Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034); 8. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 Tent ang Kit ab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (LN Tahun 1981 Nomor 96 ; TLN Nomor 3209

9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

10. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 1992 Tent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

11. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelol aan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara 3699); 12. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 13. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 Tent ang Perimbangan Keuangan ant ara

Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

14. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 Tent ang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepot isme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

15. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 767 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

16. Undang-Undang RI Nomor 47 Tahun 1999 Tent ang Pembent ukan Kabupat en Nunukan, Kabupat en Mal inau, Kabupat en Kut ai Barat , Kabupat en Kut ai Timur, dan kot a Bont ang sebagaimana t el ah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);

17. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000 Tent ang Program Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206);

18. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 33 Tahun 1970 Tent ang Perencanaan Hut an

(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2945); 19. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 283 Tahun 1985 Tent ang Perlindungan Hut an

(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294); 20. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 62 Tahun 1998 Tent ang Penyerahan sebahagian

Urusan Kehut anan Kepada Daerah (Lembaran Negar a Tahun 1998 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3769);

21. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 68 Tahun 1998 Tent ang Kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Al am (Lembar an Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);

22. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 6 Tahun 1999 Tent ang Pengusahaan Hut an pada Hut an Produksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3802);

23. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 7 Tahun 1999 Tent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan dan Sat wa (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3803);

(3)

25. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 25 Tahun 2000 Tent ang Kewenangan Pemerint ah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

26. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 84 Tahun 2000 Tent ang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah ;

27. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 76 Tahun 2001 Tent ang Pedoman Umum Pengat uran mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4155);

28. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 34 Tahun 2002 Tent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an; 29. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 35 Tahun 2002 Tent ang Dana Reboisasi ;

30. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 02 Tahun 2001 Tent ang Kewenangan Kabupat en (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 03 seri D Nomor 02);

31. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 04 Tahun 2001 Tent ang Pembent ukan Orgagnisasi dan Tat akerj a Sekret ariat Kabupat en Kut ai Barat (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 05 Seri D).

32. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 27 Tahun 2001 Tent ang Pembent ukan Organisasi dan Tat a Kerj a Dinas Kehut anan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 28) .

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN:

Menet apkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG KEHUTANAN DAERAH. BAB I

KETENTUAN UMUM Bagian Kesat u

Pengert ian Pasal 1 Dalam perat uran daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adal ah Kabupat en Kut ai Barat ;

b. Pemerint ah Daerah adal ah Kepal a Daerah bersert a Perangkat Daerah Ot onom yang lain sebagai Badan Eksekut if Daerah;

c. Bupat i adalah Bupat i Kut ai Barat ;

d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupat en Kut ai Barat ;

e. Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Kabupat en Kut ai Barat ;

f . Kehut anan adalah syst em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu;

g. Hut an adal ah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan l ahan berisi sumberdaya alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam l ingkungannya yang sat u dengan yang lainnya t idak dapat dipisahkan, t ermasuk hut an rawa ;

h. Pengurusan hut an adal ah kegiat an yang meliput i perencanaan, pengelolaan,

(4)

i. Kawasan Hut an adalah Kawasan Hut an dengan wil ayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap;

j . Masyarakat adalah Masyarakat yang t erdiri dari masyarakat lokal dan masyarakat hukum adat ;

k. Hut an Negara adal ah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as t anah ;

l . Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah; m. Hut an adat adalah kawasan hut an dalam wilayah adat yang dikel ol a oleh masyarakat

adat / masyarakat hukum adat unt uk kepent ingan t ert ent u dan at au kepent ingan bersama warga masyarakat adat / masyarakat hukum adat ;

n. Hut an Produksi adal ah hut an kawasan hut an yang baik keadaan alamnya maupun kemampuannya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan manf aat produksi kayu dan hasil hut an l ainnya;

o. Hut an l indung adal ah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai

perlindungan syst em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir, mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut dan

memelihara kesuburan t anah;

p. Hut an konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai f ungsi pokok sebagai kawasan pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya;

q. Hut an t anaman indust ri adalah hut an t anaman yang dibangun dal am rangka

meningkat kan pot ensi dan kualit as hut an produksi unt uk memenuhi kebut uhan bahan baku hasil hut an;

r. Kehut anan Masyarakat adalah sist em pengel olaan hut an yang diselenggarakan oleh / bersama dan unt uk masyarakat , dengan pengukuhan dan at au ij in dari Pemerint ah daerah, yang dit uj ukan unt uk lebih memberdayakan dan meningkat kan kesej aht eraan masyarakat , sert a menj amin kelest arian f ungsi hut an;

s. Hak pengusahaan hut an adalah hak unt uk mengusahakan hut an di dalam kawasan hut an produksi yang kegiat annya t erdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan dan pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hut an ;

t . Dana Reboisasi (DR) adal ah dana yang dipungut dari Pemegang ij in usaha

pemanf aat an hasil hut an dari hut an al am yang berupa kayu, digunakan dalam rangka reboisasi, rehabilit asi hut an sert a kegiat an pendukungnya ;

u. Ret ribusi adal ah pungut an daerah sebagai pembayaran at as j asa at au pemberian ij in yang khususnya disediakan dan diberikan ol eh Pemerint ah Daerah unt uk kepent ingan orang pribadi at au badan ;

v. Provisi Sumber Daya Hut an (PSDH) adal ah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai int rinsi dari hasil hut an yang dipungut dari hut an Negara;

w. Iuran Hak Pengusahaan Hut an (IHPH) adal ah pungut an yang dikenakan kepada

pemegang Hak Pengusahaan Hut an at as suat u kompleks hut an t ert ent u yang dil akukan sekali pada saat hak t ersebut diberikan.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup, Azas dan Tuj uan Pasal 2

Kehut anan yang dimaksud dalam perat uran daerah ini meliput i pengurusan hut an yang menj adi kewenangan pemerint ah daerah.

(5)

Pengurusan hut an berazaskan manf aat dan lest ari, kerakyat an, keadil an, kebersamaan, ket erbukaan dan ket erpaduan sert a kedaulat an hukum.

Pasal 4

Pengurusan hut an bert uj uan unt uk mewuj udkan kesej aht eraan masyarakat , t erj aminnya hak-hak adat sert a hut an yang diurus secara lest ari dan berkelanj ut an.

BAB II

STATUS DAN FUNGSI HUTAN Pasal 5

Berdasarkan st at usnya hut an t erdiri dari : a. Hut an Negara.

b. Hut an hak.

Pasal 6 Berdasarkan f ungsinya hut an t erdiri dari :

a. Hut an konservasi b. Hut an Lindung. c. Hut an produksi.

Bagian Kesat u

Penet apan St at us dan Fungsi Hut an Pasal 7

(1) Pemerint ah daerah dengan perset uj uan DPRD menet apkan dan mengukuhkan suat u kawasan hut an berdasarkan st at us dan f ungsinya sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dan Pasal 6;

(2) Penet apan suat u kawasan hut an bert uj uan unt uk lebih mempert egas kej elasan hukum at as st at us dan f ungsi sert a t uj uan pemanf aat annya;

(3) Penet apan suat u kawasan berdasarkan st at us dan f ungsinya dilakukan secara t ransparan melibat kan masyarakat , bert anggung gugat sert a memperhat ikan kelest arian ekosist em; (4) Dalam penet apan suat u kawasan, Pemerint ah daerah harus memperhat ikan Rencana Tat a

Ruang Wilayah Kabupat en dan hak- hak masyarakat at as hut an t ermasuk inisiat if unt uk membangun kawasan sendiri dengan t uj uan konservasi ;

(5) Pemerint ah daerah set elah memperhat ikan inisiat if masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat menet apkan dan mengukuhkan kawasan konservasi dimaksud ; (6) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara dan mekanisme penet apan suat u kawasan

hut an diat ur dengan keput usan Bupat i. Pasal 8 Hut an Lindung

(1) Dalam r angka penet apan suat u kawasan hut an menj adi hut an lindung, pemerint ah daerah harus memperhat ikan krit eria sert a syarat -syarat penet apan hut an lindung; (2) Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang hut an lindung diat ur dalam perat uran t ersendiri;

Bagian Kedua Pengukuhan Wilayah Adat

Pasal 9

(6)

(2) Pemerint ahan daerah menj amin hak-hak masyarakat hukum adat at as wil ayah adat ; (3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

(2) diat ur dengan perat ur an t ersendiri.

Bagian Ket iga Kehut anan Masyarakat

Pasal 10

(1) Kehut anan Masyarakat dil aksanakan berdasarkan kelest arian f ungsi hut an dari aspek ekosist em hut an, kesej aht eraan masyarakat yang berkelanj ut an ;

(2) Penyelenggaraan Kehut anan Masyarakat bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat set empat dal am pengel ol aan hut an, dengan t et ap menj aga kelest arian f ungsi hut an dan lingkungan hidup dalam rangka meningkat kan kesej aht eraan ;

(3) Dalam r angka alih kelola hut an kepada masyarakat perlu dibudayakan kearipan-kearipan t radisional yang t elah ada maupun yang akan dikembangkan sesuai dengan kondisi f akt ual masyarakat Kut ai Barat ;

(4) Dalam r angka penet apan suat u kawasan kelola Kehut anan Masyarakat Pemerint ah Daerah harus memperhat ikan krit eria sert a syarat -syarat penyel enggaraan Kehut anan Masyarakat ;

(5) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang Kehut anan Mayarakat diat ur dengan Perat uran t ersendiri dan mengenai pelaksanaanya diat ur dengan Keput usan Bupat i.

BAB III

KELEMBAGAAN KEHUTANAN Pasal 11

(1) Dinas kehut anan secara t eknis dan oper asional melaksanakan kewenangan pemerint ah daerah di bidang kehut anan berdasarkan ot onomi daerah;

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara t erbuka, melibat kan masyarakat , rasional, ef ekt i f , dinamis dan bert anggung-gugat , sert a menj unj ung t inggi kedaul at an hukum;

(3) Dalam pel aksanaan t ugas pokok dan f ungsi Dinas Kehut anan berkoordinasi dengan dinas dan inst ansi t erkait di dal am dan diluar kabupat en, maupun dengan pemerint ah propinsi dan pemerint ah pusat ;

(4) Dinas Kehut anan dal am mel aksanakan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat bekerj asama dengan berbagai organisasi non pemerint ah;

(5) Dalam melaksanakan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan (4), Dinas Kehut anan Bert anggung j awab kepada Bupat i;

(6) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t ugas, f ungsi dan t anggungj awab Dinas Kehut anan diat ur dengan Keput usan Bupat i.

BAB IV PENGURUSAN HUTAN

Pasal 12

Pengurusan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, meliput i kegiat an ; a. Perencanaan Kehut anan

b. Pengelolaan hut an

(7)

Bagian Kesat u Perencanaan Kehut anan

Pasal 13

(1) Pemerint ah daerah menyelenggarakan perencanaan kehut anan;

(2) Perencanaan kehut anan dimaksudkan unt uk memberikan pedoman dan arah yang menj amin t ercapainya t uj uan pengurusan hut an;

(3) Perencanaan kehut anan dilaksanakan secara t ransparan, part isipat if , bert anggung-gugat , t erpadu, memperhat ikan kekhasan dan aspirasi masyarakat , sert a Tent ang ekosist em dan daya dukung;

(4) Perencanaan kehut anan dilakukan berdasarkan Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en (RTRWK).

Pasal 14

(1) Perencanaan kehut anan meliput i invent arisasi dan pemet aan hut an sert a perencanaan hut an ;

(2) Perencanaan kehut anan meliput i rencana j angka pendek, j angka menengah dan j angka panj ang, sert a rencana induk kehut anan daerah.

Paragraf 1 Invent arisasi Hut an

Pasal 15

(1) Invent arisai hut an dil aksanakan unt uk menget ahui dan memperoleh dat a inf ormasi Tent ang st at us dan kondisi hut an, f lora dan f auna, dan kondisi masyarakat di dalam dan sekit ar hut an;

(2) Hasil invent arisasi hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan ant ara l ain sebagai dasar penet apan kawasan hut an dan pengukuhan kawasan hut an adat ,

penyusunan rencana kehut anan, penyusunan sist em inf ormasi dan penyusunan neraca sumberdaya hut an;

(3) Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang invent arisasi hut an diat ur dengan keput usan Kepala Dinas Kehut anan.

Paragraf 2 Pemet aan Hut an

Pasal 16

(1) Pemet aan hut an dilaksanakan unt uk menent ukan gambar an, kondisi dan bat as kawasan hut an ;

(2) Hasil pemet aan hut an dipergunakan ant ara lain unt uk rencana pengelol aan hut an ; (3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pemet aan hut an diat ur dengan Keput usan Kepala Dinas

Kehut anan.

Paragraf 3 Perencanaan Hut an

Pasal 17

(1) Perencanan dimaksud unt uk memberikan pedoman t eknis dan operasional menuj u t ercapainya t uj uan pengel olaan hut an;

(2) Hasil dari perencanaan hut an dipergunakan sebagai dasar kegiat an pengelolaan hut an; (3) Perencanaan hut an dilaksanakan dengan mempert imbangkan f akt or ekol ogis dan kondisi

(8)

(4) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang perencanaan hut an diat ur dengan Keput usan Kepal a Dinas Kehut anan.

Bagian Kedua Pengelolaan Hut an

Pasal 18

(1) Pengelolaan hut an dil aksanakan agar f ungsi-f ungsi kawasan hut an t et ap t erj aga, dengan berdasarkan pada perencanaan hut an;

(2) Pengelolaan hut an meliput i:

a. Penat aan hut an dan penyusunan rencana pengelolaan. b. Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an c. Rehabilit asi dan relakmasi hut an

d. Perlindungan hut an dan konservasi alam.

(3) Hasil pengelolaan hut an di inf ormasikan secara l uas kepada masyarakat . Paragraf 1

Penat aan Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an Pasal 19

(1) Pemerint ah daerah menyelenggarakan penat aan hut an dan penyusunan rencana pengelol aan;

(2) Penat aan hut an dimaksudkan unt uk memper t egas al okasi dan dist ribusi t egakan dan at au ekosist em hut an menuj u pengelolaan hut an sesuai f ungsi dan manf aat nya secara adil dan berkelanj ut an;

(3) Hasil penat aan hut an dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiat an operasional dit ingkat unit pengelol aan;

(4) Penat aan hut an meliput i pembagian kawasan hut an dalam blok-blok berdasarkan ekosist em, t ipe dan f ungsi;

(5) Berdasarkan blok-blok sebagaimana dimaksud pada ayat (4), disusun rencana pengelolaan hut an unt uk j angka pendek, j angka menegah dan j angka panj ang;

(6) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diat ur dengan Keput usan Kepala Dinas Kehut anan.

Paragraf 2

Penggunaan Kawasan Hut an dan Pemanf aat an Hut an Pasal 20

(1) Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an bert uj uan unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat secara adil;

(2) Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an dilakukan secara t ransparan, melibat kan masyarakat , bert anggung gugat sert a menj amin kelest arian ekosist em; (3) Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an dapat dilakukan pada semua

kawasan hut an, kecual i pada hut an yang t elah dit et apkan f ungsinya sebagai cagar al am. Pasal 21

(9)

(2) Ij in penggunaan kawasan hut an dapat diberikan kepada pihak perorangan at au kelompok dan at au badan usaha, sert a inst ansi pemerint ah.

Pasal 22 (1) Pemanf aat an hut an dilaksanakan melalui :

a. Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat (IUKM).

b. Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an indust ri kayu. c. Ij in pemungut an hasil hut an kayu.

d. Ij in usaha budidaya hasil hut an non kayu. e Ij in usaha pemanf aat an j asa lingkungan. (2) Ij in pemanf aat an hut an dapat diberikan kepada :

a. Perorangan

b. Badan Usaha milik swast a c. Badan Usaha milik Daerah d. Badan Usaha milik Kampung e. Koperasi.

f . Badan Usaha lain yang syah.

Pasal 23

(1) Ij in Pemungut an Hasil Hut an Kayu, Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat ( IUKM), Ij in Usaha Pemanf aat an kawasan indust ri kayu, Ij in Pemungut an hasil hut an non kayu, Ij in usaha budidaya hasil hut an non kayu, Ij in hak pemanf aat an hut an non kayu, ij in pemanf aat an j asa lingkungan dan ij in syah lainnya (ISL) diberikan oleh Bupat i ;

(2) Ij in pemanf aat an hut an unt uk luasan 5. 000 ha at au lebih harus dilengkapi dokumen AMDAL dan mendapat pengesahan dari komisi penilai AMDAL Kabupat en;

(3) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang syarat -syarat , hal dan kewaj iban dalam perij inan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan Keput usan Bupat i.

Pasal 24

Pemanf aat an hut an lindung hanya dapat diberi kan ij in pemanf aat an j asa lingkungan dan pemungut an hasil hut an non kayu.

Pasal 25 (1) Ij in Pengelolaan Hut an Hapus Karena :

a. Jangka wakt u yang diberikan t elah berakhir.

b. Dicabut oleh Bupat i sebagai sanksi yang dikenakan kepada pemegang ij in;

c. Diserahkan kembali ol eh pemegang hak kepada Pemerint ah Daerah sebelum j angka wakt u berakhir, at au

d. Target dan volume yang dit ent ukan dalam perij inan t elah t erpenuhi.

(2) Berakhirnya ij in pengelolaan hut an t idak membebaskan kewaj iban pemegang ij in unt uk melunasi provisi Sumber Daya Hut an (PSDH), Dana Reboisasi (DR) dan kewaj iban-kewaj iban lain sesuai dengan ket ent uan perat uran Perundang-Undangan yang berlaku.

Pasal 26

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 20, 21, 22, 23, 24, dan 25 diat ur dengan Keput usan Bupat i.

(10)

Ret ribusi Kehut an Masyarakat

Ret ribusi Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat (IUKM) diat ur dengan perat uran t ersendiri. Paragraf 3

Rehabilit asi dan Reklamasi Hut an dan Lahan Pasal 28

(1) Pemerint ah daerah menyelengarakan rehabilit asi dan rekl amasi hut an dan l ahan berdasarkan kondisi spesif ik biof isik dan pada kawasan hut an yang memiliki t ingkat kerusakan dan perubahan t ert ent u yang mempengaruhi kelest arian hut an;

(2) Kegiat an rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di semua kawasan hut an kecuali cagar al am, dengan mengakui kearif an t radisional;

(3) Kegiat an rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i invent arisasi lokasi, penent uan lokasi, perencanaan, dan pelaksanaan relakmasi; (4) Penyelengaraan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan dilakukan dengan part isif asi

masyarakat khususnya masyarakat yang ada di dal am dan sekit ar hut an; Pasal 29

(1) Rehabilit asi hut an dan lahan dimaksudkan sebagai usaha unt uk memulihkan,

mempert ahankan, dan meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung, produkt if it as dan peranannya dalam mendukung

sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga;

(2) Pemegang ij in pemanf aat an kawasan hut an waj ib menyelenggarakan rehabilit asi t erhadap wil ayah kelol anya;

(3) Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui kegiat an : a. Reboisasi

b. Penghij auan c. Pemeliharaan d. Pengayaan t anaman

e. Penerapan t eknis konservasi t anah secara veget at if dan sipil t eknis, pada l ahan kerit is yang t idak produkt if .

Pasal 30

(1) Pemerint ah daerah dapat menet apkan kawasan hut an dan l ahan yang t el ah direhabilit asi oleh masyarakat sebagai wilayah kelola kampung sesuai f ungsinya;

(2) Kawasan hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kawasan hut an lindung, kawasan hut an konservasi dan kawasan hut an produksi yang ij in pengelolaannya hapus.

Pasal 31

(1) Reklamasi kawasan hut an dan lahan dimaksudkan unt uk memperbaiki at au memulihkan kembali l ahan dan veget asi hut an yang rusak akibat pemanf aat an di luar kegiat an kehut anan, agar dapat ber f ungsi secara opt imal sesuai dengan perunt ukannya; (2) Pengguna kawasan hut an unt uk kepent ingan diluar kegiat an kehut anan yang

mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah waj ib menyelenggarakan reklamasi hut an kawasan dan lahan;

(3) Reklamasi kawasan hut an dan lahan dilakukan dengan kegiat an pemulihan st rukt ur t anah dan t anaman.

(11)

Pengguna kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 dan Pasal 31 ayat (2) waj ib membayar dana j aminan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebelum menggunakan kawasan hut an kepada Pemerint ah Daerah.

Pasal 33

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penyelenggaraan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan l ahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 diat ur dengan Keput usan Bupat i.

Paragraf 4

Perlindungan Hut an dan Konservasi Alam Pasal 34

(1) Pemerint ah Daerah waj ib melakukan perlindungan hut an dan kawasan hut an; (2) Perlindungan hut an dan kawasan hut an merupakan usaha unt uk:

a. Mencegah dan membat asi kerusakan hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an yang disebabkan ol eh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran hut an, hama, sert a penyakit ; b. Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan at as

hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hut an.

(3) Pemegang ij in usaha pemanf aat an hut an sert a pihak-pihak yang menerima wewenang pengelolaan hut an, diwaj ibkan melindungi hut an dan areal kerj anya.

Pasal 35

(1) Pemerint ah daerah menyelenggarakan konservasi alam yang meliput i kegiat an perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an sumberdaya al am secara opt imal dan lest ari;

(2) Konservasi alam dimaksudkan unt uk mengusahakan t erwuj udnya pelest arian sumberdaya alam agar sesuai dengan f ungsinya sert a unt uk menj aga keseimbangan ekosist em hut an sehingga dapat mendukung upaya peni ngkat an kesej aht eraan masyarakat .

Pasal 36

Dalam rangka perlindungan dan konservasi alam, Pemerint ah daerah waj ib melibat kan masyarakat .

Pasal 37

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai perlindungan dan konservasi alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 diat ur dengan Keput usan Bupat i.

Bagian ket iga

Penelit ian dan Pengembangan, Pendidikan dan Lat ihan sert a Penyuluhan Kehut anan Pasal 38

(1) Pemerint ah daerah menyelenggarakan dan menyediakan kawasan hut an unt uk penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyul uhan kehut anan

(lit bangdiklat luh);

(2) Dalam menyelenggarakan kegiat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerint ah daerah bekerj a sama dengan perguruan t inggi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat , l embaga penelit ian dan masyarakat ;

(12)

Paragraf 1

Penelit ian dan Pengembangan Kehut anan Pasal 39

Penelit ian dan Pengembangan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan kemampuan

pengurusan hut an dalam mewuj udkan pengelol aan hut an secara lest ari dan peningkat an nilai t ambah hasil hut an.

Paragraf 2

Pendidikan dan Lat ihan Kehut anan Pasal 40

Pendidikan dan lat ihan kehut anan bert uj uan unt uk membent uk sumber daya manusia yang menguasai sert a mampu memanf aat kan dan mengembangkan ilmu penget ahuan dan t eknologi dalam pengurusan hut an secara adil dan lest ari.

Paragraf 3 Penyuluhan

Pasal 41

Penyuluhan Kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket erampilan sert a mengubah sikap dan prilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehut anan at as dasar kesadaran akan pent ingnya sumber daya hut an bagi kepent ingan manusia.

Paragaf 4

Pendanaan dan Prasarana Pasal 42

(1) Pemerint ah daerah waj ib menyediakan dana dan prasarana dalam rangka lit bangdikl at l uh;

(2) Dana dan prasar ana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari sumber-sumber dana yang relevan, sah dan t idak mengikat ;

(3) Pemegang Hak Pemanf aat an Hut an waj ib menyediakan dana dan prasarana dal am rangka lit bangdikl at l uh.

Pasal 43

Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal 42 diat ur dengan Keput usan Bupat i.

Bagian Keempat

Pengawasan dan Pengendalian Kehut anan Pasal 44

(1) Pemerint ah daerah melakukan pengawasan t erhadap kawasan hut an;

(2) Pengawasan hut an dimaksudkan unt uk mencermat i, menelusuri dan menilai pel aksanaan pengurusan hut an sehingga t uj uan dapat t ercapai secara maksimal dan sekaligus

merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au penyempurnaan pengurusan hut an lebih lanj ut ;

(3) Pengawasan hut an dil aksanakan secara t ransparan melibat kan masyarakat dan bert anggung-gugat .

Pasal 45

(13)

(2) Pengendalian hut an dimaksudkan sebagai t indak lanj ut dari pengawasan yang dilakukan unt uk menj aga kelest arian hut an;

(3) Dalam r angka melaksanakan pengendalian kehut anan, Dinas Kehut anan berwenang melakukan pemant auan, memint a ket erangan dan melakukan pemeriksaan at as pelaksanaan pengurusan hut an.

Pasal 46

Ruang Lingkup Pengawasan Pemerint ah daerah mengawasi:

a. Pemeliharaan dan pengamanan t anda bat as kawasan hut an;

b. Penyelenggaraan pengurusan erosi, sediment asi, produkt ivit as lahan pada daerah aliran sungai (DAS);

c. Pemanf aat an j asa lingkungan hut an;

d. Pemberian ij in usaha dan penyelenggaraan produksi, pengol ahan, pengendalian mut u pemasaran dan peredaran hasil hut an;

e. Pemberian ij in usaha dan dist ribusi sarana produksi kehut anan;

f . Pemberian ij in usaha dan pengawasan pemanf aat an wilayah hut an unt uk pariwisat a alam;

g. Penyelenggaraan t at a hut an dan rencana pengelol aan, pemanf aat an, pemeliharaan, rehabilit asi, reklamasi, pemulihan, suaka alam, kawasan pelest arian al am dan t aman buru;

h. Penyelengaraan konservasi sumberdaya alam hayat i dan ekosist emnya yang meliput i perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an secara lest ari bidang kehut anan; i. Penyelenggaraan pengamanan dan penanggulangan bencana pada kawasan hut an; j . Pemanf aat an ruang di kawasan l indung;

k. Penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an pada kawasan lint as Kampung; Pasal 47

(1) Masyarakat mel akukan pengawasan t erhadap pengelolaan dan at au pemanf aat an hut an yang dilakukan pemegang ij in pengelol aan hut an;

(2) Pelaksanaan peran sert a masyarakat dalam pengawasan hut an dilakukan dengan

pemberian saran, pert imbangan, dan pendapat t erhadap pengurusan hut an kepada Dinas Kehut anan;

(3) Dinas Kehut anan menindaklanj ut i saran, pert imbangan, pendapat dari masyarakat ; Pasal 48

(1) Dalam r angka pengawasan dan pengendalian kehut anan Pemerint ah daerah dibant u oleh Sat uan Pengamanan Hut an;

(2) Sat uan Pengamanan Hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i Polisi Hut an dan at au sat uan pengamanan hut an l ainnya yang dibent uk oleh Dinas Kehut anan.

Pasal 49

Tugas pokok dan f ungsi Polisi Hut an diat ur sesuai dengan perat uran Perundang-Undangan yang berl aku.

BAB V

(14)

Hak Masyarakat Pasal 50

(1) Masyarakat berhak menikmat i kual it as lingkungan hidup yang dihasilkan hut an; (2) Selain hak yang dimaksud pada ayat (1) masyarakat dapat :

a. Memanf aat kan hut an dan hasil hut an sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

b. Memberi masukan dan mengikut sert akan masyarakat dal am menent ukan rencana perunt ukan hut an, memanf aat kan hasil hut an, dan pengawasan hut an.

c. Menerima dan memberi inf ormasi, saran, sert a pert imbangan dal am pembangunan kehut anan.

(3) Masyarakat di dalam dan disekit ar hut an berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses t erhadap hut an sekit arnya akibat perunt ukan dan penet apan kawasan hut an;

(4) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pada Pasal ini diat ur dengan Keput usan Bupat i;

(5) Masyarakat berhak menolak perunt ukan dan perencanaan kehut anan yang t idak melibat kan masyarakat sesuai maksud pada ayat (2) huruf a dan b sert a penent uan kompensasi sebagaimana yang diat ur pada ayat (3) dan (4) dengan hak t anggung-gugat .

Bagian Kedua Peransert a Masyarakat

Pasal 51

(1) Pengurusan hut an memberikan ruang bagi peran sert a masyar akat sej at i; (genuine); (2) Peran sert a masyarakat dimaksudkan unt uk meningkat kan dan mendorong t ercipt anya

kualit as dan kuant it as hut an yang lest ari, mengakui hak-hak adat dan unt uk kesej aht eraan masyarakat ;

(3) Peran sert a masyarakat dapat dilakukan oleh perorangan, sekelompok orang t ermasuk masyarakat hukum adat , kelompok prof esi, kelompok minat , lembaga swadaya masyarakat dan badan hukum.

Pasal 52

Pemberian inf ormasi, saran, pert imbangan at au pendapat it u dapat berbent uk: a. Pemberian masukan dalam penent uan arah kebij akan dan pengurusan hut an; b. Pengident if ikasi berbagai pot ensi dan masalah kehut anan t ermasuk bant uan unt uk

memperj elas hak at as hut an;

c. Pengaj uan keberat an t erhadap kebij akan dan pengurusan hut an. Pasal 53

Peransert a masyarakat dapat dilakukan melalui penyampaian saran, pert imbangan, pendapat dan keberat an secara lisan at au t ert ulis kepada Pemerint ah Daerah melalui Dinas Kehut anan.

Pasal 54

Dalam rangka peransert a masyarakat , Pemerint ah daerah waj ib:

a. Menindak lanj ut i saran, pert imbangan, pendapat dan keberat an dari masyarakat at as kebij akan dan pengurusan hut an;

(15)

rangka peningkat an sumber daya manusia dalam pengurusan hut an baik kualit as maupun kuant it asnya;

c. Menyebarluaskan semua inf ormasi kehut anan melalui media cet ak dan at au media elekt ronik dan media lain yang dianggap ef ekt if kepada masyarakat ;

d. Membent uk pos pelayanan dan pengaduan masyarakat ; e. Menj amin perlindungan t erhadap saksi dan korban.

Pasal 55

Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang t at a cara dan mekanisme pelaksanaan hak dan peran sert a masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53 dan Pasal 54 diat ur dalam keput usan Kepala Dinas Kehut anan.

BAB VI

PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN Pasal 56

(1). Penyelesaian sengket a kehut anan di luar wil ayah adat dapat dit empuh melalui pengadilan at au diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela oleh para pihak yang bersengket a;

(2). Apabila t elah dipilih upaya penyel esaian sengket a di luar pengadilan, maka gugat an melalui pengadil an dapat dilakukan set elah t idak t ercapai kesepakat an ant ara para pihak yang bersengket a;

(3). Penyelesaian sengket a di pengadilan maupun di luar pengadilan dimaksudkan unt uk mencapai kesepakat an mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au mengenai bent uk t indakan t ert ent u yang harus dilakukan unt uk memul ihkan f ungsi hut an.

Pasal 57

(1). Penyelesaian sengket a di l uar pengadilan t idak berlaku t erhadap t indak pidana di bidang kehut anan;

(2). Penyelesaian sengket a di l uar pengadilan dapat melibat kan pihak ket iga yang dianggap mampu membant u menyelesaikan sengket a kehut anan;

(3). Hasil kesepakat an sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh para pihak yang bersengket a dimint akan penet apannya kepada Pengadil an Negeri sesuai dengan ket ent uan Perundang-Undangan yang berlaku;

(4). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara dan mekanisme penyel esaian sengket a di l uar pengadilan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan Bupat i.

BAB VII PENYIDIKAN

Pasal 58

(1). Selain pej abat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

(2). Pej abat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan al at Pemerint ah Daerah yang dibent uk oleh Dinas Kehut anan unt uk melakukan penyidikan t erhadap dugaan t indak pidana kehut anan dan melanj ut kan hasil penyidikan t ersebut kepada Kej aksaan Negeri set empat ;

(3). Tugas pokok, f ungsi dan wewenang Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan perat ur an Perundang-Undangan yang berlaku.

(16)

KETENTUAN PIDANA Pasal 59

(1). Barang siapa dengan sengaj a mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2), Pasal 31, Pasal 33, Pasal 36 dan Pasal 41 diancam dengan denda sebesar-besarnya Rp. 5. 000. 000, 00 (Lima j ut a rupiah), dan kurungan selama-lamanya 6 bul an; (2). Tindak pidana di bidang kehut anan yang dilakukan di luar ket ent uan sebagaimana di at ur

pada ayat (1) dikenakan sanksi berdasarkan perat uran Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB IX

GANTI RUGI, SANKSI ADMINISTRATIF DAN PERTANGGUNG-GUGATAN PUBLIK Pasal 60

(1). Set iap perbuat an melanggar hukum yang di at ur dalam Perda ini dengan t idak mengurangi sanksi pidana sebagaimana yang di maksud pada Pasal 59, mewaj ibkan kepada

penanggung j awab perbuat an it u unt uk membayar gant i rugi sesuai dengan t ingkat kerusakan at au aki bat yang dit imbulkan kepada Pemerint ah Daerah dan masyarakat , unt uk biaya rehabilit asi, pemulihan kondisi hut an, at au t indakan l ain yang di perl ukan; (2). Dinas Kehut anan dapat bert indak unt uk kepent ingan masyarakat , j ika diket ahui

masyarakat menderit a akibat pencemaran dan at au kerusakan hut an sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat .

Pasal 61

(1). Set iap pemegang ij in Usaha Kehut anan Masyarakat , Ij in usaha pemanf aat an kawasan, ij in usaha pemanf aat an j asa lingkungan, ij in pemungut an hasil hut an kayu dan ij in sah lainnya diat ur dal am Perda ini apabila melanggar ket ent uan pidana sebagaimana diat ur pada Pasal 59 di kenakan sanksi administ rat if ;

(2). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai bent uk-bent uk sanksi administ rat if sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan Keput usan Bupat i.

Pasal 62

Pert anggung - gugat an Publik

(1). Dalam rangka penyelenggara t at a pemerint ah yang baik, Pemerint ah Daerah dan at au Pej abat Pemerint ah Daerah hasur melaksanakan pengurus hut an sebaik-baiknya sesuai dengan ket ent uan perundangan-undangan yang berl aku;

(2). Apabila Pemerint ah Daerah dan at au Pej abat Pemerint ah Daerah t idak melaksanakan penyelengaraan pemerint ahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka dapat dikenakan sanksi ( baik sanksi pidana, perdat a

maupun, administ rat if );

(3). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pert anggung gugat an publik diat ur dalam Keput usan Bupat i.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 63

(1). Semua perij inan yang di keluarkan oleh Pemerint ah Pusat , Propinsi, dan Kabupat en Kut ai yang dikeluarkan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dinyat akan t et ap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya;

(17)

(3). Semua perat uran Perundang-Undangan yang berkait an dengan pengelolaan hut an di Kut ai Barat masih t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan dengan kewenangan kabupat en.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 63

Pada saat mulai berlakunya Perat uran Daerah ini, Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai yang berkait an dengan pengelolaan hut an, dinyat akan t idak berlaku lagi dal am wil ayah Kabupat en Kut ai barat

Pasal 64

Perat uran Daerah ini mulai berlaku pada t anggal di undangkan. Agar set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya dalam lembaran Daerah kabupat en Kut ai Barat .

Dit et apkan di Sendawar pada t anggal 4 Nopember 2002 BUPATI KUTAI BARAT, t t d. RAMA ALEXANDER ASIA Diundangkan di Sendawar

pada t anggal 4 Nopember 2002 PLT. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, t t d.

ENCIK MUGNIDDIN

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan Pengendali Perusahaan Terbuka adalah pihak yang memiliki saham lebih dari 50 % (lima puluh perseratus) dari seluruh saham yang disetor penuh, atau Pihak

jika sdah selesai dan berhasil dipindahkan ke halaman utama, tutup kolom "tambah peserta didik baru" pilih peserta didik tsb (di halaman peserta didik) dan lakukan

Dengan tumpatnya pipa kondensat ini, maka level air kondensat dalam rebusan akan naik dan brondolan yang berada pada lori bagian bawah akan tergenang sehingga

Generally, Monascus sp. KJR2 grew well on durian seeds at various initial moisture content. Table 2 shows total mold count on fermented durian seeds at various initial

1 to optimise the soybean and sweet corn ratio to produce low level aflatoxin soycorn milk with good physicochemical properties and the highest

Pengaruh Perbedaan Sistem Jarak Tanam Jajar Legowo pada Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).. Jurusan Agroteknologi,

Ulinuha, A., 2015., Sistem informasi geografis pemetaan kos berdasarkan perguruan tinggi di kabupaten kudus. Kudus: Jurusan

Universitas Negeri